UJI KARBOHIDRAT
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Biokimia
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Biologi C 2023
B. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Praktikum Uji Molish,Uji Benedict,Uji Barfoed
Hari : Kamis, 26 Oktober 2023
Waktu : 07:00–09:30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi FPMIPA UPI
2. Praktikum Uji Bial,Uji Seliwanof,Uji Iodium,dan Uji Asam Mukat
Hari : Kamis, 2 November 2023
Waktu : 07:00-09:30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi FPMIPA UPI
C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bahan organik yang termasuk karbohidrat pada
bahan Uji Molish
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya kandungan gula preduksi pada bahan Uji
Benedict
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi karbohidrat yang termasuk monosakarida pada
bahan Uji Barfoed
4. Mahasiswa mampu membedakan karbohidrat yang termasuk gula pentosa pada bahan
Uji Bial
5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi karbohidrat yang memiliki gugus keton pada
bahan yang diujikan melalui Uji Selliwanof
6. Mahasiswa mampu mengidentifikasi karbohidrat yang termasuk polisakarida pada
bahan Uji Iodium
7. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya galaktosa pada bahan Uji Asam Mukat
D. LANDASAN TEORI
D.1 Uji Molish
Uji Molisch adalah uji kimia yang digunakan untuk menentukan senyawa yang termasuk
karbohidrat. Uji Molisch melibatkan penambahan reagen Molisch (larutan α-naftol dalam
etanol) ke dalam analit dan selanjutnya penambahan beberapa tetes H2SO4 pekat (asam
sulfat) ke dalam campuran. Asam sulfat pekat menghidrolisis ikatan glikosidik
menghasilkan monosakarida yang selanjutnya didehidrasi menjadi furfural dan
turunannya. Hasilnya (furfural) mengalami sulfonasi dengan alpha naftol memberikan
senyawa ungu kompleks. Reaksi ini adalah reaksi yang paling umum untuk pengetesan
adanya karbohidrat dan senyawa organik lainnya yang memberikan furfural dengan asam
sulfat pekat. (Suhara, dkk, 2022)
Uji asam mukat bertujuan untuk menguji adanya galaktosa. Hal ini dikatakan karena
pada uji asam mukat terjadi proses oksidasi asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas
galaktosa menghasilkan asam mukat yang kurang larut dalam air berupa kristal asam
mukat yang mudah dimurnikan dan diketahui bentuk kristal maupun titik leburnya,
sehingga jika dilihat dibawah mikroskop terlihat endapan Kristal yang dihasilkan asam
mukat. Berbeda halnya bila dibandingkan dengan asam sakarat yang dihasilkan oleh
oksidasi glukosa tidak membentuk Kristal sehingga terlihat warna lebih bening (Rivani,
2015).
