Anda di halaman 1dari 6

BAB 4

TITRASI ASAM BASA

KOMPETENSI DASAR
3.13. Menganalisis data hasil berbagai jenis titrasi asam-basa

TUJUAN YANG INGIN DICAPAI SETELAH MEMPELAJARI BAB INI, PESERTA


DIDIK DAPAT :
3.11.1 Menganalisis cara melakukan titrasi asam-basa, dapat melalui media (video)
3.11.2 Memahami penjelasan titik akhir dan titik ekivalen titrasi asam-basa.
3.11.3 Merancang percobaan titrasi asam-basa dan melaporkan hasil percobaan.
3.11.4 Menghitung dan menentukan titik ekivalen titrasi, membuat kurva titrasi serta memilih
indikator yang tepat.
3.11.5 Menentukan konsentasi pentiter atau zat yang dititrasi.
3.11.6 Menghitung pH campuran percobaan titrasi asam-basa

I. Pengenalan titrasi asam basa


Penetapan kadar larutan asam dan basa dapat dilakukan melalui suatu prosedur percobaan
yang disebut titrasi asam-basa.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui
kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa ditentukan dengan menggunakan larutan asam
yang diketahui kadarnya

A. Prosedur titrasi asam-basa


Menentukan kadar suatu larutan HCl dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 M.
 Melakukan percobaan untuk mengetahui berapa volume larutan NaOH 0,1 M
yang ekuivalen dengan volume tertentu larutan HCl tersebut.
 Sejumlah tertentu larutan HCl tersebut, misalnya 20 mL, ditempatkan dalam gelas
Erlenmeyer
 Kemudian ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M (dalam buret) sehingga keduanya
ekuivalen (tepat habis bereaksi). Titik ekuivalen dapat diketahui dengan bantuan
indikator asam-basa
 Titrasi (penetesan) dihentikan tepat pada saat indikator asam-basa menunjukkan
perubahan warna. Saat indikator asam-basa menunjukkan perubahan warna
disebut titik akhir titrasi.
B. Perubahan pH pada titrasi asam-basa (kurva titrasi)
 Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kurva tersebut adalah sebagai berikut:
 Mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit, tetapi perubahan yang cukup
drastis terjadi di sekitar titik ekuivalen, terjadi perubahan pH dari sekitar 4
menjadi 10.
 Titik ekuivalen, pH larutan pada saat asam dan basa tepat habis bereaksi, adalah 7
(netral).
 Untuk menunjukkan titik ekuivalen, dapat digunakan indikator metil merah,
bromtimol biru, atau fenolftalein. Indikator-indikator tersebut mengalami
perubahan warna di sekitar titik ekuivalen. Oleh karena perubahan warna
indikator fenolftalein lebih tajam (lebih mudah diamati), maka indikator
fenolftalein lebih sering digunakan
 Titik ekivalen adalah saat jumlah mol H+ sama dengan jumlah mol OH–. Biasanya
ditunjukkan dengan hargapH.
 Titik akhir titrasi adalah saat di mana indicator berubah warna.

Contoh soal:
1. Untuk mengetahui berapa molaritas larutan NaOH, maka 10 mL larutan ini dititrasi
dengan HCl 0,1 M dengan menggunakan indikator fenolftalein. Bila yang dibutuhkan
20 mL HCl 0,1 M, berapa molaritas NaOH?
Jawab:
H+(aq) + OH–(aq) → H2O
20 mL HCl 0,1 M mengandung 2 x 10–3 mol H+
2 x 10–3 mol H+ ~ 2 x 10–3 mol OH–
Misal:
molaritas NaOH = x M
10 mL NaOH x M mengandung 10–2 . x mol OH–
10–2 . x mol OH– = 2 x 10–3 mol OH–
x = 2 x 10–1 = 0,2
Jadi, molaritas NaOH 0,2 M.

 Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat

Dari gambar tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:


 Titik ekuivalen berada di atas 7, yaitu antara 8–9kuivalen berada di atas 7,itu
antara 8–9.
 Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekuivalen lebih sempit, hanya
sekitar 3 satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±10

Contoh soal:
1. Sebanyak 25 mL CH3COOH (Ka = 1 x 10-5) dititrasi dengan NaOH 0,1 M.
Percobaan ini diulang sebanyak 3 kali dan diperoleh hasil sebagai berikut :
No VCH3COOH V NaOH
1 25 mL 24 mL
2 25mL 26 mL
3 25 mL 25 mL

a. Tentukan konsentrasi dari CH3COOH.


b. Tentukan Ph larutan jika jumlah NaOH yang ditambahkan sebanyak :
1) 10 mL
2) 25 mL
3) 40 mL (jika penambahan NaOH dilanjutkan).
Jawab:
a. a x VCH3COOH x MCH3COOH = b x V NaOH rata-rata x M NaOH
1 x 25 mL x MCH3COOH = 1 x 25 mL x 0,1 M
MCH3COOH = 0,1 M
b. 1) Saat penambahan 10 mL NaOH
nCH3COOH = V x M = 25 mL x 0,1 M = 2,5 mmol
nNaOH = V x M = 10 mL x 0,1 M = 1 mmol

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O


m: 2,5 mmol 1 mmol - -
r : -1 mmol -1 mmol + 1 mmol + 1 mmol +
s : 1,5 mmol - + 1 mmol + 1 mmol

Keadaan ini merupakan keadaan sebelum titik ekivalen.


Dalam campuran terdapat asam lemah dan garam sehingga terbentuk larutan
penyangga.

[H+] = Ka x nCH3COOH
n CH3COONa
= 1 . 10-5 x 1,5 mmol
1 mmol
= 1,5 x 10-5
pH = - log [H+]
= - log 1,5 x 10-5
= 5 – log 1,5

2) Saat penambahan 25 mL NaOH


n CH3COOH = V x M = 25 mL x 0,1 M = 2,5 mmol
n NaOH = V x M = 25 mL x 0,1 M = 2,5 mmol

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O


m: 2,5 mmol 2,5 mmol
r : -2,5 mmol -2,5 mmol + 2,5 mmol + 2,5 mmol +
s : - - 2,5 mmol 2,5 mmol

Keadaan ini merupakan keadaan titik ekuivalen. Dalam campuran, hanya


terdapat garam dan air sehingga terjadi hidrolisis garam bersifat basa.

[OH–] =√Kw x [CH3COO-]


Ka
= √ 10-14 . 5. 10-2
10-5
= √5 . 10-11 = 2,23. 10-5,5

pOH = - log [OH–]


= - log 2,23. 10-5,5
= 5,5 – log 2,23

pH = 14 – pOH
= 14 – (5,5 – log 2,23)
= 8,5 + log 2,23

3) Saat penambahan 40 mL NaOH


n CH3COOH = V x M = 25 mL x 0,1 M = 2,5 mmol
n NaOH = V x M = 40 mL x 0,1 M = 4 mmol

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O


m: 2,5 mmol 4 mmol
r : -2,5 mmol -2,5 mmol + 2,5 mmol + 2,5 mmol +
s : - 1,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol

Keadaan ini merupakan keadaan setelah titik ekuivalen. Dalam campuran sudah
tidak ada lagi asam lemah. Jadi untuk menghitung pH digunakan rumus basa
kuat.

[OH–] = b x Mb = 2 x (1,5 mmol/ 65 mL) = 2,3 x 10-2


pOH = - log[OH–] = - log 2,3x 10-2 = 2 – log 2,3
pH = 14 – pOH = 14 – (2 – log 2,3) = 12 + log 2,3

 Titrasi Basa Lemah dengan Asam Kuat


Nanti lagi

Berdasarkan Gambar grafik diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:


 Titik ekuivalen, pH larutan pada penetralan basa lemah oleh asam kuat,
berada di bawah 7.
 Lonjakan pH di sekitar titik ekuivalen juga lebih sempit, hanya sekitar 3
satuan, yaitu dari pH ± 7 hingga pH ± 4.

Anda mungkin juga menyukai