Anda di halaman 1dari 5

Gelap tak Selamanya Menakutkan

Siang itu matahari terik seakan mengancam semua orang yang ada dibawahnya, bahkan
awan hitam tak mampu menutup cahayanya. Paparan sinar matahari sedang sehat dan merasa kuat
untuk menerangi bumi, tapi terlihat ada kemuraman disana karena hari mulai gelap dan matahari
takut, awan hitam menutupinya. Hal ini menjadi lebih mengasikkan bagi Sinta, Wiwid dan Meylin.
Mereka bersahabat sejak kecil dan tidak pernah terpisah. Sinta perempuan cantik yang selalu
mendapatkan banyak perhatian dari cowok di sekolahnya, Meylin mudah suka pada cowok tapi sulit
untuk jatuh hati, dan Wiwid lebih dewasa dari ketiganya.

Liburan kali ini Sinta berencana untuk memata-matai cowok yang ditaksirnya, baru kali ini
Sinta suka dan mengejar cowok biasanya cowok yang mengejarnya. Tapi di lain pihak dia ingin pergi
bersama teman-temannya, karena rencananya Meylin dan Wiwid akan pergi ke Pantai di Situbondo,
Meylin fotografernya dan Wiwid jadi modelnya. Anak-anak fotografi sekolahnya itu akan membawa
sebuah mobil dan seorang fotografer handal yang diminta untuk membantu. Dan Sinta memutuskan
untuk ikut bersama dengan teman-temannya.

Acara televisi didepan Meylin begitu memuakkan, semua ingatannya akan perlengkapan
yang akan dibawa esok hari sudah tertata rapi, tapi masih ada yang kurang bagi Meylin sesuatu yang
membuat hatinya tidak tenang. Diapun naik kekamarnya dan duduk dibalkon dari sini dia bisa
melihat pemandangan sungai yang tak terlalu jauh dari rumahnya. Barisan bintang mewarnai langit
malam hari itu dan bulan seakan tersenyum padanya menyatakan bahwa semuanya akan baik-baik
saja esok. Tapi tidak begitu adanya, namanya Adi dia yang berurusan dengan fotografer handal yang
akan mereka ajak esok. Adi mengabarkan dirinya sedang sakit dan sangat tidak memungkinkan
untuk mengikuti acara hari esok. Hal ini sangat membebani pikiran Meylin karena dia tidak
mengenal orang itu. Mereka pernah bertemu sekali itupun Meylin hanya diam karna tidak tahu apa
yang harus dibicarakan dengan orang seperti itu.

Matahari belum menampakkan sinarnya tapi Meylin sudah terjaga, dia menyiapkan sarapan
untuk bekalnya nanti dan teman-temannya. Ketika matahari mulai nampak tiba-tiba ponselnya
berbunyi. Dari fotografer itu, cowok fotografer itu memerlukan bantuan karena motornya mogok
dan sangat sulit untuk mencari kendaraan umum dari rumahnya. Jadilah Meylin menjemput pria itu
dengan motornya.

Ketika sampai di di rumah fotografer itu Meylin melihat seorang pria dari kejauhan dan
orang itu sedang menunggu seseorang dan dia tampak terkejut melihat Meylin datang dengan
motornya. Dia tidak menyapa tapi langsung mengambil alih kemudi motor yang dibawa oleh Meylin.
Selama perjalanan tak ada sepatah katapun yang dikatakannya dan Meylin juga bingung harus di
mulai darimana pembicaraan mereka. Meylin meminta pria itu untuk memarkirkan motornya
dirumah karena jarak rumah Meylin dan sekolah tidak terlalu jauh jadi sangat memungkinkan bagi
mereka untuk berjalan kaki dari sana.

