Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI KARBOHIDRAT
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Biokimia

Dosen Pengampu:

Dra. Soesy Asiah Soesilawaty, M.Si.


Dr. Mimin Nurjhani K., M.Pd.
Drs. Suhara, M.pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Biologi C 2023

Annisa Nurkhoeriah Nasution (2312404)


Kirey Qanita Renada (2304223)
Rini Fauziah (2303448)
Sandi Prasetio (2303378)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
A. JUDUL
Karbohidrat

B. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Praktikum Uji Molish,Uji Benedict,Uji Barfoed
Hari : Kamis, 26 Oktober 2023
Waktu : 07:00–09:30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi FPMIPA UPI
2. Praktikum Uji Bial,Uji Seliwanof,Uji Iodium,dan Uji Asam Mukat
Hari : Kamis, 2 November 2023
Waktu : 07:00-09:30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi FPMIPA UPI

C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bahan organik yang termasuk karbohidrat pada
bahan Uji Molish
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya kandungan gula preduksi pada bahan Uji
Benedict
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi karbohidrat yang termasuk monosakarida pada
bahan Uji Barfoed
4. Mahasiswa mampu membedakan karbohidrat yang termasuk gula pentosa pada bahan
Uji Bial
5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi karbohidrat yang memiliki gugus keton pada
bahan yang diujikan melalui Uji Selliwanof
6. Mahasiswa mampu mengidentifikasi karbohidrat yang termasuk polisakarida pada
bahan Uji Iodium
7. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya galaktosa pada bahan Uji Asam Mukat

D. LANDASAN TEORI
D.1 Uji Molish
Uji Molisch adalah uji kimia yang digunakan untuk menentukan senyawa yang termasuk
karbohidrat. Uji Molisch melibatkan penambahan reagen Molisch (larutan α-naftol dalam
etanol) ke dalam analit dan selanjutnya penambahan beberapa tetes H2SO4 pekat (asam
sulfat) ke dalam campuran. Asam sulfat pekat menghidrolisis ikatan glikosidik
menghasilkan monosakarida yang selanjutnya didehidrasi menjadi furfural dan
turunannya. Hasilnya (furfural) mengalami sulfonasi dengan alpha naftol memberikan
senyawa ungu kompleks. Reaksi ini adalah reaksi yang paling umum untuk pengetesan
adanya karbohidrat dan senyawa organik lainnya yang memberikan furfural dengan asam
sulfat pekat. (Suhara, dkk, 2022)

D2. Uji Benedict


Uji benedict adalah salah satu uji kimia yang digunakan untuk mengetahui adanya
kandungan gula atau karbohidrat pereduksi. Jenis gula yang termasuk pereduksi meliputi
semua jenis monosakarida dan beberapa jenis disakarida, termasuk salah satunya seperti
laktosa dan maltosa. Larutan benedict mengandung ion-ion tembaga (II) yang kompleks
di dalam sebuah larutan basa. Uji Benedict juga kompleks dengan ion-ion sitrat dalam
larutan karbonat, tembaga sulfat dalam reagen benedict akan bereaksi dengan
monosakarida dan disakarida. Yang kemudian akan membentuk endapan berwarna merah
mata, sementara monosakarida dan disakarida bisa bereaksi dengan reagen benedict
karena keduanya mengandung aldehid dan keton bebas. Adanya hasil positif
diperlihatkan dari kemunculan perubahan warna yang terjadi pada larutan menjadi warna
hijau, kuning dan merah bata.

D.3 Uji Barfoed


Uji Barfoed dilakukan untuk mengidentifikasi monosakarida di dalam sampel. Pada
kondisi asam ringan, gula membentuk enediol, yang dapat mereduksi ion Cu+2 menjadi
ion Cu+ yang jika dipanaskan membentuk Cu2O. Sifat pereduksi bergantung pada gugus
karbonil (gugus aldehid atau keton). Jika terbentuk warna merah bata di dasar tabung
menandakan karbohidrat golongan monosakarida seperti glukosa, fruktosa, mannose atau
galaktosa. Tetapi jika tidak terbentuk maka menunjukkan golongan disakarida. (Bagus
Nupriadi, dkk, 2023)

D.4 Uji Bial


Uji Bial merupakan uji yang didasari oleh konversi pada gula pentose seperti ribosa
didalam keadaan asam dan panas menjadi senyawa furfural, yang kemudian bereaksi
dengan orsinol dan mengeluarkan warna hijau. Reagen yang digunakan pada
pengujianBial ini adalah pereaksi Bial yang mengandung larutan orsinol dan FeCl3 di
daladisam HCl pekat. HCl yang terdapat pada reagen akan mendehidrasi gula menjadi
furfural. Jika dalam larutan terdapat gula pentosa, larutan tersebut akan berwarna hijau.
Reaksi ini tidak mutlak spesifik untuk pentose, pemanasan yang lama dari beberapa
heksosa menghasilkan hidrosimetilfurfural yang juga bereaksi dengan orcinol
memberikan warna kompleks (Adisendjaja, 2016).

