Anda di halaman 1dari 13

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap Praktikum Kimia Pangan dengan judul “Netralisasi Asam Basa”
oleh:
Kelas/ kelompok : Biologi Sains B/II (Dua)
Anggota Kelompok/Nim : 1. Ainun Mardhiyah /220108500009
2. Imelia Ada’ /220108501010
3. Naufal Khafiyyan /220108502031
4. Riska Dwiyanti /220108502022
5. Tri Annas Tasya /220108500006
6. Wyldhana Jufri /220108502021
telah diperiksa dan dikoresi oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka dinyatakan
diterima.
Makassar, November 2022
Koordinator Asisten Asisten

Tri Saldi. Nur Afifah Rais,S.Pd.

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Iwan Dini, S.Si., M.Si


NIP. 19940817 202012 2 027
A.JUDUL PERCOBAAN
Netralisasi Asam Basa
B. TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan titrasi asam basa dengan menggunakan indikator.
C. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak menggunakan bahan-bahan yang
bersifat asam dan basa, baik barang-barang rumah tangga maupun keperluan
industri dan teknologi. Segala aktivitas kita dalam menjalani kehidupan banyak
melibatkan asam dan basa ( Yusnita, 2019: 299).
Larutan asam dalam air mengandung ion H3O+ yang lebih besar daripada
ion OH-. Asam kuat adalah asam yang seluruhnya berionisasi di dalam larutan air.
Bila asam kuat HCL dilarutkan dalam air reaksi yang terjadi adalah:
HCl (ag) + H2O (l) -> H3O+ (ag) + Cl- (ag)
Basa kuat didefinisikan dengan cara sama, yaitu sebagai basa yang berinteraksi
sempurna menghasilkan ion OH-. Bila dilarutkan dalam air, ion amida ( NH2-) dan
ion hibrida (H-) keduanya merupakan basa kuat untuk setiap mol per liter OH- (ag)
(Oxtoby, 2001: 297).
Istilah asam (acid) berasal dari bahasa latin, Acetum yang berarti cuka,
karena diketahui zat utama dalam cuka adalah asam asetat. Adapun basa (alkali)
berasal dari pengertian asam basa yang dikemukakan oleh empat ilmuwan, mereka
adalah Suante Arrchenius, Johannes Broncted, Thomas Lowry, dan Gilbert Newton
Lewis. Pada tahun 1884 ilmuwan Swedia, Suante Arrchenius mengemukakan
pendapatnya mengenai pengertian asam basa berdasarkan redoks, ionisasi. Menurut
Arrchenius , asam merupakan zat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan
ion H+. Adapun basa merupakan suatu zat yang jika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion OH- ( Muchtaridi, 2007 : 169-170).
Sebuah definisi asam dan basa yang lebih luas, yang akan berguna dalam
perhitungan kuantitatif diperkenalkan secara terpisah oleh Johannes Gilbert &
Thomas Lowry pada tahun 1923, suatu asam Bronsted- Lowry adalah suatu zat
yang dapat menerima ion hidrogen. Dalam reaksi asam basa Bronsted-Lowry, ion
hidrogen dipanaskan dari asam ke basa. Sebagai contoh yaitu amonia jika
dilarutkan dalam air (Oxtoby, 2001: 293).
Menurut Muchtaridi (2007: 201) Titrasi merupakan salah satu metode untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume
larutan tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah
diketahui. Data percobaan hasil titrasi dalam bentuk kadar larutan asam atau basa
dapat dihitung berdasarkan reaksi asam basa dengan rumus berikut ;
V1 × aM1 = V2 × bM2
V1 : volume larutan penitrasi (L)
V2 : volume larutan di titrasi (L)
M1 : konsentrasi larutan penetrasi (M)
M2 : konsentrasi larutan dititrasi (M)
a : valensi larutan penetrasi
b : valensi larutan yang dititrasi
Struktur model Lewis dapat digunakan untuk menggambarkan perilaku
yang lebih umum dari asam basa di mana definisi Arrchenius dan Bronsted-Lowry
merupakan kasus istimewa. Sebuah basa Lewis merupakan jenis basa yang
menyumbangkan sepasang elektron bebas dan suatu asam lewis adalah jenis asam
yang menerima sepasang elektron tersebut. Asam dan basa Arrchenius sejauh ini
dianggap memenuhi gambaran tersebut ( dengan asam lewis, yaitu H+ berfungsi
sebagai akseptor terhadap berbagai macam basa Lewis seperti NH3 dan OH-, yaitu
donor pasangan elektron). Reaksi lain yang tidak melibatkan ion hidrogen masih
dapat dianggap sebagai reaksi asam basa Lewis. Salah satu contohnya adalah reaksi
antara molekul yang kekurangan elektron. BF3 dengan molekul yang kaya elektron
bebas kepada elektron diberikan pada basa Lewis oleh pasangan elektron-elektron
di dalamnya ( Oxtoby, 2001: 294).
Antonisin struktur karbon flavilium dalam kondisi asam berwarna merah,
dan kationnya cenderung reaktif dan mudah terdegradasikan menuju bentuk
carbinol base tidak berwarna seiring dengan naiknya pH dan selanjutnya terjadi
kesetimbangan toutomeri membentuk kalkon. Pada kondisi pH > 6 mengalami
perubahan bentuk struktur menjadi anhidrobase, yang dapat terjadi perluasan ikatan
the local sehingga menyebabkan perubahan berwarna lebih kuat intensitasnya dan
menghasilkan warna kuning ( Army, 2016: 157).
Titrasi asam basa sebagai penambahan secara hati-hati sejumlah larutan
basa dengan konsentrasi yang diketahui ( atau penambahan asam ke basa) untuk
mencapai titik akhir. Titik akhir ditandai dengan perubahan warna indikator atau
kenaikan atau penurunan pH tiba-tiba, walaupun pH campuran reaksi berubah
secara kontinu selama proses titrasi asam basa. Grafik Oh versus volume dari
larutan titrasi V disebut kurva titrasi, bentuknya bergantung pada nilai ka dan
konsentrasi asam basa yang bereaksi. Kurva kesetimbangan asam basa dapat
dipakai untuk mencari bentuk yang tepat dari kurva titrasi bila semua besaran ini
diketahui. Konsep yang sama juga dapat digunakan untuk menghitung ka dan
konsentrasi yang tidak diketahui berdasarkan kurva titrasi dalam eksperimenyang
dilakukan ( Oxtoby, 2001: 324).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
No. Nama Alat Jumlah
1. Pipet ukur 10 mL 2 buah
2. Gelas kimia 100 mL 3 buah
3. Ball pipet 1 buah
4. Corong 1 buah
5. Buret 50 mL 2 buah
6. Labu semprot 1 buah
7. Batang pengaduk 1 buah
8. Pipet tetes 1 buah
9. Magnetic stirer 1 buah

