KOMPETENSI DASAR
3.13. Menganalisis data hasil berbagai jenis titrasi asam-basa
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kurva tersebut adalah sebagai berikut:
Mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit, tetapi perubahan yang cukup
drastis terjadi di sekitar titik ekuivalen, terjadi perubahan pH dari sekitar 4
menjadi 10.
Titik ekuivalen, pH larutan pada saat asam dan basa tepat habis bereaksi, adalah 7
(netral).
Untuk menunjukkan titik ekuivalen, dapat digunakan indikator metil merah,
bromtimol biru, atau fenolftalein. Indikator-indikator tersebut mengalami
perubahan warna di sekitar titik ekuivalen. Oleh karena perubahan warna
indikator fenolftalein lebih tajam (lebih mudah diamati), maka indikator
fenolftalein lebih sering digunakan
Titik ekivalen adalah saat jumlah mol H+ sama dengan jumlah mol OH–. Biasanya
ditunjukkan dengan hargapH.
Titik akhir titrasi adalah saat di mana indicator berubah warna.
Contoh soal:
1. Untuk mengetahui berapa molaritas larutan NaOH, maka 10 mL larutan ini dititrasi
dengan HCl 0,1 M dengan menggunakan indikator fenolftalein. Bila yang dibutuhkan
20 mL HCl 0,1 M, berapa molaritas NaOH?
Jawab:
H+(aq) + OH–(aq) → H2O
20 mL HCl 0,1 M mengandung 2 x 10–3 mol H+
2 x 10–3 mol H+ ~ 2 x 10–3 mol OH–
Misal:
molaritas NaOH = x M
10 mL NaOH x M mengandung 10–2 . x mol OH–
10–2 . x mol OH– = 2 x 10–3 mol OH–
x = 2 x 10–1 = 0,2
Jadi, molaritas NaOH 0,2 M.
Contoh soal:
1. Sebanyak 25 mL CH3COOH (Ka = 1 x 10-5) dititrasi dengan NaOH 0,1 M.
Percobaan ini diulang sebanyak 3 kali dan diperoleh hasil sebagai berikut :
No VCH3COOH V NaOH
1 25 mL 24 mL
2 25mL 26 mL
3 25 mL 25 mL
[H+] = Ka x nCH3COOH
n CH3COONa
= 1 . 10-5 x 1,5 mmol
1 mmol
= 1,5 x 10-5
pH = - log [H+]
= - log 1,5 x 10-5
= 5 – log 1,5
pH = 14 – pOH
= 14 – (5,5 – log 2,23)
= 8,5 + log 2,23
Keadaan ini merupakan keadaan setelah titik ekuivalen. Dalam campuran sudah
tidak ada lagi asam lemah. Jadi untuk menghitung pH digunakan rumus basa
kuat.