Anda di halaman 1dari 6

Accelerat ing t he world's research.

PENGARUH SUHU PADA


PEMBUATAN YOGHURT
Galih Purwas

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

JURNAL-PROT EIN
Mulfi Qaulan

Yoghurt
RUFIK DWI KURNIAWAT I

Yogurt PDF
Himawan Rio
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.2, Agustus 2005

Pengaruh Temperatur Dalam Pembuatan Yoghurt dari Berbagai Jenis


Susu Dengan Menggunakan Lactobacillus Bulgaricus dan
Streptococcus Thermophilus
The effect of Temperature in Making Yoghurt from Various Kind of
Milk, Using Lactobacillus Bulgaricus and Streptococcus Thermophilus

Nurzainah Ginting, Elsegustri Pasaribu

Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Abstract: The objectives of this research were to study the colour, texture, taste and
biological living of yoghurt. The yoghurt was treated with various temperature and
various kinds of milk and using Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus
thermophilus. Factorial randomized block was used and the first factor was
temperature, i.e. T1 (30°C), T2 (37°C), T3 (44°C), T4 (51°C); and the second factor was
various kinds of milk, i.e. S1 (Skim Cow Milk), S2 (Fresh Cow Milk), S3 (Full Cream Cow
Milk) and S4 (Fresh Buffalo Milk). The results showed that interaction of temperature,
i.e. 44°C with Fresh Cow Milk had highly significantly effect on texture and colour of
the yoghurt but did not effect on the taste. There were biological living in all of
different temperature of yoghurt which were indicated by coagulation in the end of
incubate process.
Key words: milk, yoghurt, Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur dan jenis
susu dalam pembuatan yoghurt dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus
dan Streprococcus thermophilus terhadap warna, tekstur, rasa, dan uji biologis dari
yoghurt yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial
(RAKF) 4 x 4 dengan 2 ulangan, di mana terdapat 2 faktor perlakuan yaitu faktor
temperatur inkubasi (T) dengan taraf T1: 30°C, T2: 37°C, T3: 44°C, T4: 51°C . Faktor
berikutnya yaitu jenis susu (S) yaitu S1: penggunaan susu skim sebagai bahan dasar, S2:
susu sapi segar, S3: susu full krim, S4: susu kerbau segar. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa interaksi antara temperatur 44°C dan jenis susu sapi segar berpengaruh sangat
nyata terhadap tekstur, warna dari yoghurt yang dihasilkan dan tidak berpengaruh
nyata terhadap rasa. Pada uji biologik diperoleh hasil pengamatan bahwa pada tiap
temperatur dan jenis susu yang digunakan didapati adanya aktivitas dari bakteri biakan
yang ditandai dengan adanya penggumpalan pada masa akhir inkubasi.
Kata kunci: susu, yoghurt, Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus.

Pendahuluan berwarna putih kekuning-kuningan, tidak


tembus cahaya. Kekuningan karena memiliki
Susu adalah substansi cair yang kandungan vitamin A yang tinggi
disekresikan oleh kelenjar mamae oleh (Puspardoyo, 1997). Potter (1986)
semua mamalia. Bagian utamanya adalah menyatakan susu bubuk full krim adalah
air, lemak, protein, gula, dan abu. Susanto susu yang dikeringkan hingga sekitar 97%
(2003) menyatakan susu merupakan sumber total zat padatnya. Biasanya dalam susu full
kalsium, fosfor, vitamin B, dan protein yang krim telah ditambahkan berbagai macam
sangat baik. Mutu protein susu setara vitamin dan mineral. Susu kerbau jauh lebih
dengan protein daging dan telur. Protein banyak mengandung lemak susu, lebih tinggi
susu sangat kaya akan lisin, yaitu salah satu daripada susu sapi (Williamson and Payne,
asam amino esensial yang sangat dibutuhkan 1993). Susu kerbau banyak dipakai untuk
tubuh. membuat makanan, misalnya yoghurt, es
Susu sapi segar adalah air susu hasil krim, dan berbagai jenis keju. Susu skim
pemerahan yang tidak dikurangi atau adalah susu yang mengandung semua
ditambah apapun. Ciri-cirinya adalah kandungan susu kecuali lemaknya yang telah

73
Nurzainah Ginting dan Elsegustri Pasaribu: Pengaruh Temperatur Dalam Pembuatan Yoghurt..

dikurangi hingga 0,5% (Potter, 1986) pembentukan tekstur dan rasa yoghurt
sehingga susu ini cocok untuk bayi. Karena (Goff, 2003).
susu skim mengandung lemak yang lebih Temperatur memegang peranan penting
sedikit maka kandungan vitamin A, D, dan E bagi pertumbuhan bakteri. Dalam
juga rendah. Vitamin yang bersifat larut pengembangbiakannya dengan cara
dalam air, termasuk di dalamnya vitamin B membelah diri, bakteri memerlukan
kompleks dan asam askorbat (vitamin C) temperatur dan keadaan lingkungan
dapat ditemukan dalam susu skim. tertentu sehingga daur hidupnya dapat terus
Produk-produk olahan susu telah berjalan. Menurut Eckles (1980) pengaruh
diketahui memegang peranan penting dalam temperatur terhadap mikroorganisma dapat
makanan manusia di berbagai negara. digolongkan 3 bagian yaitu temperatur
Dengan tingkat nutrisinya yang tinggi, rendah yaitu di bawah 10°C, biasanya
produk olahan susu dapat dijadikan pertumbuhan mikroorganisma menjadi
makanan tambahan walau susu/olahannya lambat pada temperatur ini. Temperatur
hanya mewakili sekitar 10% konsumsi total sedang yaitu 10 – 43°C. Diantara susu ini
protein. Salah satu produk olahan susu akan didapati suhu optimum bagi organisma
adalah yoghurt. Yoghurt adalah susu yang secara mayoritas. Temperatur tinggi yaitu di
diasamkan melalui proses fermentasi. Hasil atas 43°C. Kebanyakan mikroorganisma mati
olahan susu ini berbentuk seperti bubur. pada temperatur sekitar dan di atas 60°C.
Yoghurt dapat menurunkan kadar kolesterol Pada penelitian ini diharapkan dapat
darah, menjaga kesehatan lambung dan diketahui suhu yang paling optimal untuk
mencegah penyakit kanker saluran bakteri berkembang biak secara aktif.
pencernaan. Manfaat yang terakhir ini
dikarenakan yoghurt mengandung bakteri Bahan dan Metode
hidup sebagai probiotik dari makanan yang
menguntungkan bagi mikroflora dalam Penelitian dilakukan di Fakultas
saluran pencernaan. Selain itu Pertanian USU selama dua bulan yaitu
mengkonsumsi yoghurt membolehkan Oktober sampai November 2003. Bahan yang
seseorang yang menderita kelainan lactoce digunakan adalah susu sapi segar, susu
intolerence seolah mampu mengkonsumsi kerbau, susu full krim, susu skim, dan air.
susu (McLean, 1993). Lactoce intolerence Selain itu adalah bakteri Streptococcus
adalah suatu kelainan dari seseorang yang thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus
akan diare setiap minum susu dikarenakan dengan perbandingan 1:1.
memiliki kekurangan laktosa dalam usus Metode penelitian yang digunakan
kecilnya. Laktosa adalah enzim yang adalah rancangan acak kelompok (RAK)
tersebar pada laktosa disakarida di dalam faktorial 4 x 4 dengan 2 (dua) kali ulangan.
glukosa dan galaktose. Jika terdapat laktosa Faktor yang diteliti adalah faktor
tidak dikenal atau tidak diketahui, maka Temperatur (T) yaitu T1 (30°C), T2 (37°C),
laktosa yang dicerna dalam usus tetap T3 (44°C) dan T4 (51°C). Selain faktor
tinggal pada usus dan sebagai hasil dari temperatur adalah jenis susu (S) yaitu S1
osmosis, air bergerak ke usus dan (susu skim), S2 (susu sapi segar), S3 (susu
menyebabkan diare. Pada yoghurt full krim), dan S4 (susu kerbau segar).
laktosanya telah difermentasikan ke dalam Pengaruh perlakuan terhadap semua peubah
bentuk asam laktat di mana setiap orang yang diamati, dipelajari dengan sidik ragam
memiliki enzim untuk mencernanya. dengan model matematik:
Pada pembuatan yoghurt dilakukan
proses fermentasi dengan memanfaatkan Yijk= µ + αi + αj + βk+ (αβ)ij + ∑ijk
bakteri asam laktat misalnya dari golongan
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcuc Adapun peubah yang diamati adalah secara
thermophilus. Streptococcus thermophilus fisik yaitu warna, yaitu warna sebelum dan
berkembang biak lebih cepat dan sesudah susu ditambah dengan bakteri.
menghasilkan baik asam maupun CO2. Asam Selain itu adalah tekstur, yaitu dilihat
dan CO2 yang dihasilkan tersebut kemudian bagaimana interaksi antara jenis susu dan
merangsang pertumbuhan dari Lactobacillus temperatur berpengaruh terhadap tekstur
bulgaricus. Di sisi lain, aktivitas proteolitik dari hasil akhir yoghurt tersebut. Juga rasa
dari Lactobacillus bulgaricus memproduksi yaitu dengan keempat jenis susu yang
peptida penstimulasi dan asam amino untuk digunakan maka akan diuji rasa mana yang
dapat dipakai oleh Sreptococcus paling disukai oleh panelis yang mewakili
thermophilus. Mikroorganisma ini berbagai tingkatan usia, ekonomi, dan latar
sepenuhnya bertanggung jawab atas belakang budaya yang berbeda. Selain

74
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.2, Agustus 2005

peubah yang disebut di atas, peubah lainnya Suka 3


adalah uji biologi, yaitu untuk mengetahui Sangat Suka 4
ada tidaknya aktivitas bakteri untuk setiap Selain uji di atas, dilakukan juga uji
level temperatur yang dicobakan. mikrobiologik untuk mengetahui ada
Pada pelaksanaan penelitian, susu tidaknya aktivitas bakteri untuk setiap
sapi dan kerbau segar dikumpulkan dari perlakuan temperatur.
peternak, sementara susu skim dan full krim
dilarutkan sebanyak 500g dalam 462,5 ml air Hasil dan Pembahasan
masak. Banyaknya susu yang digunakan
adalah 500 cc untuk tiap jenis susu. Susu Pada uji keragaman pengaruh
sapi dan kerbau dipasteurisasi selama 30 temperatur inkubasi dan jenis susu pada
menit pada suhu 60-70°C. Kemudian bakteri warna yoghurt, ternyata faktor perlakuan
biakan ditimbang sebanyak 50g untuk setiap suhu yang berbeda terhadap jenis susu
perlakuan. Setiap susu yang sudah diberi menghasilkan perbedaan yang sangat nyata
biakan ditutup dalam wadah dan di mana T3 (44°C) menunjukkan warna yang
dimasukkan ke dalam inkubator bersuhu lebih kuning Hal ini membuktikan bahwa
30°C dan dibiarkan selama 20 jam. Setelah bakteri memerlukan suhu tertentu untuk
itu wadah yang berisi susu yang sudah berkembang biak secara optimum dan sesuai
berubah menjadi yoghurt dikeluarkan dari dengan pernyataan Eckles(1980) bahwa tiap
inkubator, dibiarkan sebentar pada suhu jenis bakteri memiliki suhu optimum untuk
kamar dan dimasukkan ke refrigerator perkembangbiakan. Jenis susu S2 (susu sapi
bersuhu 5°C. segar) dan S3 (susu full krim) memiliki skala
Untuk perlakuan temperatur 37°C, warna yang paling tinggi, yaitu kuning tua.
proses awalnya sama, hanya saja wadah Hal ini disebabkan jenis susu sapi segar dan
yang sudah berisi susu dimasukkan ke susu full krim memiliki komposisi yang tidak
inkubator bersuhu 37°C selama 10-11 jam. jauh berbeda, hanya saja susu full krim
Berikutnya perlakuan bersuhu 44°C, wadah telah melalui proses pengolahan seperti
berisi susu dimasukkan ke dalam inkubator pengeringan sehingga sekitar 97% zat
bersuhu 44°C selama 8 jam dan terakhir padatnya (Potter, 1986). Bahkan beberapa
perlakuan 51°C dimasukkan ke dalam produk susu full krim mendapat
inkubator bersuhu 51°C selama 6 jam. penambahan bahan nutrisi lain sehingga
Sesudah susu berubah menjadi yoghurt lebih lengkap.
selalu disimpan di dalam refrigerator untuk Warna yoghurt ternyata dipengaruhi
menghambat perkembangbiakan yang oleh makanan yang dikonsumsi oleh ternak.
berlebihan agar yoghurt tidak menjadi Makanan hijauan adalah sumber yang baik
terlalu asam. bagi beta karoten di mana warna kuning
Pengambilan data dari uji organoleptik pada karoten tersebut akan terdapat dalam
terdiri atas: lemak air susu. Hal ini yang menyebabkan
mengapa yoghurt dari susu skim warnanya
1. uji warna cenderung lebih putih karena kandungan
Skala Hedonik Skala lemaknya rendah, sementara karoten yang
Numerik menyumbangkan warna kuning tersebut
Putih 1 berasal dari lemak susu.
Putih Kekuningan 2 Tekstur dari yoghurt yang dihasilkan
Kuning 3 menentukan apakah yoghurt tersebut
Kuning Tua 4 berkualitas baik. Yoghurt yang baik memiliki
tekstur yang lembut seperti bubur, tidak
2. uji tekstur terlalu encer dan tidak pula terlalu padat
Skala Hedonik Skala (Legowo, 2002). Faktor berbagai level
Numerik temperatur dan jenis susu serta interaksi
Encer 1 dari kedua faktor tersebut terhadap tekstur
Agak Kental 2 yoghurt menunjukkan perbedaan yang
Kental 3 sangat nyata. Perlakuan dengan temperatur
Menggumpal 4 44°C dengan memakai susu full krim
menunjukkan perbedaan sangat nyata
3. uji rasa terhadap perlakuan dengan temperatur 44°C
Skala Hedonik Skala Numerik memakai susu skim. Artinya pada
Tidak Suka 1 temteratur optimum untuk berkembang
Agak Suka 2 biak, susu skim yang kandungan lemaknya

75
Nurzainah Ginting dan Elsegustri Pasaribu: Pengaruh Temperatur Dalam Pembuatan Yoghurt..

sebagian sudah dibuang memiliki tekstur ada aktivitas bakteri yaitu ditandakan
yang lebih encer daripada susu full krim. dengan adanya penggumpalan pada tekstur
Menurut Gilliland (1986) beberapa faktor yoghurt serta aromanya yang asam. Pada
yang mempengaruhi tekstur yoghurt adalah tekstur yang encer atau tidak padat, maka
perlakuan pada susu sebelum kemungkinan besar bakteri tidak
diinokulasikan, ketersediaan nutrisi, bahan- berkembang optimal (suhu 30°C) atau
bahan pendorong, produksi metabolis oleh bakteri sebagian mati (suhu 51°C).
lactobacilli, interaksi dengan bakteri biakan
lainnya, penanganan bakteri sebelum Kesimpulan dan Saran
digunakan dan juga ada atau tidaknya
antibiotika dalam susu. Tekstur yoghurt susu Kesimpulan
kerbau adalah yang paling padat 1.Temperatur 30°C, 37°C, 44°C, dan
dikarenakan susu kerbau memiliki 51°C yang digunakan sebagai suhu
kandungan lemak yang lebih tinggi inkubasi berpengaruh terhadap
dibandingkan jenis susu lainnya. warna, tekstur yoghurt sedangkan
Rasa yoghurt yang diamati adalah pada rasa tidak berpengaruh.
melalui pemberian yoghurt polos (tanpa 2.Jenis susu sapi segar, susu kerbau
ditambahi perasa apapun) kepada panelis. segar, susu full krim, dan susu skim
Yoghurt biasanya memiliki citarasa asam yang digunakan sebagai bahan dasar
menyegarkan yang tajam (Davies and Law, yoghurt berpengaruh terhadap warna,
1984) dan aroma yang khas. Dari tiap tekstur, rasa yoghurt.
perlakuan di mana total rataan yang paling 3.Ada interaksi yang nyata antara
tinggi adalah pada perlakuan dengan temperatur °C dan jenis susu yang
menggunakan susu full krim dan yang digunakan.
terendah dihasilkan pada yoghurt berbahan 4.Hasil yang paling baik diperoleh pada
susu kerbau. Hal ini berarti yoghurt temperatur 44°C dengan pemakaian
berbahan susu full krim lebih disukai dari susu sapi full krim sebagai bahan
yang berbahan susu kerbau. Ini terjadi dasarnya.
karena masyarakat Indonesia lebih
mengenal dan lebih sering mengkonsumsi Saran
susu sapi dan berbagai produk hasil 1. Susu yang dipakai adalah susu yang
olahannya seperti susu skim dan full krim baru, tidak disimpan terlalu lama
daripada susu kerbau. sehingga merupakan media terbaik
Rasa yang dihasilkan oleh yoghurt untuk bekteri berkembang biak.
berbahan susu kerbau cenderung lebih asam 2. Temperatur yang digunakan sebaiknya
dibanding berbahan susu full krim, karena tidak rendah ataupun tinggi untuk
produksi asam oleh bakteri lebih cepat menyediakan temperatur yang
dikarenakan bakteri yang juga berkembang optimum bagi bakteri berkembang
lebih cepat (Davies and Law, 1984) pada biak.
susu kerbau dibandingkan dengan jenis susu
lainnya. Rasa asam pada yoghurt merupakan Daftar Pustaka
indikasi perkembangbiakan dari
percampuran bakteri yang berjalan baik dan Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi
cepat (Driessen, 1981). Rasa asam pada Pengolahan Air Susu. Yogyakarta:
yoghurt juga menunjukkan bahwa adanya Andi Offset.
asam laktat yang telah terbentuk sebagai
hasil kerja dari bakteri (Eckles, 1980). Davies, F. L. and Law B. A. 1984. Advances
Menurut Adnan (1984) keasaman yang in The Microbiology and
tercapai dapat mengganggu pertumbuhan Biochemistry of Cheese &
bakteri yang tidak dikehendaki, terutama Fermented Milk. London: Elsevies
bakteri yang menyebabkan diare seperti Applied Science.
Clostridium difficile pada orang dewasa dan
Rotavirus pada anak-anak. Driessen, F. 1981. Mixed Culture
Lebih diminatinya yoghurt berbahan Fermentations, P. Bushell & J.
dasar susu full krim karena yoghurt terasa Slater. London: Educations
lebih enak, kandungan lemaknya tidak Academic Press.
terlalu tinggi seperti susu kerbau sehingga
rasanya tidak mengakibatkan cepat muak. Eckles, C. H., W. B. Combs, H. Macy. 1980.
Pada uji mikrobiologik disimpulkan Milk and Milk Products. 4th Edition,
bahwa pada semua level temperatur tetap

76
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.2, Agustus 2005

Bombay, New Delhi: Tata McGraw


Hill Publishing Company Ltd.

Goff, D. 2003. Yoghurt, Diary Science, and


Technology. Canada: University
ofguelph.

Gilliland, S.E. 1986. Bacterial Starter


Cultures for Food. Florida, USA: CRC
Press.

Legowo, A. M. 13 September 2002. Yoghurt


untuk Kesehatan. Kompas.

McLean, V.A. 1983. Yoghurt and You:


Nutritional Value of Yughurt. The
National Yoghurt Association.

Puspowardoyo, H. 1997. Mikrobiologi


Pangan Hewani–Nabati. Yogyakarta:
Kanisius.

Potter, N. N. 1986. Food Science. New York:


Von Nostrand Reinhold Company.

Susanto, A. 2000. Si Putih Kaya Gizi. Kompas


Cyber Media, diakses 9 Mei 2003.

Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993.


Pengantar Peternakan di Daerah
Tropis. Yogyakarta: UGM Press.

77

Anda mungkin juga menyukai