Alat Jumlah
Bahan Jumlah
Larutan A 2 ml
Larutan B 2 ml
Larutan C 2 ml
Larutan D 2 ml
Larutan E 2 ml
Larutan F 2 ml
Larutan G 2 ml
Larutan H 2 ml
Larutan I 2 ml
H2SO4 18 ml
Alat Jumlah
Bahan Jumlah
Larutan A 7 tetes
Larutan B 7 tetes
Larutan C 7 tetes
Larutan D 7 tetes
Larutan E 7 tetes
Larutan F 7 tetes
Larutan G 7 tetes
Larutan H 7 tetes
Larutan I 7 tetes
Reagen Benedict 18 ml
Alat Jumlah
Bahan Jumlah
Larutan A 1 ml
Larutan B 1 ml
Larutan C 1 ml
Larutan D 1 ml
Larutan E 1 ml
Larutan F 1 ml
Larutan G 1 ml
Larutan H 1 ml
Larutan I 1 ml
Reagen Barefoed 18 ml
Alat Jumlah
Bahan Jumlah
Larutan A 1 ml
Larutan B 1 ml
Larutan C 1 ml
Larutan D 1 ml
Larutan E 1 ml
Larutan F 1 ml
Larutan G 1 ml
Larutan H 1 ml
Larutan I 1 ml
Amil Alkohol 9 ml
Alat Jumlah
Bahan Jumlah
Larutan A 3 tetes
Larutan B 3 tetes
Larutan C 3 tetes
Larutan D 3 tetes
Larutan E 3 tetes
Larutan F 3 tetes
Larutan G 3 tetes
Larutan H 3 tetes
Larutan I 3 tetes
Reagen Selliwanof 18 ml
Alat Jumlah
Bahan Jumlah
Larutan A 2 tetes
Larutan B 2 tetes
Larutan C 2 tetes
Larutan D 2 tetes
Larutan E 2 tetes
Larutan F 2 tetes
Larutan G 2 tetes
Larutan H 2 tetes
Larutan I 2 tetes
Alat Jumlah
Bahan Jumlah
Glukosa 50 mg
Galaktosa 50 mg
Aquades 12 ml
HNO3 Pekat 2 ml
F. LANGKAH KERJA
F.1 Langkah Kerja Uji Molish
G. HASIL PENGAMATAN
G.1 Uji Molish
Tabel G.1 Hasil Pengamatan pada Uji Molish.
Gambar G.1.1
(Dok. Kelompok 5)
2. B Terbentuk cincin berwarna ungu
pada larutan, menandakan
positif.
Gambar G.1.2
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.1.3
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.1.4
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.1.5
(Dok. Kelompok 5)
6. F Terbentuk cincin berwarna ungu
pada larutan, menandakan
positif.
Gambar G.1.6
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.1.7
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.1.8
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.1.9
(Dok. Kelompok 5)
G.2 Uji Benedict
Tabel G.2 Hasil Pengamatan pada Uji Benedict.
Gambar G.2.1
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.2.2
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.2.3
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.2.4
(Dok. Kelompok 5)
5. E Warna larutan berubah menjadi
kuning kecoklatan, menandakan
positif.
Gambar G.2.5
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.2.6
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.2.7
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.2.8
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.3.1
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.3.2
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.3.3
(Dok. Kelompok 5)
4. D Terdapat endapan pada larutan,
menandakan positif.
Gambar G.3.4
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.3.5
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.3.6
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.3.7
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.3.9
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.4.1
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.4.2
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.4.4
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.4.5
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.4.6
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.4.7
(Dok. Kelompok 5)
8. H Larutan tidak berwarna biru
kehijauhan, menandakan
negatif.
Gambar G.4.8
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.4.9
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.5.1
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.5.2
(Dok. Kelompok 5)
3. C Larutan tidak berubah menjadi
merah, menandakan negatif.
Gambar G.5.3
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.5.4
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.5.5
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.5.6
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.5.8
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.5.9
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.6.1
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.6.3
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.6.4
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.6.5
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.6.6
(Dok. Kelompok 5)
7. G Larutan berubah warna menjadi
oranye, menandakan positif.
Gambar G.6.7
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.6.8
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.6.9
(Dok. Kelompok 5)
Gambar G.7.1
(Dok. Kelompok 5)
H. PEMBAHASAN
Uji Molish
Percobaan Uji Molish adalah berdasarkan pada reaksi karbohidrat dengan H2SO4
sehingga terbentuk senyawa hidroksi metil furfural dengan α-naftol akan membentuk
cincin senyawa kompleks berwarna ungu. Mekanisme terbentuknya cincin ungu
adalah pertama-tama karbohidrat terhidrolisis oleh H2SO4 pekat menjadi
monosakarida kemudian monosakarida tersebut masih dengan H2SO4 terkondensasi
membentuk furfural yang kemudian bereaksi dengan alfanaftol sehingga membentuk
senyawa kompleks ungu (cincin ungu). Cincin ungu terbentuk akibat asam sulfat
pekat yang masuk melalui pinggir yang akan terkumpul di dasar tabung dan lama
kelamaan pada permukaan asam tadi terbentuk senyawa kompleks ungu sehingga
larutan akan terlihat menjadi tiga bagian yaitu bagian paling bawah berwarna bening
dimana larutan tersebut adalah asam, bagian tengah berwarna ungu yang disebut
sebagai cincin ungu, dan paling atas adalah sampel yang diduga mengadung
karbohidrat (Wilujeng, 2016)
Uji Benedict
Uji Benedict adalah untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi
adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua
buah monosakarida. Semua golongan monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa)
serta golongan disakarida kecuali sukrosa akan menunjukkan hasil yang positif
dengan indikator adanya endapan hijau, kuning, merah. Sedangkan gula non
pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan
hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa.
Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O
berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan cuco3 pada larutan natrium
karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis
dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon
bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat
mereduksi larutan Benedict (Naykala, 2019).
Uji Barfoed
Uji barfoed adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui adanya gula monosakarida
pereduksi pada bahan pangan. Jelas terlihat bahwa uji ini lebih spesifik daripada uji
benedict yang hanya bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi saja dalam
barian pangan. Pereaksi yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan barfoed.
Pereaksi Barfoed bersifat asam lemah dan hanya direduksi oleh Monosakarida.
Pemanasan yang lama menghidrolisis disakarida sehingga bereaksi positif. Endapan
tembaga oksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan uji Benedict. Biarkan tabung
tetap berdiri tegak untuk memperoleh endapan. Warna endapan tembaga oksida pun
berbeda, lebih berwarna merah apabila dibandingkan dengan uji Benedict yang
berwarna jingga sampai coklat (Suhara, dkk, 2022)
Adapun senyawa-senyawa gula reduksi adalah glukosa dan fruktosa. Semua
monosakarida (glukosa, fruktosa dan galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa)
termasuk sebagai gula pereduksi, kecuali sukrosa dan pati (polisakarida). Umumnya
gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktivitas enzim, dimana
semakin tinggi aktivitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang
dihasilkan (Niagtias, 2015).
Uji Bial
Pada percobaan dilakukan uji Bial untuk menguji adanya gula pentosa.Pemanasan
pentosa dengan HCl pekat akan menghasilkan furfural yang berkondensasi dengan
orsinol (3,5-dihidroksi toluena) dan ion feri. Hasil pemanasan akan menghasilkan
warna biru hijau yang menunjukkan adanya gula pentosa. Reaksi ini tidak spesifik
untuk pentosa saja, sebab dengan pemanasan yang lebih lama, heksosa akan
menghasilkan hidroksi metil furfural, yang juga dapat bereaksi dengan orsinol
membentuk senyawa kompleks berwarna. (Suhara, dkk 2022)
larutan yang memiliki reaksi positif pada uji ini yaitu xilosa karena hanya xilosa yang
memiliki hasil larutan berwarna biru. Perubahan warna inilah disebabkan karena
adanya gula pentosa yang terdehidrasi menjadi furfural yang pada akhirnya
terkondensasi dengan reagen orsinol dan besi (III) klorida dan dapat menghasilkan
warna berupa biru kehijauan (Pavia, 2004). Sedangkan sebagian hasil larutan pada uji
ini dapat masuk kedalam kategori gula heksosa yang memiliki larutan berlumpur dan
kecoklatan ataupun abu-abu seperti pada glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
Uji Seliwanoff
Uji seliwanoff adalah uji yang membedakan antara aldosa dan ketosa. Ketosa
dibedakan dari aldosa via gugus fungsi keton/aldehid gula tersebut. Jika gula tersebut
mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung gugus
aldehid, ia adalah aldosa. Uji ini didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan,
ketosa lebih cepat terhidrasi dari pada aldosa. Fruktosa dan sukrosa merupakan dua
jenis gula yang memberikan uji positif. Sukrosa menghasilkan uji positif karena ia
adalah disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa. Hasil menunjukan positif
mengandung gula pereduksi dengan adanya endapan merah pada larutan.