2. Bahan
No. Nama Alat Rumus Konsentrasi
kimia
1. Larutan Asam Klorida Hcl 0,1 M
2. Larutan Natrium hidroksida NaOH 0,2 M
3. Indikator Phenolftalein C₂₀H₁₄O₄
4. pH universal
5. Aquadest H2O
E. PROSEDUR KERJA
1. Larutan NaOH dimasukkan ke dalam buret dengan bantuan corong. Catat
keadaan awal (skala) dalam buret
2. Sebanyak 10 mL larutan HCl dimasukkan kedalam gelas kimia lalu ukur pH
larutan dengan pH universal
3. Kemudian, sebanyak 3 tetes indikator phenolftalein di tambahkan pada gelas
kimia
4. Letakkan gelas kimia di atas magnetic stirer kemudian ditambahkan 1 mL
larutan NaOH dari buret ke dalam gelas kimia, lalu ukur pH larutan dengan pH
universal
5. Setelah itu, lanjutkan titrasi hingga terjadi perubahan warna menjadi merah
muda, lalu ukur pH larutan
6. Keadaan terakhir buret dan volume NaOH yang dipakai di catat sebagai hasil
pengamatan
7. Lanjutkan titrasi dengan penambahan 1 mL larutan NaOH ke dalam gelas
kimia, ukur pH larutan dan ulangi titrasi paling sedikit dua kali.

