Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

JUDUL PERCOBAAN : INDIKATOR ASAM BASA

NAMA PRAKTIKAN : FERDY NAUVAL HARAHAP


NIM/GRUP : 2012110003/2
TANGGAL PRAKTIKUM : 02 Desember 2021
ASISTEN : ROWINA AINUN AMALIA

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
1. Latar Belakang
Dalam ilmu kimia terdapat berbagai macam larutan. Larutan-larutan ini ada
yang bersifat asam dan basa. Beberapa larutan yang bersifat asam yang umum
dijumpai, yaitu asam benzoat (bahan pengawet makanan), asam asetat (larutan
cuka) dan asam malat (apel). Kalau larutan yang bersifat basa, yaitu natrium
hidroksida (bahan sabun), aluminium hidroksida (deodoran) dan kalsium
hidroksida (plester). Dari beberapa larutan asam basa yang disebutkan, dapat
dinyatakan bahwa larutan asam dan basa juga berguna untuk kebutuhan sehari-hari.
Dalam praktikum indikator asam basa ini, praktikan akan mengetahui suatu
larutan yang bersifat asam atau basa. Umumnya, kedua larutan tersebut memiliki
sifat-sifat khusus sehingga mudah untuk membedakannya. Larutan asam memiliki
sifat korosif dan memiliki rasa masam, larutan basa memiliki sifat kaustik (bersifat
merusak kulit) dan terasa pahit. Selain itu, praktikan dapat mengetahui bahwa suatu
larutan bersifat asam atau basa dengan mengetahui (pH) nya. Suatu larutan bersifat
asam apabila (pH) nya lebih kecil dari 7 dan suatu larutan bersifat basa apabila (pH)
nya lebih besar dari 7.
Dalam praktikum kali ini akan membahas mengenai indikator asam basa.
Indikator yang dipakai ada 2 macam, yaitu indikator buatan dan indikator alami.
Salah satu indikator buatan yang sering digunakan setiap praktikum adalah kertas
lakmus dan indikator alami yang digunakan nantinya ada 3 macam, yaitu indikator
kunyit, bunga sepatu dan buah naga. Indikator alami menggunakan ketiga bahan
tersebut masih asing ditelinga siswa termasuk cara menggunakannya. Sehingga
diperlukan untuk melaksanakan praktikum untuk mengetahui cara kerjanya.

2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum indikator asam basa adalah mengetahui sifat asam basa
suatu larutan.

3. Manfaat Modul Praktikum


Manfaat dari modul praktikum, yaitu :
1. Mengetahui sifat asam basa larutan yang digunakan
2. Mengetahui indikator buatan yang digunakan
3. Mengetahui cara kerja indikator buatan
4. Mengetahui indikator alami yang digunakan
5. Mengetahui cara kerja indikator alami

4. Alat dan Bahan dan Langkah Kerja


a. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum indikator asam basa yakni :
1. Tabung Reaksi 1 buah
2. Rak Tabung Reaksi 1 buah
3. Pipet Tetes 1 buah
4. Beaker Glass 100 ml 1 buah
5. Kaki Tiga 1 buah
6. Kawat Kasa 1 buah
7. Pembakar Bunsen 1 buah
8. Mortar 1 buah
9. Pestle 1 buah
10. Spatula 1 buah
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum asam basa yakni :
1. Bunga Sepatu 30 mL
2. Lakmus Merah 8 Lembar
3. Lakmus Biru 8 Lembar
4. Indikator Metil Violet 3 Tetes
5. Indikator Metil Merah 3 Tetes
6. Indikator Bromtimol Blue 3 Tetes
7. Indikator Phenolphotelaien 3 Tetes
8. HCl 0,1 M 30 mL
9. NaOH 0,05 M 30 mL
10. Cuka 25% 30 mL
11. NaCl 0,01 M 30 mL
12. Aquades 30 mL
13. Air Jeruk 30 mL
14. Air Sabun 30 mL
15. Air Kapur 10% 30 mL
16. Kertas Label 8 Lembar

c. Langkah Kerja
Percobaan A
Percobaan A terbagi menjadi 3 langkah, yaitu :
1. Pembuatan Indikator Alami
1. Mengambil kelopak bunga sepatu
2. Mengambil 50 mL aquades
3. Memasukkan 50 mL aquades ke dalam beaker glass
4. Memasukkan aquades serta bunga sepatu pada beaker glass
5. Merebus hingga warna dari bunga sepatu larut dalam aquades
6. Menyiapkan kertas A4 pada loyang

2. Pembuatan Kertas Lakmus


1. Menuangkan ekstrak dari kelopak bunga sepatu ke dalam loyang yang
telah ada kertas A4
2. Merendam kertas A4 kurang lebih selama 45-60 menit
3. Mengeringkan atau mengoven dalam suhu 80˚ C

3. Uji Larutan
1. Menyiapkan 8 tabung reaksi yang telah diisi dengan sampel larutan
2. Melakukan pengujian dengan kertas lakmus merah dan biru
3. Meneteskan 2 tetes indikator pada tabung reaksi yang berisi sampel

5. Larutan
Banyak reaksi kimia berlangsung dalam lingkungan berair. Oleh karena itu,
reaksi kimia tidak bisa lepas dengan yang namanya larutan. Larutan adalah
campuran homogen dari 2 atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih banyak disebut
pelarut dan yang lebih sedikit disebut zat terlarut. Selain berwujud cair, larutan juga
bisa berwujud gas dan padat (Chang, 2005).
Dengan kata lain, larutan merupakan campuran dari beberapa zat yang satunya
sebagai pelarut dan zat lainnya menjadi zat terlarut. Pelarut adalah zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain, sedangkan terlarut adalah zat yang
jumlahnya lebih sedikit. Air merupakan pelarut universal dalam larutan, karena air
mampu melarutkan beragam senyawa kimia. Air bersifat dipolar, oleh karena itu
air dapat melarutkan berbagai senyawa lainnya (Sulakhudin, 2019).

6. Asam
Asam adalah suatu zat yang membentuk ion hidrogen dalam larutan. Dengan
kata lain, asam adalah zat yang dapat menghasilkan ion hidrogen (H+) ketika
dilarutkan. Pembawa sifat asam adalah ion (H+) itu sendiri. Karena dapat
menghasilkan (H+), asam dapat menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, larutan
asam termasuk ke dalam larutan elektrolit.
Larutan asam bersifat korosif dan berasa masam. Suatu larutan dikatakan asam
apabila pH < 7. Berdasarkan daya ionisasinya, larutan asam dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu asam kuat dan asam lemah. Asam kuat adalah asam yang
dapat terionisasi sempurna di air dan asam lemah adalah sebaliknya. Benda yang
bersifat asam sering ditemukan pada makanan dan minuman, contohnya, yaitu buah
jeruk, buah apel, lemon dan lainnya (Melati, 2019).

