Anda di halaman 1dari 20

Derajat Keasaman (pH)

Kelompok III
Sahrul Gunawan
Ilham Dani
Feri Irawan
M. Bima Saputra
Erwin Purnawansyah
Konsep pH
Dari uraian tetapan kesetimbangan air dapat
disimpulkan bahwa besarnya [H+] dalam suatu
larutan merupakan salah satu ukuran untuk
menentukan tingkat keasaman suatu larutan.
Untuk menyatakan tingkat atau derajat keasaman
suatu larutan, pada tahun 1910, seorang ahli dari
Denmark, Soren Lautiz Sorensen
memperkenalkan suatu bilangan yang sederhana.
Bilangan ini diperoleh dari hasil logaritma
konsentrasi H+. Bilangan ini kita kenal dengan
skala pH.
Harga pH berkisar antara 1 14 dan ditulis:
Rumus
pH = log [H+]
pOH = log [OH]
Sedangkan hubungan antara pH dan pOH
adalah:
Kw = [H+] [OH]
log Kw = log [H+] + (log [OH])
pKw = pH + pOH
Dari Uraian Di Atas Dapat Kita Simpulkan Bahwa:

a. Larutan bersifat netral jika [H+] = [OH] atau


pH = pOH = 7.
b. Larutan bersifat asam jika [H+] > [OH] atau
pH < 7.
c. Larutan bersifat basa jika [H+] < [OH] atau
pH > 7.
Pengukuran pH
Untuk menentukan pH suatu larutan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain sebagai berikut.
1. Menggunakan Beberapa Indikator
Indikator adalah asam organik lemah atau basa organik lemah
yang dapat berubah warna pada rentang harga pH tertentu (James
E. Brady, 1990). Harga pH suatu larutan dapat diperkirakan dengan
menggunakan trayek pH indikator. Indikator memiliki trayek
perubahan warna yang berbeda-beda. Dengan demikian dari uji
larutan dengan beberapa indikator akan diperoleh daerah irisan
pH larutan. Contoh, suatu larutan dengan brom timol biru (6,0
7,6) berwarna biru dan dengan fenolftalein (8,310,0) tidak
berwarna, maka pH larutan itu adalah 7,68,3. Hal ini disebabkan
jika brom timol biru berwarna biru, berarti pH larutan lebih besar
dari 7,6 dan jika dengan fenolftalein tidak berwarna, berarti pH
larutan kurang dari 8,3.
2. Menggunakan Indikator Universal
pH suatu larutan juga dapat ditentukan
dengan menggunakan indikator universal,
yaitu campuran berbagai indikator yang dapat
menunjukkan pH suatu larutan dari
perubahan warnanya.
3. Menggunakan pH-meter
pHmeter adalah alat pengukur pH dengan
ketelitian yang sangat tinggi.
4. Dengan perhitungan
Contoh
Hitunglah pH larutan berikut.
a. H2SO4 0,04 M
b. CH3COOH 0,1 M (Ka = 105)
c. Ca(OH)2 0,3 M
d. NH4OH 0,1 M (Kb = 105)
Jawab
a. H2SO4 0,04 M
Asam sulfat adalah asam kuat, mengion
sempurna.
H2SO4 2 H+ + SO42
[H+] = x [HA]
= 2 0,04
= 0,08 M
pH = log 0,08
pH = 2 log 8
Reaksi Penetralan
Jika larutan asam dan basa dicampur, maka ion H+ dari
asam dan ion OH dari basa akan bergabung
membentuk molekul air, sedangkan anion dari asam
dan kation dari basa akan berikatan membentuk
senyawa garam.
Karena hasil reaksi antara asam dengan basa
membentuk air yang bersifat netral, maka reaksi
tersebut disebut reaksi penetralan.
Tetapi karena reaksi tersebut juga menghasilkan garam,
maka reaksi tersebut juga sering dikenal dengan
sebutan reaksi penggaraman.
Asam + Basa Garam + Air
Contoh
a. HCl + NaOH NaCl + H2O
b. H2SO4 + 2 NH4OH (NH4)2SO4 + 2 H2O
c. 2 CH3COOH + Ba(OH)2 (CH3COO)2Ba + 2 H2O
Walaupun reaksi asam-basa disebut reaksi
penetralan, tetapi hasil reaksi itu (garam) tidak
selalu bersifat netral, melainkan tergantung
pada kekuatan asambasa yang
membentuknya.
Jika larutan asam dan basa dicampur,
maka sifat garam yang terbentuk ada tiga
kemungkinan, yaitu:
a. Jika asam kuat + basa kuat garam
(netral).
b. Jika asam kuat + basa lemah garam
(asam).
c. Jika asam lemah + basa kuat garam
(basa).
Reaksi-reaksi dalam Larutan Asam dan Basa
Untuk menentukan jumlah zat yang terlibat
dalam suatu reaksi, harus didasarkan pada
persamaan reaksi yang terjadi. Ada berbagai
reaksi dalam larutan asam-basa, antara lain
sebagai berikut.
A. Reaksi Penetralan
Reaksi penetralan yaitu reaksi yang dihasilkan
apabila terjadi reaksi antara asam dengan basa.
Contoh:
HCl + NaOH NaCl + H2O
B. Reaksi Pembentukan Gas
1. Gas Hidrogen
Gas hidrogen terjadi jika asam direaksikan
dengan sebagian logam.
2 HCl + Mg MgCl2 + H2
2. Gas Karbon Dioksida
Gas karbon dioksida antara lain dihasilkan dari
reaksi antara garam-garam karbonat dengan
asam
CaCO3 + 2 HCl CaCl2 + H2O + CO2
C. Reaksi Pengendapan
Untuk mengetahui apakah suatu reaksi menghasilkan
endapan atau tidak, harus diketahui kelarutan zat
yang akan terjadi. Berikut ini merupakan zat-zat yang
sukar larut dan mudah larut.
1 Hampir semua asam larut, kecuali H2S dan H2SiO3.
2. Sebagian besar basa sukar larut, kecuali basa
golongan IA, yaitu NaOH, KOH, LiOH, RbOH, dan
CsOH.
3. Garam nitrat, asetat, klorat, dan perklorat mudah
larut.
4. Garam klorida, bromida, dan iodida mudah larut,
kecuali AgCl, AgBr, PbBr2, Hg2Br2, AgI, PbI2, Hg2I2, dan
HgI2.
5. Garam fluorida mudah larut, kecuali MgF2,
CaF2, SrF2, dan BaF2.
6. Garam sulfat mudah larut, kecuali SrSO4,
BaSO4, PbSO4, dan HgSO4.
7. Garam sulfida sukar larut, kecuali sulfida
golongan IA, sulfida golongan IIA, dan (NH4)2S.

Contoh Reaksi pengendapan:


2 NaI + Pb(NO3)2 PbI2(s) + 2 NaNO3
D. Reaksi Oksida
1. Reaksi antara oksida basa dengan asam.
Contoh:
CaO + 2 HCl CaCl2 + H2O
2. Reaksi antara oksida asam dengan basa.
Contoh:
SO3 + 2 NaOH Na2SO4 + H2O
Thanks You For Attention

Anda mungkin juga menyukai