D.5 Uji Seliwanof


Uji seliwanoff atau tes seliwanoff digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat yang
memiliki gugus keton (ketosa) gula (karbohidrat) yang diuji masuk kategori ketosa atau
aldosa. Gula aldosa memiliki gugus aldehid, sed. Ketosa didehidrasi lebih cepat daripada
aldosa memberikan turunan (fultural), yang selanjutnya berkondensasi dengan recorcinol
(1,3-dehidroksi benzena) memberikan warna kompleks. (Suhara, dkk, 2022).
Dengan uji ini, gula ketosa seperti fruktosa akan menghasilkan warna merah ceri,
sedangkan gula aldosa seperti glukosa akan memberikan hasil negatif dengan tidak
muncul warna merah pada larutan (Panji, 2014)

D.6 Uji Iodium


Uji lodium merupakan uji kualitatif karbohidrat yang bertujuan untuk menentukan
karbohidrat mana yang termasuk ke dalam jenis polisakarida. Polisakarida adalah jenis
karbohidrat yang tersusun dari dua atau lebih ikatan monosakarida. Karbohidrat
kompleks ini dapat mengandung sampai tiga ribu unit gula sederhana yang tersusun
dalam rantai panjang lurus atau bercabang. Pada uji lodium hasil positif ditandai dengan
adanya perubahan warna pada karbohidrat dari warna pembandingnya yaitu iodium 2
tetes. Perubahan warna sendiri disesuaikan dengan jenis karbohidrat yang diuji. Warna
kemerah-merahan menandakan glikogen, warna kebiru-biruan menandakan amilum, dan
warna kecoklat-coklatan menandakan dextrin, Ketiga jenis karbohidrat tersebut adalah
contoh dari karbohidrat golongan polisakarida (Togatorop, 2014).

D.7 Uji Asam Mukat

Uji asam mukat bertujuan untuk menguji adanya galaktosa. Hal ini dikatakan karena
pada uji asam mukat terjadi proses oksidasi asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas
galaktosa menghasilkan asam mukat yang kurang larut dalam air berupa kristal asam
mukat yang mudah dimurnikan dan diketahui bentuk kristal maupun titik leburnya,
sehingga jika dilihat dibawah mikroskop terlihat endapan Kristal yang dihasilkan asam
mukat. Berbeda halnya bila dibandingkan dengan asam sakarat yang dihasilkan oleh
oksidasi glukosa tidak membentuk Kristal sehingga terlihat warna lebih bening (Rivani,
2015).

E. ALAT DAN BAHAN


E.1 Uji Molish
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Uji Molish disajikan dalam Tabel E.1.1
dan Tabel E.1.2 sebagai berikut.

Tabel E.1.1 Alat Uji Molish

Alat Jumlah

Tabung Reaksi 9 buah

Rak Tabung Reaksi 1 buah

Pipet Tetes 11 buah

Gelas Ukur 10 buah

Kertas Label 9 buah

Kertas Putih 1 lembar

Tabel E.1.2 Bahan Uji Molish

Bahan Jumlah

Larutan A 2 ml

Larutan B 2 ml

Larutan C 2 ml

Larutan D 2 ml

Larutan E 2 ml
Larutan F 2 ml

Larutan G 2 ml

Larutan H 2 ml

Larutan I 2 ml

Pereaksi Molish 45 tetes

H2SO4 18 ml

E.2 Uji Benedict


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Uji Benedict disajikan dalam Tabel E.2.1
dan Tabel E.2.2 sebagai berikut.
Tabel E.2.1 Alat Uji Benedict

