Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam basa adalah
indikator phenolptalin (pp) dan indikator metil orange(mo). Indikator-
indikator ini merupakan indikator kimiawi yang sangat dibutuhkan di
tingkat sekolah lanjutan sampai dengan perguruan tinggi, indikator tersebut
memiliki beberapa kelemahan seperti polusi kimia, ketersediaan dan biaya
produksi tinggi. Indikator sintetis titrasi asam-basa harganya pun relatif
mahal dan sangat sulit didapatkan di daerah pedesaan (Nurhayati, dkk.
2010).
Oleh karena adanya beberapa kelemahan tersebut, maka untuk
menggantikan indikator kimiawi maka mulai dilakukan berbagai penelitian
untuk membuat indikator alami. Telah banyak dilakukan penelitian bahwa
indikator alami juga dapat mendeteksi tingkat keasaman (pH) yang dibuat
dari tumbuhan, baik dari bagian daun, bunga, buah, dan batang. Berbagai
jenis tumbuhan yang telah dimanfaatkan menjadi indikator alami
diantaranya adalah bunga sepatu, bougenvil, kunyit, rosella, dan kubis
ungu. Kesemua bahan tersebut akan menghasilkan perubahan warna jika
dimasukkan kedalam larutan asam dan basa. Berdasarkan perubahan warna
pada pH tersebut, ada kemungkinan bahan alam khususnya bunga yang
mengandung antosianin dapat digunakan sebagai indikator asam-basa
( Nuryanti,dkk. 2010).
Di Indonesia banyak terdapat berbagai jenis tumbuhan yang
mengandung antosianin dapat digunakan sebagai indikator asam-basa, dari
berbagai jenis tumbuhan, bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L), buah
buni (Antidesma bunius L), bunga pacar air (Impatiens balsamina) dan
kayu secang (Caesalpinia sappan L.) yang berpotensi dijadikan indikator
alami untuk mengukur tingkat pH yang dapat digunakan sebagai pengganti
pH universal yang harganya cukup mahal. Selain keberadaan tumbuhannya
melimpah, biaya yang diperlukan untuk membuat indikatornya cukup
ekonomis dan mudah dalam proses pembuatannya.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah Penelitian ini adalah :
1. Apakah bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L), buah buni (Antidesma
bunius L), bunga pacar air (Impatiens balsamina) dan kayu secang
(Caesalpinia sappan) dapat mendeteksi asam dan basa?
2. Bagaimana cara membuat indikator asam basa dari bunga sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis L), buah buni (Antidesma bunius L), buah pacar
air (Impatiens balsamina) dan kayu secang (Caesalpinia sappan)?
2

3. Bagaimana perubahan rentang warna pH 1-14 pada bunga sepatu


(Hibiscus rosa-sinensis L), buah buni (Antidesma bunius L), bunga
pacar air (Impatiens balsamina) dan kayu secang (Caesalpinia sappan)
pada reaksi asam dan basa ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L), buah buni
(Antidesma bunius L.) bunga pacar air (Impatiens balsamina) dan kayu
secang (Caesalpinia sappan) sebagai pendeteksi asam dan basa
2. Membuat produk indikator asam basa dari bunga sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis L.), buah buni (Antidesma bunius L) bunga pacar air (Impatiens
balsamina) dan kayu secang (Caesalpinia sappan)
3. Mengetahui perubahan warna pada larutan indikator bunga sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis L.), buah buni (Antidesma bunius L), bunga
pacar air (Impatiens balsamina) dan kayu secang (Caesalpinia sappan)
pada rentang larutan pH 1-14.

D. Urgensi Penelitian
Hasil penelitian ini akan menghasilkan produk penelitian yang
mampu menggantikan pH universal yang merupakan indicator kimiawi
yang dikhawatirkan berpotensi menimbulkan polusi kimia dan harga yang
cukup mahal. Produk penelitian ini menggunakan bahan alam yang tidak
menimbulkan polusi dan harganya murah.

