Anda di halaman 1dari 6

Alat dan Bahan Uji KLT

Pipet volume
Tabung reaksi
Penggaris
Neraca analitik
Lampu UV
Botol timbang
Pensil
Vial
Chamber
Corong gelas
Erlenmeyer
Hot plate
Kertas saring
Mikropipet
Ultrasonic
Cawan penguap
Silika Gel
1,8 dihidroksiantrakuinon
Toluen
Etil asetat
Kloroform
Cara Kerja Metode KLT
Memipet n-heksana 10ml taruh pada chamber

Memipet kloroform 0,5 ml masukksan chamber

Memipet etil asetat 0,5 ml masukksan chamber

Homogenkan, lalu tutup chamber dengan tutup

Timbang serbuk Rhei Radix sebanyak 0,5 mg masukkan tabung reaksi

Tambahkan metanol 10 ml masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi Rhei Radix
Memipet etil asetat 0,5 ml masukksan chamber

Ultrasonik tabung reaksi tersebut selama 15 menit

Saring hasil ultrasonik dengan kertas saring dan masukkan ke labu ukur

Pindahkan filtrat ke cawan penguap

Panaskan filtrat di atas tabung reaksi yang dipanaakan di atas hot plate dengan suhu
200 derajat C hingga filtrat menjadi pekat

Pindahkan Filtrat yang sudah pekat ke dalam vial

Totolkan sebanyak 5 l ke Silika Gel

Masukkan silika Gel ke dalam Chamber . Semprot Silika Gel dengan Penampak Noda
Kalium Hidroksida Etanol kemudian hitung nilai Rf nya
Hasil Pengamatan Uji Kromatografi Lapis Tipis

Pembanding : 1,8 dihidroksiantrakuinon 0,1% dalam metanol

Vol. Penotolan : 5 l pembanding dan 5 l larutan uji

Fase gerak : n-heksana : Kloroform : etil asetat = 10 : 0,5 : 0,5

Fase diam : Silika Gel 60 F254

Penampak noda : Kalium Hidroksida etanol

Warna noda : Ungu tua

Rf standar (literatur): 0,6

3
Rf Pembanding : = 0,375
8

2,5
Rf Analit 1 : = 0,3125
8

3,1
Rf Analit 2 : = 0,3875
8

Jarak Sampel

Jarak Jarak Eluen


Rf =

Kromatografi adalah bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan
elektroforesis. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai
bentuk terbuka dari kromatografi kolom. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut
pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada
pengembangan secara menaik (ascending) atau karena pengaruh gravitasi pada
pengembanngan secara menurun (descending) (Rohman, 2007).

Fase diam yang digunakan dalam percobaan ini adalah gel silica yang memiliki
mekanisme sorpsi adsorbsi. Gel silica dapat digunakan pada senyawa-senyawa yang
mengandungasam amino, hidrokarbon, vitamin, dan alkaloid. Kebanyakan fase diam
dikontrol keajegan ukuran partikel dan luas permukaannya.

Sedangkan eluen adalah fase gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi
larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent
dengan eluen sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Eluen dapat
digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorbsinya pelarut atau campuran pelarut
tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben
alumina atau sebuah lapis tipis silica. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar,
dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina. Fase gerak
yang digunakan pada pratikum kali ini adalah n-heksana : Kloroform : etil asetat = 10 :
0,5 : 0,5

Dalam uji KLT kali ini digunakan pembanding 1,8 dihidroksiantrakuinon


0,1% dalam metanol disebabkan antrakuinon adalah senyawa organik bahan alam
yang termasuk dalam golongan alkaloid. Terdapat dalam tanaman kelembak (Rheum
officinale), dalam jumlah cukup banyak.
Untuk pewarna noda yang digunakan adalah Kalium Hidrosida etanol dan
warna noda adalah ungu tua.

Dari hasil yang kami dapat nilai Rf 1 sampel 0,3125 , Rf 2 sampel 0,3875 dan
Rf pemba\nding sebesar 0,375. Data tersebut menunjukkan bahwa nilai Rf 2 sampel
mendekati dengan nilai Rf pembanding, karena rentang Rf 1,8
dihidroksiantrakuinon yang baik adalah 0,375 10% 0,375 (0,3375 0,34125) dan Rf
sampel kami masuk dalam rentang tersebut. Namun nilai Rf 1 sampel kami tidak
memenuhi rentang tersebut. Perolehan nilai Rf yang berbeda jauh mungkin
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
1. Suhu ruangan
2. Penyemprotan penampak noda yakni anisaldehid sulfat. Mengingat pada saat
praktikum alat penyemprot mengalami sedikit gangguan sehingga mungkin
saja mempengaruhi jumlah anisaldehid yang disemprotkan ke lempeng klt.
Noda yang tampak juga tidak terlalu jelas.
3. Kelembapan udara.
4. Penotolan yang kurang tepat
5. Proses homogenisasi yang kurang

Adapun kelebihan dan kekurangan dari Kromatografi Lapis Tipis adalah :

Kelebihan Kelemahan
Waktu relative singkat Hanya merupakan langkah awal
untuk menentukan pelarut yang
cocok dengan kromatografi kolom.
Menggunakan inestasi yang Noda yang terbetuk belum tentu
kecil. menunjukkan tanda senyawa murni
yang kita inginkan.

Menggunakan inestasi yang


kecil
Paling cocok untuk analisis
bahan alam dan obat.

Zat yang bersifat asam/basa


kuat dapat dipisahkan dengan
KLT.

Penanganan sederhana.

Anda mungkin juga menyukai