1. Peran Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus Thermophillus dalam
Pembuatan Yoghurt Canglo dengan Penambahan Stroberi (Fragaria X Ananassa) Proses fermentasi dalam pembuatan yogurt dapat terjadi karena susu terdapat protein susu (kasein) dan gula susu (laktosa). Laktosa digunakan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus sebagai sumber karbon, dan sebagai energi utama untuk pertumbuhan bakteri inokulan diatas. Dalam proses fermentasi,laktosa berubah menjadi asam piruvat, dan selanjutnya diubah menjadi asam laktat. Yogurt umumnya dari bahan dasar protein yang berasal dari susu. Tidak setiap individu suka susu, bahkan ada yang alergi. Kacang tolo sebagai sumber protein pengganti susu dalam pembuatan yogurt , karena kandungan proteinnya tinggi. Proses fermentasi yogurt dapat terjadi karena adanya protein dan gula,dan gula sebagai sumber energi bagi bakteri probiotik Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermofillus. Kedua bakteri ini menguraikan laktosa (gula) menjadi asam laktat. Asam laktat menyebabkan penurunan pH susu atau meningkatkan keasaman. Akibatnya kasein (protein) menjadi tidak stabil dan menggumpal membentuk gel yogurt berbentuk setengah padat.Selain itu asam laktat juga memberikan ketajaman rasa asam dan menimbulkan aroma khas yogurt. Hasil tersebut didukung oleh Triyono (2010), aroma khas yogurt disebabkan oleh asam laktat dan senyawa asetaldehid, diasetil, asam asetat dihasilkan selama fermentasi oleh bakteri Lactobacillus bulgaricus. Ada pengaruh yang nyata penambahan ekstrak stroberi terhadap uji organoleptik yogurt Canglo. Yogurt Canglo dapat diterima dan disukai panelis dari aroma, rasa, warna, tekstur, dan keasaman. Perlakuan BA3 paling baik (disukai) panelis. Ada pengaruh penambahan ekstrak stroberi terhadap kadar vitamin C dan protein.Kadar vitamin C dan protein tertinggi perlakuan BA3, sedang kadar vitamin C sebanyak 10,296 mg, danterendah perlakuan BA0 sebanyak 4,107 mg. Kandungan protein yang tertinggi didapat 4,84 mg dan pada BA1 sebesar didapat juga hasil dengan besarnya yaitu 3,65mg. 2. Pengaruh Lama Penundaan Dan Suhu Inkubasi terhadap Sifat Fisik dan Kimia Yoghurt dari Susu Sapi Kadaluwarsa Starter yang mengandung Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus ditambahkan ke dalam bahan yang bersuhu 40oC sebanyak 3% dari bahan, selanjutnya dilakukan pengadukan selama 3 menit agar starter dapat menyebar secara merata. Inkubasi dilakukan sesuai dengan suhu 45 dan 25 oC selama 12 jam. Hal ini dilakukan untuk mengetahui suhu inkubasi yang sesuai. Pendinginan dan penyimpanan. Bahan setelah diinkubasi, didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 4-5oC. Pada penelitian ini diketahui nilai rata-rata viskositas yoghurt antara 0,56 – 0,99 g/cm.s. Nilai terendah pada pelakuan lama penundaan 1 hari dan suhu inkubasi 45 oC (H1S1) dan tertinggi pada penundaan 3 hari dan suhu inkubasi 25 oC (H3S2). Berdasarkan analisis ragam dapat diketahui bahwa tidak ada interaksi kedua faktor terhadap viskositas. Faktor lama penundaan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap viskositas, sedang faktor suhu inkubasi memberikan pengaruh nyata terhadap viskositas. Pada penelitian ini diketahui nilai rata-rata persentase pemisahan yoghurt antara 26,67 – 36,67% Nilai terendah pada pelakuan lama penundaan 1 hari dan suhu inkubasi 25 oC (H1S2) dan tertinggi pada penundaan 3 hari dan suhu inkubasi 25 oC (H3S2). Berdasarkan analisis ragam dapat diketahui bahwa tidak ada interaksi kedua faktor terhadap persentase pemisahan. Faktor lama penundaan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap persentase pemisahan. Kualitas yoghurt susu kadaluwarsa dapat diketahui dengan menggunakan variabel sifat fisik dan kimia yakni viskositas, persentase pemisahan, kandungan protein, total padatan terlarut, dan derajad keasaman. Dari penelitian diketahui nilai rata-rata viskositas 0,56 – 0,99 g/cm.s, persentase pemisahan 26,67– 36,67%, kandungan protein 3,87–4,39%, total padatan terlarut 5,5 – 6,83 oBrix, dan derajad kesaman 3,63–3,85. Dari analisis statistik diketahui bahwa lama penundaan susu memberikan pengaruh sangat nyata terhadap semua variabel tersebut. Semakin lama penundaan menyebabkan peningkatan viskositas, persentase pemisahan, kandungan protein dan derajad keasaman. 