Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS MAKANAN DAN MINUMAN


“PENGENALAN ALAT”

Disusun Oleh :
Khumaida Jihan Nurrohmah
P27235019076

IIIB – ANAFARMA
POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2020
PENGENALAN ALAT

A. TUJUAN
Sesudah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mengenal dan
mengetahui fungsi dari tiap-tiap alat.

B. DASAR TEORI
Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami cara
kerja serta fungsi dari alat-alat yang ada dilaboratorium. Selain untuk menghindari
kecelakaan dan bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing
alat, praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan sempurna (Arista, 2015).
Dalam melaksanakan praktikum, biasanya para praktikan akan melakukan
perhitungan dan pengukuran. Dalam hal ini, maka ketelitian praktikan adalah hal
penting, yang dapat menemukan hasil, akhir dari praktikum. Hal pertama yang harus
diperhatikan agar dapat meningkatkan ketelitian adalah kita harus memperhatikan alat
yang akan kita gunakan. Karena alat-alat tersebut memiliki skala yang berbeda-beda,
dan tentu saja memiliki tingkat ketelitian yang berbeda pula. Semakin kecil skala
alattersebutmaka akan semikn besar timgkat ketelitiannya. Hal keduan yang harus
diperhatikan adalah bagaimana carakita membaca skala itu sendiri (koesmadji, 2008).
Hal lain yang harus diperhatikan adalah kebersihan dari alat yang akan
digunakan. Kebersihan dari alat dapat mempengaruhi hasil praktikum. Apanila alat
yang akan digunakan tersebut tidak bersih, maka akan terjadi hal-hal yang tidak di
inginkan. Contohnya jika pada alat-alat tersebut masih tersisa zat-zat kimia, maka zat
tersebut dapat saja bereaksi dengan zat yang kita gunakan sesudahnya dan dapat
mengakibatkan kegagalan dalam praktikum (Ginting, 2000).
Alasan-alasan diatas, mengajarkankita bahwa pengenalan alat sangatlah penting
dan utama disampaikan pada awal praktikum, selanjutnya kita tahu dulu nama, fungsi,
dan prosedur penggunaan alat-alat yang ada dilaboratorium agar diharakan para
praktikan dapat menggunakan alat sesuai fungsinya dan sesuai dengan petunjuk agar
memperoleh hasil praktikum yang baik, cepat dan efisien (Abdullah, 2014).
Pekerjaan dalam laboratorium sering menggunakan alat-alat, contoh alat-alat tersebut
antara lain: gelas beker, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur, pipet volume, tabung
reaksi, labu ukur, buret, erlenmeyer, ball pipet, dan lain-lain. Penggunaan dari alat-
alat tersebut sangat penting untuk diketahui para praktikan agar pekerjaan dalam
laboratorium dapat berjalan dengan baik (Achmad, 2008).
Kesalahan dalam penggunaan alat-alat ini dapat mempengaruhu hasil
praktikum. Oleh karena itu dalam percobaan ini diberikan beberapa pengetahuanbdan
latihan tentang penggunaan dan fungsinya. Sering kali di dalam laboratorium terjadi
kesalahan dalam melakukan percobaan di karenakan para praktikan tidak mengetahui
cara da fungsi dari alat-alat laboratorium (Prayogo, 2015).
Sebagian alat tersebut merupakan alat-alat yang terbuat dari gelas, sehingga
memerljukan kehati-hatian dalam menggunakannya. Apabia terjadi kesalahan dakam
menggunakan alat-alat tersebut, maka akan mengakibatkan hal yang fatal. Selain
terganggunya praktikum, harga dari alat-alat tersebut juga relatif mahal. Oleh karena
itu praktikan dituntut agar serius dalam praktik agar tidak terjadi kerusakan alat
(Usman, 2015).
Kesalahaan dalam penggunaan alat dan bahan dapat menimbulkan hasil yang
tidak akurat dalam hal ilmu statistika kesalahan ini digolongkan dalam galat pasti.
Oleh karena itu, pemahaman fungsi dan cara kerja peralatan serta bahan harus mutlak
dikuasai oleh praktikan sebelum melakukan praktikum dilaboratorium kimia. Bukan
hal yang mustahil apabila terjadi kecelakaan dalam laboratorium karena kesalahan
dalam memakai atau penggunaan alat-alat dan bahan yang digunakan dalam
melakukan suatu praktikum yang berhubungan dengan bahan kimia yang berbahaya.
Disamping itu, pemilihan jenis alat yang akan digunakan dalam pemelitian
disesuaikan dengan tujuan penelitian agar penelitian berjalan lancar (Abdullah, 2014).
Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran atau
pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan
dilakukan kegiatan-kegiatan tersebut secara terkandali. Laboratorium ilmiah
dibedakan menurut didiplinilmunya, misalnya laboratorium mikrobiologi,
laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium biokimia, laboratorium
komputer ,dan laboratorium bahasa. Dalam kegiatan yang dilakukan didalam
laboratorium tentunya memerlukan peralatan yang menunjang kegiatan praktikum
atau tiset (Lim, 1998).
Melakukan suatu percobaan dilaboratorium, kadang-kadang harud dipilih bahan
peralatan yang cocok, sehingga tidak keliru atau salah pengertian mengenai sifat bahn
peralatan tersebut. Peralatann gelas harus selalu bersih dan ketelitian tidak akan bisa
berarti bila selama analisa, penggunaaan alat dan prosedur tidak dilakukan dengan
cermat dan tepat (Hala, 2009). laboratoriu
Alat-alat laboratorium merupakan alat yang kita buruhkan dalam proses
penelitian atau pun proses praktikum. Dalam praktikum pengenalan alat-alat
laboratorium dan alat-alat sterilisasi akan dijelaskan secara detail mengenai fungsi dan
spesifikasi masing-masing alat tersebut (Anonim, 2013). Secara umum, fungsi setiap
alat telah diberikan, karena tidak mungkn semua fungsi diutarakan dalam melakukan
kegiatan di laboratoriumuntuk memudahkan dalam memahami alat-alat laboratorium
yang dapat digunakan dalam waktu relative lama dan dalam keadaan baik, maka
diperlukan pemeliharaan dan waktu penyimpanan yang memadai (Wirjosoemarto,
2014).
Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah dokumen yang dibuat khusus
tentang suatu bahan kimia mengenai pengenalan umum, sifa-sifat bahan, cara
penanganan, penyimpanan, pemindahan dan pengolah limbah buangan bahan kimia
tersebut. Berdasarkan isi dari MSDS maka dokumen tersebut sebenernya harus
diketahui dan digunakan oleh para pelaksana yang terlibat dengan bahan kimia
tersebut yakni produsen, pengangkur, penyimpan, pengguna dan pembuang bahan
kimia. Pengetahuan inia akan dapat mendukung budaya terciptanya kesehatan dan
keselamatan kerja. Ketersediaan MSDS di laboratorium diperguruan tinggi saat ini
belum memasyarakat padahal ketersedian MSDS cukup penting dan digunakan juga
sebagai salah satu kriteria laboratorium standar (Tahir, 2002).

