Dengan N ialah jumlah unit penyerap per satuan luas yang dilalui sinar dan k ialah tetapan.
Kemudian
Apabila konsentrasi unit penyerap ialah C (banyaknya unit persatuan volum), maka:
N = C. b
Sehingga In
log
.
Sebenarnya
adalah merupakan fraksi atau bagian dari sinar semula yang diteruskan atau
ditransmisikan. Ini disebut transmisi atau T.
% - T =
Apakah yang dinamakan A atau absorbans?
Didefinisikan bahwa A = log
atau log T
Maka diperoleh formulasi :
A = a.b.c (Hukum Beer)
Karena a dan b tetap, maka terdapat hubungan yang linier antara A (absorbans) vs C
(konsentrasi penyerap). Hubungan yang linier ini dapat dipertahankan apabila: (i) sinar cukup
monokromatis; (ii) C cukup rendah. Hokum Beer ini dibuat untuk analisa spektrofotometri
dimana diukur absorbans larutan yang mengandung zat penyerap yang sedang dianalisa.
Dalam AAS maka yang diukur ialah absorbans dari atom-atom yang terdapat dalam nyala.
Dengan kurva itu, larutan contoh yang sudah diukur absorbansnya dapat dicari
konsentrasinya dengan interpolasi. Interpolasi itu akan memberikan hasil yang benar
(accurate) apabila : tak ada gangguan yang ditemui.
Gangguan ini misalnya ialah disebabkan oleh tidak samanya komposisi unsur dalam
standar dengan dalam contoh.
Misalkan kalsium (Ca) dalam suatu larutan yang tidak mengandung fosfat atau silikat
akan memberikan harga absorbans yang berbeda apabila kedalam larutan tersebut
dibubuhkan fosfat atau silikat. Jadi silikat atau fosfat ini adalah zat-zat pengganggu dalam
analisa Ca.
Disini timbul problema bagaimana menyamakan komposisi dari standar terhadap
contoh itu, agar hasil yang diperoleh tidak salah.
Kadang-kadang ditempuh cara dengan membuat standar sintetik yang komposisinya
disamakan dengan contoh. Banyaklah kesukaran yang diperoleh dalam cara ini, terutama
apabila contoh tidak diketahui.
2. Metode Kurva Kalibrasi
Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan
absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS. Langkah selanjutnya adalah membuat
grafik antara konsentrasi(C) dengan absorbansi (A) yang merupakan garis lurus yang
melewati titik nol dengan slobe = atau = a.b. konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah
absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan
ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi
linewar pada kurvakalibrasi. Beberapa tipe Kurva Kalibrasi yaitu :
A
(a) ideal
C
(a) Fraksi radiasi yang diserap constant dari konsentrasi kecil ke besar
A
(b) normal
C
(b) Ada radiasi yang tidak mengalami penyerapan, yang masuk ke (b) detector. Karena
radiasi ini tidak murni berasal dari radiasi resonans. Radiasi yang besar ini dapat
berasal dari HCl
A
(c) kompleks
C
(c) Radiasi terdiri atas lebih dari satu jenis panjang gelombang
A
NO
2
C
2
H
2
flame
1.075
1.050
1.025
10 20 30 ppm Eu --------> C
(d) Pada konsentrasi yang rendah, proporsi dari atom-atom yang terionisasi lebih besar
daripada konsentrasi yang tinggi kalium (K) dan natrium (Na) dalam nyala udara
asetilin juga memberikan kurva semacam ini.
3. Metode Adisi Standar
Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang
disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metode
ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar.
Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu kemudiaan larutan yang lain sebelum diukur
absorbansinya ditambah terlebih dahulu dengan sejumlah larutan standar tertentu dan
diencerkan seperti pada larutan yang pertama. Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal
berikut:
Ax = k.Ck AT = k(Cs+Cx)
Dimana,
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
AT = absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh Cx = Cs + {Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT
dengan spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat grafik
antara AT lawan Cs garis lurus yang diperoleh dari ekstrapolasi ke AT = 0, sehingga
diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs
Salah satu penggunaan dari alat spektrofotometri serapan atom adalah untuk metode
pengambilan sampel dan analisis kandungan logam Pb di udara. Secara umum pertikulat
yang terdapat diudara adalah sebuah sistem fase multi kompleks padatan dan partikel-partikel
cair dengan tekanan uap rendah dengan ukuran partikel antara 0,01 100 m.
Untuk menghilangkan efek gangguan yang akan timbul karena berbedanya komposisi
matriks, komposisi pelarut, dsb. antara standard an contoh, maka diciptakanlah metode adisi
standar.
Disini kita buat standar di dalam matriks contoh itu sendiri, artinya kepada larutan
contoh yang telah diukur ditambahkan standar unsur yang bersangkutan dengan konsentrasi
yang divariasi. Hasil pengukurannya dilukiskan dalam kurva seperti di bawah ini.