(Sukaryawan, 2021)
Uji Iodium
Uji iodin merupakan salah satu metode pengujian yang digunakan untuk
membedakan polisakarida dari disakarida dan monosakarida. Perubahan warna
larutan terjadi karena dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk
rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya.
Bentuk ini yang menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul
iodium yang dapat masuk kedalam spiralnya. Prinsip dari pengujian iodin yaitu
karbohidrat golongan polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan iodin akan
memberikan warna spesifik bergantung pada jenis karbohidratnya. Pada glikogen
menunjukkan perubahan warna menjadi warna kemerahan, pada amilum
menunjukkan perubahan warna menjadi warna biru-kehitaman, serta pada dextrin
menunjukkan perubahan warna menjadi warna kecoklatan (Mustakin,2019).
Uji Asam Mukat
Berdasarkan hasil pengamatan di bawah mikroskop untuk bahan uji Galaktosa,
terlihat endapan kristal berbentuk persegi panjang karena terjadinya hasil oksidasi
oleh HNO3 pekat dalam keadaan panas sehingga menghasilkan asam mukat yang
kurang larut dalam air. Sedangkan bahan uji Glukosa yang teroksidasi dan
menghasilkan asam sakarat tidak terdapat adanya endapan kristal dan memiliki warna
yang cenderung lebih bening dibandingkan dengan Galaktosa.
I. KESIMPULAN
Uji Molish
Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan senyawa yang bereaksi positif adalah
larutan A, B, C, D, E, F, G dan H. Hal ini menunjukan bahwa semua larutan termasuk
monosakarida dengan dihasilkannya indikator cincin berwarna ungu.
Uji Benedict
Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan. larutan karbohidrat yang bereaksi positif
adalah larutan A, B, D, E, F, dan H, ditandai dengan adanya endapan berwarna hijau,
kuning dan merah bata pada karbohidrat. Sedangkan karbohidrat yang bereaksi
negatif menunjukan bukan gula pereduksi karena tidak memiliki gugus aldehid dan
alpha hidroksi keton, ditandai juga dengan tidak terjadi perubahan pada larutan yaitu
tetap berwarna biru.
Uji Barfoed
Pada uji Barfoed yang dilakukan, didapatkan bahwa larutan yang bereaksi positif
adalah A, D, E, dan F dengan dihasilkannya endapan berwarna merah setelah proses
pemanasan. Sedangkan pada larutan lain tidak terjadi perubahan apapun menandakan
larutan ini tidak tergolong monosakarida.
Uji Bial
Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan reaksi positif ditunjukkan oleh larutan A
yang merupakan karbohidrat Xilosa dengan indikator biru-hijau. Sedangkan larutan
lain menunjukkan reaksi negatif terhadap uji bial yang menunjukkan bahwa larutan
tersebut bukan termasuk gula pentosa.
Uji Seliwanoff
Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan larutan karbohidrat D (fruktosa) dan I
(sukrosa) menunjukkan hasil yang positif dengan dihasilkannya warnah merah
kompleks pada proses pemanasan yang membuktikan bahwa larutan tersebut
memiliki gugus keton yang termasuk golongan ketosa.
Uji Iodium
Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan reaksi positif ditunjukkan oleh larutan B
(dextrin), C (amilum), dan G (glikogen). Pada dextrin menunjukkan perubahan warna
menjadi warna kecoklatan, pada amilum menunjukkan perubahan warna menjadi
warna biru-kehitaman dan pada glikogen menunjukkan perubahan warna menjadi
warna kemerahan. Ini menunjukan bahwa ketiga larutan tersebut termasuk
polisakarida. Sedangkan larutan yang lain menunjukan reaksi negatif ditandai dengan
warna kuning yang sama seperti iodium tidak tergolong polisakarida.