TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kalium
Kalium merupakan unsur kimia yang bernomor atom 19, dan termasuk
dalam logam-logam golongan alkali. Atom ini berada di kolom 1 dan periode 4
dari daftar periodik unsur. Sama halnya dengan unsur-unsur alkali lainnya, kalium
juga memiliki bilangan oksidasi +1. Kalium berwarna putih keperakan dan lunak.
Dan dalam bentuk elemen logamnya, potassium merupakan oksidator yang sangat
kuat. Logam ini bereaksi sangat cepat dengan udara dan air. Sama dengan logam-
logam lain yang satu golongan dengannya, hampir semua senyawa kalium larut
mudah dalam air. Kalium selalu ditemukan di air laut dan garam hasil penguapan.
Kalium adalah senyawa bermuatan positif, yang berbeda dengan natrium.
Kalium terdapat dalam sel. Kalium diabsorbsi dengan mudah dalam usus halus.
Sebanyak 80-90% kalium yang dikonsumsi diekskresi melalui urin, selebihnya
dikeluarkan melalui feses, sedikit melalui keringat dan cairan lambung (Wijayanti,
2017). Kalium ditemukan tahun 1807 oleh Sir Humphry Davy, yang berasal dari
logam kaustik kalium. Kalium adalah logam pertama yang diisolasi dengan
elektrolisis. Kalium berwarna putih keperakan dan terdapat secara alami terikat
pada unsur yang lain dalam air laut dan beberapa mineral lainnya. Kalium adalah
golongan trace elements yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (Utomo, 2005).
Kalium diekploitasi dari sylvite (KCl), langbeinite (MgSO4.K2SO4), dan
carnallite (KCl.MgCl2.6H2O). Kalium juga ditemukan di pinggir-pinggir perairan
asin yang memiliki tingkat penguapan tinggi (penambangan sylvite di Laut Mati
yang dilakukan oleh Yordania dan Israel). Kalium adalah logam kedua ringan
selepas litium. Ia adalah pepejal lembut yang mudah dikerat dengan pisau dan
mempunyai warna keperakan pada permukaan yang baru dipotong.
Kalium teroksida dengan cepat dalam udara dan haruslah disimpan dalam
minyak mineral atau kerosin untuk penyimpanan. Kalium bertindak cepat dengan
air dan menghasilkan hidrogen. Kalium jika berada di dalam air, memungkinkan
akan terbakar serta-merta. Garamnya memancarkan warna ungu apabila
didedahkan kepada nyala api. Atom kalium di alam semesta dibuat di saat-saat
peristiwa dari ledakan supernova dari bintang raksasa. Kalium terbuat dari
pembakaran oksigen pada kulit bintang ketika mereka meledak, atau sering
disebut reaksi fusi nuklit. Kalium dibuat bersama dengan beberapa unsur lainnya,
termasuk sulfur dan silikon, selama pembakaran oksigen saat ledakan supernova.
Kalium merupakan mineral zat mikro penting dalam gizi manusia; ia
membantu dalam pengecutan otot dan pengekalan keseimbaingan bendalir dan
elektrolit dalam sel tubuh. Kalium juga penting dalam penghantaran impuls saraf
serta pembebasan tenaga daripada protein, lemak, dan karbohidrat semasa
metabolisme. Memakan bermacam jenis makanan yang mengandungi kalium
adalah cara terbaik untuk memperoleh jumlah yang mencukupi. Individu sihat
yang memakan gizi yang seimbang jarang sekali memerlukan makanan tambahan.
Makanan yang mengandungi sumber kalium yang tinggi termasuklah pisang,
alpukat, saderi dan turnip, dan kebanyakan buah-buahan, sayur-sayuran dan
daging lain juga mengandungi kalium. Gizi yang mengandungi kandungan kalium
yang tinggi boleh merendahkan risiko menghidapi tekanan darah tinggi.
Kalium mengoksidasi dengan cepat di udara, dan sangat reaktif terutama
dalam air, dan menyerupai sodium secara kimiawi. Dengan kepadatan kurang dari
air, potassium adalah logam yang ringan kedua setelah lithium. Kalium adalah
logam padat yang lunak dan mudah dipotong dengan pisau dan bisa terbakar
dalam air (Wijayanti, 2017). Kalium dan tetangganya di sistem periodic unsur
berwujud padat pada suhu kamar, namun tidak dengan paduan (alloy) keduanya.
Alloy NaK yang mengandung 40-90% kalium yang berwujud cairan pada suhu
kamar. Alloy yang tersedia di pasaran adalah alloy dengan komposisi 78% K dan
22% Na yang tetap berwujud cair sampai suhu -12,6oC (9,3oF).