Alat Jumlah

Tabung Reaksi 9 buah

Rak Tabung Reaksi 1 buah

Pipet Tetes 10 buah

Gelas Ukur 1 buah

Kertas Label 9 buah

Kertas Putih 1 lembar

Penangas Air 1 buah

Tabel E.2.2 Bahan Uji Benedict

Bahan Jumlah

Larutan A 7 tetes
Larutan B 7 tetes

Larutan C 7 tetes

Larutan D 7 tetes

Larutan E 7 tetes

Larutan F 7 tetes

Larutan G 7 tetes

Larutan H 7 tetes

Larutan I 7 tetes

Reagen Benedict 18 ml

E.3 Uji Barfoed


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Uji Barfoed disajikan dalam Tabel E.3.1
dan Tabel E.3.2 sebagai berikut.
Tabel E.3.1 Alat Uji Barfoed

Alat Jumlah

Tabung Reaksi 9 buah

Rak Tabung Reaksi 1 buah

Pipet Tetes 10 buah

Gelas Ukur 10 buah

Kertas Label 9 buah

Kertas Putih 1 lembar

Penangas Air 1 buah


Tabel E.3.2 Bahan Uji Barfoed

Bahan Jumlah

Larutan A 1 ml

Larutan B 1 ml

Larutan C 1 ml

Larutan D 1 ml

Larutan E 1 ml

Larutan F 1 ml

Larutan G 1 ml

Larutan H 1 ml

Larutan I 1 ml

Reagen Barefoed 18 ml

E.4 Uji Bial


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Uji Bial disajikan dalam Tabel E.4.1 dan
Tabel E.4.2 sebagai berikut.
Tabel E.4.1 Alat Uji Bial

Alat Jumlah

Tabung Reaksi 9 buah

Rak Tabung Reaksi 1 buah

Pipet Tetes 11 buah

Gelas Ukur 11 buah

Kertas Label 9 buah


Kertas Putih 1 lembar

Penangas Air 1 buah

Tabel E.4.2 Bahan Uji Bial

Bahan Jumlah

Larutan A 1 ml

Larutan B 1 ml

Larutan C 1 ml

Larutan D 1 ml

Larutan E 1 ml

Larutan F 1 ml

Larutan G 1 ml

Larutan H 1 ml

Larutan I 1 ml

Reagen Bial 22,5 ml

Amil Alkohol 9 ml

E.5 Uji Selliwanof


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Uji Selliwanof disajikan dalam Tabel
E.5.1 dan Tabel E.5.2 sebagai berikut.
Tabel E.5.1 Alat Uji Selliwanof

Alat Jumlah

Tabung Reaksi 9 buah


Rak Tabung Reaksi 1 buah

Pipet Tetes 10 buah

Gelas Ukur 1 buah

Kertas Label 9 buah

Kertas Putih 1 lembar

Penangas Air 1 buah

Tabel E.5.2 Bahan Uji Selliwanof

Bahan Jumlah

Larutan A 3 tetes

Larutan B 3 tetes

Larutan C 3 tetes

Larutan D 3 tetes

Larutan E 3 tetes

Larutan F 3 tetes

Larutan G 3 tetes

Larutan H 3 tetes

Larutan I 3 tetes

Reagen Selliwanof 18 ml

E.6 Uji Iodium


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Uji Iodium disajikan dalam Tabel E.6.1
dan Tabel E.6.2 sebagai berikut.
Tabel E.6.1 Alat Uji Iodium

Alat Jumlah

Plat Tetes 1 buah

Pipet Tetes 10 buah

Tabel E.6.2 Bahan Uji Iodium

Bahan Jumlah

Larutan A 2 tetes

Larutan B 2 tetes

Larutan C 2 tetes

Larutan D 2 tetes

Larutan E 2 tetes

Larutan F 2 tetes

Larutan G 2 tetes

Larutan H 2 tetes

Larutan I 2 tetes

Larutan Iodium 18 tetes

E.7 Uji Asam Mukat


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Uji Asam Mukat disajikan dalam Tabel
E.7.1 dan Tabel E.7.2 sebagai berikut.
Tabel E.7.1 Alat Uji Asam Mukat