Dari rumah Meylin mereka berjalan kaki dan mereka hanya diam, selama ini Meylin berada
pada sisi jalan yang secara langsung bersinggungan dengan kendaraan. Tiba-tiba pria itu menarik
Meylin ke badan jalan dengan kasar dan sebuah motor lewat dengan ngebut, sekarang pria itulah
yang bersinggungan dengan kendaraan. Ketika hampir sampai pria itu menyodorkan tangannya
namaku Andri panggil begitu saja kata pria itu tiba-tiba dan dingin. aku Meylin kata Meylin
membalas sambutan tangan dari Mas Andri

Meylin... Meylin dipanggil oleh seorang cewek yang ada di belakangnya oh hai... Wid,
baru dateng? Mana Sinta? kata Meylin lupa jika ada seorang cowok di sebelahnya, tanpa sadar
Meylin mendatangi temannya itu dan meninggalkan Mas Andri sendiri. dia sih udah biasa kalo telat
paling bentar lagi dia datang jelas Wiwid sapa tuh cowok kok kayaknya aku gak pernah liat di
sekolah ini? tanya Wiwid dia itu Mas Andri, dia yang bakal bantu anak-anak fotografi biar hasilnya
oke jelas Meylin pada Wiwid. hei Sin? sapa Wiwid ketika melihat kebelakang Meylin hai guys
udah siap semuakan kita berangkat sekarang yuk panas nih pinta Sinta ingin segera merasakan
hembusan angin pantai bentar yah Dito belum dateng nih, soalnya dia yang bawa mobilnya terang
Meylin tuh orangnya udah dateng, hai Dit sapa Sinta pada Dito. Meylin dan Dito ngobrol sebentar
soalnya Dito merupakan ketua acara ini dan Meylin pengganti tugas Adi. mohon bantuannya ya Lin
pinta Dito siap bos balas Meylin

Meylin segera menghampiri Mas Andri dicarinya disana tak dapat dia menemukan orang itu.
Ditanyainya anak-anak yang disana juga tak dapat menemukannya. Diapun mencari keliling sekolah
untuk mencari pria itu. Disana toh ternyata dia batin Meylin. Mas Andri ada di lantai atas gedung
sekolah dia sedang mengambil beberapa gambar dari atas sana , tapi Meylin tak tau objek apa yang
diambilnya karena yang ada dibawah sana hanya taman yang rindang dan kolam ikan yang tidak
terlalu besar. Mas kita udah siap dan bisa berangkat sekarang cekrekk... ternyata Meylin membuat
Mas Andri terkejut hal itu membuat Mas Andri langsung mengarahkan kamera yang sudah siap
kepada Meylin. Seketika pria itu langsung turun dan meninggalkan Meylin berjalan sendirian. Mas
Andri duduk di depan sebelah bangku kemudi sedang Meylin berada dibelakangnya persis, semua
anak di dalam mobil tampak antusias dan senang kecuali Mas Andri dia hanya diam memandang
keluar. Dia memang terlihat dingin dengan tulang pipi yang menonjol semakin menguatkan
karakternya yang dingin tapi terlihat pandangannya seakan memendam kemarahan. Meylin hanya
diam dan memandang pria itu ketika teman-temannya mulai lelah dan terlelap. Sedangkan Meylin
seakan tak ingin melewatkan jalan-jalan indah yang ada sepanjang jalan. Tiba-tiba terdengar suara
yang menembus keheningan mobil itu. kamu pindah depan Lin, aku pengen istirahat kata Mas
Andri ketus eh iya mas Mas Andri langsung melangkahkan kakinya yang panjang kebelakang dan
Meylin berusaha untuk duduk di depan.

Ketika di depan Meylin dan Dito membicarakan banyak hal, Meylin enggan untuk tidur demi
mengabadikan momen yang terjadi sekali ini. Lama Meylin berbincang hingga tak sadar sepasang
mata yang sering melihat ke arahnya dan sepasang telinga telah mencuri dengar karnanya. Akhirnya
Dito menepikan mobilnya, dia merasa amat lelah dan pemandangan yang ada di luar sana cukup
bagus jadilah mereka menikmati pemandangan sebentar. Teman-teman Meylin yang tertidur kini
telah bangun dan bergabung untuk menikmati pemandangan yang terpapar disana. udah yuk
mending dilanjutin sekarang deh keburu ujan nih kata Alex ketika mereka sudah lama disana.
Mereka semua kembali melanjutkan perjalanan, Meylin duduk di belakang Dito karna Mas Andri
kembali duduk di depan.

