Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Biokimia

Uji Asam Basa Menggunakan Indikator Alami

Oleh :

Kelompok 4

1. Imelda Nurfadila
2. Fina Fauziyah
3. Winda Rahayu

Program Studi Pendidikan Biologi 2020


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
Tahun 2021
BAB I
PENDAHULUAN

• Latar Belakang
Indikator asam basa adalah suatu zat yang dapat memberikan perubahan
warna sesuai dengan pH larutan yang diidentifikasi serta dapat mengetahui
sifat asam dan basa suatu larutan tersebut. Percobaan sains untuk menguji sifat
suatu larutan asam basa merupakan modul penting yang biasa dilakukan di
sekolah menengah umum maupun perguruan tinggi. Indikator sintetis yang
biasa digunakan antara lain fenolftalein, kertas lakmus, brom timol biru dan
metil merah. Penggunaan indikator sintetik memiliki kertebatasan seperti
harganya yang relatif mahal dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Oleh sebab itu, keberadaan indikator alami asam-basa dapat menjadi alternatif
yang murah dan ramah lingkungan dalam penggunaan indikator asam-basa.
Salah satu bahan alami yang memiliki potensi sebagai indikator alami adalah
tanaman kembang sepatu, kunyit, bayam merah dan lain sebagainya. Oleh
sebab itu, maka kami ingin melakukan praktikum uji asam basa dengan
memanfaatkan bahan-bahan alami yang ada di sekitar kita.
• Tujuan
1. Membuat indikator asam basa dari bahan alam
2. Membedakan larutan dengan sifat asam dan basa
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Asam sebagai zat yang mengion dalam air menghasilkan ion 𝐻 + dan basa
sebagai zat yang mengion dalam air menghasilkan ion 𝑂𝐻 −. Definisi ini
dirumuskan pada akhir abad kesembilan oleh seorang kimiawan Swedia Svante
Arrhenius untuk mengelompokkan zat-zat yang sifat-sifatnya di dalam larutan telah
diketahui dengan baik. Asam memiliki rasa masam, misalnya cuka yang
mempunyai rasa dari asam asetat, dan lemon serta buah-buahan sitrun lainnya yang
mengandung asam sitrat. Asam menyebabkan perubahan warna pada zat warna
tumbuhan, misalnya mengubah warna lakmus dari biru menjadi merah. Asam
bereaksi dengan logam tertentu seperti seng, magnesium, dan besi menghasilkan
gas hidrogen. Reaksi yang khas adalah antara asam klorida dengan magnesium.
Asam bereaksi dengan karbonat dan bikarbonat, seperti Na₂CO₃, CaCO₃, dan
NaHCO₃, menghasilkan gas karbon dioksida (Gambar 4.6). Sebagai contoh,

2𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞) + CaCO3 (s) → CaCl2 (aq) + H2 O (𝑙 ) + CO2 (g)

𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞) + NaHCO3 (s) → 𝑁𝑎𝑐𝑙(𝑎𝑞) + H2 O(𝑙 ) + CO2 (g)

Selain itu, larutan asam dalam air dapat menghantarkan arus listrik. Selanjutnya
basa memiliki rasa pahit dan terasa licin; misalnya, sabun, yang mengandung basa,
menunjukkan sifat ini. Basa menyebabkan perubahan warna indikator asam-basa;
misalnya, basa mengubah warna lakmus dari merah menjadi biru. Sama seperti
larutan asam, larutan basa juga ketika di dalam air akan dapat menghantarkan arus
listrik.

Definisi asam dan basa Arrhenius terbatas karena hanya berlaku untuk
larutan dalam air. Definisi yang lebih luas diusulkan oleh ahli kimia Denmark
Johannes Brønsted pada tahun 1932; asam Brønsted adalah donor proton, dan basa
Brønsted adalah akseptor proton. Perhatikan bahwa definisi Brønsted tidak
memerlukan asam dan basa pada larutan dalam air. Asam hidroklorat adalah asam
Brønsted karena ia menyumbangkan proton dalam air:
𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞) → 𝐻 + (𝑎𝑞) + 𝐶𝑙 −(aq)
Perhatikan bahwa ion H⁺ adalah atom hidrogen yang kehilangan elektronnya;
H⁺ adalah proton yang tanpa elektron dan neutron. Ukuran proton adalah
sekitar 10⁻¹⁵ m, dibandingkan dengan diameter untuk atom atau ion rata-
ratanya sekitar 10⁻¹⁰ m. Partikel bermuatan positif yang sangat kecil ini tidak
dapat eksis sebagai entitas terpisah dalam larutan karena daya tarik yang kuat
terhadap kutub negatif (atom O) dalam H₂O. Akibatnya, proton ada dalam
bentuk terhidrasi. Oleh karena itu, ionisasi asam klorida harus ditulis sebagai
berikut:

𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞) + H2 O(𝑙 ) → H3 O + (𝑎𝑞) + 𝐶𝑙 −(aq)

Proton terhidrasi, H₃O⁺, disebut ion hidronium. Persamaan ini menunjukkan


reaksi di mana asam Brønsted (HCl) menyumbangkan proton ke basa Brønsted
(H₂O). Eksperimen menunjukkan bahwa ion hidronium terhidrasi lebih lanjut
sehingga proton dapat memiliki beberapa molekul air yang tertarik dengannya.
Karena sifat asam proton tidak terpengaruh oleh tingkat hidrasi, dalam diskusi
ini kita akan terbiasa menggunakan H⁺ (aq) untuk mewakili proton terhidrasi.
Notasi ini untuk kenyamanan, tetapi H₃O⁺ lebih dekat dengan fakta
eksperimen. Perlu diingat bahwa kedua notasi tersebut mewakili spesi yang
sama dalam larutan berair.
Keasaman larutan air dinyatakan dengan pH yang didefinisikan sebagai
logaritma negatif dari konsentrasi ion hydrogen (dalam mol per liter). Pada
suhu 25°𝐶. Larutan yang bersifat asam mempunyai pH < 7. Larutan basa
mempunyai pH > 7. Dan larutan netral memiliki pH = 7. Untuk mengidentifikasi
sifat asam basa larutan, selain menggunakan kertas lakmus kita juga dapat
menggunakan larutan yang berfungsi sebagai larutan indikator. Larutan indikator
adalah larutan kimia yang akan berubah warna dalam lingkungan tertentu. Karena
sifatnya yang dapat berubah warna inilah, larutan indikator dapat digunakan sebagai
alat identifikasi larutan asam dan basa. Identifikasi larutan di laboratorium dapat
menggunakan empat jenis larutan indikator, yaitu larutan fenolftalein, metil merah,
metil jingga, dan bromtimol biru. Larutan indikator ini tidak seperti indikator lakmus
yang mudah penggunaannya. Warna-warna yang terjadi pada larutan indikator jika
dimasukkan ke dalam larutan asam dan basa, agak sulit diingat. Sebagai contoh,
larutan fenolftalein. Pada lingkungan asam, larutan fenolftalein tidak berwarna, di
lingkungan basa berwarna merah, sedangkan di lingkungan netral tidak be rwarna.
Berarti, untuk membedakan apakah suatu larutan bersifat asam atau netral, tidak cukup
hanya dengan menggunakan larutan fenolftalein (Pangganti, 2012). Banyak
indicator asam-basa adalah pigmen tumbuhan. Indikator alami yang biasa
digunakan untuk pengujian asam basa adalah bunga-bungaan, umbi, kulit buah
dan daun yang berwarna. Perubahan warna indikator bergantung pada warna
jenis tanamannya, misalnya kembang sepatu merah di dalam asam berwarna
merah dan di dalam basa berwarna hijau. Kita dapat membuat sendiri indikator
alami untuk penentuan sifat asam basa ini dari ekstrak mahkota bunga
berwarna. Mahkota bunga (misal : bunga sepatu) kita gerus dengan air.
Selanjutnya airnya kita gunakan untuk menguji sifat asam basa dari larutan
yaitu dengan jalan mencampurkannya dengan larutan asam atau basa. Bila pada
pencampuran tersebut ternyata ekstrak mahkota bunga memberikan warna
yang berbeda untuk larutan asam basa, maka ekstrak mahkota bunga tersebut
dapat kita gunakan sebagai indikator (Pangganti, 2012).
Diketahui, pengujian ekstrak kembang sepatu dapat menunjukkan hasil
perubahan warna merah pada larutan asam dan perubahan warna menjadi hijau
pada larutan basa. Hal tersebut dikarenakan kembang sepatu termasuk dalam
satu familia Malvaceae yang memiliki senyawa antosianin sehingga dapat
digunakan sebagai indikator alami. Antosianin memiliki warna yang menarik
dan tidak berbahaya bagi kesehatan sehingga banyak digunakan dalam industri
pangan dan farmasi. pH dan struktur kimia dari antosianin berpengaruh
terhadap karakter warna antosianin. Dalam keadaan netral (pH 7) akan tidak
berwarna, pada asam (pH< 3) akan berwarna merah sedangkan pada basa (pH>
10) akan berwarna biru.). Studi fitokimia terhadap kembang sepatu
mengungkapkan terdapat bahan-bahan kimia diantaranya flavonoid, flavonoid
glikosida, hibiscetine, asam sitrat, asam tartrat, siklopropenoid dan pigmen
antosianin. Antosianin pada kembang sepatu adalah jenis pelargonidin.
BAB III
METODE UJI
• Waktu dan Tempat
Praktikum Asam Basa dari bahan alami kami lakukan pada:
Hari : Sabtu, 13 Maret 2021
Tempat : Rumah masing-masing