Alat Jumlah

Tabung Reaksi 2 buah


Pipet Tetes 2 buah

Timbangan digital 1 buah

Gelas Ukur 2 buah

Penangas Air 1 buah

Tabel E.7.2 Bahan Uji Asam Mukat

Bahan Jumlah

Glukosa 50 mg

Galaktosa 50 mg

Aquades 12 ml

HNO3 Pekat 2 ml

F. LANGKAH KERJA
F.1 Langkah Kerja Uji Molish

Gambar F.1 Langkah kerja Uji Molish

F.2 Langkah Kerja Uji Benedict

Gambar F.2 Langkah Kerja Uji Benedict


F.3 Langkah Kerja Uji Barfoed

Gambar F.3 Langkah Kerja Uji Barfoed

F.4 Langkah Kerja Uji Bial

Gambar F.4 Langkah kerja Uji Bial

F.5 Langkah Kerja Uji Selliwanof

Gambar F.5 Langkah kerja Uji Selliwanof


F.6 Langkah Kerja Uji Iodium

Gambar F6.Langkah kerja Uji Iodium Iodium


F.7 Langkah Kerja Uji Asam Mukat

Gambar F.8 Langkah kerja Uji Asam Mukat

G. HASIL PENGAMATAN
G.1 Uji Molish
Tabel G.1 Hasil Pengamatan pada Uji Molish.

No Kode Larutan Dokumentasi Keterangan


.

1. A Terbentuk cincin berwarna ungu


pekat pada larutan, menandakan
positif.

Gambar G.1.1
(Dok. Kelompok 5)
2. B Terbentuk cincin berwarna ungu
pada larutan, menandakan
positif.

Gambar G.1.2
(Dok. Kelompok 5)

3. C Terbentuk cincin berwarna ungu


pada larutan, menandakan
positif.

Gambar G.1.3
(Dok. Kelompok 5)

4. D Terbentuk cincin berwarna ungu


pekat pada larutan, menandakan
positif.

Gambar G.1.4
(Dok. Kelompok 5)

5. E Terbentuk cincin berwarna ungu


pada larutan, menandakan
positif.

Gambar G.1.5
(Dok. Kelompok 5)
6. F Terbentuk cincin berwarna ungu
pada larutan, menandakan
positif.

Gambar G.1.6
(Dok. Kelompok 5)

7. G Terbentuk cincin berwarna ungu


pada larutan, menandakan
positif.

Gambar G.1.7
(Dok. Kelompok 5)

8. H Terbentuk cincin berwarna ungu


pada larutan, menandakan
positif.

Gambar G.1.8
(Dok. Kelompok 5)

9. I Terbentuk cincin berwarna ungu


pekat pada larutan, menandakan
positif.

Gambar G.1.9
(Dok. Kelompok 5)
G.2 Uji Benedict
Tabel G.2 Hasil Pengamatan pada Uji Benedict.

No Kode Bahan Dokumentasi Keterangan


.

1. A Warna larutan berubah menjadi


kuning kecoklatan, menandakan
positif.

Gambar G.2.1
(Dok. Kelompok 5)

2. B Warna larutan berubah menjadi


hijau, menandakan positif.

Gambar G.2.2
(Dok. Kelompok 5)

3. C Warna larutan tidak berubah,


menandakan negatif.

Gambar G.2.3
(Dok. Kelompok 5)

4. D Warna larutan berubah menjadi


merah bata, menandakan positif.

Gambar G.2.4
(Dok. Kelompok 5)
5. E Warna larutan berubah menjadi
kuning kecoklatan, menandakan
positif.

Gambar G.2.5
(Dok. Kelompok 5)

6. F Warna larutan berubah menjadi


kuning kecoklatan, menandakan
positif.

Gambar G.2.6
(Dok. Kelompok 5)

7. G Warna larutan tidak berubah,


menandakan negatif.

Gambar G.2.7
(Dok. Kelompok 5)

8. H Warna larutan berubah menjadi


kuning kecoklatan, menandakan
positif.

Gambar G.2.8
(Dok. Kelompok 5)

9. I Warna larutan tidak berubah,


menandakan negatif.
Gambar G.2.9
(Dok. Kelompok 5)

G.3 Uji Barfoed


Tabel G.3 Hasil Pengamatan pada Uji Barfoed.

No Kode Bahan Dokumentasi Sebelum Keterangan


. Dipanaskan

1. A Terdapat endapan pada larutan,


menandakan positif.

Gambar G.3.1
(Dok. Kelompok 5)

2. B Larutan tidak menghasilkan


endapan, menandakan negatif.

Gambar G.3.2
(Dok. Kelompok 5)

3. C Larutan tidak menghasilkan


endapan, menandakan negatif.

Gambar G.3.3
(Dok. Kelompok 5)
4. D Terdapat endapan pada larutan,
menandakan positif.

Gambar G.3.4
(Dok. Kelompok 5)

5. E Terdapat endapan pada larutan,


menandakan positif.