7. Basa
Basa adalah suatu zat yang dapat membentuk ion (OH-) jika dilarutkan ke dalam
air. Dengan kata lain, Basa adalah zat yang dapat menghasilkan ion hidroksida
(OH-) ketika dilarutkan ke dalam air. Basa juga dapat menghantarkan arus listrik
seperti asam. Akan tetapi, hanya basa kuat yang dapat menghantarkan arus listrik.
Selain itu, basa dapat menetralkan asam.
Basa memiliki sifat kaustik, yaitu merusak jaringan kulit jika kadarnya tinggi.
Suatu larutan dapat dikatan basa apabila memiliki pH > 7. Basa juga dibedakan
menjadi 2 macam berdasarkan daya ionisasinya, yaitu basa kuat dan basa lemah.
Daya ionisasi basa kuat dan basa lemah sama dengan daya ionisasi asam kuat dan
asam lemah. Biasanya basa terasa pahit dan licin, beberapa contohnya yang dapat
ditemukan dilingkungan sekitar, yaitu daun sirih, sampo, sabun, detergen dan
lainnya (Melati, 2019).

8. Indikator Asam Basa


Indikator asam basa biasa disebut juga dengan indikator pH. Indikator asam
basa biasanya digunakan untuk menentukan asam basa suatu larutan. Prinsip kerja
indikator asam basa adalah dengan perubahan warna pada indikator terhadap pH
tertentu suatu larutan yang akan menentutkan sifat asam atau basa larutan. Indikator
asam basa yang sering digunakan di laboratorium kimia saat ini adalah indikator
sintesis. Indikator Sintesis memiliki karakteristik berupa trayek pH yang
ditunjukkan oleh perubahan warna pada asam basa suatu larutan serta tetapan
indikatornya.
(Fessenden & Fessenden, 1999)
Indikator sintesis saat ini sangat terbatas jumlahnya sehingga harganya pun
cukup mahal. Selain itu, indikator sintesis dapat menyebabkan polusi lingkungan.
Oleh karena itu dibuat indikator alami yang mudah diperoleh dan ramah
lingkungan. Indikator alami dibuat dari berbagai tumbuhan berwarna. Akan tetapi,
tidak semua tumbuhan dapat memberi perubahan warna pada larutan. Salah satu
indikator alami yang sering dipakai adalah bunga sepatu, karena dapat memberikan
perubahan warna pada asam basa suatu larutan. Larutan asam ditandai dengan
warna merah dan hijau pada larutan basa (Nuryanti, dkk. , 2010).

9. Trayek pH
Trayek pH merupakan rentang nilai pH yang menyebabkan indikator berubah
warna. Bila pH lebih kecil dari trayek pH maka indikator akan menunjukkan warna
asamnya. Dan sebaliknya, apabila pH lebih besar dari trayek pH maka indikator
akan menunjukkan warna basa. Salah satu zat atau senyawa yang dapat digunakan
sebagai trayek pH indikator adalah bromtimol biru. Kisaran pH bromtimol biru
adalah 3,0 – 4,6.
Selain bromtimol biru, masih banyak zat atau senyawa yang dapat digunakan
sebagai trayek pH indikator. Beberapa yang sering dipakai dalam kebutuhan
laboratorium, yaitu metil merah dan metil jingga. Metil merah berwarna merah
apabila larutan asam dan berubah menjadi kuning jika larutannya basa. Kisaran pH
metil merah adalah 4,2 – 6,3. Metil jingga akan berwarna jingga apabila larutannya
asam dan berwarna kuning pada larutan basa. Kisaran pH metil jingga adalah 3,1 –
4,4. (Padmaningrum, 2016)

10. Derajat Keasaman (pH)


Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh Søren Peder Lauritz Sørensen yang
merupakan seorang kimiawan Denmark. Søren Peder Lauritz Sørensen
memperkenalkan konsep derajat keasaman (pH) pada tahun 1909. pH dapat disebut
juga dengan derajat keasaman. Singkatan “p” memiliki banyak rujukan dari para
ilmuwan, ada yang mengatakan “p” merupakan singkatan dari powerp (pangkat).
Jens Norby berargumen bahwa “p” adalah suatu tetapan yang berguna logaritma
negatif (Nørby, 2000).
Derajat Keasaman (pH) digunakan untuk menyatakan tingkat asam basa suatu
larutan. Derajat keasaman larutan diukur berdasarkan kelarutan ion hidrogennya.
Larutan asam biasanya memiliki pH lebih kecil dari 7. Dan larutan basa memiliki
pH diatas atau lebih besar dari 7. pH dinyatakan dalam 14 tingkatan warna yang
dapat diukur menggunakan indikator (Zulius, 2017).

11. MSDS
Material Safety Data Sheet (MSDS) sering disebut juga dengan Lembar Data
Keamanan Bahan (LDKB). MSDS merupakan dokumen mengenai keselamatan
kerja di laboratorium. MSDS juga memberikan prosedur penanganan, penyimpanan
dan pembuangan bahan-bahan kimia. Selain itu, MSDS memberikan informasi rinci
pada setiap bahan kimia yang sudah diketahui, ditemukan atau disintesis. MSDS
juga memberikan informasi rinci mengenai nama, CAS number dan poin penting
lainnya pada bahan-bahan kimia.
Pada umumnya, MSDS selalu disertai setiap pembelian bahan kimia. Setiap
orang yang ingin menggunakan bahan kimia, dianjurkan untuk membaca MSDS
bahan kimia yang akan digunakan untuk keamanan. Dikarenakan, pada MSDS
sudah terdapat informasi rinci mengenai pengaruh, pertolongon pertama apabila
ada kecelakaan dan lainnya yang akan berguna ketika menggunakan bahan kimia.
Informasi yang diberikan dalam MSDS terbagi dalam 16 bagian. Pembagian
tersebut sudah format standar dari ANSI (Ismail, 2020).