F. HASIL PENGAMATAN
No. Aktivitas Hasil
1. Memasukkan larutan NaOH (0,2 M) 50 mL
kedalam buret.
2. Ambil larutan HCl (0,1 M) menggunakan 10 mL disetiap labu
pipet ukur 10 mL pada setiap labu erlenmeyer.
erlenmeyer (3 buah labu erlenmeyer) .
3. Ukur masing-masing pH larutan disetiap
labu erlenmeyer.
a. Larutan 1 pH : 1
b. Larutan 2 pH : 1
c. Larutan 3 pH : 1
4. Tambahkan 1 mL larutan NaOH kedalam
larutan HCl, ukur Ph larutan.
a. Larutan 1 pH : 1
b. Larutan 2 pH : 1
c. Larutan 3 pH : 1
5. Lanjutkan titrasi sampai terjadi perubahan Berubah warna menjadi
dari tidak berwarna menjadi merah muda. merah muda.
6. Catat keadaan akhir buret dan volume Volume akhir: 22 mL
larutan
No. Titrasi Akhir Volume
1. 0 5,5 5,5
2. 6,2 13 6,3
3. 14 22 8
7. Tambahkan lagi 1 mL larutan NaOH dari
buret dan ukur pH
a. Larutan 1 pH : 9,8
b. Larutan 2 pH : 8,6
c. Larutan 3 pH : 8,3

G. ANALISIS DATA
1. pH larutan HCl sebelum penambahan NaOH
Dik :
[HCl] = 0,1 M
pH = -log [H+]
pH = -log 1
pH =1
2. pH larutan pada saat penambahan 1 mL NaOH
Dik :
Volume NaOH = 1 mL
M NaOH = 0,2 M
Volume HCl = 10 mL
M HCl = 0,1 M
Volume total = 11 mL
Dit : pH = ....?
Penyelesaian :
Mol NaOH = 1 mL  0,2 mmol/mL
= 0,2 mmol
Mol HCl = 10 mL  0,1 mmol/mL
= 1 mmol
Reaksi = HCl + NaOH → NaCl + H2O
Mula-mula = 1 mmol + 0,2 mmol - -
Bereaksi = 0,2 mmol + 0,2 mmol 0,2 mmol + 0,2 mmol
Sisa = 0,8 mmol + - 0,2 mmol + 0,2 mmol
Mol sisa HCl = 0,8 mmol
0,8 mmol
= 11 mL

= 0,07 mmol
[H+] = 7  10-2
pH = -log [H+]
= -log 7  10-2
= 2 – log 7
= 2 – 0,8
pH = 1,2
3. pH larutan saat mencapai titik ekuivalen
M 1  V1 = M2  V2
0,2  V1 = 0,1  10
V1 = 5 mL
Mol NaOH = 5 mL  0,2 mmol/mL
= 1 mmol
Mol HCl = 10 mL  1,0 mmol/mL
= 1 mmol
Reaksi = HCl + NaOH → NaCl + H2O
Mula-mula = 1 mmol + 1 mmol - -
Bereaksi = 1 mmol + 1 mmol 1 mmol + 1 mmol
Sisa = - - 1 mmol + 1 mmol