C. JENIS PERALATAN
Gelas Piala
Corong
Corong pisah
Erlemeyer
Rak Tabung Reaksi
Penjepit Tabung Reaksi
Petridish
Labu Ukur
Statif dan Klem
Gelas Ukur
Sikat Tabung Reaksi
Kaca Arloji
Segitiga
Tabung Reaksi
Bola Hisap
Cawan Penguap
Lampu Spiritus
Buret
Mortar
Bunsen
Krush
Kaki Tiga
Pipet Tetes
Botol Semprot
Pipet Volume
Kawat Kasa
Pipet Gondok
Klem Utilitas
Batang Pengaduk
Sudip
Timbangan Analitis
Waterbath
Hot Plate
Eksikator
Desikator
Oven
Tanur

D. PROSEDUR
1. Gelas Kimia
Cara menggunakan gelas kimia dalam pemanasan larutan adalah sebagai
berikut (Adisendjaja, 2004):
 Gunakan kaki tiga dan kawat kasa sebagai penopang gelas kimia tersebut.
 Batang gelas atau batu didih diletakkan pada gelas kimia untuk
menghindari pemanasan mendadak.
 Jika gelas kimia tersebut berfungsi sebagai penagas air , isikan air
seperempatnya saja supaya tidak terjadi tumpahan.
2. Corong
Proses penyaringan sebenarnya adalah menggunakan kertas saring.
Pertama, kertas saring yang sudah dilipat sesuai prosedur, dimasukkan ke dalam
corong penyaring. Supaya kertas saring dapat menempel pada dinding corong,
maka setelah kertas dimasukkan ke corong kemudian dibasahi dengan sedikit air.
Setelah kertas saring dapat menempel pada dinding corong penyaring, maka
corong penyaring siap digunakan untuk melakukan penayaringan endapan
(Khamidinal, 2009:109-110).
3. CorongPisah
Cara menggunakan corong pisah adalah sebagai berikut (Widhy, 2008) :
 Campuran yang akan dipisahkan dimasukkan lewat lubang atas, katub
corong pisah dipastikan dalam keadaan tertutup.
 Bagian atas corong dipegang dengan tangan kanan dan kiri dalam posisi
horisontal. Kocok agar ekstraksi berlansung dengan baik.
 Tutup bagian atas dibuka, keluarkan larutan bagian bawah melalui katub
secara pelan. Tutup kembali katub jika larutan lapisan bawah sudah keluar.
4. Erlenmeyer
Cara menggunakan erlenmeyer ketika proses titrasi yaitu erlenmeyer
diletakkan dibawah buret sebagai wadah analit (zat yang ingin diketahui
konsentrasinnya) (Khamidinal, 2009:49)
5. Rak tabung reaksi
Cara menggunakannya dengan meletakkan tabung reaksi di lubang yang
ada di rak tabung (Khamidinal, 2009:82).
6. Penjepit tabung reaksi
Larutan yang akan dipanaskan ditempatkan pada tabung reaksi yang sesuai
dengan ukuran penjepit. Kemudian tabung reaksi dipanaskan dengan api diatas
pembakar spritus (Khamidinal, 2009:81).
7. Petridish
Cara menggunakan cawan petri, terlebih dahulu bibir cawan dipanaskan
diatas bunsen, agar mikrobia yang tidak diinginkan mati (Widhy, 2008).
8. Labu ukur
Cara menggunakan labu ukur yaitu dengan mengisi larutan yang akan
diencerkan atau padatan yang akan dilarutkan. Tambahkan cairan yang dipakai
sebagai pelarut sampai setengah labu terisi, kocok kemudian penuhkan labu
sampai tanda batas. Sumbat labu, pegang tutupnya dengan jari, kocok dengan cara
membolak-balikkan labu sampai larutan homogen (Khamidinal, 2009:107).
9. Statif dan klem
Klem digunakan bersamaan dengan statif, caranya dengan memasang klem
di statif, kemudian ketinggiannya diatur. Atur baut pengencang pada klem sesuai
keperluan (Khamidinal, 2009:76)
10. GelasUkur
Cara mengukur volume bahan cair menggunakan gelas ukur adalah
sebagai berikut (Adisendjaja, 2004):