a. HCl
HCl merupakan lambang kimia dari asam klorida. Asam klorida (HCl)
adalah gas yang tidak berwarna kekuningan dan memiliki bau yang
mengganggu. Walaupun berbentuk gas, asam klorida (HCl) lebih berat daripada
udara. Pada paparan udara, asam klorida (HCl) membentuk uap yang berwarna
putih padat. Asam klorida (HCl) merupakan zat yang tidak mudah terbakar.
HCl atau disebut juga dengan asam klorida. Asam Klorida (HCl) bersifat
korosif dan menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan apabila dihirup.
Selain itu, asam klorida dapat menyebabkan luka bakar apabila kontak dengan
kulit. Akan tetapi, Asam klorida juga memiliki banyak kegunaan. beberapa
kegunaannya, yaitu sebagai pupuk, pewarna dan di perindustrian tekstil dan
karet. (pubchem)

b. NaOH
NaOH merupakan lambang kimia dari natrium hidroksida. Natrium
hidroksida (NaOH) berbentuk kristal putih yang menyerap uap air dan udara.
Natrium Hidroksida (NaOH adalah zat yang tidak berbau. Apabila natrium
hidroksida (NaOH) dilarutkan dalam air akan mengeluarkan panas yang cukup
untuk menyalakan bahan yang mudah terbakar. Natrium hidroksida (NaOH)
dapat digunakan untuk memproduksi sabun, kertas, bahan peledak dan lainnya.
(Pubchem)
NaOH (Natrium Hidroksida) atau disebut juga dengan soda api merupakan
senyawa yang memiliki alkali tinggi. NaOH merupakan salah satu senyawa
kimia yang bersifat alkali/basa. Natrium Hidroksida berfungsi juga untuk
membersihkan zat-zat dan kotoran yang melekat pada suatu benda. Selain itu,
Natrium Hidroksida dapat memodifikasi bentuk kristal suatu bahan pada benda
sehingga dapat mengoptimalkan adhesi suatu benda dengan matriks. Wadah
NaOH disimpan ditempat yang tahan terhadap korosi dikarenakan bersifat
korosif (Alshammari dkk. , 2019).
c. CaO
CaO merupakan lambang kimia dari kalsium oksida. Kalsium Oksida (CaO)
berbentuk gumpalan keras yang berwarna putih atau abu-abu putih. Kalsium
Oksida (CaO) merupakan gumpalan keras yang tidak berbau. Akan tetapi,
Kalsium Oksida (CaO) dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan berbahaya
terkena mata. Kalsium Oksida (CaO) bersifat korosif. Selain itu, Kalsium
Oksida (CaO) dapat digunakan sebagai pupuk dan insektisida. (Pubchem)
Di lingkungan sekitar, kalsium oksida lebih dikenal dengan nama kapur
tohor. Kalsium oksida (CaO) akan menimbulkan panas apabila direaksikan
dengan air. Karena menimbulkan panas ketika direaksikan, kalsium oksida
dapat menyalakan bahan yang mudah terbakar. Senyawa dari kalsium oksida
(CaO) merupakan hasil pembakaran CaCO3 (kapur mentah). Senyawa ini dapat
larut pada larutan gula (Saswita, 2017).

d. NaCl
NaCl merupakan lambang kimia dari natrium klorida. Natrium klorida
adalah garam klorida anorganik yang memiliki natrium (1+) sebagai ion lawan.
Selain itu, Natrium klorida adalah logam halida yang terdiri dari natrium dan
klorida. Natrium klorida berbentuk padatan kristal putih. Natrium klorida
bersifat iritasi jika kontak dengan kulit.
Natrium klorida (NaCl) sering disebut juga sebagai garam dapur. Natrium
klorida (NaCl) memiliki perbandingan 1:1 antara natrium dan klorida. Natrium
klorida merupakan senyawa garam yang mempengaruhi laut. Natrium klorida
merupakan senyawa yang bersifat netral. Senyawa ini berfungsi sebagai bahan
dalam makanan dan perindustrian (Pubchem).

e. Indikator Metil Merah


Indikator metil merah merupakan indikator zat yang berwarna azo.
Indikator metil merah pH nya berkisar di 4,2 – 6,3. Titik didih indikator ini
adalah 181˚ - 182˚ C. Indikator metil merah berbentuk kristal dan berwarna
merah gelap. Indikator ini berubah warna menjadi merah apabila larutan bersifat
asam. Dan berubah warna menjadi kuning jika larutan bersifat basa. (Chang,
2005)
Metil merah merupakan indikator warna yang memiliki bau yang tajam.
Metil merah dapat menyebabkan dampak buruk terhadap kesehatan. Metil
merah dapat menyebabkan luka bakar apabila kontak dengan kulit. Selain itu,
metil merah menyebabkan iritasi saluran pernafasan dan merusak saluran
pencernaan apabila dimakan. Cara penanganan metil merah adalah dengan
membersihkan setelah pemakaian dan menggunakannya di ruangan yang
berventilasi baik.
(Labchem)

f. Indikator Metil Violet


Indikator metil violet merupakan indikator yang memilik perubahan warna
yang jelas. Indikator metil violet pH nya berkisar di 3,1 – 4,4. Titik didih
indikator ini lebih dari 300˚ C. Dikarenakan memiliki perubahan warna yang
jelas, indikator ini sering digunakan dalam titrasi. Indikator metil violet berubah
warna menjadi jingga apabila larutan bersifat asam. Dan, berubah warna
menjadi kuning apabila larutan bersifat basa. (Chang, 2005)
Indikator metil violet jika direaksikan pada larutan yang pH nya di bawah
3,1 akan berwarna merah dan menghasilkan larutan yang bersifat asam. Jika
direaksikan pada larutan yang pH nya di atas 4,4 akan berwarna kuning dan
menghasilkan larutan yang bersifat basa. Metil violet dalam larutan asam
terdapat hibrida resonansi yang berwarna merah. Indikator metil violet akan
melepaskan ion hidrogen pada sekitar pH 4,4. Karena kehilangan proton,
menyebabkan perubahan warna dari merah ke kuning (Fessenden & Fessenden,
1999)

g. Indikator Bromtimol Blue


Indikator bromtimol blue adalah indikator yang memiliki pH relatif netral.
Indikator bromtimol blue pH nya berkisar di 3,0 – 4,4. Titik didih indikator ini
adalah 201˚ C. Indikator bromtimol blue sering digunakan dalam aplikasi yang
memerlukan pengukuran zat. Indikator ini berubah warna menjadi kuning
apabila larutan bersifat asam. Dan, berubah warna menjadi ungu kebiruan pada
larutan basa. (Chang, 2005)
Indikator bromtimol biru merupakan indikator warna yang berupa cairan
berwarna hijau tua. Indikator bromtimol biru dapat menyebabkan dampak
ringan pada kesehatan. Beberapa contohnya yaitu, iritasi ringan pada kulit,
iritasi saluran pencernaan dan tidak terlalu berbahaya apabila digunakan. Selain
itu, Indikator bromtimol biru dapat menyebabkan dermatitis dan konjungtivitis.
Dermatitis adalah peradangan pada kulit. Sedangkan konjungtivitis adalah
peradangan pada selaput permukaan bola mata dan kelopak mata bagian dalam
yang menyebabkan mata merah. (Labchem)