• Alat dan Bahan


• Alat
1. Alat penumbuk/mortar
2. Gelas transparan
3. Pengaduk
• Bahan
1. Rimpang kunyit
2. Bunga sepatu
3. Bayam merah/kubis
4. Air
5. Larutan sabun/detergen
6. Air jeruk
7. Air kapur
8. Air mineral
9. Cuka
10. Soda
11. Larutan gula
12. Larutan garam
13. Alkohol/handsanitizer
14. Air kelapa
• Cara Kerja
1. Buatlah ekstrak kunyit, ektrak kembang sepatu/ekstra,kubis dan bayam
merah dengan cara menggerusnya menggunakan alat penumbuk lalu
tambahkan air.
2. Campurkan masing-masing ektrak pada masing-masing larutan uji : larutan
sabun/detergen, air jeruk, air kapur barus, air mineral, cuka, soda, larutan
gula, larutan garam, alcohol/handsanitizer, air kelapa.
3. Amati perubahan warna pada masing-masing uji.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Adapun pembahasan dalam Laporan Praktikum Uji Asam Basa menggunakan
Indikator Alami ini adalah sebagai berikut:

Bahan yang Warna setelah di Uji Indikator Sifat


No di Uji Bunga Sepatu Kunyit Bayam Larutan
Merah
1. Air Sabun Ungu Merah Cokelat Basa
jingga Kehitaman
2. Air Jeruk Merah Kuning Merah Asam
muda Muda Pekat
3. Air Mineral Merah Kuning Merah Netral
keungu-
unguan
4 Cuka Kuning Merah Asam
muda Muda Pekat
5. Soda Ungu Merah Cokelat Basa
jingga Kehitaman
6. Larutan Gula Merah kuning Merah Netral
keungu-
unguan
7. Larutan Merah kuning Merah Netral
Garam keungu-
unguan
8. Alkohol Merah Kuning Merah Asam
muda Muda Pekat
9. Air Kelapa Merah Kuning Merah Asam
muda Muda Pekat
10. Air Kapur Ungu Cokelat Basa
Barus Kehitama

Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa pada suasana basa


kunyit memberikan perubahan warna yang signifikan, yaitu dari warna kuning
menjadi oranye atau merah bata. Sedangkan pada suasana asam perubahan warna
tidak dapat diamati dengan baik, karena perubahan warna yang terjadi tidak
signifikan. Dengan demikian kunyit bisa dijadikan indikator alami untuk suasana
basa.
Untuk bunga kembang sepatu memberikan perubahan warna yang
signifikan pada penambahan asam maupun basa. Pada suasana asam, kembang
sepatu yang memiliki warna awal merah mengalami perubahan menjadi menjadi
merah tua. Namun pada cuka perubahan yang terjadi adalah dari merah menjadi
merah muda. Hal ini mungkin disebabkan karena asam asetat (cuka) adalah asam
lemah. Sedangkan pada suasana basa terjadi perubahan warna dari merah menjadi
merah ungu setelah ditambahkan air sabun, menjadi hijau dan hijau gelap setelah
penambahan air soda kue dan air kapur. Karena ekstrak kembang sepatu
memberikan perubahan warna yang signifikan pada penambahan asam ataupun
basa maka ekstrak kembang sepatu dapat dijadikan indikator pada suasana asam
dan basa.
Indikator selanjutnya adalah ekstrak bayam merah yang akan memberikan
warna merah muda pekat pada larutan yang bersifat asam, menghasilkan warna
cokelat kehitaman jika bersifat basa dan tidak berubah warna pada keadaan netral
seperti pada air mineral, larutan gula dan garam
BAB V
PENUTUP

• Kesimpulan
Suatu larutan dapat diketahui sifatnya dengan menggunakan indikator alam
yaitu kunyit, bunga kembang sepatu dan bayam merah. Dimana suatu larutan
jika ditetesi larutan bunga kembang sepatu dan bayam merah jika berwarna
merah menunjukkan asam dan jika berwarna hijau berarti basa, sedangkan jika
ditetesi larutan kunyit jika berwarna kuning larutan tersebut bersifat asam, jika
berwarna jingga larutan tersebut bersifat basa.
• Saran
Untuk menguji sifat asam dan basa suatu zat dapat digunakan indikator
alami selain indikator yang telah digunakan dalam percobaan ini. Indikator
alami lain dapat dipilih dari berbagai jenis bunga atau tanaman yang ada di
sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, Jilid 1 edisi 3, Jakarta:


Erlangga, 2004.

Pangganti, E. 2012. Indikator Alami asam Basa. Tersedia pada:


http://esdikimia.wordpress.com/2012/04/23/indikator-alami-asam-basa

(https://ijca.uii.ac.id/media/282087-ekstraksi-kembang-sepatu-hibiscus-rosa-s-
994af154.pdf)

Anda mungkin juga menyukai