Gambar G.3.5
(Dok. Kelompok 5)

6. F Terdapat endapan pada larutan,


menandakan positif.

Gambar G.3.6
(Dok. Kelompok 5)

7. G Larutan tidak menghasilkan


endapan, menandakan negatif.

Gambar G.3.7
(Dok. Kelompok 5)

8. H Larutan tidak menghasilkan


endapan, menandakan negatif.
Gambar G.3.8
(Dok. Kelompok 5)

9. I Larutan tidak menghasilkan


endapan, menandakan negatif.

Gambar G.3.9
(Dok. Kelompok 5)

G.4 Uji Bial


Tabel G.4 Hasil Pengamatan pada Uji Bial.

No. Kode Bahan Dokumentasi Keterangan

1. A Larutan berubah menjadi warna


biru kehijauan, menandakan
positif.

Gambar G.4.1
(Dok. Kelompok 5)

2. B Larutan tidak berwarna biru


kehijauhan, menandakan
negatif.

Gambar G.4.2
(Dok. Kelompok 5)

3. C Larutan tidak berwarna biru


kehijauhan, menandakan
negatif.
Gambar G.4.3
(Dok. Kelompok 5)

4. D Larutan tidak berwarna biru


kehijauhan, menandakan
negatif.

Gambar G.4.4
(Dok. Kelompok 5)

5. E Larutan tidak berwarna biru


kehijauhan, menandakan
negatif.

Gambar G.4.5
(Dok. Kelompok 5)

6. F Larutan tidak berwarna biru


kehijauhan, menandakan
negatif.

Gambar G.4.6
(Dok. Kelompok 5)

7. G Larutan tidak berwarna biru


kehijauhan, menandakan
negatif.

Gambar G.4.7
(Dok. Kelompok 5)
8. H Larutan tidak berwarna biru
kehijauhan, menandakan
negatif.

Gambar G.4.8
(Dok. Kelompok 5)

9. I Larutan tidak berwarna biru


kehijauhan, menandakan
negatif.

Gambar G.4.9
(Dok. Kelompok 5)

G.5 Uji Selliwanof


Tabel G.5 Hasil Pengamatan pada Uji Selliwanof.

No. Kode Bahan Dokumentasi Keterangan

1. A Larutan tidak berubah menjadi


merah, menandakan negatif.

Gambar G.5.1
(Dok. Kelompok 5)

2. B Larutan tidak berubah menjadi


merah, menandakan negatif.

Gambar G.5.2
(Dok. Kelompok 5)
3. C Larutan tidak berubah menjadi
merah, menandakan negatif.

Gambar G.5.3
(Dok. Kelompok 5)

4. D Larutan berubah menjadi merah


menandakan positif.

Gambar G.5.4
(Dok. Kelompok 5)

5. E Larutan tidak berubah menjadi


merah, menandakan negatif.

Gambar G.5.5
(Dok. Kelompok 5)

6. F Larutan tidak berubah menjadi


merah, menandakan negatif.

Gambar G.5.6
(Dok. Kelompok 5)

7. G Larutan tidak berubah menjadi


merah, menandakan negatif.
Gambar G.5.7
(Dok. Kelompok 5)

8. H Larutan tidak berubah menjadi


merah, menandakan negatif.

Gambar G.5.8
(Dok. Kelompok 5)

9. I Larutan berubah menjadi merah


menandakan positif.

Gambar G.5.9
(Dok. Kelompok 5)

G.6 Uji Iodium


Tabel G.4 Hasil Pengamatan pada Uji Iodium.

No. Kode Bahan Dokumentasi Keterangan

1. A Larutan tidak berubah warna,


menandakan negatif.

Gambar G.6.1
(Dok. Kelompok 5)

2. B Larutan berubah warna menjadi


coklat, menandakan positif.
Gambar G.6.2
(Dok. Kelompok 5)

3. C Larutan berubah warna menjadi


biru, menandakan positif.

Gambar G.6.3
(Dok. Kelompok 5)

4. D Larutan tidak berubah warna,


menandakan negatif.

Gambar G.6.4
(Dok. Kelompok 5)

5. E Larutan tidak berubah warna,


menandakan negatif.

Gambar G.6.5
(Dok. Kelompok 5)

6. F Larutan tidak berubah warna,


menandakan negatif.

Gambar G.6.6
(Dok. Kelompok 5)
7. G Larutan berubah warna menjadi
oranye, menandakan positif.

Gambar G.6.7
(Dok. Kelompok 5)

8. H Larutan tidak berubah warna,


menandakan negatif.

Gambar G.6.8
(Dok. Kelompok 5)

9. I Larutan tidak berubah warna,


menandakan negatif.

Gambar G.6.9
(Dok. Kelompok 5)

G.6 Uji Asam Mukat


Tabel G.6 Hasil Pengamatan pada Uji Asam Mukat.

No. Nama Bahan Dokumentasi Keterangan

1. Galaktosa Terbentuk kristal menunjukkan


positif.

Gambar G.7.1
(Dok. Kelompok 5)
H. PEMBAHASAN
Uji Molish
Percobaan Uji Molish adalah berdasarkan pada reaksi karbohidrat dengan H2SO4
sehingga terbentuk senyawa hidroksi metil furfural dengan α-naftol akan membentuk
cincin senyawa kompleks berwarna ungu. Mekanisme terbentuknya cincin ungu
adalah pertama-tama karbohidrat terhidrolisis oleh H2SO4 pekat menjadi
monosakarida kemudian monosakarida tersebut masih dengan H2SO4 terkondensasi
membentuk furfural yang kemudian bereaksi dengan alfanaftol sehingga membentuk
senyawa kompleks ungu (cincin ungu). Cincin ungu terbentuk akibat asam sulfat
pekat yang masuk melalui pinggir yang akan terkumpul di dasar tabung dan lama
kelamaan pada permukaan asam tadi terbentuk senyawa kompleks ungu sehingga
larutan akan terlihat menjadi tiga bagian yaitu bagian paling bawah berwarna bening
dimana larutan tersebut adalah asam, bagian tengah berwarna ungu yang disebut
sebagai cincin ungu, dan paling atas adalah sampel yang diduga mengadung
karbohidrat (Wilujeng, 2016)

Uji Benedict
Uji Benedict adalah untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi
adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua
buah monosakarida. Semua golongan monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa)
serta golongan disakarida kecuali sukrosa akan menunjukkan hasil yang positif
dengan indikator adanya endapan hijau, kuning, merah. Sedangkan gula non
pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan
hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa.
Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O
berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan cuco3 pada larutan natrium
karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis
dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon
bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat
mereduksi larutan Benedict (Naykala, 2019).

Uji Barfoed
Uji barfoed adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui adanya gula monosakarida
pereduksi pada bahan pangan. Jelas terlihat bahwa uji ini lebih spesifik daripada uji
benedict yang hanya bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi saja dalam
barian pangan. Pereaksi yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan barfoed.
Pereaksi Barfoed bersifat asam lemah dan hanya direduksi oleh Monosakarida.
Pemanasan yang lama menghidrolisis disakarida sehingga bereaksi positif. Endapan
tembaga oksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan uji Benedict. Biarkan tabung
tetap berdiri tegak untuk memperoleh endapan. Warna endapan tembaga oksida pun
berbeda, lebih berwarna merah apabila dibandingkan dengan uji Benedict yang
berwarna jingga sampai coklat (Suhara, dkk, 2022)
Adapun senyawa-senyawa gula reduksi adalah glukosa dan fruktosa. Semua
monosakarida (glukosa, fruktosa dan galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa)
termasuk sebagai gula pereduksi, kecuali sukrosa dan pati (polisakarida). Umumnya
gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktivitas enzim, dimana
semakin tinggi aktivitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang
dihasilkan (Niagtias, 2015).

Uji Bial
Pada percobaan dilakukan uji Bial untuk menguji adanya gula pentosa.Pemanasan
pentosa dengan HCl pekat akan menghasilkan furfural yang berkondensasi dengan
orsinol (3,5-dihidroksi toluena) dan ion feri. Hasil pemanasan akan menghasilkan
warna biru hijau yang menunjukkan adanya gula pentosa. Reaksi ini tidak spesifik
untuk pentosa saja, sebab dengan pemanasan yang lebih lama, heksosa akan
menghasilkan hidroksi metil furfural, yang juga dapat bereaksi dengan orsinol
membentuk senyawa kompleks berwarna. (Suhara, dkk 2022)
larutan yang memiliki reaksi positif pada uji ini yaitu xilosa karena hanya xilosa yang
memiliki hasil larutan berwarna biru. Perubahan warna inilah disebabkan karena
adanya gula pentosa yang terdehidrasi menjadi furfural yang pada akhirnya
terkondensasi dengan reagen orsinol dan besi (III) klorida dan dapat menghasilkan
warna berupa biru kehijauan (Pavia, 2004). Sedangkan sebagian hasil larutan pada uji
ini dapat masuk kedalam kategori gula heksosa yang memiliki larutan berlumpur dan
kecoklatan ataupun abu-abu seperti pada glukosa, fruktosa, dan galaktosa.