h. Indikator Fenolftalein
Indikator fenolftalein merupakan indikator yang paling sering digunakan.
Indikator fenolftalein pH nya berkisar di 8,3 – 10,0. Indikator fenolftalein
merupakan indikator yang murah daripada indikator yang lain sehingga mudah
didapat. Indikator ini tidak berwarna pada larutan yang bersifat asam. Dan,
berwarna pink kemerahan pada larutan basa. (Chang, 2005)
Fenolftalein berubah warna karena sistem kromofornya diubah oleh reaksi
asam dan basa. Dalam larutan asam, fenolftalein berbentuk suatu lakton yang
tak berwarna. Fenolftalein mempunyai cincin benzena yang berfungsi untuk
merubah warna jika direaksikan pada larutan. Pada larutan yang bersifat asam
ketiga cincin benzena tidak berkonjugasi. Sedangkan, pada larutan yang bersifat
basa, cincin benzena akan terbuka dan mulai berkonjugasi. Dalam cincin
benzena, terdapat sistem pi yang menimbulkan warna pink kemerahan yang
merupakan warna dari larutan yang bersifat basa (Fessenden & Fessenden,
1999)
12. Analisis Data
12.1. Percobaan A
Berikut ini adalah analisis data pada percobaan A
Tabel 12.1 Perlakuan dan Pengamatan pada Praktikum Mandiri
Perlakuan Pengamatan
Menghaluskan beberapa buah kunyit Beberapa buah kunyit dihaluskan
menggunakan blender dengan menggunakan blender

Meletakkan kunyit yang telah halus Kunyit yang telah halus diletakkan
pada sebuah wadah pada sebuah wadah

Memasukkan kunyit ke dalam piring Kunyit dimasukkan ke dalam piring


yang terisi air dan Mengaduk kunyit yang terisi air dan diaduk secara merata
beserta air secara merata

Memasukkan kertas HVS ke dalam Kertas HVS dimasukkan ke dalam


wadah yang terisi adukan kunyit dan wadah yang terisi adukan kunyit dan
air air

Meratakan air kunyit di kertas HVS Kertas HVS diratakan seluruh


dan merendam kertas HVS selama 2-4 bagiannya dengan air kunyit dan
jam direndam selama 2-4 jam
Mengangkat dan menjemur kertas Kertas HVS diangkat dan dijemur
HVS yang telah direndam hingga hingga kering. Terdapat perubahan
kering warna pada kertas HVS yang
semulanya putih menjadi warna coklat

Memotong kertas HVS menjadi 5 Kertas HVS dipotong menjadi 5 bagian


bagian sesuai sampel yang digunakan sesuai sampel yang digunakan

Menyiapkan sampel yang ingin Sampel yang ingin ditentukan asam


ditentukan asam basa nya basa nya disiapkan

Melarutkan kertas HVS sebagai Kertas HVS sebagai indikator asam


indikator asam basa ke tiap sampel basa dilarutkan ke tiap sampel untuk
menentukan asam basa nya

Mencatat hasil dari tiap sampel Hasil dari tiap sampel dicatat

Hasil dari tiap sampel adalah sebagai


berikut :
Air mineral : Coklat gelap
Air jeruk nipis : Kuning
Air pasta gigi : Coklat gelap
Air Sabun : Coklat gelap
Air sampoo : Coklat gelap
12.2. Percobaan B
12.2.1. Pembuatan Indikator Alami
Berikut ini adalah analisis data pada pembuatan indikator alami
Tabel 12.1 Perlakuan dan Pengamatan pada Pembuatan Indikator Alami
Perlakuan Pengamatan
Menyiapkan alat dan bahan, yaitu gelas Alat dan bahan disiapkan, yaitu gelas
ukur 50 mL, beaker glass 250 mL, ukur 50 mL, beaker glass 250 mL,
hotplate, aquades dan kelopak bunga hotplate, aquades dan kelopak bunga
sepatu sepatu

Mengambil kelopak bunga sepatu dan Kelopak bunga sepatu diambil dan
meletakkan ke dalam beaker glass 250 diletakkan ke dalam beaker glass 250
mL mL

Mengambil 50 mL aquades dan 50 mL aquades diambil dan


dimasukkan ke dalam gelas ukur dimasukkan ke dalam gelas ukur

Memasukkan 50 mL aquades ke dalam 50 mL aquades dimasukkan ke dalam


beaker glass yang terisi kelopak bunga beaker glass yang terisi kelopak bunga
sepatu sepatu

Merebus kelopak bunga menggunakan Kelopak bunga direbus dengan


hotplate hingga warna kelopak larut menggunakan hotplate hingga warna
dalam aquades kelopak larut dalam aquades
1.2.2. Pembuatan Kertas Lakmus
Berikut ini adalah analisis data pada pembuatan kertas lakmus
Tabel 12.2 Perlakuan dan Pengamatan pada Pembuatan Kertas Lakmus
Perlakuan Pengamatan
Menuangkan hasil ekstraksi kelopak Hasil ekstraksi kelopak bunga sepatu
bunga sepatu ke dalam loyang yang dituangkan ke dalam loyang yang terisi
terisi kertas A4 kertas A4

Merendam kertas A4 selama ± 45-60 Kertas A4 direndam selama ± 45-60


menit menit

Mengeringkan kertas A4 dengan cara Kertas A4 dikeringkan dengan cara di


dijemur atau di oven dengan suhu 80˚ jemur atau di oven dengan suhu 80˚
1.2.3. Pengecekan Berbagai Macam Larutan Dengan Berbagai
rrMacam Indikator Alat
Berikut ini adalah analisis data pada pengecekan berbagai macam
larutan dengan berbagai macam indikator alat
Tabel 12.3 Perlakuan dan Pengamatan pada Pengecekan Berbagai Macam
Larutan Dengan Berbagai Macam Indikator Alat
Perlakuan Pengamatan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan Alat dan bahan disiapkan untuk
digunakan pada praktikum pengecekan

Mengambil 5 mL porstex dengan pipet 5 mL porstex diambil dengan pipet


ukur ukur

Memasukkan 5 mL porstex ke dalam 5 mL porstex dimasukkan ke dalam


tabung reaksi tabung reaksi

Mengambil 5 mL aquades dengan pipet 5 mL aquades diambil dengan pipet


ukur ukur

Memasukkan 5 mL aquades ke dalam 5 mL aquades dimasukkan ke dalam


tabung reaksi tabung reaksi
Mengambil 5 mL NaCl 0,05 N dengan 5 mL NaCl 0,05 N diambil dengan
pipet ukur pipet ukur

Memasukkan 5 mL NaCl 0,05 N ke 5 mL NaCl 0,05 N dimasukkan ke


dalam tabung reaksi dalam tabung reaksi

Mengambil 5 mL pembersih lantai 5 mL pembersih lantai 10% diambil


10% dengan pipet ukur dengan pipet ukur

Memasukkan 5 mL pembersih lantai 5 mL pembersih lantai 10%


10% ke dalam tabung reaksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Mengambil 5 mL CaO 10% dengan 5 mL CaO 10% diambil dengan pipet


pipet ukur ukur

Memasukkan 5 mL CaO 10% ke dalam 5 mL CaO 10% dimasukkan ke dalam


tabung reaksi tabung reaksi

Mengambil 5 mL NaOH 0,2 M dengan 5 mL NaOH 0,2 M diambil dengan


pipet ukur pipet ukur
Memasukkan 5 mL NaOH 0,2 M ke 5 mL NaOH 0,2 M dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dalam tabung reaksi

Mengambil 5 mL asam asetat 0,5 N 5 mL asam asetat 0,5 N diambil dengan


dengan pipet ukur pipet ukur

Memasukkan 5 mL asam asetat 0,5 N 5 mL asam asetat 0,5 N dimasukkan ke


ke dalam tabung reaksi dalam tabung reaksi

Mengambil 5 mL HCl 0,1 M dengan 5 mL HCl 0,1 M diambil dengan pipet


pipet ukur ukur

Memasukkan 5 mL HCl 0,1 M ke 5 mL HCl 0,1 M dimasukkan ke dalam


dalam tabung reaksi tabung reaksi

Mencelupkan ujung kertas lakmus Ujung kertas lakmus merah dicelupkan


merah pada tiap larutan dan mencatat pada tiap larutan dan dicatat perubahan
perubahan warnanya warnanya

Perubahan warna pada tiap larutan


sebagai berikut :
HCl : Merah
Asam asetat : Merah
Porstex : Merah
Aquades : Merah
NaCl : Merah
Pembersih lantai : Merah
CaO : Biru
NaOH : Biru
Melakukan metode yang sama pada Metode yang sama dilakukan pada
kertas lakmus biru kertas lakmus biru

Perubahan warna pada tiap larutan


sebagai berikut :
HCl : Merah
Asam asetat : Merah
Porstex : Merah
NaCl : Biru
Aquades : Biru
Pembersih lantai : Biru
CaO : Biru
NaOH : Biru
Menambahkan 2 tetes indikator metil 2 tetes indikator metil merah
merah ke dalam 8 larutan yang akan ditambahkan ke dalam 8 larutan yang
diuji akan di uji

Menghomogenkan tiap larutan dengan Tiap larutan dihomogenkan dengan


cara mengocok tabung reaksi cara mengocok tabung reaksi

Mengamati dan mencatat hasil uji Hasil uji kedelapan larutan dengan
larutan dengan indikator metil merah indikator metil merah diamati dan
dicatat

Hasil uji dengan indikator metil merah


adalah sebagai berikut :
HCl : Merah
Asam asetat : Merah
Porstex : Merah
Aquades : Kuning
NaCl : Kuning
Pembersih lantai : Kuning
CaO : Kuning
NaOH : Kuning
Menambahkan 2 tetes atau 1 mL 2 tetes atau 1 mL indikator bunga
indikator bunga sepatu ke dalam 8 sepatu ditambahkan ke dalam 8 larutan
larutan yang akan di uji yang akan di uji

Menghomogenkan tiap larutan dengan Tiap larutan dihomogenkan dengan


cara mengocok tabung reaksi cara mengocok tabung reaksi

Mengamati dan mencatat hasil uji Hasil uji kedelapan larutan dengan
larutan dengan indikator bunga sepatu indikator bunga sepatu diamati dan
dicatat

Hasil uji dengan indikator bunga sepatu


adalah sebagai berikut :
HCl : Merah
Asam asetat : Merah
Porstex : Merah
Aquades : Ungu
NaCl : Ungu
Pembersih lantai : Ungu
CaO : Jingga
NaOH : Kuning
Menambahkan 2 tetes indikator PP ke 2 tetes indikator PP ditambahkan ke
dalam 8 larutan yang akan diuji dalam 8 larutan yang akan diuji

Menghomogenkan tiap larutan dengan Tiap larutan dihomogenkan dengan


cara mengocok tabung reaksi cara mengocok tabung reaksi
Mengamati dan mencatat hasil uji Hasil uji kedelapan larutan dengan
larutan dengan indikator PP indikator PP diamati dan dicatat

Hasil uji dengan indikator PP adalah


sebagai berikut :
HCl : Tidak berwarna
Asam asetat : Tidak berwarna
Porstex : Biru
Aquades : Tidak berwarna
NaCl : Tidak berwarna
Pembersih lantai : Tidak berwarna
CaO : Merah muda
NaOH : Merah muda
Menambahkan 2 tetes indikator Metil 2 tetes indikator Metil Violet
Violet ke dalam 8 larutan yang akan ditambahkan ke dalam 8 larutan yang
diuji akan diuji

Menghomogenkan tiap larutan dengan Tiap larutan dihomogenkan dengan


cara mengocok tabung reaksi cara mengocok tabung reaksi

Mengamati dan mencatat hasil uji Hasil uji kedelapan larutan dengan
larutan dengan indikator Metil Violet indikator Metil Violet diamati dan
dicatat

Hasil uji dengan indikator Metil Violet


adalah sebagai berikut :
HCl : Biru
Asam asetat : Ungu
Porstex : Biru
Aquades : Ungu
NaCl : Ungu
Pembersih lantai : Ungu
CaO : Putih
NaOH : Tidak Berwarna
Menambahkan 2 tetes indikator 2 tetes indikator Bromtimol Blue
Bromtimol Blue ke dalam 8 larutan ditambahkan ke dalam 8 larutan yang
yang akan diuji akan diuji

Menghomogenkan tiap larutan dengan Tiap larutan dihomogenkan dengan


cara mengocok tabung reaksi cara mengocok tabung reaksi

Mengamati dan mencatat hasil uji Hasil uji kedelapan larutan dengan
larutan dengan indikator Bromtimol indikator Bromtimol Blue diamati dan
Blue dicatat

Hasil uji dengan indikator Bromtimol


Blue adalah sebagai berikut :
HCl : Kuning
Asam asetat : Kuning
Porstex : Kuning
Aquades : Kuning
NaCl : Kuning
Pembersih lantai : Hijau
CaO : Biru
NaOH : Biru
13. Pengolahan Data
Berikut tabel hasil pengolahan data pada percobaan A dan percobaan B :
Percobaan A
Larutan Perubahan Warna Sifat
Air Mineral Coklat Gelap Netral
Air Jeruk Nipis Kuning Asam
Air Sabun Coklat Gelap Basa
Air Pasta Gigi Coklat Gelap Basa
Air Sampoo Coklat Gelap Basa

Percobaan B
Indikator
Sifat
Laruta Lakm Lakm Bunga Metil Bromti
Metil Indikat Laruta
n us us Sepat Viole mol
Merah or PP n
Merah Biru u t Biru
Tidak
HCl Merah Merah Merah Merah Berwa Biru Kuning Asam
rna
Tidak
Asam
Merah Merah Merah Merah Berwa Ungu Kuning Asam
Asetat
rna
Porste
Merah Merah Merah Merah Biru Biru Kuning Asam
x
Tidak
Aqua
Merah Biru Kuning Ungu Berwa Ungu Kuning Netral
des
rna
Tidak
NaCl Merah Biru Kuning Ungu Berwa Ungu Kuning Netral
rna
Pemb Tidak
ersih Merah Biru Kuning Ungu Berwa Ungu Hijau Basa
Lantai rna
Merah
CaO Biru Biru Kuning Jingga Putih Biru Basa
Muda
Tidak
Kunin Merah
NaOH Biru Biru Kuning Berw Biru Basa
g Muda
arna
14. Dokumentasi
1. Menghaluskan kunyit dengan menggunakan blender

2. Meletakkan kunyit yang sudah dihaluskan di sebuah piring

3. Mencampurkan kunyit dengan air di sebuah piring besar serta diaduk


secara merata

4. Memakai kertas HVS sebagai indikator asam basa

5. Memotong kertas indikator asam basa menjadi 5 bagian menggunakan


gunting
6. Menggunakan gelas kecil sebagai wadah sampel larutan

15. Pembahasan
Tujuan dari praktikum asam basa adalah mengetahui sifat asam basa larutan dengan
menggunakan indikator alami berupa kertas indikator kunyit dan indikator buatan
yang dilakukan sebanyak 2 percobaan yaitu, percobaan A dan percobaan B. Pada
percobaan A dilakukan secara mandiri dan menggunakan indikator alami terhadap
5 sampel. Pada percobaan B dilakukan di laboratorium dan menggunakan 7
indikator yang merupakan gabungan dari indikator alami dan buatan dan dilarutkan
pada 7 sampel. Dengan 2 percobaan ini dapat diketahui antara indikator alami dan
buatan mana yang lebih akurat.

Indikator asam basa dibagi menjadi 2 macam indikator, yaitu indikator alami dan
indikator buatan. Indikator alami adalah indikator yang diperoleh dari lingkungan
berupa tumbuh-tumbuhan berwarna yang dapat memberikan perubahan warna pada
larutan asam basa. Indikator alami merupakan indikator yang mudah didapat dan
ramah lingkungan (Nuryanti, dkk. , 2010). Contoh dari indikator alami, yaitu bunga
sepatu, kunyit, bunga mawar dan lainnya. Sedangkan, indikator buatan adalah
indikator sintesis yang memiliki karakteristik berupa trayek pH yang ditunjukkan
oleh perubahan warna pada asam basa suatu larutan serta tetapan indikatornya
(Fessenden & Fessenden, 1999). Indikator buatan sulit didapat karena harganya
yang mahal dan menyebabkan polusi lingkungan. Contoh dari indikator buatan,
yaitu kertas lakmus, larutan indikator, pH meter dan indikator universal.

Indikator-indikator asam basa memliki karakteristiknya sendiri. Karakteristik dari


indikator alami adalah mudah didapat dikarenakan menggunakan bahan-bahan
alami berupa tumbuhan yang bisa didapat dimana saja. Karena itu, indikator alami
menjadi indikator asam basa yang mudah didapat dan ramah lingkungan. Akan
tetapi tidak semua tumbuhan bisa dijadikan sebagai indikator asam basa. Indikator
buatan dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu kertas lakmus, larutan indikator, pH
meter dan indikator universal. Tiap-tiap indikator ini juga memiliki karakteristiknya
masing-masing. Karakteristiknya adalah sebagai berikut :
1. Kertas Lakmus
Indikator asam basa yang berbentuk kertas yang menghasilkan warna merah
untuk larutan asam dan biru pada larutan basa. Kertas lakmus merupakan
indikator sintetis yang mudah didapat dan mudah digunakan untuk menentukan
asam basa larutan.
2. Larutan Indikator
Karakteristik larutan indikator adalah indikator asam basa yang berbentuk
cairan dan digunakan dengan cara mencampurkan larutan indikator pada sampel
yang menghasilkan perubahan warna melalui campuran larutan indikator
dengan sampel.
3. pH meter
Karakteristik dari pH meter adalah indikator buatan berupa alat elektronik yang
dapat menentukan asam basa larutan dengan cara mencelupkan pada sampel
larutan dan menghasilkan angka dari skala 0-14, angka 0-7 menghasilkan
larutan asam dan angka 7-14 menghasilkan larutan basa.
4. Indikator Universal
Karakteristik dari indikator universal adalah indikator buatan yang berbentuk
kertas seperti kertas lakmus akan tetapi mempunyai banyak warna dan
mempunyai skala 0-14. Tiap skala memiliki warna yang berbeda.

Penggunaan larutan indikator alami dan indikator buatan bertujuan untuk


menentukan asam basa pada sampel yang digunakan serta membandingkan
keakuratan antara indikator alami dan buatan. Pada percobaan yang telah dilakukan
di praktikum asam basa ini indikator buatan merupakan indikator asam basa yang
lebih akurat dibandingkan dengan indikator alami diikarenakan perubahan warna
pada indikator alami tidak terlalu signifikan sehingga lebih sulit menentukan asam
basa larutannya. Perbedaan dari indikator alami dan buatan adalah bahan yang
dipakai berbeda, indikator alami menggunakan tumbuh-tumbuhan yang bisa
didapat dilingkungan sekitar serta murah. Sedangkan, indikator buatan
meggunakan bahan-bahan kimia dan juga mahal (Nuryanti, dkk. , 2010).
Pada percobaan A dilakukan dengan menggunakan indikator alami, yaitu kunyit
dan dilarutkan pada 5 sampel larutan. Hasil percobaan pada indikator alami yang
dilarutkan ke sampel-sampel larutan adalah sebagai berikut :
Larutan Perubahan Warna Sifat
Air Mineral Coklat Gelap Netral
Air Jeruk Nipis Kuning Asam
Air Sabun Coklat Gelap Basa
Air Pasta Gigi Coklat Gelap Basa
Air Sampoo Coklat Gelap Basa

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa larutan yang bersifat asam akan berubah
warna menjadi kuning dan berwarna coklat gelap pada larutan basa.
Larutan indikator yang berperan baik digunakan sebagai indikator asam basa adalah
larutan indikator metil merah. Indikator metil merah memiliki skala pH yang lebih
besar dibandingkan dengan larutan indikator lainnya. Indikator metil merah juga
menghasilkan warna yang kontras jika dilarutkan pada 2 larutan yang memiliki sifat
yang berbeda. Indikator metil merah tetap berwarna merah jika dilarutkan pada
larutan asam dan berubah warna menjadi kuning pada larutan basa (Chang, 2005).
Hasil dari percobaan yang dilakukan pada praktikum asam basa sudah sesuai
dengan trayek pH. Hal ini berdasarkan perubahan warna indikator asam basa
terhadap sampel larutan sesuai dengan sifat sampel larutan. Pada percobaan A
menentukan asam basa larutan menggunakan indikator alami, yaitu kunyit terhadap
5 sampel larutan. Perubahan warna pada larutan asam adalah kuning dan coklat
gelap pada larutan basa. Dari percobaan A tidak ditemukan adanya ketidaksesuaian
terhadap trayek pH nya. Pada percobaan B menggunakan tujuh indikator terhadap
8 sampel larutan. Hasil percobaan rata-rata indikator asam basa sudah sesuai
dengan trayek pH terkecuali pada indikator metil violet. Pada indikator metil violet
terdapat 1 larutan asam yang berubah warnanya ungu yang seharusnya berwarna
biru. Selain itu terdapat 2 sampel larutan basa yang berubah warna menjadi putih
dan tidak berwarna.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran pH tidak akurat pada praktikum
asam basa, yaitu sterilnyal larutan dan suhu. Sampel larutan yang tidak steril adalah
larutan yang sudah bercampur dengan larutan lainnya sehingga mempengaruhi pH
nya. Apabila dilakukan pengukuran pada larutan yang sudah tidak steril akan
menyulitkan untuk ditentukan sifat asam basa nya sehingga hasilnya tidak akurat.
Selain steril, suhu juga dapat mempengaruhi pengukuran pH. Dikarenakan Suhu
dapat mempengaruhi massa larutan apabila suhu naik turun terhadap larutan
sehingga mempengaruhi massa jenisnya karena volumenya tidak stabil (Sukanto,
2009).
Larutan indikator pada dasarnya adalah cairan yang memiliki sifat asam atau basa
yang lemah. Apabila larutan indikator digunakan berlebihan akan mempengaruhi
secara signifikan pH sampel larutannya (Chandra, 2020). Misalnya jika larutan
indikator memiliki sifat asam dan digunakan berlebihan pada sampel yang bersifat
basa akan merubah sifat larutan dan pH nya menjadi asam. Dengan penggunaan
larutan indikator yang berlebihan dapat mempengaruhi hasil uji coba sampel
larutan.
Indikator alami memiliki banyak macam dan hampir semua bahan yang digunakan
pada indikator alami menggunakan tumbuh-tumbuhan. Beberapa contoh dari
indikator alami, yaitu, bunga sepatu, bunga bugenvil, kunyit, kubis ungu dan kayu
secang. Untuk mengetahui trayek pH indikator alami, dilakukan uji coba tiap
indikator pada pH yang berbeda. Uji coba ini untuk mengetahui trayek pH masing-
masing indikator. Dan hasil dari percobaan ini adalahBerikut ini adalah sebagai
berikut :
Indikator pH 2 pH 4 pH 6 pH 8 pH 10 pH 12
Bunga Merah
Merah Merah Coklat Coklat Coklat
Sepatu Kecoklatan
Bunga Merah Merah Merah Hijau
Coklat Coklat
Bugenvil Muda Muda Muda Tua
Coklat Coklat Coklat
Kunyit Coklat Coklat Coklat
Gelap Gelap Gelap
Kubis Merah Ungu
Ungu Ungu Biru Hijau
Ungu Muda Muda
Kayu Merah Merah Merah
Oren Oren Coklat
Secang Muda Muda Muda
Dari tabel diatas dapat diamati bahwa tiap-tiap indikator alami tersebut juga
memiliki trayek pH yang berbeda. Pada bunga sepatu rentang pH nya di 6-8 terjadi
perubahan warna dari merah kecoklatan ke coklat bening, bunga bugenvil rentang
pH nya di 7-9 terjadi perubahan warna dari merah muda ke coklat, pada indikator
kunyit rentang pH nya di 6-8 terjadi perubahan warna dari coklat ke coklat gelap,
kemudian ada indikator kubis ungu yang memiliki rentang pH di 2-4 terjadi
perubahan warna dari merah muda ke ungu dan yang terakhir adalah kayu secang,
indikator ini memiliki rentang pH di pH 4-6 dari warna oren ke coklat. Dari semua
indikator alami tersebut, hanya ada beberapa yang memiliki rentang pH yang sama,
selain itu semuanya berbeda. Indikator alami yang memiliki rentang pH yang sama
adalah kunyit dan bunga sepatu. Dengan ini dapat dinyatakan bahwa indikator
alami memiliki rentang pH yang berbeda.

16. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan yang didapat dari praktikum asam basa pada pecobaan A dan B nya
adalah :
1. Pada percobaan A menggunakan indikator alami yaitu kunyit dan dilarutkan
pada 5 sampel percobaan.
2. Hasil dari percobaan A adalah sebagai berikut :
Air mineral : Coklat gelap = netral
Air jeruk nipis : Kuning = asam
Air pasta gigi : Coklat gelap = Basa
Air Sabun : Coklat gelap = Basa
Air sampoo : Coklat gelap = Basa
3. Pada percobaan B menggunakan 7 indikator yang terdiri dari indikator alami
dan buatan pada 8 sampel larutan.
4. Indikator alami yang digunakan adalah bunga sepatu dan indikator buatan yang
digunakan, yaitu Lakmus Merah, Lakmus Biru, Metil Merah, Indikator PP,
Metil Violet dan Bromtimol Biru.
5. Sampel-sampel larutan yang digunakan adalah HCl, Asam Asetat, Porstex,
Aquades, NaCl, Pembersih Lantai, CaO dan NaOH.
6. Hasil dari percobaan B menggunakan indikator Lakmus Merah adalah sebagai
berikut :
HCl : Merah = Asam
Asam asetat : Merah = Asam
Porstex : Merah = Asam
Aquades : Merah = Netral
NaCl : Merah = Netral
Pembersih lantai : Merah = Basa
CaO : Biru = Basa
NaOH : Biru = Basa
7. Hasil dari percobaan B menggunakan indikator Lakmus Biru adalah sebagai
berikut :
HCl : Merah = Asam
Asam asetat : Merah = Asam
Porstex : Merah = Asam
Aquades : Biru = Netral
NaCl : Biru = Netral
Pembersih lantai : Biru = Basa
CaO : Biru = Basa
NaOH : Biru = Basa
8. Hasil dari percobaan B menggunakan indikator Lakmus Biru adalah sebagai
berikut :
HCl : Merah = Asam
Asam asetat : Merah = Asam
Porstex : Merah = Asam
Aquades : Biru = Netral
NaCl : Biru = Netral
Pembersih lantai : Biru = Basa
CaO : Biru = Basa
NaOH : Biru = Basa
9. Hasil dari percobaan B menggunakan indikator Metil Merah adalah sebagai
berikut :
HCl : Merah = Asam
Asam asetat : Merah = Asam
Porstex : Merah = Asam
Aquades : Kuning = Netral
NaCl : Kuning = Netral
Pembersih lantai : Kuning = Basa
CaO : Kuning = Basa
NaOH : Kuning = Basa
10. Hasil dari percobaan B menggunakan indikator Bunga Sepatu adalah sebagai
berikut :
HCl : Merah = Asam
Asam asetat : Merah = Asam
Porstex : Merah = Asam
Aquades : Ungu = Netral
NaCl : Ungu = Netral
Pembersih lantai : Ungu = Basa
CaO : Jingga = Basa
NaOH : Kuning = Basa
11. Hasil dari percobaan B menggunakan indikator PP adalah sebagai berikut :
HCl : Tidak Berwarna = Asam
Asam asetat : Tidak Berwarna = Asam
Porstex : Biru = Asam
Aquades : Tidak Berwarna = Netral
NaCl : Tidak Berwarna = Netral
Pembersih lantai : Tidak Berwarna = Basa
CaO : Merah Muda = Basa
NaOH : Merah Muda = Basa
12. Hasil dari percobaan B menggunakan indikator Metil Violet adalah sebagai
berikut :
HCl : Merah = Asam
Asam asetat : Ungu = Asam
Porstex : Biru = Asam
Aquades : Ungu = Netral
NaCl : Ungu = Netral
Pembersih lantai : Ungu = Basa
CaO : Putih = Basa
NaOH : Tidak Berwarna = Basa
13. Hasil dari percobaan B menggunakan indikator Bromtimol Biru adalah
sebagai berikut :
HCl : Kuning = Asam
Asam asetat : Kuning = Asam
Porstex : Kuning = Asam
Aquades : Kuning = Netral
NaCl : Kuning = Netral
Pembersih lantai : Hijau = Basa
CaO : Biru = Basa
NaOH : Biru = Basa

Saran dalam melakukan praktikum asam basa, yaitu sebagai berikut :

1. Mengikuti langkah kerja yang sudah diberikan sehingga hasil dari percobaan
akurat.
2. Menjaga kesterilan indikator asam basa dan sampel larutan sehingga tidak
mempengaruhi hasil percobaan.
3. Menggunakan pakaian dan alat laboratorium yang dapat melindungi tubuh
karena terdapat beberapa indikator buatan yang berbahaya jika kontak
langsung dengan tubuh.
17. Dokumentasi
12. Daftar Pustaka
Alshammari, B. A., Saba, N., Alotaibi, M. D., Alotibi, M. F., Jawaid, M., &
Alothman, O. Y. , Evaluation of Mechanical, Physical, and Morphological
Properties of Epoxy Composites (2019).
Chang, Raymond, 2005, Kimia Dasar Jilid 2, Jakarta, Erlangga
Fessenden, R. J. & Fessenden, J. S. , 1999, Kimia Organik Jilid 2, Jakarta, Erlangga
https://plp.ipb.ac.id/2020/02/03/material-safety-data-sheet-msds-informasi-
penting-penggunaan-bahan-kimia-untuk-keselamatan-kerja-di-laboratorium,
diakses pada 29 November 2021 pukul 21.14 WIB
Labchem, Indikator Metil Merah, diakses pada 01 Desember 2021 pukul 20.18
WIB
Labchem, Indikator Bromtimol Biru, diakses pada 01 Desember 2021 pukul 20.44
WIB
Melati, Ratna R. , 2019, Asam Basa dan Garam, Hal 5, Yogyakarta, Penerbit Duta
Nørby, Jens, 2000, The Origin and The Meaning of The Little P in pH, Trends in
The Biochemical Sciences 25:36-37
Nuryanti, S. , Matsjh, S. , Anwar, C. & Raharjo, T.J. , 2010, Indikator titrasi asam-
basa dari ekstrak bunga sepatu (hibiscus rosa sinensi l). Jurnal AGRITECH, 30(3),
178-183
Padmaningrum, 2016, Titrasi Asidimetri, Universitas Negeri Yogyakarta, diakses
pada 29 November 2021 pukul 20.00 WIB
Pubchem, HCl, diakses pada 29 November 2021 pukul 21.47 WIB
Pubchem, CaO, diakses pada 29 November 2021 pukul 22.03 WIB
Pubchem, NaCl, diakses pada 29 November 2021 pukul 22.12 WIB
Pubchem, NaOH, diakses pada 01 Desember 2021 pukul 02.58 WIB
Sulakhudin, 2019, Kimia Dasar: Konsep Dan Aplikasi Dalam Ilmu Tanah, Hal 112,
Yogyakarta, Budi Utama
Saswita, 2017, Penggunaan Kapur Tohor (CaO) dalam Penurunan Kadar Logam Fe
dan Mn Pada Limbah Cair Pewarnaan Ulang Jeans Kabupaten Magelang Tahun
2017, Universitas Diponegoro, diakses pada 01 Desember 2021 pukul 03.14 WIB

Anda mungkin juga menyukai