HCl dan NaOH habis bereaksi, maka larutan bersifat netral (pH = 7)
[H+] = 10-7
pH = -log [H+]
= -log 10-7
= 7 – log 1
pH =7
4. pH larutan setelah melewati titik ekuivalen
volume NaOH = (Volume titik ekuivalen + Volume NaOH)
= 5 mL + 1 mL
= 6 mL
[NaOH] = 0,2 M
V HCl = 10 mL
[HCl] = 0,1 M
V total = 10 mL + 6 mL
= 16 mL
Mol NaOH = 0,2 mmol/mL  6 mL
= 1,2 mmol
Mol HCl = 0,1 mmol/mL  10 mL
= 1 mmol
Reaksi = HCl + NaOH → NaCl + H2O
Mula-mula = 1 mmol + 1,2 mmol - -
Bereaksi = 1 mmol + 1 mmol 1 mmol + 1 mmol
Sisa = - 0,2 mmol 1 mmol + 1 mmol

Mol sisa NaOH = 0,2 mmol


0,2 mmol
[NaOH] = 16 mL

= 0,0125 M
= 1,25  10-2
= - log [OH-]
= - log [1,25  10-2]
= 2 – log 1,25
= 2 – 0,097
= 1,903
pH = 14 – POH
= 14 – 1,903
pH = 12, 097
H. GRAFIK HASIL PENGAMATAN

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10

I. PEMBAHASAN
Percobaan ini berjudul Netralisasi Asam Basa, sifat paling nyata dari asam
dan basa adalah kemampuannya saling menetralisasikan sifat masing-masing.
Netralisasi sendiri merupakan proses reaksi antara asam dan basa yang membentuk
garam dan air, dengan reaksi yang terjadi:
HCl + NaOH → NaCl + H2 O
adapun tujuan percobaan ini adalah untuk melakuan netralisasi asam dan basa
dengan menggunakan indikator.
Titrasi adalah metode yang digunakan dalam analisis data kimia kuantitatif
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan. Menurut Oxtoby, titrasi merupakan
penambahan secara cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A dengan
konsentrasi yang belum diketahui. Reaksi netralisasi dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi larutan dengan menambahkan setetes demi setetes larutan
basa kepada larutan asarn. Setiap basa yang di teteskan bereaksi dengan asam dan
penetralan dihentikan pada saat mol H+ setara dengan mol OH-, pada saat itu larutan
bersifat netral dan disebut titik ekivalen, ditandai dengan perubahan warna larutan
HCI tak berwarna menjadi merah muda sehingga inilah yang disebut titik akhir
titrasi. Titik akhir dapat diketahui dengan indikator Indikator inilah yang akan
merubah larutan pada titik akhir.
Prinsip dasar dari percobaan ini adalah penentuan larutan asam basa atau
larutan asam oleh basa melakukan proses titrati agar mencapai titik ekivalen.
Prinsip kerja pada percobaan ini adalah pengenceran, pengukuran dan penitrasian.
Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yang tidak diikuti terjadi reaksi
kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol. Serta, mencampur bahan antara
larutan asam dengan basa menggunakan bantuan Indikator. Untuk melakukan
proses titrasi agar suatu bahan mencapai titik akhir yang disebut titik ekivalen.
Titik ekivalen adalah suatu keadaan dimana jumlah mol lon OH- yang
ditambahkan ke larutan sama dengan jumlah mol ion H+ yang sudah semula ada.
Adapun indikator yang digunakan yakni indikator phenolptalein dan pH meter
digital, bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah HCl (Asarn klorida) 0,1 M
dan NaOH (Natrium Hidroksida) 0,2 M sedangkan H2O (aquades) digunakan
sebagai pembersih. .
Titrasi pada percobaan ini dilakukan
antara asam kuat yaitu asam klorida (HCI)
dan basa kuat natrium hidroksida (NaOH).
Asam kuat dan basa kuat terionisasi secara
sempurna atau seluruhnya.
Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali
demi mendapatkan hasil yang akurat. Titrasi
pertama dapat dilakukan dengan cara (Isi buret dengan larutan NaOH
2,0 M)
memasukkan larutan NaOH 0,2 M
kedalam buret,gunakan pipet sebelum tanda
batas agar volumenya tetap.Kemudian
masukkan 10 mL larutan HCl 0,1 M kedalam
labu erlenmeyer dengan menggunakan pipet
ukur 10 mL,ukur pH larutan dengan
menggunakan indikator universal,
( Masukkan larutan HCl kedalam
tambahkan tiga tetes indikator phenolftalein. erlenmeyer).
Penambahan indikator phenolftalein bertujuan
sebagai penanda titik akhir titrasi saat larutan
berubah warna menjadi merah muda.
Sedangkan indikator universal berfungsi
untuk mengetahui derajat keasaman (pH)
suatu larutan sehingga dapat diketahui sifat
suatu larutan.
Lanjutkan titrasi sampai terjadi
perubahan dan tidak berwarna menjadi
(Proses mengukur pH larutan)
merah muda, Indikator phenolftalein pada
pH 8.0 sampai 10,0 berubah warnanya
menjadi merah muda
percobaan Pertama pH larutan Hel
secara berturut-turut PH sama dengan 1, pH
1 karena termasuk asam kuat yang
mempunyai pH 47. kemudian diteteskan 3 (Tambahkan NaOH kedalam
tetes Indikator phenolftalein, dan larutan HCL)
tidak berwarna, hal Ini menunjukkan larutan
masih bersifat asam, karena Indikator
phenolftalein akan bening bila larutan dalam
kondisi asam dan berwarna merah muda
apabila larutan dalam kondisi basa. Setelah
Itu Penambahan NaOH dari buret kedalam
larutan Hcl. pada saat Naot ditambahkan (proses melanjutkan titrasi hingga
maka PH larutan tetap yaitu 1. kemudian, berubah warna)
melanjutkan titrasi hingga terjadi perubahan
warna dari yang tidak berubah menjadi merah
muda. berwarna berubah
Perubahan warna terjadi karena
adanya resonansi elektron yaitu penggunaan
dua atau lebih struktur lewis untuk
menggambarkan molekul tertentu, berbagai
(Hasil akhir reaksi)
Indikator mempu- nyai bebapan lonisasi yang
berbeda yang dipengaruhi oleh Penguraian yang terjadi pada asam basa. tetapan
lonisasi adalah tetapan yang menyatakan ukuran kekuatan asam atau basa secara
kuantatif.
J. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan Praktikum yang telah dilakukan tentang netralisasi asam basa
dapat disimpulkan bahwa apabila asam kuat dan basa kuat direaksikan maka akan
menghasilkan garam dan air. pada titik ekuivalen diperoleh PH sebesar 7. titik
ekuivalen ditandai dengan berubahnya larutan menjadi merah muda. PH larutan
diukur menggunakan pH meter. pada percobaan ini pH larutan Hal yang diketahui
adalah yaitu: sebelum titrasi, setelah hitrasi 1 ml larutan NaOH 0,2 M Saat
mencapai titik pH larutan konstan terhadap larutan NaOH yang digunakan setelah
penambahan Indikator phenoletalen.

2. Saran

Untuk praktikan selanjutnya harus mengetahui penggunaan alat yang akan


dipraktikumkan sehingga tidak terjadi kendala saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Muchtaridi & Sandri.J.(2007).Kimia 2 SMA Kelas IX.Jakarta: Yudhistira.

Oxtorby,D.W.(2001).Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid 1,Jakarta: penerbit


Erlangga.

Yulfriansyah.A.,Korry.N.(2016).Pembuatan Indikator Bahan Alami Dari Ekstrak


Kulit Buah Naga (Hylocereus Polyrhizus) Sebagai Indikator Alternatif
Asam Basa Berdasarkan Variasi Waktu Perendaman,Tasikmalaya:
STIKES Bakti Tunas Husada.
Yusnita,M.(2019).Asam,Basa,dan Garam di Lingkungan Kita,Semarang:Penerbit
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai