Anda di halaman 1dari 12

Tugas Resume Jurnal

Indikator Titrasi Asam Basa

Kimia Farmasi

Oleh :

Kelompok 7

Hanifah Puspita Hadi 2018.01.00.02.048

Fadhila Dwi Utari 2018.01.00.02.044

Yenni Eranisa 2018.01.00.02.046

Furqani Abdina 2018.01.00.02.045

Dosen Pengajar:

Linda Hevira,M.Si.

Program Studi Farmasi

Universitas Mohammad Natsir

Bukittinggi

2019
Potensi Pemanfaatan Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea L.)
sebagai Indikator Asam Basa Alami
Kelompok 7

Hanifah puspita hadi, Fadhila Dwi Utari, Yenni Eranisa, Furqoni Abdina

Program Studi S-1 Farmasi

Universitas Mohammad Natsir

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai salah satu Negara yang mempunyai hutan hujan


tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati. Sejak dulu tumbuh-tumbuhan
telah dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia baik di bidang
papan maupun dibidang pangan, bahkan secara etnobotani telah berkembang
pemanfaatan akan tumbuh-tumbuhan oleh masyarakat tertentu seperti
penggunaan obat tradisional, racun, pewarna dan lain-lain. Seiring dengan
adanya pengembangan penelitian di bidang bahan alam dewasa ini
pemanfaatan tumbuh-tumbuhan semakin luas cakupannya, salah satu kajian
yang cukup menarik adalah pemanfaatan beberapa jenis tumbuhan sebagai
indikator asam basa.
Beberapa jenis tumbuh-tumbahan dapat digunakan sebagai indikator
alami dalam titrasi asam basa seperti kubis ungu (Brassica oleracea), ubi ungu
(Ipomea batatas), bit merah (Beta vulgaris), bunga sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis), bunga rosela(hi ibiscus sabdarifa) dan lain-lain. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol kembang bunga sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis) dapat dijadikan indikator asam basa di mana pada
kondisi asam berwarna merah dan kondisi basa berwarna biru2. Aplikasi
pemanfaatan indikator alami pada praktikum mata pelajaran kimia di SMU
dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep asam basa .Pembuatan
Indikator alami dalam bentuk kertas. pH dan serbuk dapat digunakan relatif
lebih lama dibanding indikator alami dalam bentuk larutan. Berdasarkan hal
tersebut dalam penelitian ini akan dilakukan analisis trayek pH dan penentuan
efektifitas pemanfaatan ekstrak kubis ungu (Brassica oleracea L.) sebagai
indikator asam basa.
Analisa Trayek pH zat warna Kubis Ungu
Tabung reaksi sebanyak 52 buah dan diberi label 1-52, ditambahkan
1 mL larutan ektrak total ke dalam tabung reaksi 1 sampai dengan 13
masing- masing berisi larutan buffer pH 1 sampai 13 (label 1- 13). Perlakuan
dengan cara yang sama dengan mengganti ektrak total dengan fraksi
metanol (label 14-26), fraksi etil asetat (label 27-39) dan fraksi n- heksana
kubis ungu (label 40-52). Perubahan warna yang terbentuk diamati dan
dicatat. Selanjutnya masing-masing ekstrak diukur absorbansinya dengan
mengunakan spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang 510 nm dan
dibuat kurva pH vs absorbansi, setelah itu dicari panjang gelombang
maksimum dalam bentuk HIn dan In-