E. Luaran yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan berupa produk kertas indicator asam basa yang
terbuat dari bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), buah buni (Antidesma
bunius L), bunga pacar air (Impatiens balsamina) dan kayu secang
(Caesalpinia sappan). Penelitian ini akan menghasilkan artikel ilmiah
tentang kertas indicator asam basa yang mampu mengukur tingkat pH dari
bahan-bahan alami pada jurnal nasional dan akan diajukan untuk mengikuti
seminar nasional.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa/mahasiswa/peneliti, sebagai solusi untuk mendapatkan
kertas indicator asam basa yang murah dan alami
2. Bagi akademisi, sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang
diharapkan mampu memberikan manfaat yang lebih besar
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Indikator merupakan suatu senyawa yang berbeda warnanya dalam


larutan asam dengan larutan basa. Kertas lakmus merupakan indikator yang
paling mudah untuk digunakan. Hal ini terjadi karena kertas lakmus memiliki
rentang pH yang sangat luas. Kertas lakmus memiliki rentang pH dari 0 – 14,
dengan 0 sebagai titik paling asam, 7 titik netral, dan 14 sebagai titik paling
basa. Kertas lakmus terdiri dari kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru.
Kertas lakmus merah akan menjadi berwarna biru ketika berada pada larutan
yang bersifat basa, dan tatap merah pada larutan yang bersifat asam. Kertas
lakmus biru akan menjadi berwarna merah ketika berada pada larutan yang
bersifat asam, dan tatap biru pada larutan yang bersifat basa. Perubahan warna
yang sangat jelas ini membuat kertas lakmus sangat mudah untuk digunakan,
dan cenderung hanya dihafal.
Indikator alami yaitu indikator yang berasal dari bahan-bahan alami,
dimana cara memperolehnya yaitu dengan cara mengekstrak. Prinsip indikator
adalah bahan yang memberikan warna berbeda pada zat yang bersifat asam dan
basa. Indikator alami yang biasa dipakai dalam pengujian asam basa adalah
tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga-bungaan,umbi-umbian, kulit
buah dan dedaunan.
Hampir semua tumbuhan yang menghasilkan warna dapat digunakan
sebagai indikator karena dapat berubah warna pada suasana asam dan basa
walaupun kadang-kadang perubahan warna tersebut kurang jelas atau hampir
mirip untuk perubahan pH tertentu (Clark, 2007). Indikator alami dapat dibuat
dari tanaman berwarna misalnya bunga Jacaranda acutifolia (Patrakar, 2010),
bunga pukul empat (Miriabilis Jalapa), bunga mawar, dan bunga kana (Cana
indica). Selain itu, indikator alami juga dapat dibuat dari daun kubis ungu
(Padmaningrum et al, 2007), batang kayu secang, bunga rosella (Hibiscus
Sabdariffa), dan bayam merah (Bisella alba) (Izonfuo, 2006). Prihatin (2005)
telah berhasil mengembangkan indikator alami dari ekstrak kayu secang, daun
puring, rimpang kunyit, pacar air, rhoeo discolor, rimpang temulawak, bunga
cemondelan, bunga soka, bunga bougenvile, bunga kamboja.
Beberapa indikator alami tersebut dapat dibuat secara cepat, mudah dan
sederhana namun dalam bentuk larutan indikator tidak tahan lama, mudah
rusak, dan berbau tidak sedap. Padmaningrum, (2007) melakukan karakterisasi
indikator asam basa alami (berwujud cair) dari ekstrak daun kubis ungu, daun
rhoediscolor, dan kayu secang mengenai trayek pH serta tingkat keakuratan
dan kecermatannya bila diterapkan pada titrasi asam basa.
4

Ekstrak zat warna yang digunakan untuk membuat indikator asam basa
harus memiliki karakteristik warna yang berbeda-beda pada setiap perubahan
pH. Karakter dari indikator asam basa meliputi: 1) Trayek pH, 2) Spektrum
absorbs dan panjang gelombang maksimum dari indikator, 3) Nilai pH
indikator, 4) Tingkat kecermatan dan keakuratan dari indikator, dan 5) Tingkat
keawetan dari indikator. indicator alami akan menunjukkan warna yang cukup
jelas pada pH tertentu, dan tidak cukup jelas pada pH tertentu (Clark, 2007).
Maka dari itu, untuk mendapatkan hasil yang cukup valid dalam menentukan
nilai pH diperlukan tidak hanya satu indicator alam.
Dalam penelitian ini menggunakan 4 indikator alam yang sistem kerja
dan alatnya menduplikasi pH universal. Warna yang mencolok dan kandungan
zat antosianin dalam indikator alam ini berpotensi memberikan perubahan
warna yang cukup signifikan. Keempat indicator yang digunakan adalah :
1. BUNGA SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.)

