Anda di halaman 1dari 8

UJI KUALITATIF RHODAMIN B DALAM SAMPEL MAKANAN

Handrian Ramoko

Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang

Abstrak

Rhodamine B merupakan zat pewarna sintetik yang dilarang penggunaannya dalam


kosmetik dan makanan. Rhodamine B dinyatakan berbahaya menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 376/MenKes/Per/1990 karena menyebabkan kerusakan
hati, ginjal, limfa, serta diikuti perubahan anatomi berupa pembesaran organ.
Preparasi sampel rhodamin B dilakukan dengan metode sentrifugasi. Metode analisis
Rhodamin B dilakukan dengan kromatografi lapis tipis. Sampel saos sambal yang
dianalisis tidak mengandung rhodamin (Rf=0)

Kata kunci: Saos Sambal, Sentrifugasi, KLT

QUALITATIVE ANALYSIS OF RHODAMINE B IN FOOD SAMPLE

Abstract

Rhodamine B is a syntethic dye that is forbidden for cosmetic and food. Rhodamine
B is dangerous according to Ministry of Health Regulation No.
376/MenKes/Per/1990 because can damaged liver, kidney, lymph, also followed by
anatomic change. Rhodamine B preparation sample is done by sentrifugation method.
Analysis of Rhodamine B is done by TLC. Chilli sauce sample isnt contained
rhodamine B (Rf=0).

Key words: Chilli sauce, Sentrifugation, TLC


Pendahuluan benang wol bebas lemak dalam

Penelitian kali ini dilakukan suasana asam sehingga terjadi

dengan tujuan untuk menentukan pelunturan warna dengan basa setelah

kadar rhodamin B dalam sampel dilakukan pemanasan (Utami dan

makanan yang dianalisis, sampel saos Suhendi, 2009).

sambal. Prinsip penetapan rhodamine


B ini adalah absorbsi dan partisi. Metode
Absorbsi merupakan proses suatu Alat
atom, ion, atau molekul memasuki
Alat yang digunakan adalah bulu
fase bulk lain berupa cairan,, gas, dan
domba serat wool, kertas whattman
padatan (McMurry, 2003). Partisi
no.1 12 x 20 cm, mesin sentrifugator,
merupakan rasio suatu zat yang tidak
vortex mixer
terlarut di dalam pelarutnya (Kwon,
Bahan
2001).
Bahan yang digunakan adalah amoniak
Rhodamine B merupakan zat
(10% dan 2%), aquadest, asam asetat
pewarna sintetik yang dilarang
6%, asam sulfar, etanol, eter (pa) etil
penggunaannya dalam kosmetik dan
asetat, HCl, n-butanol, NaOH, baku
makanan. Rhodamine B dinyatakan
rhodamin B
berbahaya menurut Peraturan Menteri
Preparasi Sampel
Kesehatan RI No.
376/MenKes/Per/1990 karena Persiapan sampel dilakukan

menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dengan cara menimbang 5 gram

limfa, serta diikuti perubahan anatomi sampel dan dilarutkan dalam larutan

berupa pembesaran organ (Mamoto ammonia 2% dalam etanol 70%.

dan Citraningtyas, 2013). Sampel dimasukkan ke dalam tabung


reaksi dan dimasukkan pada vortex
Identifikasi rhodamin B pada
mixer selama 30 menit. Setelah t30
makanan menggunakan prinsip metode
menit, sampel dimasukkan ke dalam
deteksi warna yang terikat pada
Sumber (Lundgren dan Binkley, 1954)
tabung sentrifugator dan antar noda 1,25 cm. Kerta cuplikan
dimasukkan ke dalam tabugn dijenuhkan pada chamver dengan fase
sentrifugasi. Sampel dimasukkan ke gerak n-butanol, etil asetat, ammonia
dalam cawan penguap dan dipanaskan (10:4:5). Setelah terelusi sempurna,
diatas penangas air selama 20 menit. angkat dan keringkan. Kemudian nilai
Identifikasi Rhodamin B Rf dibandingkan dengan baku

Larutan sampel dan baku Hasil


rhodamin b ditotolkan pada Hasil pengamatan tertera pada
kromatografi kertas dengan pipa Tabel 1 dan Tabel 2.
kapiler. Jarak bawah plat 1 cm. Jarak

Tabel 1. Pemeriksaan Kualitatif Boraks (Metode Destruktif dengan H2SO4 dan


Metanol)

No Perlakuan Hasil

1. Ditimbang 5 gram sampel dan dimasukkan Didapatkan sampel larut


dalam ammonia 2% dalam etanol 70%. dalam ammonia 2% dalam
etanol 70%.

2. Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi Didapatkan larutan (1) yang


dan dimasukkan pada vortex mixer selama terpisah
30 menit

3. Sampel dimasukkan ke dalam tabung Didapatkan larutan sampel


sentrifugator dan dimasukkan ke dalam (1) yang terpisah dengan
mesin sentrifugasi selama 15 menit sempurna

4. Sampel dipanaskan dengan penangas air Didapatkan larutan sampel


pada cawan penguap yang siap dianalisis

Tabel 2. Identifikasi Rhodamin B pada Sampel

No Perlakuan Hasil

1. Sampel dan larutan baku rhodamin B Didapatkan totolan baku dan


ditotolkan pada kromatografi lapis tipis sampel pada KLT
dengan pipa kapiler. Jarak bawah plat 1 cm,
jarak antar noda 1,25 cm
2. Kertas cuplikan dijenuhkan di chamber Didapatkan fase gerak yang
dengan fase gerak n-butanol, etil asetat, dan menaikkan noda.
ammonia dengan perbandingan 10:4:5
3. Mengamati nilai Rf yang dibandingkan Nilai Rf = 0
dengan baku

Pembahasan membersihkan benang wool dari sisa


Sampel yang diuji keberadaan lemak yang menempel dengan cara
rhodamin B adalah saos samabal direndam dalam larutan n-heksan .
dengan suatu merk. Metode preparasi Selanjutnya, dilakukan
sampel dapat menggunakan prinsip perendaman 3 gr sampel dalam 10 ml
sentrifugasi atau dengan menggunakan larutan ammonia 2% dalam etanol
benang wool. Pada intinya, larutan 70%. Perendaman ini dilakukan untuk
yang akan diambil adalah larutan basa membuat larutan sampel berada dalam
yang tercampur dengan rhodamin B, suasana basa yang berperan dalam
apabila dalam makanan mengandung pengikatan warna rhodamin B pada
rhodamin B. benang wool. Selanjutnya larutan
disaring,filtrat kemudian diuapkan
Identifikasi rhodamin B pada
diatas penangasair. Residu dari
makanan menggunakan prinsip metode
penguapan dilarutkandalam 10 ml air
deteksi warna yang terikat pada
yang mengandung asam, larutan asam
benang wol bebas lemak dalam
dibuat dengan mencampur larutan
suasana asam sehingga terjadi
asam 6 ml yang terdiri dari 4 ml air
pelunturan warna dengan basa setelah
dan 2 ml assam asetat. Benang wol
dilakukan pemanasan (Utami dan
dimasukkan ke dalam larutan asam
Suhendi, 2009). Maka dari itu langkah
dan didihkan hingga 20 menit, benan
awal yang dilakukan adalah
wol diangkat, pewarna akan mewarnai cuplikan sampel pada analisis
benang wol. Benang wol dicuci kromatografi lapis tipis (Djalil, et al.,
dengan air, kemudian dimasukkan ke 2015).
dalam larutan basa yaitu 10 ml amonia Benang wol tersusun atas
10% dalam etanol 70%, kemudian ikatan peptide yang didalamnya
didihkan pada spiritus. Benang wol terdapat ikatan sistina, asam glutarnat,
akan melepaskan pewarna, pewarna lisin, asam aspartic dan arginin.
akan masuk ke dalam larutan basa Rhodamin B dapat melewati lapisan
tersebut. Larutan basa tersebut kutikula melalui perombakan sestina
selanjutnya akan digunakan sebagai

