Anda di halaman 1dari 12

Formulasi Water-in-

Oil-in-Water (W/O/W)
Emulsi yang
Mengandung Trans-
Resveratrol

anggota :
alwi robiyanto (152210101022)
pramudia wardani (152210101003)
gayuh fatoni (152210101042)
o Resveratrol merupakan polifenol alami yang ditemukan di berbagai tanaman
(anggur, anggur merah, kacang tanah, dll.) diantara yang paling banyak
digunakan
o Pada jurnal ini menjelaskan metode untuk enkapsulasi, teknologi emulsi telah
menarik banyak perhatian karena melibatkan pengolahan sederhana, biaya energi
rendah, dan aplikasi yang mudah. Apalagi, begitu banyak digunakan dalam
makanan, medis, farmasi, dan kosmetik.
Metode
Pembuatan emulsi

Emulsi W/O/W Emulsi W/O/W


Emulsi W/O/W Emulsi W/O/W
dengan lipofilik dengan
dengan dengan tekanan
berbeda dan konsentrasi
perbandingan homogenisasi
hidroflik pengemulsi
O:W1 berbeda berbeda
emulsifier berbeda
Analisis
Karakterisasi
Emulsi W/O/W

Pengamatan Ukuran tetesan


Zeta potensial Viskositas
mikrostruktur dan distribusi

Efisiensi
enkapsulasi Analisis
(EE) statistik
Hasil dan pembahasan
 Pengaruh Parameter Operasi Pada Formasi Emulsi W/O/W
1. Emulsi Penguat Lipofilik

• Emulsi W/O/W disiapkan menggunakan penguat emulsi lipofilik yang


berbeda, pada konsentrasi 5% berat.

• Dari hasil pengamatan distribusi, emulsi GMS W/O/W memiliki indeks


polydispersity yang lebih tinggi daripada emulsi W/O/W lainnya.

• Gambar mikroskopis menunjukkan ukuran tetesan emulsi PGPR W/O/W


lebih besar dari emulsi lainnya.

• Viskositas diketahui bahwa ukuran tetesan kecil dapat meningkatkan


viskositas fase kontinyu dalam emulsi. Seiring meningkatnya laju geser,
viskositas dari emulsi W/O/W menurun kemudian stabil pada nilai tertentu.

• Zeta potensial mengungkapkan bahwa emulsi yang distabilkan dengan


PGPR memiliki stabilitas lebih tinggi dibanding emulsi lainnya.

• PGPR merupakan emulsi lipofilik terbaik. Sedimentasi tetesan air terjadi


dalam emulsi W/O ini dapat bertahan 1 bulan penyimpanan pada suhu
kamar. Penggunaan PGPR memberikan sifat stabilisasi yang baik ke emulsi
2. Emulsi Penguat Hidrofilik

o Distribusi, menunjukkan bahwa emulsi W/O/W chitosan, MRPs, PPT,


pektin, dan PPM tidak stabil karena, memiliki ukuran tetesan yang lebih
besar dan distribusi yang lebih luas dari pada Tween 80, turunan pati dan
emulsi WPI W/O/W.

o Perbedaan ukuran dari tetesan emulsi W/O/W dengan emulsi penguat


hidrofilik berbeda. Emulsi Chitosan W/O/W memiliki ukuran tetesan
terbesar. Tidak ada perbedaan mencolok dalam ukuran tetesan Tween 80,
WPI dan emulsi turunan W/O/W pati.

o Viskositas emulsi W/O/W pektin yang paling tinggi. Namun, emulsi ini
memiliki ukuran tetesan yang lebih lebar dan distribusi. Selain itu, dari
mikrostruktur dapat dilihat bahwa emulsi W/O/W pektin hanya
mengandung setetes air kecil. PPM, PPI, MRPs dan pektin tidak cocok
digunakan sebagai emulsi hidrofilik.

o Tidak ada perbedaan mencolok dalam ukuran tetesan dan viskositas


emulsi W/O/W Tween 80, WPI dan turunan pati. Emulsi W/O/W WPI
memiliki dua puncak., ini menunjukkan bahwa emulsi WPI W/O/W tidak
stabil.
3. Rasio O: W1

o Digunakan perbedaan perbandingan O: W1 untuk menentukan pengaruhnya terhadap


ukuran tetesan emulsi W/O/W. Peningkatkan rasio O: W1 dapat meningkatkan ukuran
tetesan secara signifikan. Ketika volume kenaikan fasa internal air meningkat maka
terbentuk emulsi W/O yang lebih besar. Sehingga emulsi W/O menjadi tidak stabil.
Dengan homogenisasi, terbentuk sejumlah besar Emulsi O/W daripada emulsi W/O/W
yang diinginkan. Hal ini menyebabkan penurunan ukuran tetesan emulsi W/O/W.
Perbandingan O:W1 yakni 80:20 sesuai dengan parameter untuk preparasi emulsi
W/O/W.
4. Konsentrasi Lipofilik dan Hidrofilik Emulsier.

o Pengikat emulsi lipofilik dan hidrofilik sangat berperan penting


dalam pembentukan emulsi W/O/W. Peningkatkan konsentrasi
emulsifier lipofilik dapat meningkatkan ukuran tetesan secara
signifikan. Ketika konsentrasi lipofilik emulsi meningkat,
tegangan permukaan tetesan menurun, yang berakibat pada
pembentukan emulsi W/O yang lebih banyak.

o Emulsi W/O/W akan terbentuk saat emulsi W/O dicampur


dengan fasa eksternal air karena fasa internal air tidak bisa
digabungkan dengan fase eksternal air. Stabilitas mikrostruktur
emulsi W/O meningkat dengan penambahan PGPR. Dengan
meningkatnya PGPR lebih banyak lagi emulsi W/O/W terbentuk.
Hasil ini menunjukkan bahwa 10 % PGPR lebih sesuai untuk
menstabilkan emulsi W/O tetesan yang mengandung 20 % fasa
internal air.
5. Tekanan HPM

o Ukuran tetesan rata-rata emulsi menurun dengan meningkatnya


tekanan pengemulsi karena energi yang lebih tinggi dari massa
jenis.

o Ukuran tetesan emulsi W/O/W tidak terjadi perubahan meskipun


tekanan tahap awal dari 65 MPa menjadi 5 MPa. Ketika tekanan
tahap pertama adalah 5 MPa atau 15 Mpa, sulit untuk membentuk
emulsi W/O yang stabil.

o Mikrostruktur emulsi W/O/W dibuat dengan menggunakan tekanan


yang berbeda. Saat langkah kedua Tekanan adalah 0 MPa, sistem
tidak stabil dan tetesan terjadi karena agregasi. Dengan
bertambahnya tekanan tahap kedua, terdapat peningkatan jumlah
emulsi W/O/W. Namun, dengan peningkatan tekanan tahap kedua
lebih sedikit emulsi W/O/W dapat diamati. Karena itu, tekanan 10
MPa itu lebih cocok untuk langkah kedua.

o Meningkatkan tekanan dapat menyebabkan kerusakan emulsi W/O.


Hal ini dikarenakan, mayoritas dari keseluruhan sistem terdiri dari
emulsi O/W dan hanya sebagian kecil emulsi W/O/W. Ukuran
tetesan rata-rata emulsi W/O/W menurun seiring bertambahnya
tekanan homogenisasi dan jumlah lintasan.
 Efisiensi Enkapsulasi (EE) Emulsi W/O/W
o Tidak ada perbedaan signifikan pada EE resveratrol diamati dengan
membandingkan emulsi W/O/W dimana resveratrol hanya berada
dalam fase internal air ketika fase internal air adalah etanol
99,97±0,001%. Namun, saat fase internal air adalah Air Milli-Q, EE
resveratrol adalah 94,97±0,2898%, yaitu lebih rendah dari pada ketika
fase internal air etanol. Ini dikarenakan resveratrol jauh lebih mudah
larut dalam etanol daripada di air Milli-Q. Dengan demikian,
resveratrol di Fase air eksternal dapat diabaikan
o Pengamatan penting lainnya adalah efisiensi pemuatan total,
digambarkan sebagai jumlah resveratrol total yang tetap terperangkap
dalam jumlah sampel emulsi yang diketahui.
o Jumlah resveratrol dalam emulsi W/O/W dengan air Milli-Q saat fase
air internal berada 0,000052%. Namun, jumlah resveratrol di emulsi
W/O/W dengan etanol absolut sebagai Fase internal air adalah
0,040%, yang secara signifikan lebih tinggi dari pada ketika air Milli-
Q digunakan sebagai fase air internal. Hasil ini menunjukkan lebih
banyak resveratrol bisa digunakan dapat dienkapsulasi tanpa
meningkatkan bahan pembawa. EE dari emulsi W/O/W berbeda
memiliki tekanan yang berbeda pula.
KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa metode yang sederhana dan efektif telah dikembangkan
untuk membuat emulsi W/O/W resveratrol. Studi ini menunjukkan keberhasilan
pembuatan emulsi resveratrol W/O/W menggunakan PGPR sebagai emulsifier
lipofilik dan Tween 80 sebagai emulsifier hidrofilik. Dengan menganalisa
mikrostruktur, ukuran tetesan, potensi zeta dan viskositas. Dalam studi ini,
resveratrol dienkapsulasi dalam fase internal air dan fasa minyak bersamaan tanpa
perlu menambah bahan pembawa. Penelitian ini memberikan rumusan enkapsulasi
baru untuk meningkatkan efikasi persalinan dari resveratrol
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai