Anda di halaman 1dari 2

Nama : Apriliana Prapaska Silvi

NIM :H1041221084
Kelas :B
Makul : Klimatologi

REVIEW JURNAL

Judul Pengaruh Temperatur Dalam Pembuatan Yoghurt dari Berbagai Jenis Susu
Dengan Menggunakan Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus
Thermophilus
Nama Jurnal Jurnal Agribisnis Peternakan
Volume dan Nomor Vol.1, No.2
Tahun Agustus 2005
Penulis Nurzainah Ginting, Elsegustri Pasaribu
Reviewer Apriliana Prapaska Silvi
Tanggal Review 19 November 2084
Latar Belakang Susu adalah substansi cair yang disekresikan oleh kelenjar mamae oleh
semua mamalia. Bagian utamanya adalah air, lemak, protein, gula, dan abu.
Susanto (2003) menyatakan susu merupakan sumber kalsium, fosfor,
vitamin B, dan protein yang sangat baik. Mutu protein susu setara dengan
protein daging dan telur. Protein susu sangat kaya akan lisin, yaitu salah
satu asam amino esensial yang sangat dibutuhkan tubuh. Susu sapi segar
adalah air susu hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau ditambah apapun.
Ciri-cirinya adalah berwarna putih kekuning-kuningan, tidak tembus
cahaya. Kekuningan karena memiliki kandungan vitamin A yang tinggi
(Puspardoyo, 1997).
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur dan
jenis susu dalam pembuatan yoghurt dengan menggunakan bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streprococcus thermophilus terhadap warna,
tekstur, rasa, dan uji biologis dari yoghurt yang dihasilkan
Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh temperatur dan jenis susu dalam pembuatan yoghurt
dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streprococcus
thermophilus terhadap warna, tekstur, rasa, dan uji biologis dari yoghurt
yang dihasilkan?
Metode Penelitian gan perbandingan 1:1. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan
acak kelompok (RAK) faktorial 4 x 4 dengan 2 (dua) kali ulangan. Faktor
yang diteliti adalah faktor Temperatur (T) yaitu T1 (30°C), T2 (37°C), T3
(44°C) dan T4 (51°C).
Hasil Penelitian Pada uji keragaman pengaruh temperatur inkubasi dan jenis susu pada
warna yoghurt, ternyata faktor perlakuan suhu yang berbeda terhadap jenis
susu menghasilkan perbedaan yang sangat nyata di mana T3 (44°C)
menunjukkan warna yang lebih kuning Hal ini membuktikan bahwa bakteri
memerlukan suhu tertentu untuk berkembang biak secara optimum dan
sesuai dengan pernyataan Eckles(1980) bahwa tiap jenis bakteri memiliki
suhu optimum untuk perkembangbiakan. Jenis susu S2 (susu sapi segar) dan
S3 (susu full krim) memiliki skala warna yang paling tinggi, yaitu kuning
tua. Hal ini disebabkan jenis susu sapi segar dan susu full krim memiliki
komposisi yang tidak jauh berbeda, hanya saja susu full krim telah melalui
proses pengolahan seperti pengeringan sehingga sekitar 97% zat padatnya
(Potter, 1986). Bahkan beberapa produk susu full krim mendapat
penambahan bahan nutrisi lain sehingga lebih lengkap.
Kesimpulan 1.Temperatur 30°C, 37°C, 44°C, dan 51°C yang digunakan sebagai suhu
inkubasi berpengaruh terhadap warna, tekstur yoghurt sedangkan pada rasa
tidak berpengaruh. 2.Jenis susu sapi segar, susu kerbau segar, susu full krim,
dan susu skim yang digunakan sebagai bahan dasar yoghurt berpengaruh
terhadap warna, tekstur, rasa yoghurt. 3.Ada interaksi yang nyata antara
temperatur °C dan jenis susu yang digunakan. 4.Hasil yang paling baik
diperoleh pada temperatur 44°C dengan pemakaian susu sapi full krim
sebagai bahan dasarnya.
Saran 1. Susu yang dipakai adalah susu yang baru, tidak disimpan terlalu lama
sehingga merupakan media terbaik untuk bekteri berkembang biak.
2.Temperatur yang digunakan sebaiknya tidak rendah ataupun tinggi untuk
menyediakan temperatur yang optimum bagi bakteri berkembang biak.

Anda mungkin juga menyukai