Perbandingan indikator ekstrak kubis ungu dan indikator brom timol


biru pada titrasi asam kuat dan basa kuat.
Sebanyak 10 mL HCl 0,1 M dimasukkan dalam labu Erlenmeyer,
ditambah 5 tetes ekstrak total kemudian dititrasi dengan larutan standar NaOH
0,1 M dan dicatat volume titran pada titik akhir titrasi (dilakukan triplo).
Perlakuan dengan cara yang sama dilakukan dengan mengganti indikator
ekstrak total dengan fraksi metanol kubis ungu dan kemudian menggantinya
dengan indikator brom timol biru, dan dicatat perbandingan volumenya pada
saat titik akhir titrasi.
Analisa Trayek pH
Analisis trayek pH ekstrak total dengan variasi pH yang dibuat yaitu
pH 1 hingga pH 13 dengan menggunakan buffer pH 1 – 13 dapat dilihat
perubahan warna yang terbentuk mulai dari warna merah muda pada pH 1
kemudian berubah menjadi warna kuning pada pH 2 – 5, berubah lagi
menjadi warna kuning tua pada pH 6 – 8, berubah lagi menjadi warna kuning
pada pH 9 – 12 dan merah tua pada pH 13. Dengan cara yang sama dengan
mengganti ekstrak total dengan fraksi metanol sebagai indicator, perubahan
warna yang terbentuk mulai dari warna jingga pada pH 1 kemudian warna
menjadi jingga kuning pada pH 2, berubah lagi menjadi warna kuning muda
pada pH 3 – 8, berubah lagi menjadi warna kuning tua pada pH 9 – 11 dan
kuning muda pada pH 12 – 13.
Perbandingan indikator ekstrak kubis ungu dan indikator brom timol
biru pada titrasi asam kuat dan basa kuat
Perbandingan titik akhir titrasi asam kuat (HCl) dan basa kuat
(NaOH 0,1 M), dengan menggunakan ekstrak total dan fraksi metanol dari
ekstrak kubis ungu. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali (triplo) brom timol biru
sebagai indicator pembanding. Dari hasil titik akhir titrasi kemudian
dilakukan uji T terhadap ekstrak total, fraksi metanol dan indikator brom
timol biru.
INDIKATOR ASAM-BASA DARI BUNGA DADAP MERAH
(Erythrina crista-galli L.)
Kelompok 7