Sesampainya di pantai mereka meminta ijin untuk mendirikan tenda kecil disana. Mereka
beristirahat sejenak dan mulai mempersiapkan kamera masing-masing karena malam akan tiba dan
saatnya untuk mengambil beberapa foto. Model disiapkan dan jadilah beberapa jepret foto. Untuk
kenang-kenangan mereka semua berfoto bersama sebelum mentari benar-benar hilang.

Akhirnya Meylin dan kawan-kawan pulang. Beberapa hari kemudian diadakan lomba
fotografi, karna tertarik jadilah Meylin mengikuti acara tersebut. Tanpa disangka-sangka Meylin
bertemu lagi dengan Mas Andri. Kembali Meylin mengingat kejadian konyol yang terjadi di pantai
Situbondo bersama dengan teman-temannya juga. Tema lomba kali ini adalah kehidupan nelayan,
jadilah para peserta pergi ke laut unutk menggambil obyek tentang nelayan. Disana Meylin pergi
bersama dengan Mas Andri dia tetap dingin hanya lebih tampan karna lama tak bertemu. Nelayan
yang mereka tumpangi berlabuh di salah satu pulau kecil yang indah. Mereka berdua mengambil
gambar sebanyak mungkin, dan kembali ke tempat lomba sebelum batas pengumpulan terakhir hasil
lomba. Mas Andri memenangkan juara pertama sedangkan Meylin baru mendapatkan peringkat 8.
Meylin mengucapakan selamat kepada Mas Andri begitu pula sebaliknya. Ketika pulang Mas Andri
mengajak Meylin pulang bersama karna Meylin tidak membawa motor. Ketika sampai di depan
rumah Mas Andri memberikan sesuatu pada Meylin. Itu kalung berinisial M hanya saja dari karang.
sebenarnya ini dari pantai Situbondo, kuberi sedikit ukiran sehingga membuat inisial namamu,
terima kasih karna telah menyelamatkan nyawaku kata Mas Andri didepan rumah Meylin.
Diucapnya terimakasih pada Mas Andri karna telah memberinya sebuah kalung yang sangat cantik.
Di malam yang terang itu Meylin tersenyum dibalkon kamarnya, mengingat tingkah dari Mas Andri
yang sedikit salting tadi. Sejak saat itu semakin dekatlah hubungan mereka berdua.

Hingga Mas Andri menerima pertukaran pelajar di luar negeri yang mengharuskannya untuk
mengganti nomer telepon dan ponsel Meylin yang tercebur kolam sehingga membuat kartu
teleponnya mati. Jadilah tak ada komunikasi antara mereka berdua selama 2 tahun. Tapi Meylin
tetap menunggu, menunggu ketidakpastian kabar Mas Andri dan ketidakpastian akan hubungan
mereka berdua. Setelah lama menunggu dan akhirnya Meylin lulus SMA dia meneruskan
pendidikannya pada jenjang berikutnya di universitas ternama di kotanya. Meylin, Sinta dan Wiwid
tetap satu universitas ditambah dengan Dito yang satu jurusan dengan Meylin. Tak ayal mereka
berdua sering terlihat jalan berdua entah itu untuk mengejakan tugas ataupun untuk jalan ke mal.

Suatu saat ketika Meylin dan Dito makan berdua di mal, mata Meylin menangkap sesosok
bayangan yang dikenalnya. Dia tetap sama seperti dulu, kulitnya yang agak gelap, mata yang agak
sipit dan alisnya yang tebal tak dapat terlupakan dari ingatan Meylin. Hanya saja dia terlihat lebih
bahagia, dia merangkul seorang perempuan bule yang cantik. Mereka berdua beradu pandang,
seakan menyampaikan berita akan hal yang tak dapat mereka jelaskan dengan kata-kata. Hingga
orang itu berjalan menjauh dan Meylin tetap menunggu disana. Esoknya Meylin tidak mengikuti
kegiatan kuliah dan sebuah surat masuk ke kotak suratnya.

Ku harap kau dalam keadaan sehat kali ini.

