Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SPEKTROFOTOMETER UV Vis

Dosen :Ratih Purwasih,S.Si., M.Sc

Disusun Oleh :

(Kelompok 7)

1. Khumaida Jihan N. (P27235019076)

2. Liza Fauziah (P27235019077)

3. Matias Tera Ryandrika (P27235019078)

4. Melinda Dwi Pratiwi (P27235019079)

IIIB – ANAFARMA

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN

SURAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas kasih dan rahmat-Nya, makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini

dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen serta

memahami dan mengerti tentang Analisis Paracetamol Pada Sediaan Jamu Serbuk

Pegel Linu Yang Beredar di Purwokerto. . Namun dalam penulisan makalah ini

masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, kami mohon kritik dan saran yang

bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Demikianlah makalah

ini kami buat, atas perhatian serta kritik dan sarannya, kami mengucapkan

terimakasih.

Ngawi, 10 Februari 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

BAB I...................................................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................1

1.2 TUJUAN..............................................................................................................4

1.3 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................4

BAB II..................................................................................................................................6

2.1 Definisi Obat Tradisional....................................................................................6

2.2 Definisi Kromatografi Lapis Tipis........................................................................6

2.3 Prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis.................................................................7

2.4 Alat dan bahan yang digunakan dalam analisis kualitatif parasetamol pada
sediaan jamu serbuk pegal linu yang beredar di Purwokerto........................................8

2.5 Cara Kerja yang digunakan dalam analisis kualitatif parasetamol pada sediaan
jamu serbuk pegal linu yang beredar di Purwokerto......................................................8

2.6 Hasil yang didapatkan dalam analisis kualitatif parasetamol pada sediaan jamu
serbuk pegal linu yang beredar di Purwokerto............................................................10

2.7 Pembahasan yang diperoleh dalam analisis kualitatif parasetamol pada


sediaan jamu serbuk pegal linu yang beredar di Purwokerto......................................11

2.8 Kesimpulan yang diperoleh dalam analisis kualitatif parasetamol pada sediaan
jamu serbuk pegal linu yang beredar di Purwokerto....................................................13

BAB III...............................................................................................................................14

A. Kesimpulan...........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sebagian masyarakat saat ini memilih menggunakan obat

tradisional (jamu) dalam mengatasi gangguan kesehatannya. Banyak

faktor yang mendasari penggunaan jamu seperti resiko efek samping yang

kecil dan biaya yang relatif murah.

Melihat cukup besarnya permintaan masyarakat akan jamu, banyak

produsen yang memanfaatkan kesempatan ini dengan memproduksi

berbagai macam produk unggulan mereka. Selain itu banyak produsen

jamu baru barmunculan. Produk jamu yang dihasilkan antara lain jamu

pegal linu, jamu asam urat, jamu encokdengan berbagai merk. Jamu pegal

linu merupakan salah satu produk yang digemari oleh masyarakat terutama

yang bermata pencaharian sebagai pekerja lapangan.

Banyaknya produk jamu tersebut membuat pemerintah kesulitan

melakukan pengawasan secara rutin. Hal tersebut memberi celah adanya

kemungkinan kecurangan yang dilakukan oleh sebagian produsen yang

kurang baik seperti misalnya penambahan bahan kimia obat dengan tujuan

agar jamu yang dikonsumsi segera dirasakan efeknya oleh konsumen

sehingga akan menyebabkan tingginya permintaan.

Salah satu bahan obat yang memiliki efek analgetik adalah

parasetamol. Parasetamol merupakan analgetik antipiretik yang sudah

1
2

lama dikenal di kalangan industri dan masyarakat. Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya parasetamol pada

beberapa produk jamu serbuk pegal linu khususnya yang beredar di

Purwokerto. Dalam penelitian ini menggunakan kromatografi lapis tipis

(KLT).

Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan tahun 1938 oleh

Ismailoff dan Schraiber. Adsorben dilapiskan pada lempeng kaca yang

bertindak sebagai peunjang fase diam. Fase bergerak akan merayap

sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram. Metode ini sederhana,

cepat dalam pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali

senyawa-senyawa yang terpisahkan.Pada dasarnya kromatografi lapis tipis

(KLT atau TLC = Thin layer Chromatography) sangat mirip dengan

kromatografi kertas, terutama pada cara melakukannya. Perbedaan nyata

terlihat pada media pemisahannya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben

halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium atau plastic sebagai

pengganti kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada pross pemisahan berlaku

sebagai fasa diam.

Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi

campuran menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa

Flavonoida dan isoflavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk

kedelai dan tauco serta Scoparia dulcis, Lindernia anagalis, dan Torenia

violacea. Yang pada senyawa isoflavon memiliki banyak manfaat.

Beberapa kelebihan senyawa isoflavon yang potensial bagi kesehatan


3

manusia, di antaranya adalah sebagai antioksidan, antitumor / antikanker,

antikolesterol, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis. Dan

semua kromatografi bekerja berdasarkan metode kromatografi.

Kromatografi juga merupakan pemisahan campuran senyawa menjadi

senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Untuk itu, kemurnian

bahan atau komposisi campuran dengan kandungan yang berbeda dapat

dianalisis dengan benar. Tidak hanya kontrol kualitas, analisis bahan

makanan dan lingkungan, tetapi juga kontrol dan optimasi reaksi kimia

dan proses berdasarkan penentuan analitik dari kuantitas material.

Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada

campuran bahan adalah prinsip dasar kromatografi.Pemisahan senyawa

biasanya menggunakan beberapa tekhnik kromatografi.

Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada

sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan.Pemisahan senyawa

biasanya menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik

kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang

akan dipisahkan. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa

padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan

atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa

komponen-komponen suatu senyawa yang dipisahkan dengan

kromatografi lapis tipis tergantung pada jenis pelarut, zat penyerap dengan

sifat daya serap masing-masing komponen. Komponen yang terlarut akan

terbawa oleh fase diam (penyerap) dengan membandingkannya dengan


4

standar yang sangat memakan waktu dan harus dilakukan terpisah pada

kondisi eluen yang sama. Dalam hal ini untuk mendapatkan resolusi yang

baik, penting untuk memilih dua campuran pelarut yang berbeda,

meskipun dengan kekuatan pelarut yang sama.

1.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari pada pembuatan makalah ini adalah sebagai

pemenuhan tugas Teknologi Analisis Kromatografi yaitu mereview

jurnal yang berjudul ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL

PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR

DI PURWOKERTO. Tentunya membahas mengenai metode penelitian

seperti alat, bahan dan cara kerja juga membahas mengenai hasil dan

pembahasan dari analisis kualitatif parasetamol pada sediaan jamu serbuk

pegal linu yang beredar di Purwokerto.

Diharapkan makalah ini nantinya dapat digunakan sebagaimana

mestinya,serta dapat bermanfaat untuk sebagai bahan panduan dan

referensi dalam pembuatan makalah dikemudian harinya.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari makalah ini antara lain:

1. Apakah yang dimaksud dengan obat tradisional (jamu)?

2. Apakah yang dimaksud dengan kromatografi lapis tipis?

3. Bagaimanakah prinsip kerja kromatografi lapis tipis?


5

4. Apa saja alat dan bahan yang digunakan?

5. Bagaimanakah cara kerjanya?

6. Bagaimanakah hasilnya?

7. Bagaimanakah pembahasannya?

8. Bagaimanakah kesimpulannya?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Obat Tradisional

Obat tradisional menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23

tahun 1992 adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan,

bahan hewan, bahan mineral, sediaan cairan (galenik) atau campuran dari

bahan tersebut yang secara turun menurun telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman. Pada peraturan tentang Pedoman

Fitofarmaka terdapat pemikiran yaitu dalam rangka pengembangan obat

tradisional maka obat tradisional perlu dikelompokkan ke dalam 2

golongan, yaitu: obat tradisional jamu, dan fitofarmaka. (Anonim, 1992).