Hanifah Puspita Hadi, Fadhila Dwi Utari, Yenni Eranisa, Furqoni Abdina

Program Studi S-1 Farmasi

Universitas Mohammad Natsir

Pendahuluan

Indikator asam basa adalah suatu senyawa organik yang dapat berubah
warna dengan berubahnya pH, biasa digunakan untuk membedakan suatu larutan
bersifat asam atau basa dengan cara memberikan perubahan warna yang berbeda
pada larutan asam dan basa. Indikator asam basa yang sering digunakan di
Laboratorium kimia saat ini adalah indikator sintesis. Setiap indikator sintesis
memiliki karakteristik berupa trayek pH yang ditunjukkan oleh perubahan warna
pada kondisi asam dan basa serta harga tetapan indikator. Keberadaan indikator
sintesis yang terbatas menyebabkan pemakaiannya dibatasi. Selain itu, indikator
sintesis harganya cukup mahal, serta dapat menyebabkan polusi lingkungan .
Karena hal tersebut, maka perlu dicari indikator alternatif (indikator alami) yang
mudah diperoleh serta ramah lingkungan.
Indikator alami dapat dibuat dari berbagai tumbuhan berwarna yang ada
di sekitar kita. Akan tetapi, tidak semua tumbuhan berwarna dapat memberikan
perubahan warna yang jelas pada kondisi asam maupun basa, oleh karena itu
hanya beberapa saja yang dapat dipakai, misalnya; bunga sepatu yang
memberikan perubahan warna merah pada suasana asam dan hijau pada suasana
basa, bunga mawar yang memberikan perubahan warna merah dan kuning , bunga
waru yang memberikan perubahan warna merah dan hijau dan bunga johar yang
memberikan perubahan warna kuning dan orange . Seperti halnya bunga berwarna
tersebut, dadap merah juga merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi
untuk dijadikan indikator alami. Hal ini dikarenakan, antara bunga dari tanaman
dadap merah maupun bunga-bunga tersebut di atas sama-sama mengandung
senyawa pemberi warna pada tumbuhan, yakni antosianin
Antosianin adalah pembentuk dasar pigmen warna merah, ungu dan biru
pada tanaman . Berdasarkan penelitian tentang indikator asam basa yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti, dapat disimpulkan bahwa tanaman yang
mengandung antosianin dapat dijadikan sebagai indikator asam-basa alami yang
dapat sebagai alternatif menggantikan indikator sintesis seperti metil orange (mo),
fenolftalein(pp) dan metil merah.
Mengingat bahwa tanaman dadap merah dapat ditemukan di kota Palu,
umumnya hanya digunakan sebagai tanaman hias dan tanaman peneduh serta
belum termanfaatkan secara maksimal, maka penelitian ini bertujuan untuk
membuat indikator asam basa dari bunga tanaman dadap merah dan menguji
ekstrak tersebut dalam larutan asam-basa. Selain itu bertujuan untuk mengetahui
apakah indikator dari ekstrak bunga dadap merah dapat digunakan sebagai
indikator alternatif pengganti indikator sintesis metil orange dan fenolftalein
untuk titrasi asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah serta asam
lemah dengan basa kuat. Keberhasilan dalam penelitian ini yaitu dapat sebagai
media pembelajaran dalam bentuk animasi perubahan warna ekstrak bunga dadap
merah dalam larutan asam-basa dan diharapkan dapat meningkatkan nilai
ekonomis bunga dadap merah, serta dapat sebagai acuan untuk pembuatan
indikator dari bahan alam bagi guru kimia di perkotaan maupun pedesaan.
Prosedur Penelitian Ekstraksi bunga dadap merah
10 gram bunga dadap merah ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer lalu ditambahkan pelarut metanol sebanyak 100 mL. Selanjutnya,
campuran tersebut dishaker dan dimaserasi selama 2 jam (Siregar, 2009).Ekstrak
kemudian disaring dan hasil penyaringan siap digunakan sebagai indikator asam-
basa.
Pengujian warna pada larutan asam dan basa Ekstrak bunga dadap
merah yang diperoleh kemudian diuji dengan cara diteteskan sebanyak 3 tetes ke
dalam larutan HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M,NH4OH M, 0,1 CH3COOH 0.1 M.
Selanjutnya dilakukan pengamatan dan pencatatan perubahan yang terjadi.
Pengujian warna pada larutan bufferSebanyak 5 tetes larutan buffer
dimasuk ke dalam plat dengan pH yang berbeda- beda yaitu pH 1 sampai pH 12,
kemudian ditambahkan ekstrak bunga dadap merah sebanyak 3 tetes ke dalam
larutan buffer tersebut. Selanjutnya dilakukan pengamatan dan pencatatan
perubahan warna yang terjadi.
Tahapan-tahapan prosedur untuk pengujian titrasi asam-basa dikutip dari
penelitian Nuryanti, dkk., (2010) dengan modifikasi sedemikian rupa Titrasi asam
kuat-basa kuat
Larutan HCl 0,1 M sebanyak 20 ML, diukur lalu dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 3 tetes ekstrak bunga dadap merah hingga
larutan berubah warna. Campuran tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M
hingga terjadi perubahan warna. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali. Dicatat volume
titer yang digunakan. Setiap 2 mL titer, campuran diukur nilai pH-nya hingga
terjadi perubahan warna. Selanjutnya titrasi ini diganti dengan mengganti ekstrak
bunga dadap merah sebagai indikator dengan fenolftalein untuk pembanding.
Titrasi asam lemah-basa kuat
Larutan CH3COOH 0,1 M sebanyak 20 ML, diukur lalu dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 3 tetes ekstrak bunga dadap merah
hingga larutan berubah warna. Campuran kemudian dititrasi dengan larutan
NaOH 0,1 M hingga terjadi perubahan warna. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali.
Dicatat volume titer yang digunakan. Setiap 2 mL titer, campuran diukur nilai pH-
nya hingga terjadi perubahan warna. Selanjutnya titrasi ini diganti dengan
mengganti ekstrak bunga dadap merah sebagai indikator dengan fenolftalein
untuk pembanding.
Titrasi basa lemah dan asam kuat
OH 0,1 Msebanyak 20 mL diukur lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
Kemudian ditambahkan 3 tetes ekstrak bunga dadap merah hingga larutan
berubah warna. Campuran yang dihasilkan dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M
hingga terjadi perubahan warna. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali. Dicatat volume
titer yang digunakan. Setiap 2 mL titer, campuran diukur nilai pH-nya hingga
terjadi perubahan warna. Selanjutnya titrasi ini diganti dengan mengganti ekstrak
bunga dadap merah sebagai indikator dengan metil orange untuk pembanding.
Pengujian Warna pada Larutan Asam dan Basa
Hasil pengujian indikator ekstrak bunga dadap merah dalam larutan asam
dan basa memberikan perubahan warna, yakni dalam asam kuat berwarna merah,
dalam asam lemah berwarna merah muda, dalam basa kuat berwarna hijau tua dan
dalam basa lemah berwarna ungu. Kemampuan ekstrak bunga dadap merah
berubah warna pada kondisi asam dan basa disebabkan karena bunga dadap merah
mengandung senyawa antosianin , yang di dalam strukturnya mengandung kation
flavilium , yang dapat berubah bentuk strukturnya oleh pengaruh pH.
Antosianin dalam kondisi asam berwarna merah, apabila pH dinaikkan
(pH<4) akan terbentuk karbinolbase tidak berwarna dan selanjutnya terjadi
kesetimbangan toutomeri membentuk kalkon, sedangkan pada kondisi pH>6
mengalami perubahan bentuk strukturmenjadi anhidrobase, yang dapat terjadi
perluasan ikatan delokal, sehingga menyebabkan perubahan warna yang lebih
kuat intensitasnya dan menghasilkan warna biru.
Pengujian Warna dengan Larutan BufferBuffer
adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar
tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Pengujian warna
dilakukan dengan meneteskan akstrak bunga dadap merah ke dalam larutan buffer
phosfat.
Dengan rentang pH 1 sampai pH 12. Perubahan warna larutan . Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari larutan buffer dengan pH 1 sampai pH 12,
ekstrak bunga dadap merah memberikan 4 kelompok warna yaitu larutan buffer
dengan pH 1 sampai pH 6 berwarna merah, larutan buffer dengan pH 7 sampai pH
9 tidak berwarna, larutan buffer dengan pH 10 berwarna coklat dan lautan buffer
dengan pH 11 sampai pH 12 berwarna biru. Hasil yang diperoleh ini dapat
menjadi indikasi untuk mengetahui trayek pH dari ekstrak bunga dadap merah.
Oleh karena kemampuan mata untuk membedakan warna- warni sangat terbatas,
maka trayek pH suatu indikator dapat ditentukan menggunakan alat yang mampu
membedakan panjang gelombang pada warna-warni dari indikator .Maka ekstrak
bunga dadap merah dapat digunakan sebagai indikator alami didasarkan oleh
adanya perubahan warna pada setiap perubahan pH.
Pengujian pada Titrasi Asam–BasaTitrasi asam kuat dengan basa kuat asam kuat
dengan basa kuat
Hasil titrasi 20 mL larutan HCl ,NaOH 0,1 M menggunakan ekstrak bunga
dadap merah perubahan warna dari merah muda menjadi bening kebiruan, untuk
hasil titrasi dengan indikator fenolftalein sebagai pembanding, Kurva titrasi 20
mL larutan HCl 0,1 M dengan NaOH 0,1 M menggunakan indikator yang berbeda
yaitu ekstrak bunga dadap merah dan indikator fenolftalein menunjukkan
perbedaan nilai pH yang tidak jauh berbeda.
Sintesis turunan senyawa imina dari vanili sebagai
indikator titrasi asam basa
Kelompok 7