Gambar 2. Mekanisme Pengikatan Rhodamin B dalam Benang Wol


(Soeprijono, dkk., 1974, cit: Kurnia, 2005)
menjadi sistein dengan suatu asam. ikatan S-S dari sistina karena adanya
Sistein terbentuk melalui pecahnya asam asetat. Setelah ikatan tersebut
terbuka, maka rhodamin B dapat pengembang n-butanol, etil asetat,
masuk kedalam benang wol dan ammonia, dengan perbandingan
berikatan dengan COO dari asam 10:4:5. Pemastian kejenuhan pase
aspartik juga berikatan dengan NH3+ gerak dilakukan dengan meletakkan
dari Arginin. kertas saring pada chamber yang sudah
Metode alternative yang berisi eluen. Chamber sudah jenuh
digunakan untuk preparasi sampel apabila kertas saring terelusi sempurna
adalah metode sentrifugasi. Apabila Sampel ditotolkan dan
Sentrifugasi dilakukan dengan dibandingkan nilai Rfnya dengan nilai
melarutkan sampel saos sambal Rf baku dari rhodamin B. Apabila nilai
dengan etanol 70% kemudian Rf sampel mendekati Rf baku
dilakukan vortex selama 30 menit. rhodamin B, sampel dapat dicurigai
Sentrifugasi dengan vortex bertujuan mengandung rhodamin B. Pada hasil
supaya dilakukan ekstraksi mekanik penelitian, sampel tidak terelusi sama
pada sampel. Kemudian setelah sekali, artinya sampel tidak
dilakukan sentrifugasi dengan vortex, mengandung rhodamin B
dilakukan sentrifugasi dengan mesin Simpulan
sentrifugator selama 15 menit dengan
Sampel saos sambal yang
kecepatan 3000 rpm. Sentrifugasi
diidentifikasi tidak mengandung
dengan mesin sentrifugator ini akan
rhodamin B, dengan metode
memisahkan massa yang tidak larut
sentrifugasi. Hal ini dapat terlihat
dengan larutan sampel. Larutan sampel
dengan sampel yang tidak terelusi oleh
kemudian dipekatkan di atas penangas
eluen menggunakan metode
air supaya sampel menjadi pekat dan
kromatografi lapis tipis.
memudahkan untuk analisis dengan
menggunakan KLT nantinya Daftar Pustaka
Selanjutnya dilakukan
Djalil, A.D. et al. 2005. Identifikasi
identifikasi rhodamin B dengan larutan
Zat Warna Kuning Metanil
(Metanil Yellow) dengan Metode Lipstik yang Beredar di Pasar Kota
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Manado. Pharmacon 2(2) : 61 - 66
pada Berbagai Komposisi Larutan
Soeprijono, P., Poerwanti, Widayat,
Pengembang, Jurnal Farmasi, Vol.
Jumaeri, !974, Serat-serat tekstil,
03,(2), 28-29, Fakultas Farmasi
Institut Teknologi Tekstil,
UMP, Purwokerto.
Bandung, 134-136, cit: Kurnia,
Kwon, Y. 2001. Handbook of D.C.D., 2005, Analisis Zat Warna
Essential Pharmakokinetics, Pada Saos Yang Beredar di
Pharmacodynamics, and Drug Yogyakarta Dengan Metode
Metabolism for Industrial Kromatografi Kertas dan
Scientists. New York: Kluvier Spektrofotometri UV-Vis, Skripsi,
Academics Fakultas MIPA, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.
Lundgren, H.P. dan Binkley, C.H.
1954. Application of Rhodamine B Utami, W. dan A. Suhendi. 2009.
to Interaction Studies in Proteins Analisis Rhodamin B dalam
and Simple Model Systems. Jajanan Pasar dengan Metode
Journal of Polymer Sciences 14 : Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal
139 158 Penelitian Sains dan Teknologi 10
(2) : 148 - 155
Mamoto, L.V. dan Citraningtyas, F.G.
2013. Analisis Rhodamin B pada

Anda mungkin juga menyukai