Uji Seliwanoff
Uji seliwanoff adalah uji yang membedakan antara aldosa dan ketosa. Ketosa
dibedakan dari aldosa via gugus fungsi keton/aldehid gula tersebut. Jika gula tersebut
mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung gugus
aldehid, ia adalah aldosa. Uji ini didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan,
ketosa lebih cepat terhidrasi dari pada aldosa. Fruktosa dan sukrosa merupakan dua
jenis gula yang memberikan uji positif. Sukrosa menghasilkan uji positif karena ia
adalah disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa. Hasil menunjukan positif
mengandung gula pereduksi dengan adanya endapan merah pada larutan.
(Sukaryawan, 2021)

Uji Iodium
Uji iodin merupakan salah satu metode pengujian yang digunakan untuk
membedakan polisakarida dari disakarida dan monosakarida. Perubahan warna
larutan terjadi karena dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk
rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya.
Bentuk ini yang menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul
iodium yang dapat masuk kedalam spiralnya. Prinsip dari pengujian iodin yaitu
karbohidrat golongan polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan iodin akan
memberikan warna spesifik bergantung pada jenis karbohidratnya. Pada glikogen
menunjukkan perubahan warna menjadi warna kemerahan, pada amilum
menunjukkan perubahan warna menjadi warna biru-kehitaman, serta pada dextrin
menunjukkan perubahan warna menjadi warna kecoklatan (Mustakin,2019).
Uji Asam Mukat
Berdasarkan hasil pengamatan di bawah mikroskop untuk bahan uji Galaktosa,
terlihat endapan kristal berbentuk persegi panjang karena terjadinya hasil oksidasi
oleh HNO3 pekat dalam keadaan panas sehingga menghasilkan asam mukat yang
kurang larut dalam air. Sedangkan bahan uji Glukosa yang teroksidasi dan
menghasilkan asam sakarat tidak terdapat adanya endapan kristal dan memiliki warna
yang cenderung lebih bening dibandingkan dengan Galaktosa.
I. KESIMPULAN
Uji Molish
Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan senyawa yang bereaksi positif adalah
larutan A, B, C, D, E, F, G dan H. Hal ini menunjukan bahwa semua larutan termasuk
monosakarida dengan dihasilkannya indikator cincin berwarna ungu.

Uji Benedict
Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan. larutan karbohidrat yang bereaksi positif
adalah larutan A, B, D, E, F, dan H, ditandai dengan adanya endapan berwarna hijau,
kuning dan merah bata pada karbohidrat. Sedangkan karbohidrat yang bereaksi
negatif menunjukan bukan gula pereduksi karena tidak memiliki gugus aldehid dan
alpha hidroksi keton, ditandai juga dengan tidak terjadi perubahan pada larutan yaitu
tetap berwarna biru.

Uji Barfoed
Pada uji Barfoed yang dilakukan, didapatkan bahwa larutan yang bereaksi positif
adalah A, D, E, dan F dengan dihasilkannya endapan berwarna merah setelah proses
pemanasan. Sedangkan pada larutan lain tidak terjadi perubahan apapun menandakan
larutan ini tidak tergolong monosakarida.

Uji Bial
Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan reaksi positif ditunjukkan oleh larutan A
yang merupakan karbohidrat Xilosa dengan indikator biru-hijau. Sedangkan larutan
lain menunjukkan reaksi negatif terhadap uji bial yang menunjukkan bahwa larutan
tersebut bukan termasuk gula pentosa.

Uji Seliwanoff
Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan larutan karbohidrat D (fruktosa) dan I
(sukrosa) menunjukkan hasil yang positif dengan dihasilkannya warnah merah
kompleks pada proses pemanasan yang membuktikan bahwa larutan tersebut
memiliki gugus keton yang termasuk golongan ketosa.
Uji Iodium
Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan reaksi positif ditunjukkan oleh larutan B
(dextrin), C (amilum), dan G (glikogen). Pada dextrin menunjukkan perubahan warna
menjadi warna kecoklatan, pada amilum menunjukkan perubahan warna menjadi
warna biru-kehitaman dan pada glikogen menunjukkan perubahan warna menjadi
warna kemerahan. Ini menunjukan bahwa ketiga larutan tersebut termasuk
polisakarida. Sedangkan larutan yang lain menunjukan reaksi negatif ditandai dengan
warna kuning yang sama seperti iodium tidak tergolong polisakarida.