Kalium dalam jumlah yang relative kecil (kira-kira 2%) terletak dalam
cairan ekstraseluler dan dipertahankan dalam batasan sempit. Bagian terbanyak
dari kalium tubuh terletak dalam sel. Rasio kalium cairan intraseluler terhadap
cairan ekstraseluler membantu menentukan protensial istirahat membrane saraf
dan sel otot, perubahan kadar kalium plasma yang mempengaruhi fungsi
neuromuskular dan jantung. Distribusi kalium dipengaruhi oleh pH dan hormon
yang meningkatkan perpindahan kalium dalam sel (Horne dan Swearingen, 2000)
2.2. Kalium Nitrat
Kalium nitrat (KNO3) merupakan suatu senyawa garam yang disusun oleh
kation K+ dan anion NO3-. Senyawa ini bersifat elektrolit kuat dan merupakan
suatu sumber nitrogen paling penting dialam, biasanya kalium nitrar sering
disebut sebagai asam sendawa. Kalium nitrat memiliki kelarutan yang tinggi di
dalam air, karena bersifat elektrolit kuat yang mudah terionisasi menjadi ion-ion,
dengan keadaan 0oC dalam 1 L air kalium nitrat yang larut dapat mencapai 133 gr.
Kelarutan KNO3 tidak sebesar NaNO3 dengan kondisi yang sama.
KNO3 bersifat senyawa ion yang berwujud bubuk hitam teroksidasi
(disuplai oksigen). Sumber utama kalium nitrat adalah deposit, sebelum ada
industry nitrogen skala besar, yang mengkristalisasikan dari dinding gua atau
mengalirkan bahan organik yang membusuk. Tumpukan kotoran juga sumber
umum yang utama, yaitu amonia dari dekomposisi urea dan zat nitrogen lainnya
akan melalui oksidasi bakteri untuk memproduksi nitrat (Bukhari, 2013).
Proses permurnian KNO3 pertama kali dilakukan pada tahun 1270 melalui
perebusan dengan sedikit air dan hanya menggunakan larutan panas, kemudian
menggunakan kalium karbonat (Hasan dan Al-Rammah, 1998). Kalium karbonat
dalam bentuk abu kayu untuk menghilangkan kandungan kalsium didalamnya dan
mangnesium menggunakan pengendapan karbonatnya dari larutan sehingga
meninggalkan KNO3 yang dimurnikan kemudian dapat dikeringkan. KNO3 bisa
didapatkan engapan yang mengkristal pada dinding gua dan akumulasi guano
kelelawar di gua-gua, jerami, urin, dan asam nitrat melalui proses Herber.
KNO3 dapat digunakan sebagia pupuk, oksidator, pengawetan, dan
pembuatan makanan, serta dalam dunia farmakologi. KNO3 juga dapat digunakan
sebagai bahan dalam roket dan pasta gigi anti sensitive. Kristal KNO 3 berbentuk
ortorombik pada suhu kamar, dan dapat berubah menjadi sistem trigonal pada
suuh 129oC. KNO3 yang dipanaskan pada suhu 550-790oC dibawah tekanan
atmosfer oksigen akan melepaskan oksigen dan mencapai kesetimbangan.
KNO3 mengandung dua unsur hara penting yang dibutuhkan tanaman, yatu
44% kalium dan 12% nitrogen. Nitrogen dan kalium merupakan dua unsur makro
yang diperlukan tanaman. Kalium diserap tanaman dalam bentuk K+. Ion ini
dengan mudah disalurkan dari organ dewasa ke organ muda. Kalium merupakan
pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk respirasi dan fotosintesis,
Kalium juga dapat mengaktifkan enzim yang membentuk pati Tanaman yang
kekurangan kalium akan mengakumulasi karbohidrat lebih rendah karena
fotosintesis lambat. Kekurangan kalium juga menyebabkan daun kuning, batang
menjadi lemah, dan rentan terhadap hama (Salisbury dan Ross, 1995).
Pupuk daun dan sudah beredar di pasaran yang telah banyak digunakan
oleh para petani diantaranya adalah KNO3 (Hanif dan Ashari, 2014). KNO3 adalah
merupakan pupuk majemuk N, K dengan Kandungan N 13% dan K 2O 44%.
Pemupukan melalui daun ditentukan oleh faktor larutan pupuk, keadaan iklim dan
karakteristik tanaman. Kenaikan jumlah tunas generatif meningkat seiring dengan
penyemprotan KNO3 setelah rompes, karena K bekerjasama dengan N untuk
memperoleh kesehatan tanaman, kualitas, dan produksi tanaman yang tinggi.
Penyemprotan pupuk daun dengan KNO3 setelah tanaman berbunga tidak
berpengaruh nyata pada produksi buah, karena bahan kimia KNO 3 digunakan
untuk pengaturan untuk pembungaan (Hanif dan Ashari, 2014). Pemberian pupuk
KNO3 dinilai lebih efektif diberikan setelah rompes dan sebelum berbunga. Perlu
dilakukan pengkajian untuk meningkatkan persentase buah jadi untuk dapat
menghasilkan produksi apel yang tinggi dengan pemanfaatan KNO3.
Kemampuan senyawa KNO3 untuk memecahkan dormansi berhubungan
dengan peran ion K+ dalam meningkatkan translokasi sukrosa dari daun ke mata
tunas, pada peningkatan sintesis sukrosa peningkatan transportasi sukrosa pada
apoplas mesofil daun, peningkatan pemuatan floem maupun pengaruh langsung
dari peningkatan tekanan osmosis. Peningkatan persentase buah dan malai
berbuah oleh perlakuan KNO3 yang mungkin disebabkan KNO3 yang dibrikan
meningkatkan kekuatan sink dari tunas-tunas bunga dibanding tunas-tunas
vegetatif sehingga translokasi asimilasi lebih banyak ke tunas bunga yang
mengakibatkan pecahnya dormansi tunas bunga tersebut (Wulandari, 2003).
Perlakuan dengan menggunakan larutan kimia KNO3 pada benih bertujuan
untuk menjadikan kulit benih lebih mudah dimasuki air pada waktu proses
imbibisi. Menurut Sutopo (2010), perlakuan dengan larutan kimia seperti KNO 3
dengan konsentrasi pekat melunakkan kulit benih sehingga mempermudah proses
imbibisi benih. KNO3 juga sebagai salah satu jenis perangsang perkecambahan.
Kalium memiliki kontribusi yang besar terhadap potensi osmotik sel dan jaringan
glikofitik dari berbagai spesies tanaman. Peran utama dari penggunaan kalium
adalah sebagai aktivator dari sebagian besar enzim dalam benih.
Menurut Schmidt (2000), KNO3 merupakan senyawa kimia perangsang
perkecambahan yang paling sering digunakan. KNO3 mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap persentase perkecambahan dan vigor benih. Menurut Copeland dan
McDonald (1997), kalium nitrat merupakan bahan kimia yang paling banyak
digunakan untuk meningkatkankan perkecambahan benih. Larutan KNO 3 yang
umum dalam pengujian perkecambahan secara rutin dan direkomendasikan oleh
International Seed Testing Association (ISTA) untuk tes perkecambahan. Benih
tanaman sensitif terhadap larutan KNO3 dan juga sensitif terhadap cahaya.
2.3. Kristalisasi
Kristalisasi merupakan suatu proses pembentukan kristal dari larutannya
dan kristal yang dihasilkan dapat dipisahkan secara mekanik. Kristalisasi juga bisa
didefinisikan sebagai peristiwa pembentukan partikel-partikel zat padat dalam
suatu fase yang homegen. Kristalisasi dari suatu larutan dapat terjadi jika padatan
terlarut dalam keadaan berlebih atau diluar kesetimbangan, maka sistem akan
mencapai kesetimbangan dengan cara mengkristalkan padatan terlarut tersebut.
Kristalisasi senyawa dalam larutan langsung pada permukaan transfer panas
dimana kerak terbentuk memerlukan tiga faktor simultan yaitu konsentrasi lewat
jenuh, nukleasi, dan waktu kontak yang memadai (Khairunisa dkk, 2019).
Menurut Khairunisa dkk. (2019) yang menyatakan bahwa proses berupa
penguapan pada larutan akan menyebabkan kondisi larutan menjadi jenuh dan
kondisi lewat jenuh dicapai secara simultan melalui pemekatan larutan, dan
penurunan daya larut setimbang saat kenaikan suhu menjadi suhu penguapan.
Pembentukan inti kristal terjadi saat larutan dengan keadaan jenuh, kemudian
sewaktu larutan melewati kondisi lewat jenuh beberapa molekul akan bergabung
membentuk inti kristal. Inti kristal ini akan terlarut apabila ukurannya lebih kecil
dari ukuran partikel kritis, sementara itu kristal-kristal akan berkembang bila
ukurannya lebih besar dari partikel kritis, apabila ukuran inti kristal menjadi lebih
besar jika dibandingkan dari inti kritis maka akan terjadi pertumbuhan kristal.
Menurut Cahyana dkk. (2014) yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan
kristal biasanya ditentukan berdasarkan laju difusi zat terlarut pada permukaan
kristal dan juga laju pengendapan zat terlarut pada kristal tersebut. Daya dorong
difusi zat-zat terlarut tersebut adalah perbedaan antara konsentrasi zat-zat terlarut
pada permukaan kristal dan pada larutan. Kristal-kristal yang telah terbentuk
mempunyai muatan ion yang lebih rendah dan memiliki sifat yang cenderung
untuk menggumpal sehingga menyebabkan terbentuknya kerak.
Faktor-faktor yang dapat memepengaruhi proses kristalisasi adalah derajat
lewat jenuh larutan yang akan melalui proses kristalisasi. Faktor lainya adalah
jumlah inti kristal yang terbentuk dalam proses kristalisasi atau yang bisa disebut
dengan luas permukaan total dari jumlah kristal yang terbentuk, dalam proses
kristalisasi terdapat proses pebentukan inte kristal yaitu nukleasi sekunder dan
juga nukleasi primer, inti kristal yang terbentuk ini akan mengakibatkan kristal
semakin cepat terbentuk. Faktor yang selanjutnya adalah viskositas larutan yang
akan dikristalisasi, jenis dan banyaknya zat pengotor yang ada di larutan juga akan
mempengaruhi jumlah kristal yang terbentuk. Faktor lainnya yang juga dapat
mempengaruhi pembentukan kristal adalah pergerakan yang terjadi antara larutan
dan juga molekul-molekul krsistal yang terbentuk (Mulyani, 2016).