2.2 Definisi Kromatografi Lapis Tipis

Pengertian dari Kromatografi adalah cara pemisahan zat berkhasiat

dan zat yang lain yang ada dalam bahan atau sediaan dengan jalan

penyarian berfraksi,  penyerapan atau penukaran ion pada zat berpori,

menggunakan cairan atau gas yang mengalir. Zat yang diperoleh dapat

digunakan untuk uji identifikasi atau penetapan kadar.

Kromatografi lapis tipis  (KLT) adalah suatu metode analisis yang

digunakan untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan

sederhana. Prinsipnya didasarkan atas partisi dan adsorpsi. Zat penjerap

merupakan fase stasioner, berupa bubuk halus dibuat serba rata dan tipis

6
7

diatas lempeng kaca. Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel,

baik yang normal fase maupun reversed fase.

Suatu metode pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip

partisi dan adsorpsi antara fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen),

komponen kimia bergerak naik mengikuti cairan pengembang karena daya

serap adsorben (silika gel) terhadap komponen-komponen kimia tidak

sama sehingga komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-

beda berdasarkan tingkat kepolarannya dan hal inilah yang menyebabkan

terjadinya pemisahan.

Mekanisme panampakan noda pada UV yaitu suatu molekul yang

mengabsorbsi cahaya ultraviolet akan mencapai suatu keadaan tereksitasi

dan kemudian memancarkan cahaya ultraviolet atau cahaya tampak pada

waktu kembali ke  tingkat dasar (emisi), emisi inilah yang digambarkan

sebagai fluoresensi.

2.3 Prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis

Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis,

terjadi hubungan kesetimbangan antara fase diam dan fase gerak, dimana

ada interaksi antara permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa

organik yang akan diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa

geraknya. Kesetimbangan ini dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : kepolaran

fase diam, kepolaran fase gerak, serta kepolaran dan ukuran molekul.

Pada kromatografi lapis tipis, eluent adalah fase gerak yang

berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk
8

melewati fase diam (adsorbent). Interaksi

antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan

komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen secara  kromatografi

dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat

digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau

campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak

digunakan adalah jenis  adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.

Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut

yang tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin dekat

kepolaran antara senyawa dengan eluen maka senyawa akan semakin

terbawa oleh fase gerak tersebut. Hal ini berdasarkan prinsip “like

dissolved like”.

2.4 Alat dan bahan yang digunakan dalam analisis kualitatif parasetamol

pada sediaan jamu serbuk pegal linu yang beredar di Purwokerto.

a) Alat: bejana KLT, neraca analitik (Shimadzu), seperangkat alat

Soxhlet, lampu dan alat-alat gelas yang dipakai dalam laboratorium

kimia analisis.

b) Bahan: produk jamu serbuk pegal linu dengan berbagai merk, baku

parasetamol, kalium hidroksida (KOH) etanolik 10%, kloroform,

etil asetat, ferri klorida (FeCl3), plat KLT silika gel F254.

2.5 Cara Kerja yang digunakan dalam analisis kualitatif parasetamol

pada sediaan jamu serbuk pegal linu yang beredar di Purwokerto.

1) Pengambilan Sampel
9

Sampel dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa

warung jamu di Purwokerto. Diambil sebanyak 8(delapan) sampel

jamu pegal linu dengan berbagai merk.

2) Persiapan Bahan (Ekstraksi)

Sampel jamu (30 gram) diekstraksi dengan menggunakan

metodeSoxhletasi menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak cair

disisihkan sebanyak 3 mL dan dimasukkan ke dalam flakon. Sisa

ekstrak cair ditambah 10 mL KOH etanolik 10% kemudian

disaring menggunakan glasswool. Hasil saringan diuapkan hingga

diperoleh ekstrak kental untuk analisis lebih lanjut.

3) Pembuatan larutan baku parasetamol

Larutan dibuat dengan menimbang 10 mg baku parasetamol

dan dilarutkan dengan etanol 96% sampai volume 50 mL.

4) Analisis Kualitatif dengan KLT

Larutan uji ditotolkan pada fase diam lempeng KLT Silike

gel F254 berukuran 3x10 cm, demikian juga dengan larutan baku

parasetamol dengan jarak 1,5 cm dari tepi bawah lempeng.

Kemudian lempeng KLT tersebut dimasukkan ke dalam bejana

kromatografi yang berisi fase gerak kloroform:etil asetat (6:4).

Elusi dilakukan sampai batas yang telah ditentukan

kemudian lempeng dikeluarkan dan dikering anginkan. Deteksi

bercak dilakukan dengan pengamatan di bawah lampu UV 254 nm

dan 365 nm serta dengan direaksikan dengan FeCl3. Bercak yang


10

muncul dihitung nilai Rf nya dan dibandingkan antara Rf bercak

sampel dan Rf baku parasetamol.

2.6 Hasil yang didapatkan dalam analisis kualitatif parasetamol pada

sediaan jamu serbuk pegal linu yang beredar di Purwokerto.

Hasil identifikasi parasetamol dengan KLT

Sampel Pengamatan dengan sinar UV 365 nm Hasil


Warna bercak hRf
Baku Sampel Baku Sampel

parasetamol parasetamol
A Biru Coklat 63 40 -

tua 70

Kuning

tua
B Biru Coklat 63,8 42 -
C Biru Biru 63 58 -

gelap 78

Coklat

kuning
D Biru Coklat 64 44 -

Kuning 70

tua
E Biru Coklat 63,6 48 -

Kuning 72
F Biru Coklat 64 43 -
G Biru Coklat 64 40,1 -

tua
H Biru Kuning 63 72 -
11

tua
2.7 Pembahasan yang diperoleh dalam analisis kualitatif parasetamol

pada sediaan jamu serbuk pegal linu yang beredar di Purwokerto.

Analisis kualitatif parasetamol pada sediaan jamu merupakan uji

identifikasi parasetamol yang dimungkinakan terdapat dalam sediaan obat

tradisional. Menurut perundangundangan, obat tradisional adalah bahan

atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan

mineral, sediaan sarian atau galenik, atau campuran dari bahan-bahan

tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman (Depkes RI, 1999). Jadi jelas bahwa tidak

diperkenankan bahwa di dalam sediaan obat tradisional (jamu) terkandung

bahan kimia obat seperti parasetamol.

Sebelum dilakukan identifikasi parasetamol pada sediaan jamu,

terlebih dahulu dilakukan ekstraksi dengan metode Soxhletasi. Ekstraksi

ini bertujuan untuk memisahkan parasetamol yang mungkin ada dalam

jamu dengan bahan lain. Metode Soxhletasi dipilih karena metode ini

banyak digunakan, sesuai untuk skala laboratorium, jumlah pelarut yang

digunakan sedikit, tidak terjadi kejenuhan sehingga hasil ekstraksi akan

optimal. Namun demikian, metode ini memiliki kekurangan yaitu waktu

yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama yaitu sampai beberapa jam

sehingga kebutuhan energi meningkat. Pemanasan bergantung pada lama

ekstraksi, khususnya dari titik didih bahan pelarut yang digunakan.

Dengan demikian bahan terekstraksi yang terakumulasi dalam labu

mengalami beban panas dalam waktu yang lama (Voight, 1994). Pelarut
12

yang digunakan untuk ekstraksi adalah etanol 96%. Proses ekstraksi

dilakukan sampai larutan yang mengisi Soxhlet tidak berwarna.

Untuk identifikasi digunakan metode KLT yang merupakan

metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas

butir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas,

logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan berupa

larutan yang ditotolkan berupa bercak. Setelah pelat atau lapisan

dimasukkan dalam bejana tertutup rapat yang berupa larutan (fase gerak)

yang cocok.

Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan),

selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Stahl,

1985). Deteksi senyawa pada plat KLT biasanya dilakukan dengan

penyemprotan (Harborne, 1987).

Identifikasi dengan KLT memiliki keuntungan yaitu memerlukan

waktu yang cepat dan mudah mengerjakannya serta menggunakan

peralatan yang murah dan sederhana. Cuplikan sampel yang digunakan

juga sangat sedikit serta pengerjaannya dapat diulang (Sastrohamidjojo,

2002). Pemisahan dan identifikasi dengan KLT digunakan fase diam silika

gel F254 dan fase gerak kloroform:etil asetat (6:4). Untuk menampakkan

bercak dilakukan pengamatan di bawah lampu UV 254 dan 365 nm, serta

dilakukan dengan reaksi semprot FeCl3.

Berdasarkan hasil identifikasi kromatogram yang disajikan pada

tabel diketahui bahwa delapan sampel jamu serbuk pegal linu yang diteliti
13

dalam penelitian ini tidak terdeteksi mengandung parasetamol. Hal ini

dikarenakan bercak sampel tidak memiliki nilai Rf dan warna yang sama

dengan bercak baku parasetamol. Dengan menggunakan metode

Kromatografi Lapis Tipis maka dapat disimpulkan bahwa dalam

kedelapan sampel tersebut tidak terdeteksi mengandung bahan kimia obat

khususnya parasetamol.

2.8 Kesimpulan yang diperoleh dalam analisis kualitatif parasetamol

pada sediaan jamu serbuk pegal linu yang beredar di Purwokerto.

Setelah dilakukan penelitian terhadap delapan sampel jamu serbuk

pegal linu yang beredar di Purwokerto dengan menggunakan metode

Kromatografi Lapis Tipis maka dapat disimpulkan bahwa dalam

kedelapan sampel tersebut tidak terdeteksi mengandung bahan kimia obat

khususnya parasetamol.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Obat tradisional menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun

1992 adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan
14

hewan, bahan mineral, sediaan cairan (galenik) atau campuran dari

bahan tersebut yang secara turun menurun telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman. Pada peraturan tentang Pedoman

Fitofarmaka terdapat pemikiran yaitu dalam rangka pengembangan

obat tradisional maka obat tradisional perlu dikelompokkan ke dalam 2

golongan, yaitu: obat tradisional jamu, dan fitofarmaka. (Anonim,

1992).

 Kromatografi biasanya juga di artikan sebagai teknik pemisahan

campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen

dalam medium tertentu. Kromatografi lapis tipis merupakan salah

satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan

memisahkan komponen komponen sampel berdasarkan perbedaan

kepolaran

 Prinsip kerja kromatografi lapis tipis adalah terjadinya hubungan

kesetimbangan antara fase diam dan fasa gerak, dimana ada interaksi

antara permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik

yang akan diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya.

Semakin dekat kepolaran antara senyawa dengan eluent maka senyawa

akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut, sesuai dengan prinsip

“like dissolve like”.

 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat diterapkan dalam menganalisis

adanya senyawa paracetamol pada sediaan jamu serbuk pegal linu

yang beredar di Purwokerto.


15

 Kesimpulan yang diperoleh dalam analisis kualitatif parasetamol pada

sediaan jamu serbuk pegal linu yang beredar di Purwokerto setelah

dilakukan penelitian terhadap delapan sampel jamu serbuk pegal linu

yang beredar di Purwokerto dengan menggunakan metode

Kromatografi Lapis Tipis maka dapat disimpulkan bahwa dalam

kedelapan sampel tersebut tidak terdeteksi mengandung bahan kimia

obat khususnya parasetamol.


DAFTAR PUSTAKA

Gandjat, Ibnu Gholib dan Abdul Ahmad. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka

Pelajar :Yogyakarta.

Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991., Pengantar Kromatografi

Penerbit ITB. Bandung.

http://www.jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/PHARMACY/article/view/408

16

Anda mungkin juga menyukai