Hanifah Puspita Hadi, Fadhila Dwi Utari, Yenni Eranisa, Furqoni Abdina

Program Studi S-1 Farmasi

Universitas Mohammad Natsir

Pendahuluan

Senyawa indikator merupakan senyawa organik berupa asam atau basa


lemah yang berubah warnanya dalam larutan sesuai Ph larutan. Sebagai contoh
adalah indikator fenolftalein, dimana suasan asam senyawa ini tidak berwarna,
sedangkan dalam susana basa berwarna merah muda.

Indikator fenolftalein dalam susana asam berada dalam struktur asli yang
tidak berwarna. Dalam suasana basa mengalami deprotonasi pada kedua gugus
OH membentuk anion nya.

Bentuk anion ini dapat mengalami delokalisasi elektron menghasilkan


struktur kerangka quinoid panjan. Hal ini menyebabkan warna fenolftalein
menjadi merah muda dan menyerap pada sinar panjang gelombang yang lebih
panjang. Keberadaan semyawa fenolik di alam sangat melimpah seerti eugenol,
timol ,aposinin, dan vanilin. Vanilin merupakan senyawa fenlik yang terdaoat
secara alami dalam buah mentah dari tanaman vanila planifolia andreus. Senyawa
vanilin juga terdapat secara alami dalam kulit kentang. Vanilin telah banyak
dikebangkan penggunaan sebagai bahan dasar untuk sintesis senyawa antioksidan
, anti malaria, anti bakteri dan senyawa indikator.