Uji Asam Mukat


Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, larutan galaktosa menunjukan hasil
yang positif ditandai dengan adanya endapan kristal berbentuk balok.
DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, dkk. (2016). “Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia". Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia.
Panji. (2014). Uji Selliwanof. [Online]. Diakses dari:http://www.edubio.info/2014/04/uji
-seliwanoff.html.[15 November 2023]
Naykala. “Pengujian apa saja yang dapat dilakukan untuk uji karbohidrat?” Dictio Community, 19
June 2019, https://www.dictio.id/t/pengujian-apa-saja-yang-dapat-dilakukan-untuk-uji-
karbohidrat/119857. Accessed 17 December 2023.
Niangtias, Fatmawati, et al. “ANALISIS PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN
KARBOHIDRAT TANAMAN TEBU HASIL MUTASI DENGAN ETHYLE METHANE
SULPHONATE (EMS).” 2015. Accessed 15 November 2023.
Nupriadi, Bagus, et al. “(IDENTIFIKASI KUALITATIF DAN KUANTITATIF KARBOHIDRAT
PADA PRODUK YOGURT KOMERSIAL.” 2023,
https://www.jurnal.umsb.ac.id/index.php/IJPR/article/download/4134/pdf. Accessed 17
Desember 2023.
Rivani. “UJI ASAM MUKAT.” SHARING ILMU, 30 June 2015,
https://rivani19story.blogspot.com/2015/06/uji-asam-mukat-1.html. Accessed 17 December
2023.
Sukaryawan, Made, and Diah Kartika Sari. “Praktikum Biokimia 1 Berbasis Kontruktivisme 5.” 2
October2022,https://repository.unsri.ac.id/119065/1/2.%20Buku%20Ajar%20Praktikum%20
Biokimia%201%20K5FN.pdf. Accessed 17 December 2023.
Wilujeng, Inish. “PRESENTASI PRAKTIKUM IPA - Uji Molish.” Staff Site Universitas Negeri
Yogyakarta,2016,https://staffnew.uny.ac.id/upload/132051059/pendidikan/Presentasi%20uji
%20molish.pdf. Accessed 15 November 2023.
Fatmawati Mustakin. (2019, Desember). ANALISIS KANDUNGAN GLIKOGEN PADA HATI,
OTOT, DAN OTAK HEWAN (Analysis Of Glicogen Content On Heart, Muscle, And
Animal Brain). ANALISIS KANDUNGAN GLIKOGEN PADA HATI,
OTOT, DAN OTAK HEWAN (Analysis Of Glicogen Content On Heart, Muscle, And
Animal Brain), 2. DOI: 10.20956/canrea.v2i2.174.
Apa Itu Uji Benedict? Prosedur dan Pembuatannya. (2022, Oktober 25). Sampoerna Academy.
Retrieved November 16, 2023, from https://sampoernaacademy.sch.id/id/apa-itu-uji-
benedict-prosedur-dan-pembuatannya/
Buku Ajar Biokimia Dasar Edisi Revisi | Umsida Press. (2021, August 23). Umsida Press. Retrieved
November 16, 2023, from
https://press.umsida.ac.id/index.php/umsidapress/article/view/978-602-5914-14-0_
(DOC) Uji karbohidrat Dengan Metode Iodin | Ervan Togatorop. (n.d.). Academia.edu. Retrieved
November 16, 2023, from https://www.academia.edu/9729169/Uji_
karbohidrat_Dengan_Metode_Iodin
J. Pijar MIPA, Vol. 15 No.4, September 2020: 404-407 ISSN 1907-1744 (Cetak) DOI:
10.29303/jpm.v15i4.1352 ISSN 2460-1500 (Onlin. (2020, September 30). JURNAL
FKIP UNIVERSITAS MATARAM. Retrieved November 16, 2023, from
https://pdfs.semanticscholar.org/96ad/4bf208ec21159a67afd150c18208d1094c14.pdf
(PDF) Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat. (2020). ResearchGate. Retrieved
November 16, 2023, from https://www.researchgate.net/publication/344833241_
Analisis_Senyawa_Kimia_pada_Karbohidrat

Anda mungkin juga menyukai