A
Added consentration
Keunggulan/ Kelebihan AAS
Keuntungan metoda AAS adalah:
Spesifik
Batas (limit) deteksi rendah
Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi contoh sebelum
pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat pengganggu)
Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.
Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga persen)
Kelemahan Metode AAS
Analisis menggunakan AAS ini terdapat kelemahan, karena terdapat beberapa sumber
kesalahan, diantaranya: Sumber kesalahan pengukuran yang dapat terjadi pada pengukuran
menggunakan SSA dapat diprediksikan sebagai berikut :
Kurang sempurnanya preparasi sampel, seperti :
- Proses destruksi yang kurang sempurna
- Tingkat keasaman sampel dan blanko tidak sama
Kesalahan matriks, hal ini disebabkan adanya perbedaan matriks sampel dan matriks standar
Aliran sampel pada burner tidak sama kecepatannya atau ada penyumbatan pada jalannya
aliran sampel.
Gangguan kimia berupa :
- Disosiasi tidak sempurna
- Ionisasi
- Terbentuknya senyawa refraktori
Gangguan-Gangguan Dalam Metode AAS
Gangguan spektrum
Gangguan sinar emisi. Di dalam bagian atomizer selain terbentuk atom yang stabil
terjadi juga atom yang tereksitasi dan dapat menghasilkan sinar emisi dengan panjang
gelombang yang sama dengan sinar katoda, sehingga tidak dapat dipisahkan oleh
monokromator. Hal ini dapat menambah sinar yang ditransmisikan dan akan memperkecil
kadar. Gangguan ini dapat diatasi dengan modulator. Ada 2 sistem modulasi yaitu :
Chopper (mechanicaly modulation) dan Voltage (electric modulation).
Meskipun gangguan ini sangat sederhana, tetapi gangguan ini dapat mengakibatkan
tumpangsuh panjang gelombang (Line Overlap), misalnya seperti terlihat pada tabel dibawah
ini :
Unsur Panjang Gelombang Unsur Penggangu Panjang Gelombang
Al 308,33 V 308,21
Cu 324,75 Eu 324,76
Fe 271,90 Pt 271,9
Ga 403,30 Mn 403,31
Hg 253,65 Co 253,65
Mn 403,31 Ga 403,30
Sr 250,69 V 250,69
Bentuk lain dari gangguan spektrum :
1. Berkas sinar yang dipancarkan oleh lampu katode berongga tidak diserap atau absorban
menjadi lebih kecil dari yang seharusnya.
2. Berkas sinar katode menyimpang.
3. Terjadinya penyerapan bukan atom, misalnya penyerapan molekul.
Gangguan kimia
Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianalisis mengalami reaksi kimia dengan anion
atau ketion tertentu dengan senyawa yang refraktori, sehingga tidak semua analit dapat
teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1)
penggunaan suhu nyala yang lebih tinggi, 2) penambahan zat kimia lain yang dapat
melepaskan kation atau anion pengganggu dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lain yang
ditambahkan disebut zat pembebas (Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective Agent).
Gangguan Matrik
Gangguan ini terjadi bila sampel mengandung banyak garam ayau asam, atau bila pelarut
yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar, atau bila suhu nyala untuk larutan
sampel dan standar berbeda. Gangguan ini dalam analisis kualitatif tidak terlalu bermasalah,
tetapi sangat mengganggu dalam analisis kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam
analisis kuantitatif dapat digunakan cara analisis penambahan satandar (Standar Adisi).
Gangguan Ionisasi
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga mampu melepaskan
elektron dari atom netral dan membentuk ion positif. Pembentukan ion ini mengurangi
jumlah atom netral, sehingga isyarat absorpsi akan berkurang juga. Untuk mengatasi masalah
ini dapat dilakukan dengan penambahan larutan unsur yang mudah diionkan atau atom yang
lebih elektropositif dari atom yang dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan Na. Penambahan ini
dapat mencapai 100-2000 ppm.
Absorpsi Latar Belakang (Back Ground)
Absorpsi Latar Belakang (Back Ground) merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan adanya berbagai pengaruh, yaitu dari absorpsi oleh nyala api, absorpsi
molekular, dan penghamburan cahaya.
Pembentukan Senyawa yang Stabil
Pembentukan senyawa yang stabil mengakibatkan banyak gangguan dalam SSA. Hal tersebut
terjadi karena unsur membentuk senyawa yang stabil dengan unsur-unsur yang terdapat di
dalam matriksnya, misalnya : posfat, aluminat, silikat, atau dengan unsur lain yang terdaoat
dalam nyala seperti : Alumunium, Vanadium, Boron yng membentuk oksida-oksida
refaraktori yang tidak pecah pada nyala udara N2O-asetilen. Oksida-oksida refraktori ini akan
pecah jika menggunakan nyala N2O-asetilen, dengan menambahkan Lanthanum atau
Stronsium yang dapat mencegah terbentuknya senyawa refraktori, dimana Lanthanum
tersebut bertindak sebagai Releasing Agent.