3. Pengaruh Variasi Waktu Fermentasi terhadap Kadar Laktosa, Lemak, pH dan Keasaman pada Susu Sapi yang di fermentasi menjadi Yogurt Nilai pH dapat diartikan suatu kondisi yang bersifat kebasaan atau keasaman. Pembentukan asam dalam susu disebabkan karena aktivitas bakteri yang memecah laktosa membentuk asam laktat (Umar dkk, 2014). Proses keasaman susu juga dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa-senyawa fosfat yang kompleks, asam sitrat, asam-asam amino dan karbondioksida yang larut dalam susu (Umar, dkk, 2014). Sebanyak 5 mL susu dimasukkan kedalam labu takar 100 mL, ditambahkan akuades, 1mL larutan K4Fe(CN)6 dan 1 mL larutan ZnSO4, 2 tetes indikator phenolphtalein, ditambahkan larutan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah yang lemah. Ditambahkan akuades sampai tanda tera. Dibiarkan selama 15 menit, lalu disaring. Dimasukkan 5 mL filtrat hasil saringan diatas kedalam erlenmeyer ditambahkan 15 mL akuades dan 10 mL larutan K3Fe(CN)6. Dipanaskan kedalam penangas air yang mendidih selama 20 menit, lalu didinginkan. Ditambahkan 10 mL larutan sulfat seng-kalium-iod dan 10 mL asam asetat pekat.Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai larutan berwarna kuning muda.Ditambahkan beberapa tetes amilum, dan dilanjutkan titrasi sampai warna biru tua hilang.Dilakukan pula percobaan blanko dengan menggunakan 20 ml akuades dan 10 mL K3Fe(CN)6 seperti diatas. Jumlah K3Fe(CN)6 0,05 N direduksi oleh gula = (b-a) mL Na2S2O3 0.05 N. Bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus merombak laktosa menjadi asam laktat dalam susu fermentasi. Dengan adanya aktivitas bakteri asam laktat, maka laktosa yang ada pada yogurt akan mengalami penurunan dan terjadi kenaikan kadar asam laktat. Dengan terbentuknya asam laktat akan mempengaruhi nilai keasaman pada yogurt. Pemecahan gula dalam sel bakteri probiotik akan menghasilkan energi untuk aktivitas bakteri probiotik sehingga dihasilkan asam laktat. Asam laktat kemudian tersekresikan keluar sel dan akan terakumulasi dalam cairan fermentasi sehingga menyebabkan pH yogurt dan peningkatan keasaman yogurt (Kusumaningrum, 2011). 4. Kajian Pembuatan Yoghurt dari Berbagai Jenis Susu dan Inkubasi yang Berbeda terhadap Mutu dan Daya Terima Susu skim sebenarnya limbah produksi mentega, setelah lemak dalam susu tersebut diambil untuk dijadikan mentega. Susu skim mengandung energi lebih rendah, tetapi masih baik sebagai suplemen protein. Susu bubuk fuul cream merupakan susu yang mengandung lemak tinggi dan mengalami proses pengeringan dan terjadi atau kerusakan beberapa zat gizi konponennya diantaranya vitamin A dan beberapa vitamin lainnya anggota vitamin B kompleks, oleh karena itu ditambahkan beberapa zat gizi yang rusak atau kurang1. Rata-rata kadar Asam Laktat tertinggi terdapat pada perlakuan inkubasi temperatur kamar dengan jenis susu Skim yaitu sebesar 2.1 Sedangkan rerata kadar Asam Laktat terendah pada inkubasi dengan jenis susu murni yaitu sebesar 0,57 %. Hasil analisa sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji tukey menunjukkan bahwa kajian jenis susu dan tempat inkubasi berpengaruh nyata ( α = 0,05) terhadap kadar asam laktat pada jenis susu sebesar 0,4568, sedangkan interaksi antara kedua perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata, pada penyimpanan inkubator pada pada jenis susu segar (susu murni), hal ini disebabkan kandungan susu segar atau susu murni selama proses fermentasi semua laktosa berubah menjadi asam piruvat, yang selanjutnya berubah menjadi asam laktat. Asam laktat menyebabkan terjadinya penurunan pH susu, yang berarti meningkatkan keasaman, sehingga kasein menjadi tidak stabil, dan terkoagulasi (menggumpal) membentuk gel yoghurt. Kandungan protein yang terdapat pada jenis susu oleh bakteri asam laktat akan menghidrolisa protein untuk memperoleh nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan didalam susu. Pemecahan protein, terutama kasein, menyebabkan pembentukkan Curd yang diinginkan dan mengakibatkan protein menjadi mudah dicerna. Hasil pemecahan laktosa dan lipid menyebabkan pembentukkan citarasa spsifik pada produk. Walaupun tidak terdapat pengaruh jenis susu terhadap daya terima warna yoghurt namun panelis cenderung menyukai warna yoghurt dari susu cair baik pada suhu kamar maupun susu inkubator karena berwarna putih cerah. Selain itu panelis juga menyukai yoghurt dari susu krim yang diinkubasi. DAFTAR PUSTAKA
Chalimah, S. dan Mayasari, D. 2010. Peran Lactobacillus Bulgaricus dan
Streptococcus Thermophillus dalam Pembuatan Yoghurt Canglo dengan Penambahan Stroberi (Fragaria X Ananassa). Jurnal Pendidikan Biologi. 8(2): 55-59. Suprihana. 2012. Pengaruh Lama Penundaan Dan Suhu Inkubasi terhadap Sifat Fisik dan Kimia Yoghurt dari Susu Sapi Kadaluwarsa. Jurnal AGRIKA. 6(1): 94-102. Syainah, E., Novita, S., dan Yanti, R. 2014. Kajian Pembuatan Yoghurt dari Berbagai Jenis Susu dan Inkubasi yang Berbeda terhadap Mutu dan Daya Terima. Jurnal Skala Kesehatan. 5(1): 3-10.