Dilihat dari strukturnya vanilin merupakan senyawa fenolik yang menarik


untuk dijadikan bahan dasar dalam sinteisis senyawa asam basa. Gugus imina
merupakan gugs tromofor yang berperan dalam penyerapan radiasi
elektromagnetik pada daerah ultraviolet. Senyawa tersebut merupakan asam
lemah yang dapat mengalami reaksi kesetimbangan asam basa.

Metode penelitian

Sebanyak 0,28 g etanol dimasukkan ke dalam labu alas bulatleher 3


kapasitas 100 mL yang telah di lengkapi dengan pengaduk magnet dan pendingin
bola di tambah kedalam nya 0,46 g anilina kemudian di refluks pada suhu 78
selama 30 menit.
 Uji kestabilan warna senyawa dua metoksi 4 fenol terhadap asam
Dilakukan tritasi larutan Naoh terhadap asam oksalat pada berbagai
konsentrasi
 Uji 2 metoksi 4 fenol sebagai indikator
Dilakukan titrasi terhadap larutan naoh menggunakan larutan asam oksalat
dari 0,315 g kristal h2c2o4.2h2o yang di larutkan dalam aquadest sampai
volume larutan 50 mL.
 Uji perubahan warna senyawa 2 metoksi 4 fenol terhadap ph larutan
Uji perubahan warna senyawa 2 metoksi 4 fenol terhadap ph larutan yang
dengan mengujinya dengan perubahan warna dari senyawa tersebut pada
variasi ph.

Hasil uji perubahan warna 2 metoksi 4 fenol adalah pada ph 6 kebawah


larutan yag tidak berwarna, mulai dari ph 7 terjadi perubahan berwarna dari tidak
berwarna menjadi kuning kehijauan dan dari ph 8 dan 9 tetap berwarna kuning
kehijauan ph di atas berwarna hijau muda.

Dalam suasan asam struktur mengalami hidrolisis membentuk senyawa


vanilin dan anilina menyebabkan arutan menjadi tidak berwarna. Dalam susana
basa mengalami deprotonasi membentuk anionnya yang dapat mengalami
resonasi membentuk struktur berkerangka quinoid menyebabkan larutan
berwarnan hijau muda.

Berdasarkan hasil perubahan warna pada variasi ph maka dilakukan


pengujian penggunaan senyawa 2 metoksi 4 fenol sebagai indikator titrasi asam
basa. Percobaan mula-mula dilakukan uji kestabilan warna senyawa 2 metoksi 4
fenol setelah mencapai ttik ekivalen pada titrasi naoh dengan larutan asam oksalat
berbagai konsentrasi. Hal ini dilakukan mengetahui tingkat hidrolisis gugus
amina.

Senyawa 2 metoksi 4 fenol di uji kemampuan sebagai indikator melalui


titrasi larutan naoh dengan larutan h2c2o4 0,05 N. Indikator pp di gunakan
sebagai pembanding

Senyawa 2 metoksi 4 fenol merupakan indikator tidak bersifat reversible


dalam titrasi asam basa. Hal ini di buktikan dengan melakukan titrasi sebaliknya
yaitu larutan h2c2o4 0,005 M di titrasi dengan naoh 0,005 M. Hal ini menunjukan
adanya perubahan warna. Hal ini menunjukkan senyawa 2 metoksi 4 fenol
mengalami hidrolisis h2c2o4 membentuk senywa awal vanilin dan anilina
sehingga tercapai titik ekivalen titrasi tidk terlihat adanya perubahan warna. Pleh
karena itu senyawa 2 metoksi 4 fenol tidak dapat di gunakan sebagai indikator
dalam titrasi asam dan basa.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad hanafi, dkk. SINTESIS TURUNAN SENYAWA IMINA DARI


VANILIN SEBAGAI INDIKATOR TITRASI ASAM BASA.jurusan kimia
fakultas sains dan teknologi uin maliki malang

Erwin muhammad asfiannur, dkk.2015. POTENSI PEMANFAATAN EKSTRAK


KUBIS UNGU SEBAGAI INDIKATOR ASAM BASA ALAMI.jurusan kimia
fmipa unversitas mulawarman

Rahmawati, dkk. 2016.INDIKATOR ASAM BASA DARI BUNGA DADAP


MERAH.pendidikan kimia universitas tadulako, palu

Anda mungkin juga menyukai