Gambar 2.1 Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L)


Klasifikasi tanaman:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus rosa-sinensis L.
5

A. BUNI (Antidesma bunius L.)

Gambar 2.2 Buah buni(AntidesmabuniusL.)


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Antidesma
Spesies : Antidesmabunius (L.) Spreng
Pada kondisi pH asam, warna antosianin buni adalah merah
karena struktur antosianin utamanya berada dalam bentuk kation
flavilium yang berwarna merah. Peningkatan pH (pH 4–6)
menunjukkan warna antosianin memudar karena kation flavilium yang
berwarna merah mengalami hidrasi menjadi bentuk struktur tidak
berwarna karbinol. Sedangkan pada ph 7 dan 8, warna antosianin
menjadi biru keunguan disebabkan pembentukan struktur kuinoidal biru
yang tidak stabil. Menunjukkan perubahan warna antosianin buah  buni
karena pengaruh pH. Kelebihan dari antosianin buah buni adalah pada
kondisi pH asam menunjukkan intensitas warna merah yang cukup
tinggi terutama pada pH 3 dan 4 yang merupakan kisaran pH untuk
pangan berbasis asam.
B. PACAR AIR ( Impatiens balsamina)

Gambar 2.3 pacar air (Impatiens balsamina L inn)


6

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Geraniales
Suku : Balsaminaceae
Genus : Impatiens
Jenis : Impatiens balsamina L inn (Depkes, 1994)

C. KAYU SECANG (Caesalpinia sappan.)

Gambar 2.4 Kayu Secang (Caesalpinia sappan)


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Upafamili : Caesalpinioideae
Genus : Caesalpinia
Spesies : C. sappan
Kayu secang mengandung Brazilin, yaitu senyawa penting yang
menghasilkan warna merah berasal dari kayu brazil (Brazilwood).
Pigmen alami kayu secang (Caesalpina sappan) dipengaruhi oleh
tingkat keasaman. Pada suasana asam (pH 1-2) berwarna kuning
sedangkan pada suasana netral (pH 6-8) berwarna merah keunguan.

BAB III
7

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahap Persiapan


a. Studi Pustaka.
Metode ini digunakan untuk mempelajari teori-teori yang
berhubungan dengan pembuatan indicator asam basa dari bahan alam
yang didapatkan dari literetur dan jurnal terkait.
b. Koordinasi Tim.
c. Konsultasi Dosen Pembimbing.
d. Penyediaan Alat dan Bahan.
Tahap ini dilakukan dengan proses pencarian dan penelitian alat
serta bahan yang dibutuhkan selama proses perakitan dilaksanakan
dimulai dari penelitian sampai pengujian produk.

3.2 Tahap penelitian


Metode penelitian ini adalah penelitian pengembangan (innovation
research). Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan
melakukan eksperimen. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi: seperangkat gelas kimia, mortir, timbangan, plat tetes, pipet,
panci kukus, mesh No.40, gunting, kertas saring, kertas photo, double tip,
aquades, larutan HCl 0,1N, NaOH, kertas indikator universal, bunga sepatu,
buah buni, pacar air dan kayu secang.
a. Proses pertama adalah membuat larutan pH 1-14.
pH 1 dibuat dari larutan HCl 0,1 N dan . pH 2 sampai pH 6 dibuat dari
pengenceran laruta HCl dari pH sebelumnya dan diuji dengan indicator
universal. pH 7 diambil dari aquades dan diuji dengan indicator
universal. pH 14 dibuat dari larutan NaOH 0,1 N diuji dengan indicator
universal. pH 13 sampai pH 8 dibuat dari pengenceran larutan NaOH
dari pH setelahnya dan diuji dengan indicator universal.
b. Proses kedua adalah Mengukur perubahan warna pada pH 1-14 dengan
ekstrak bunga sepatu, buah buni, pacar air, dan kayu secang.
c. Proses ketiga adalah Membuat kertas indicator alami

3.3 Tahap Pengujian


Secara fungsional
tahap pengujian secara fungsional ini bertujuan untuk mengetahui
Apakah bunga sepatu, buah buni, pacar air, dan kayu secang berfungsi
sebagai indicator asam basa.
3.4 Tahap Analisis
a. Analisis data
Penelitian ini menggunakan cara eksperimen dengan melihat
reaksi perubahan warna buah rumput siak-siak (Dianella Ensifolia),
8

buah buni (Antidesma bunius L), buah langsat burung (A. forbesii King)
dan kayu secang (Caesalpinia sappan) pada larutan pH 1-14. Pada
penelitian ini, indikator dibuat dalam dua bentuk, yaitu bentuk larutan
dan bentuk kertas.Indikator yang dibuat dalam bentuk larutan disebut
larutan indikator dan indikator dalam bentuk kertas disebut kertas
indikator.
b. Penulisan Laporan

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Tabel 4.1. Ringkasan Anggaran Biaya
No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Peralatan penunjang 2.445.000
2 Bahan habis pakai 2.043.000
3 Perjalanan 1.500.000
4 Lain-lain 130.000
Jumlah 6.128.000

4.2 Jadwal Pelaksanaan


Table 4.2 jadwal pelaksanaan penelitian
No Kegiatan Alokasi
. Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Tahap
persiapan
Study pustaka

Koordinasi
tim
Konsultasi
dosen
pembimbing
Penyediaan
alat dan bahan
2 Tahap
penelitian
Pembuatan
9

larutan pH 1--
14
Mengukur
perubahan
warna pada
pH 1-14
dengan
ekstrak bunga
sepatu, buah
buni, pacar air,
dan kayu
secang
Membuat
kertas
indicator
alami
3 Tahap
pengujian
Pengujian
fungsional
Evaluasi
4 Tahap
Anailisis
Analisis Data
Penulisan
Laporan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Keanekaragaman Jenis, Plasma Nutfah, dan Potensi Buah-


buahan Asli Kalimantan Species diversity, genetic resources, and
10

potential of the indigenous fruits in Kalimantan


http://biosains.mipa.uns.ac.id/B/B0602/B060210.pdf\
Anonim. 2013. Buah Wuni. https://biouland.wordpress.com/2013/10/13/buah-
wuni/
Anonim. 2014. Secang (Caesalpinia sappan L.).
https://pbftp13.wordpress.com/2014/05/16/secang-caesalpinia-sappan-l/

Clark, Jim. 2007. Indikator Alami.


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Regina%20Tutik
%20Padmaningrum,%20Dra.,
%20M.Si./Karakter_Ekstrak_Rhoeodiscolor_Regina_Tutik_P.pdf
Harvey. 2000. Moderen Analitical Chemistry. The MC G-Hill Companies, inc.
United States of Amerika.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/valensi/article/download/307/191

Izonfuo, L. T., Fekamhorhobo, G. K., Obomanu, G. K., Daworiye, L. T., .


2006., Acid Base Indicator Properties of Dye from Local Plant: Bassella
alba and Hibiscus rosasinencis, Journal of Applied Sciences and
Environmental Managemen. Vol 10 No 1 pp 5-8.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Regina%20Tutik
%20Padmaningrum,%20Dra.,
%20M.Si./Karakter_Ekstrak_Rhoeodiscolor_Regina_Tutik_P.pdf
Nuryanti, S, Sabirin, Matsjeh, Chairil Anwar, Tri JokoRaharjo. 2010. Indikator
Titrasi Asam-Basa Dari Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus rosasinensis
L). www.jurnal
agritech.tp.ugm.ac.id/ojs/index.php/agritech/article/.../96
Prihatin, Lusia .2005. Pengembangan Indikator Asam Basa Bahan Alam.
Laporan Penelitian. Yogyakarta: FMIPA UN
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Regina%20Tutik
%20Padmaningrum,%20Dra.,
%20M.Si./Karakter_Ekstrak_Rhoeodiscolor_Regina_Tutik_P.pdf
Padmaningrum, RT dan Salirawati, Das. 2007. Pengembangan Prosedur
Penentuan Kadar Asam Cuka secara Titrasi Asam Basa dengan
Berbagai Indikator Alami(Sebagai Alternatif Praktikum Titrasi Asam
Basa di SMA, Laporan Penelitian, FMIPA UNY: Yogyakarta. pada
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ penelitian/Regina%20 Tutik
%20Padmaningrum,%20Dra.,
%20M.Si./Karakter_Ekstrak_Rhoeodiscolor_Regina_Tutik_P.pdf
Pratakar, R, Namdev, Gond, DhanrajJadge. 2010. Flower Extract of Jacaranda
acutifolia Usedas a Natural Indicator in Acid Base Titration. www.
sphinxsai.com/.../PT=46%20(1954-1957)
Rufaida A, Dyah dan Waldjinah. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas XI
semester2. Klaten: Intan Pariwara.
11

Anda mungkin juga menyukai