HIDROKARBON
Syahrol Muslim*, Dian Andriani, Edi Supriadi, Erma Maruni, Kurnia Dewi,
Melia Septiriyani, Yulistiya Vidyaning Maulidya dan Widya Angely
Universitas Tanjungpura
Syahrol.muslim@gmail.com
Abstrak
1.Pendahuluan
Pada awal abda ke-19 orang meyangka bahwa zat-zat dalam tumbuh-
tumbuhan dibentuk oleh sesuatu yang gaib dan belum diketahui sifat-sifatnya.
Kemudian kepercayaan ini lambat laun hilang dan pada tahun 1828 seorang
ahli kimia, Fiedrich Mohler yang dapat membouat ureum dari zat-zat
anorganik. Selain tumbuh-tumbuhan dan hewan, masih ada sumber senyawa
hidrokarbon yang kompleks misalnya, gula, amilum, protein, glukosida,
antibiotika, minyak, lemak dan lain-lain. Dari batu bara diperoleh kokas, gas
batu bara yang mengandung berbagai senyawa organic. Minyak bumi
merupakan campuran senyawa-senyawa karbon, terutama hidrokarbon
Tujuan dilakukannya percobaan ini untuk mengetahui sifat-sifat hidrokarbon
dan dapat menentukan reakivitas kmia berdasarkan jenis hidrokarbon (jenuh,
tak jenuh dan aromatik). Prinsip pada percobaan ini adalah mengetahui sifat-
sifat hidrokarbon dan dapat menentukan reakivitas kmia berdasarkan jenis
hidrokarbon (jenuh, tak jenuh dan aromatik) dengan cara memisahkan
senyawa hidrokarbon menggunakan metode sifat fisika dan kimia. Metode
pada sifat fisika, kelarutan dan densitas dalam air dan kelarutan dan densitas
dalam dietil eter. Sedangkan dalam metode kimianya dengan cara
pembakaran, uji bromin, uji KMnO4 dan uji H2SO4. Identifikasi ini bermanfaat
untuk sintesis obat-obatan, pendayagunaan bahan bakar, proses pembuatan
sabun, plastik dan lain-lain.
1. Metodologi
praktikum ini adalah kaca arloji, korek api, pipet tetes dan tabung reaksi.
1. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini dilakukan dengan 2 sifat dan 6 cara kerja.
Pertama kelarutan dan densitas dalam air, kedua kelarutan dan densitas
dalam ligroin, ketiga pembakaran, keempat uji bromin, kelima uji KMnO4 dan
keenam uji H2SO4.
Diberi label tabung reaksi dengan nama senyawa yang akan diuji.
Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung 5 tetes benzena, parafin, n-
heksana, sikloheksena dan toluena. Ditambahkan 5 tetes akuades ke dalam
masing-masing tabung, dan dikocok tabungnya untuk mencampur isinya.
Diamati dan dicatat pada lembar pengamatan. Disimpan tabung untuk
dibandingkan dengan percobaan berikutnya.
Diberi label tabung reaksi dengan nama senyawa yang akan diuji.
Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung 5 tetes benzena, parafin, n-
heksana, sikloheksena dan toluena. Ditambahkan 5 tetes dietil eter ke dalam
masing-masing tabung. Dibandingkan tabung ini dengan percobaan
sebelumnya. Diamati dan dicatat pada lembar pengamatan.
Pembakaran
Uji Bromin
Diberi label tabung reaksi dengan nama senyawa yang akan diuji.
Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung 5 tetes hidrokarbon yang
sesuai : benzena, parafin, n-heksana, sikloheksena dan toluena.
Ditambahkan tetes demi tetes larutan 1% bromin dalam sikloheksana, disertai
pengocokan setiap penetesan. Dihitung jumlah tetesan larutan 1% bromin
dalam sikloheksena, hingga warnanya tetap ada dan tidak hilang. Dicatat
pada lembar pengamatan.
Uji KMnO4
Diberi label tabung reaksi dengan nama senyawa yang akan diuji.
Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung 5 tetes hidrokarbon yang
sesuai : benzena, parafin, n-heksana, sikloheksena dan toluena.
Ditambahkan tetes demi tetes larutan 1% KMnO4 aqueous disertai
pengocokan setiap penetesan. Dihitung jumlah tetesan larutan 1% KMnO4
aqueous, jangan menambah lebih dari 10 tetes. Dicatat pada lembar
pengamatan.