Mungkin terlambat untukku mengirimkan berita padamu. Kudengar sekarang


kau kuliah di universitas ternama. Sejak kedatanganku 3 hari lalu, aku mencoba
menghubungi ponselmu. Kudatangi rumahmu, tapi aku takut untuk menekan bel.
Terserah jika kau menganggap aku ini seorang pengecut. Aku menerimanya, karna
inilah aku. Oh ya bagaimana kabar teman-tamanmu, Sinta, Wiwid dan Dito? Dua
tahun tidak mendapat kabar darimu membuatku frustasi. Ingin aku bertemu
denganmu, tapi pasti akan sangat sulit karna kau sibuk saat ini. Lihatlah keluar dari
jendela balakonmu nanti malam. Kuhubungi lagi nanti malam.

Yang merindukanmu

Kembali teringat ketika mereka beradu mata di mal kemarin tapi dia tidak menyapa. Ada
rasa marah ketika Meylin mengingat kejadian itu tapi ada rasa senang ketika dia menerima sebuah
surat tanpa nama itu. Meylin menunggu malam hingga akhirnya dia berada di balkon untuk
menunggu janji dari sesorang. Malam itu sangatlah gelap bahkan lampu jalan yang ada didepan
rumah Meylin pun seakan tidak mampu untuk menerangi gelapnya malam. Hingga sebuah pesan
membuat ponsel Meylin yang gelap menjadi terang.

Bersinar tidak haruslah terang, terkadang yang bersinar itu ada di


kegelapan

Tiba-tiba listrik dirumahnya mati, Meylin ketakutan dan menutup matanya rapat-rapat karna
takut ada hal-hal aneh, apa lagi tidak ada orang dirumahnya.

Jangan takut ada aku, ketika kau menerima pesan ini segera letakkan
ponselmu karna dia tidak terlihat jika ada ponselmu.

Meylin hanya mengikuti kata hatinya, dari balkon tempatnya berdiri dapat terlihat jalan raya
didepan rumahnya yang gemerlap indah. Disana terdapat sebuah kata MAAF. Mas Andri
mengucapkan maafnya begitu listrik dirumah Meylin kembali menyala. Dia menceritakan semua
yang terjadi sejak dia berada di Paris. Meylin mendengarkan cerita Mas Andri dengan seksama
terkadang ditambah bumbu-bumbu canda yang membuat mereka kembali akrab. Tak tampak
kegusaran dihati keduanya bahkan tak ada rasa sedih yang terpancar, keduanya terbalut kerinduan.
Mas Andri tidak tahu jika Meylin masih menggunakan kalung pemberiannya.

Meylin mengambil kelas akselesari jadi selama 3 tahun dia bekerja keras dan sekarang
kelulusan telah ada dihadapannya. Mas Andri dan teman-teman Meylin pun mendukung langkah
Meylin hanya saja Meylin harus sering diingatkan untuk menjaga kesehatannya, tidak hanya
mengejar prestasi. Keluarga Meylin datang ketika Meylin di wisuda tak terkecuali Mas Andri.
Kebahagiaan menyelimuti Meylin hari itu, hingga keesokan harinya Mas Andri datang kerumah
Meylin. Dia mengabarkan bahwa dirinya akan segera kembali keluar negeri untuk meneruskan
perusahaan keluarganya yang ada diluar negeri. Mas Andri sengaja tidak memberitahu Meylin kapan
dia akan berangkat dan dimana tujuannya berada. Mas Andri hanya berpamitan pada Meylin. Hari-
hari berikutnya terasa begitu menyiksa Meylin, dia tidak mengetahui keberadaan dari Mas Andri.
Karena frustasi maka diputuskanlah dia ingin ke Paris untuk melanjutkan studinya, sekalian ingin
melihat seberapa indah Paris itu.

Sesampainya di Paris, ditulisnya sebuah kalimat di agendanya.

Tak selamanya yang terang itu menenangkan, dan tak selamanya


pula yang gelap itu menakutkan. Aku telah menemukan terangnya gelap
ketika bersamamu. Dan kau menyuruhku untuk diam saja, tapi aku tidak .
Keputusanku... aku terbang.
sebegitu sayangkah engkau hingga menyusulku kemari? suara itu mengejutkan Meylin
yang sedang duduk di ruang tunggu sambil menulis. Tapi tak lama setelah itu senyum lebar
menghiasi wajahnya.

END

Anda mungkin juga menyukai