 Gunakan gelas ukur yang ukurannya sesuai dengan volume bahan yang
akan diukur.
 Bacalah skala pada gelas ukur dan tentukan harga setiap skala, misalnya
tiap skala 0,1.
 Gelas ukur diisi dengan bahan yang akan diukur volumenya.
 Skalanya dibaca sesuai dengan yang diinginkan. Pembacaan skala harus
lurus dengan mata. Perhatikan permukaan zat cair yang diukur. Bila
permukaan cekung dibaca pada bagian terbawah permukaan dan bila
permukaannya cebung bacalah pada permukaan paling atas.
 Jika volume yang sudah diingkan sudah tepat, tuangkan ke dalam wadah
yang lain .
11. Sikat Tabung Reaksi
Gunakan sikat tabung reaksi dengan memasukkan sikat ke dalam tabung
reaksi kemudian putar ujung sikat lalu bersihkan hingga bersih.
12. Kaca Arloji
Kaca arloji berbentuk seperti piring kecil dan cekung terbuat dari gelas.
Kaca arloji berfungsi untuk menimbang bahan kimia yang berwujud padat dan
kristal (Khamidinal, 2009:49).
13. Tabung Reaksi
Cara memanaskan larutan dalam tabung reaksi adalah sebagai berikut
(Adisendjaja, 2004):
 Tabung reaksi diisi sebagian saja, sekitar sepertiganya.
 Tabung reaksi dijepit pada bagian dekat dengan mulut tabung
 Api pemanas diletakkan pada bagian bawah larutan. Posisi tabung ketika
memanaskan cairan agak miring,
 Tabung reaksi digoyang agar pemanasan merata.
 Arah mulut tabung reaksi pada tempat yang kosong agar percikannya tidak
mengenai orang lain.
14. Bola Hisap
Cara menggunakan pipet filler yaitu dengan menyambungkan pipet
filler dengan alat ukur semisal pipet volum atau pipet ukur. Kemudian
kosongkan udara pada pipet filler dengan cara meremas pipet filler sambil
menekan katup A (aspirate), setelah dipastikan telah kosong kemudian tekan
katup S (suction) untuk mengambil cairan. Pastikan meniscus larutan sesuai
dengan batas ukur skala yang diperlukan. Setelah itu tekan E (exhaust) untuk
mengeluarkan cairan tersebut hingga habis (Khamidinal, 2009:125).
15. Cawan Penguap
Tempatkan zat atau sampel yang akan diuapkan ke dalam wadah
cawan penguap lalu letakkan cawan penguap pada waterbath untuk proses
penguapan. (buku)
16. Lampu Spiritus
Lampu spritus digunakan untuk memanaskan larutan dalam jumlah
kecil. Sebelum dinyalakan, hendaknya dipastikan bahwa spritus didalam
wadah berada dalam jumlah yang mencukupi. Untuk menyalakan bunsen,
buka tutup lampu spritus kemudian nyalakan dengan korek api. Lampu spritus
dapat dipadamkan dengan cara menutup api yang sedang menyala dengan
penutup lampu bunsen (Khamidinal, 2009:130).
17. Buret
Cara menggunakan buret adalah sebagai berikut (Widhy, 2008) :
 Kran dipastikan dalam keadaan tertutup, yaitu posisi kran katup
horizontal.
 Buret ditempatkan pada statis secara vertikal.
 Larutan standar dimasukkan ke dalam buret sampai batas
maksimal volume buret.
 Larutan sampel disiapkan dan ditempatkan dalam labu
Erlenmeyer.
 Tambahkan indikator satu atau dua tetes.
 Larutan standar diteteskan pada larutan sampel yang terdapat
dalam labu Erlenmeyer dengan mengatur kecepatan tetes
menggunakan kran katup sambil dilakukan penggojogan.
 Titrasi dihentikan bila larutan sampel telah sampai pada titik
ekivalen.
 Volume larutan standar yang terpakai kemudian catat volume
dengan melihat skala buret dengan memperhatikan meniskus.

18. Mortar
Cara menggunakan mortal dan pastle yaitu dengan memasukkan bahan
yang akan dihaluskan kedalam mortal kemudian gerus secara perlahan. Dalam
proses penumbukan sebaiknnya menggunakan kedua tangan karena akan
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan (Nazali, 2016).
19. Bunsen
Bunsen terbuat dari kaca yang berisi bahan bakar seperti spirtus atau
semacamnya, dan bagian ujung atasnya terdapat sumbu yang dapat dinyalakan.
Bunsen digunakan untuk pemanasan larutan (Khamidinal, 2009:28)
20. Kaki Tiga
Cara menggunakan kaki tiga dan kasa yaitu dengan meletakkan kawat
kasa atau kawat segitiga diatas kaki tiga. Kemudian di atas kawat kasa
diletakkan gelas kimia atau erlenmeyer berisi larutan yang akan dipanaskan
(Khamidinal, 2009:84)
21. Pipet Tetes
Cara menggunakan pipet tetes yaitu dengan memegang karet penghisap
pipet tetes dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Kemudian karet
telunjuk hisap ditekan dengan kedua jari, kemudian dielupkan hujung pipet
tetes tercelup kedalam larutan atau cairan, maka tekanan karet penghisap
dikurangi sedikit demi sedikit supaya larutan masuk kedalam pipet tetes.
Setelah larutan masuk kedalam pipet tetes tersebut. Bawalah pipet kearah
tempat larutan yang baru. Untuk mengeluarkan larutan dari dalam pipet,
berilah tekanan dengan kedua jari pada karet pipet sampai larutan yang berada
didalam pipet menetes keluar (Khamidinal, 2009:123).
22. Botol Semprot
Cara menggunakan botol semprot yaitu dengan menekan badan botol
sampai airnya keluar dan pipa kecil diarahkan pada bagian alat laboratorium
(Nazali, 2016).
23. Pipet Volume
Cara menggunakan pipet volume adalah dengan menghubungkan ujung
atas pipet volume dengan pipet filler, kemudian larutan disedot sampai tanda
batas yang melingkar di pipa atas badan pipet volume. Selanjutnya pendahkan
pipet volume ke wadah yang baru (Khamidinal, 2009:127)
24. Kawat Kasa
Kawat kasa digunakan sebagai alas gelas beker atau erlenmeyer pada
saat pemanasan dengan lampu spiritus atau kompor listrik (Khamidinal,
2009:75).
25. Pipet Gondok
Cara penggunaannya :
 Cuci pipet dengan detergent dan selanjutnya dicuci dengan air
ledeng.
 Bilas dengan air suling
 Bilas dengan larutan yang akan diambil / dipindahkan.
 Larutan disedot pelan-pelan dengan bola hisap sampai 1 s/d 2
cm di atas garis tanda.
 Pipet diangkat vertikal, bersihkan cairan yang menmpel pada
ujung pipet dengan kertas saring atau lap bersih. Tanda batas
volume pada pipet dipempelkan horizontal
26. Batang Pengaduk
Cara menggunakan batang pengaduk adalah dengan memegang bagian
ujung batang pengaduk, dan langsung mengadukkan ke bahan kimia. Ketika
Gambar 2.1 Alat Uji Elektrolit Gambar 2.2 Batang Pengaduk 12 mengaduk
tidak diperbolehkan secara kuat agar tidak terpercik dan wadah tidak pecah
(Widhy, 2008).
27. Sudip
Ambil sampel serbuk dengan cara menyedok serbuk.
28. Timbangan Analitis
Cara menimbang dengan neraca analitik sebagai berikut (Khamidinal,
2009:119)
 Neraca analitik diletakkan pada tempat yang datar, misalnya diletakkan
diatas meja.
 Botol timbang bersih disiapkan untuk menimbang zat yang higroskopis
(penyerap air), atau gelas arloji/kertas saring untuk zat yang tidak
higroskopis
 Piring neraca dari zat-zat kimia yang menempel bekas pemakai
sebelumnnya dibersihkan agar tidak mengganggu penimbangan.
 Menyetimbangkan neraca pada skala nol.
29. Waterbath
Pada saat dingin mensterilisasi steker dihidupkan,dipilih suhu
(temperatur) yang diinginkan (jika memungkinkan) dan atur. Pengaturan
harus dilakukan sesuia dengan pembacaan thermostat (bilatersedia), atau
sesuai dengan suatu sistem pengawasan suhu.
30. Hot Plate
Cara menggunakan Hot plate yaitu larutan yang akan dipanaskan
dimasukkan ke dalam wadah, umumnya digunakan erlenmeyer ukuran 250
mL. Kemudian erlenmeyer yang berisi larutan diletakkan di atas piringan
panas. Hot plate dihubungkan dengan sumber arus listrik 220 volt. Kemudian
peralatan dinyalakan, suhu yang dikehendaki dapat diatur dengan
menggunakan tombol yang tertera pada badan peralatan Hot plate
(Khamidinal, 2009:114).
31. Eksikator
32. Desikator
Cara menggunakan desikator yaitu senyawa padat/kristal yang akan
dikeringkan dimasukkan ke dalam desikator menggunakan wadah yang sesuai,
misalnya gelas arloji atau krus porselin. Kemudian di dalam dasar desikator
diberikan senyawa higroskopis (senyawa yang dapat menyerap uap air).
Contoh senyawa yang bersifat higroskopis yang palin sering digunakan adalah
silika gel. Kemudian desikator ditutup rapat. Proses pengeringan dengan
desikator dapat memerlukan waktu hingga 2-3 hari (Khamidinal, 2009:114).
33. Oven
Prosedur / Cara Kerja Oven yaitu :
 Hubungkan dengan sumber listrik
 Masukkan alat yang akan dikeringkan, atur dengan rapi lalu tutup pintu
dengan rapat
 Hidupkan alat dengan menekan tombol ON, lampu pilot akan menyala
(merah dan kuning)
 Atur temperatur suhu dan waktu yang diinginkan
 Bila waktu yang diatur telah selesai, pengatur waktu secara
otomatiskemali ke nol
 Biarkan dingin, lalu keluarkan bahan dan alat yang
disterilkan/dikeringkan
34. Tanur
Cara menggunakan sentrifuge yaitu dengan membuka penutup
sentrifuse terlebih dahulu. Endapan yang akan dipisahkan dari larutan
dimasukkan ke dalam sentrifuse. Kemudian dimasukkan kedalam rumah
tabung. Pastikan bahwa seluruh rumah terisi oleh tabung dan tiap tabung
mempunyai voleme yang sama. Kondisi ini perlu untuk menjaga kestabilan
putaran sentrifuge. Setelah selesai tutuplah kembali dengan penutup yang
tersedia . Putarlah tombol pengarut putaran sentrifuge, dimulai dari putaran
rendah terlebih dahulu. Secara perlahan-lahan naikkan kecepatan putaran
sentrifuge sampai dengan putaran tinggi (Khamidinal, 2009:132).
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Alat – Alat di Laboratorium Amami
No Nama Alat Gambar Fungsi Prinsip Kerja (jika Ada)
1. Gelas piala  Sebuah wadah Wadah larutan, skala pada
(gelas penampung yang badan gelas digunakan
beaker) digunakan untuk untuk mengukur larutan
mengaduk, secara tidak teliti.
mencampur, dan
memanaskan
cairan.

2. Corong  Sebagai alat bantu membantu memasukkan


gelas memindah/memas cairan dalam suatu wadah
ukan larutan ke dengan ukuran mulut kecil.
wadah/tempat
yang mempunyai
dimensi
pemasukan
sampel bahan
kecil.
 Sebagai alat bantu
dalam melakukan
penyaringan yaitu
sebagai tempat
melatakkan kertas
saring.
3. Corong  Untuk Untuk memisahkan
pisah mengekstraksi zat/senyawa tertentu dalam
cairan dalam sampel berdasarkan
komponen pada kelarutan dalam pelarut
kepadatan yang tertentu yang memiliki
berbeda. perbedaan fase.
4. Erlenmeyer  Mengukur volum labu erlenmeyer dengan
bahan kimia cair tutup asah digunakan untuk
dengan ketelitan pencampuran reaksi dengan
rendah. pengocokkan kuat
 Sebagai sedangkan labu erlenmeyer
menampung tanpa tutup asah biasanya
bahan kimia digunakan untuk
sementara. mencampurkan reaksi
 Tempat dengan kecepatan lemah.
menghomogenkan
larutan atau
media.
 Tempat untuk
menyimpan
media pada
pengujian mikro
 Digunakan untuk
menampung titran
pada saat titrasi.
 Tempat
menyimpan
media pada
analisa
mikrobiologi.
5. Rak tabung  sebagai tempat tabung reaksi dimasukkan
reaksi untuk dalam lubang tabung sesuai
meletakkan tabun ukurannya.
g reaksi yang
berjumlah banyak
6. Penyepit  untuk tekan penekan pada
tabung menjepit tabung r penjepit kemudian jepitkan
reaksi eaksi pada saat pada tabung reaksi
pemanasan, atau
untuk membantu
mengambil kertas
saring atau benda
lain pada kondisi
panas.
7. Petridish   untuk mengembangkan
mengeringkan mikroorganisme atau sel
atau menguapkan
bahan kimia
karena dengan
meletakkan bahan
ke dalam cawan
petri, bahan
tersebut akan
memiliki
permukaan lebih
luas.
8. Labu ukur  Digunakan untuk Labu ukur memiliki
mencampurkan ketelitian tinggi sehingga
larutan. sering digunakan untuk
mengukur larutan secara
teliti.
9. Statif dan  Statif berfungsi Menegakkan beberapa
klem untuk penyangga peralatan laboratorium
agar statif dapat lainnya, seperti biuret,
berdiri tegak di corong pisah, dan peralatan
atas permukaan gelas lainnya
yang datar.
 Klem berfungsi
sebagai
penyangga dari 
dari berbagai
macam alat yang
ada di
laboratorium.
Contohnya
seperti buret dan 
corong
pisah yang akan
di tahan
menggunakan
klem.
10 Gelas ukur  Dapat Mengukur cairan secara
. digunakan tidak teliti dan tidak masuk
untuk dalam perhitungan.
merendam
pipet dalam
asam pencuci
 Gelas ukur
yang
dilengkapi
dengan tutup
asah
digunakan
untuk
melarutkan zat
hingga volume
tertentu.

11 Sikat  untuk Dengan memasukkan
. tabung membersihkan secara langsung sikat ini ke
reaksi bagian dalam dari dalam tabung, kemudian
tabung reaksi memutar-mutarnya agar
tabung reaksi benar-benar
besih.
12 Kaca arloji  wadah wadah penimbangan zat
. menimbang zat padat
padat dan untuk
menutup labu
pada proses
pemanasan.
13 Segitiga  sebagai
. penyangga atau
penahan wadah
seperti
menahan krus saat
proses pemanasan
api langsung
14 Tabung  Mereaksik Sebagai wadah larutan,
. reaksi an larutan. beberapa memiliki tutup
 Untuk yang digunakan untuk
memanaskan meletakkan sampel.
sampel atau
cairan.

15 Bola hisap   Untuk menghisap
. larutan yang akan
diukur.

16 Cawan  tempat simpan zat tersebut


. Penguap penguapan bahan pada cawan lalu
dari bahan yang panaskan cawan sampai
tidak mudah terdapat endapan.
menguap
17 Lampu  sebagai Dalam pembakar
. Spiritus pembakaran spiritus ini memiliki sumbu
untuk yang akan terhubung
menghasilkan api dengan spiritus sebagai
bahan bakar didalamnya
dan pada bagian atas
menjadi bagian yang akan
terbakar.
`8. Buret  Memberikan Buret harus bersih, kering
secara tetes demi dan bebas lemak sebelum
tetes sejumlah digunakan. Sebelum titrasi
volume larutan dimulai, pastikan tidak ada
yang diketahui gelembung udara di bawah
dengan teliti pada kran karena menyebabkan
proses titrasi. kesalahan saat melakukan
titrasi.
`9. Mortar  untuk
menghancurkan
atau
menghaluskan
suatu bahan atau
zat yang masih
bersifat padat atau
kristal.
20 Bunsen  fungsinya untuk dengan membakar bagian
. menciptakan atas atau sumbu dari
suasana steril bunsen.

21 Krush  umumnya  praktikum analisis


. digunakan untuk laboratorium sehari – hari
membakar / untuk pengabuan zat pada
mengarangkan / analisis gravimetri.
mengabungkan
zat pada analisis
gravimetri.
22 Kaki Tiga  sebagai penahan
. kawat kasa dan
penyangga
ketika proses pem
anasan.
23 Pipet Tetes  memindahkan menambahkan cairan tetes
. larutan dari satu demi tetes hingga volume
wadah ke wadah tepat.
lainnya.

24 Botol   sebagai wadah


. Semprot untuk aquades.

25 Pipet  memipet atau memipet atau


. Volume memindahkan memindahkan volume
volume cairan cairan dengan teliti atau
dengan teliti. seksama.
26 Kawat Kasa  sebagai tempat -
. meletakkan
wadah seperti
gelas beaker,
erlenmeyer, atau
alat lain dan
disangga dengan
kaki tiga. 
27 Pipet  digunakan untuk menyedot cairan yang akan
. Gondok memindahkan dipindahkan dengan
cairan yang menggunakan mulut secara
digunakan perlahan.
dalam proses pen
gujian dengan
jumlah mulai
dari sangat kecil
hingga ukuran
lain yang
diinginkan
tester. 
28 Klem  untuk menjepit -
. Utilitas alat kimia yang
berukuran besar.

29 Batang  mengaduk yang -


. Pengaduk akan direaksikan
maupun ketika
reaksi sementara
berlangsung

30 Sudip  Mengambil -
. bahan-bahan
kimia dalam
bentuk padatan

31 Timbangan  untuk dengan membakar bagian


. analit menimbang atas atau sumbu dari
bahan kimia. bunsen.