Uji H2SO4
Diberi label tabung reaksi dengan nama senyawa yang akan diuji.
Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung 5 tetes hidrokarbon yang
sesuai : benzena, parafin, n-heksana, sikloheksena dan toluena. Dilakukan
percobaan satu persatu tiap tabung. Ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat pada
tabung, dirasakan perubahan suhunya. Diamati peruban yang terjadi. Dicatat
pada lembar pengamatan.
Sampel
Sampel
Dietil eter, juga dikenal sebagai eter dan etoksi etana, adalah cairan mudah
terbakar yang jernih, tak bewarna dan bertitik didih rendah serta berbau khas.
Hasil yang didapatkan Benzena larut , tidak terjadi pemisahan,
parafin larut, tidak terjadi pemisahan, n-heksana larut tidak terjadi
pemisahan, sikloheksena larut tidak terjadi pemisahan, dan toluena larut
tidak terjadi pemisahan.
Pembakaran
Uji Bromin
Tujuan uji bromin adalah untuk mengamati reaksi halogenisasi, juga untuk
mengetahui pengaruh cahaya dalam mempercepat terjadinya reaksi senyawa
hidrokarbon. Uji bromin untuk membedakan ikatan rangkap menjadi ikatan
tunggal. Perubahan yang terjadi adalah parafin membentuk 2 fasa dan
bereaksi sebagian, sikloheksena membentuk 2 fasa dan bereaksi, n-heksana
tidak bereaksi, toluena bereaksi sebagian, dan benzena tidak bereaksi.
Uji KMnO4
Uji H2SO4
1. Kesimpulan
2. Sifat fisik yang ada pada air merupakan senyawa kimia yang terdiri dari
atom H dan O tidak berwarna, tidak berbau dan merupakan pelarut yang
baik untuk bermacam-macam zat. ). Air yang dicampurkan dengan pelarut-
pelarut tersebut dapat larut dengan mudah karena memiliki kesamaan
sifat, yaitu sama-sama bersifat polar.
3. Sifat kimia yang ada pada percobaan ini adalah mengalami oksidasi,
halogenisasi, adisi dan substitusi.
Daftar Pustaka
dan premium
Pendahuluan
Hanya ada satu hidrokarbon yang mempunyai satu atom karbon yaitu metana (CH 4).
Hidrokarbon lain mengandung dua atau lebih atom karbon yang saling diikat oleh satu,
dua atau tiga ikatan. Hidrokarbon yang mempunyai hanya satu ikatan dinamakan
hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang mempunyai
ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh. Hidrokarbon jenuh
dengan atom-atomnya bersatu dalam rantai lurus atau bercabang disebut alkana. Alkena
merupakan hidrokarbon yang mengandung satu ikatan rangkap dua, dan alkuna
merupakan hidrokarbon yang mengandung satu ikatan rangkap tiga (Fessenden, 1998).
Reaksi yang sangat spesifik pada alkena adalah reaksi addisi dimana reagen ditambahkan
ke ikatan rangkap untuk menghasilkan senyawa jenuh. Reaksi addisi merehibridisasi
karbon ikatan rangkap dari sp2 ke sp3. Brom (Br2) bukan suatu asam, tetapi zat ini dapat
diaddisi kedalam ikatan rangkap karena molekul brom dapat dipolarisasi. Ikatan pi yang
bergabung dengan molekul brom dapat menyebabkan molekul brom berpolarisasi,
sehingga ujung molekul brom sebagian bersifat positif dan ujung lainnya bersifat negatif.
Ujung positif molekul brom yang terpolarisasi dapat berfungsi sebagai elektrofil
(Fessenden, 1998).
Senyawa asam seperti H2SO4 dapat mengaddisi ikatan rangkap alkena. Mula-mula alkena
dimasuki proton membentuk karbokation yang lebih stabil. Hasil karbokation ini
kemudian dimasuki hidrogen sulfat (HSO4-). Campuran ini menyebabkan alkena dihidrasi.
Asam sulfat memberi proton untuk membentuk karbokation. Selanjutnya air sebagai
pengganti ion hidrogen sulfat bereaksi dengan karbokation. Reaksi ini menghasilkan
alkohol (Fessenden, 1998).
Prinsip Kerja
Prinsip kerja pada percobaan kali ini adalah hidrokarbon direaksikan dengan beberapa
reagen khusus seperti air brom dan asam sulfat pekat untu diamati reaksi yang terjadi
untuk menentukan jumlah ikatan rangkapnya..
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tabung reaksi, pipet tetes,
erlenmeyer 50 mL, gelas beker 100 mL, gelas ukur 10 mL.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah larutan H2SO4pekat, minyak
tanah, bensin, solar, Br2, toluena, akuades.
Prosedur Kerja
@sampel 5
1. Reaksi dengan Br2 07.00-07.30 1 jam
menit
Reaksi dengan @sampel 10
2. 08.00-09.00 1 jam
H2SO4 pekat menit
@sampel 20
3. Komposisi Hidrokarbon 09.00-10.30 1 jam
menit
Data
Hasil
Hidrokarbon Keterangan
Toluena Bereaksi
Solar Bereaksi
Bensin Bereaksi
Hidrokarbon Keterangan
Toluena
Minyak Tanah
Solar
Bensin
Pembahasan Hasil
Percobaan dilakukan dengan 3 bahasan. Sampel yang tersedia adalah toluena, minyak
tanah, bensin, dan solar. Percobaan pertama yaitu reaksi hidrokarbon dengan Br 2.
Percobaan dilakukan dalam lemari asam karena Br2 mudah menguap. Keempat sampel
menunjukkan reaksi berbeda saat Br2 ditetesi hidrokarbon. Keempat sampel terpisah
menjadi dua fase. Hal ini dikarenakan kedua senyawa ini memiliki perbedaan massa jenis.
Lapisan bawah adalah lapisan Br2 karena senyawa Br2 memiliki massa jenis lebih tinggi
daripada keempat sampel. Namun sampel memiliki kalerutan sebagian dengan Br2 terbukti
dari munculnya warna oranya. Pencampuran ini menghasilkan reaksi brominasi
(halogenasi) yaitu substitusi atom H oleh atom halogen. Pada sampel bensin, awalnya
terbentuk 2 fase, namun setelah dikocok kuat larutan menjadi tidak berwarna dan menjadi
satu fase. Hal ini membuktikan bahwa bensin bereaksi dengan Br2. Pada sampel solar,
terbentuk 2 fase larutan. Lapisan berwarna coklat keruh dan lapisan bawah berwarna
kuning pudar. Lapisan atas merupakan sampel yaitu solar karena memiliki massa jenis
lebih rendah dibanding Br2. Solar larut sebagian didalam Br2terbukti dari adanya
perubahan warna pada solar yang semakin pekat. Pada sampel minyak tanah juga terjadi
hal yang sama. Larutan terpisah menjadi dua fase. Lapisan atas berwarna kuning pudar
(minyak tanah) dan lapisan bawah adalah Br2 yang berwarna oranye. Sedangkan didalam
toluena, larutan terbentuk 2 fase, lapisan atas berwarna oranye, dan lapisan bawah
berwarna kuning pudar. Hal ini berbanding terbalik dengan sampel minyak tanah karena
toluena banyak larut dalam Br2. Selain itu benzena dan turunannya lebih mudah untuk
melakukan reaksi substitusi daripada reaksi adisi. Reaksi addisi dapat terjadi pada benzena
namun pada suhu tinggi dan dengan bantuan katalis.
Percobaan selanjutnya yaitu reaksi hidrokarbon dengan asam sulfat pekat. Pada
pencampuran ini terjadi reaksi sulfonasi yaitu reaksi adisi yang biasanya terjadi pada
senyawa yang memiliki ikatan rangkap. Molekul senyawa yang memiliki ikatan rangkap
menyerap atom atau gugus atom sehingga ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal. Reaksi
dengan H2SO4 menghasilkan asam alkana sulfonat. Senyawa aromatik seperti toluena dapat
direaksikan dengan H2SO4 karena ikatan rangkapnya beresonansi. Dua dari sampel yang
tersedia yaitu bensin dann minyak tanah menimbulkan panas saat direaksikan dengan
H2SO4karena H2SO4 melepas panas. Pada sampel toluena, saat ditambah H2SO4 terbentuk 2
fase, lapisan atas berwarna putih dan lapisan bawah tidak berwarna. Setelah ditambah air,
terbentuk minyak dan larutan menjadi berwarna putih.
Pada sampel minyak tanah, penambahan H2SO4 membentuk lapisan 2 fase. Lapisan bawah
berwarna merah bata, dan lapisan atas tidak berwarna. Setelah ditambah air, terjadi
proses cracking dilapisan atas, dibawahnya larutan tidak berwarna dan lapisan paling
bawah adalah lapisan lilin berwarna putih. Pada sampel solar, penambahan
H2SO4membentuk 2 fase, lapisan bawah berwarna hitam, dan lapisan atas berwarna coklat.
Setelah ditambah air, muncul minyak, dibawahnya larutan tidak berwarna dan lapisan
paling bawah yaitu putih lilin. Pada sampel bensin, penambahan H 2SO4 membentuk 2 fase
yaitu lapisan berwarna coklat dibawah dan lapisan tidak berwarna diatas. Setelah
ditambah air, terbentuk minyak, kemudian larutan putih menyebar dan lapisan bawah
adalah larutan putih lilin.
Percobaan selanjutnya yaitu komposisi hidrokarbon dalam minyak tanah, solar dan bensin.
Sampel dicampur dengan H2SO4 untuk memutuskan ikatan rangkapnya. Namun apabila
setelah ditambah H2SO4 warnanya masih sangat keruh maka menandakan bahwa ikatan
rangkapnya masih sangat banyak. Seharusnya setelah dicuci dengan H2SO4 dua kali dapat
mengurangi banyaknya ikatan rangkapnya. Pada sampel bensin, penambahan
H2SO4 membuat larutan melepas panas. Pada penambahan H2SO4 pertama larutan
berwarna oranye kehitaman pekat. Setelah dipisahkan, dilakukan penambahan
H2SO4 kedua yang juga melepas panas. Larutan menjadi berwarna kuning senja pekat.
Kemudian larutan dicuci dengan akuades sebanyak dua kali untuk mengikat H2SO4 yang
tersisa didalam sampel. Setelah itu ditetesi Br2 untuk menguji ikatan rangkapnya. Apabila
terbentuk warna oranye maka ikatan rangkapnya telah berkurang. Bensin membutuhkan
10 tetes Br2 untuk menguji ikatan rangkapnya. Larutan memisah menjadi 2 fase. Lapisan
atas berwarna sedikit oranye dan lapisan bawah tidak berwarna. Setelah dikocok keduanya
tercampur merata. Pada sampel minyak tanah, penambahan H2SO4 pertama menimbulkan
panas, dan larutan berwarna oranye kehitaman pekat. Penambahan H2SO4 kedua
menimbulkan panas dengan warna larutan kuning senja pekat. Penambahn air pada
sampel juga menimbulkan panas. Penambahn Br2 pada sampel membutuhkan 10 tetes dan
larutan memisah menjadi dua fase. Lapisan diatas berwarna putih sedikit oranye. Dan
lapisan bawah berwarna putih keruh. Pada sampel solar penambahan H 2SO4 maupun air
tidak menimbulkan panas. Penambahan H2SO4 pertama membentuk larutan coklat
kehitaman. Penambahan H2SO4 kedua membentuk larutan coklat kehitaman pula. Setelah
ditambah air larutan menjadi berwarna putih keruh. Penambahan Br2 membutuhkan 20
tetes, dan larutan terpisah menjadi 2 fase yaitu lapisan atas berwarna putih keoranyean,
dan lapisan bawah berwarna putih keruh. Pada sampel toluena, butuh 45 tetes Br2 dan
larutan memisah menjadi 2 fase. Lapisan atas berwarna oranye dan lapisan bawah
berwarna putih keruh. Berdasarkan hasil praktikum, sampel yang memiliki ikatan rangkap
paling banyak adalah bensin, miyak tanah dan solar.
Dalam reaksi dengan H2SO4, juga terjadi proses pirolisis atau cracking yaitu proses
pemecahan senyawa sehingga dihasilkan hidrokarbon dengan rantai C lebih pendek. Selain
itu ada pula peristiwa pembentukan lilin yaitu pembentukan senyawa yang kecil-kecil
menjadi senyawa yang lebih besar.
Kesimpulan
Hidrokarbon seperti toluena, minyak tanah, solar, dan bensin membentuk reaksi positif
dengan Br2. Reaksi hidrokarbon dengan H2SO4pekat menghasilkan minyak yang bersifat
sementara. Dari keempat sampel hidrokarbon, bensin memiliki ikatan rangkap paling
banyak, disusul minyak tanah, solar dan terakhir toluena.
Referensi
Saran
Untuk praktikum selanjutnya agar bahan diperlengkap sehingga lebih memudahkan kita
dalam mengamati reaksi yang terjadi terhadap sampel. Untuk pipet tetes agar masing-
masing menggunakan pipet tetes besar bukan yang kecil.
Nama Praktikan