32 Waterbath  Pemanasan pada Pada saat dingin


. suhurendah 30°- mensterilisasi steker
100°c dihidupkan, dipilih suhu
 Menguapkan (temperatur) yang
zat/larutan diinginkan (jika
dengan suhu memungkinkan) dan atur.
tidak terlalu Pengaturan harus dilakukan
tinggi sesuia dengan pembacaan
thermostat (bila tersedia),
 Menginkubasi atau sesuai dengan suatu
kultur mikrologi sistem pengawasan suhu.

33 Hot plate  Fungsinya adalah Energi listrik yang berasal


. untuk melakukan dari listrik yang mengalir
pengadukan ke hotplate, diubah menjadi
dengan energi panas pada
menggunakan alas/lempeng hotplate. Ini
stirrer magnet yang menyebabkan
yang dicelup hotplate menjadi panas.
pada sampel. Kemudia sebagian besar
hotplate dilengkapi dengan
magnetic stirrer. 
34 Eksikator  Sebagai tempat -
. penyimpanan
bahan yang
mudah
terpengaruh oleh
kelembapan.
Sebagai tempat
untuk
mendinginkan
atau
mengeringkan
alat / bahan
35 Desikator  Digunakan Mendinginkan,
. untuk mengeringkan serta
mendinginkan menyimpan zat atau bahan.
bahan atau alat
gelas
(misalnya ;
krus porselin,
botol timbang)
setelah
dipanaskan
dan akan
ditimbang.
 Mengering
kan bahan atau
menyimpan zat
atau bahan
yang harus
diliindungi
terhadap
pengaruh
kelembapan
udara.


36 Oven  untuk Terlebih dahulu memeriksa
. mensterilkan tegangan yang diperlukan
alat- alat gelas untuk beroperasinya oven,
yang tahan biasanya 110 atau 220 volt.
terhadap panas. Kemudian menekan saklar
power indikator lampu
menyala, setelah itu
mengatur suhu dalam
ruangan yang diinginkan
dengan cara memutar
pengatur suhu, begitu pula
dengan waktunya.
37 Tanur  pengarangan atau Memanaskanbahansampeld
. pengabuan suatu eganmemasukkankedalamr
zat/sampel yang uangpemanasmenggunakan
dianalisis. cresible
F. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Alat-alat laboratorium terdiri dari beberapa jenis bahan pembuatannya, ada
yangn terbuat dari kayyu, besindan kaca, dimana kaca ini mudah sekali pecah
dan rusak.
2. Masing-masing alat mempunyai fungsi, prinsip dan prosedur kerja yang
spesifik yang berbeda-beda.

G. DAFTAR PUSTAKA

Arista. 2016. Pengenalan alat laboratorium (kimia dasar).


http://kakaaristarista.blogspot.co.id/
Ginting. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Https://www.scribd.com/doc/1427264 12 /
jurnal-praktikum-1
Koemadji. 2008. Teknik laboratorium. https://www.scribd.com/doc/9599-389/laporan-
percobaan-1-pengenalan-alat-alat-laboratorium.
Abdullah. 2014. Contoh laporan praktikum pengenalan alat laboratorium.
http://apriansyabdullah.blogspot.co.id/2014/03/contoh-laporan-praktikum-
pengenalan.html
Achmad, Sadijah. 2008. Manajemen Laboratorium.
https://www.scribd.com/169554390/Pengenalan-Alat-Dan-Bahan-Di-Laborstorium-
kimia.
Prayogi, R. 2015. Kimia Dasar Pengenalan Alat.
https://restuprayogiindonesia.blogspot.co.id/2013/05/praktikum-kimia-dasar-
pengenalan-alat.html.
Usman. 2015. Laporan praktikum kimia. https://www.scribd.com/doc/89594066/laporan-
praktikum-kimia.
Hala,Y dan O. Junaidi. 2009. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Makassar: FMIPA
UNM.
Tahir, I. Daan E. Sugiharto. 2002. Pengolahan dan Implementasi MSDS Pada Riset
Mahasiwa Untuk Mendukung Kesehatan dan Keselamatan kerja Di Laboratorium.
Makassar: FMIPA UNM.
Wirjisoenarto, dan Koesmadji. 2004. Teknik Laboratorium. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia
Ngawi, 15 februari 2021

Dosen Mahasiswa

Makhabah Jamilatun, M.Si Khumaida Jihan Nurrohmah

Anda mungkin juga menyukai