Anda di halaman 1dari 49

BAB 7: Kencan Yang Indah

Kelas hampir berakhir, Jasmina dan seisi kelas sedang bersiap-siap menanti bel
kepulangan sekolah. Jasmina masih belum percaya bila kemaren, untuk pertama
kalinya ia menerima lamaran untuk menjadi pacar. Bukan main-main, bukan kaleng-
kaleng. Kali ini yang meminta adalah sang Gunung es Bagas Pramudya. Sang ketua
OSIS.

Entah kenapa, Jasmina tidak tersanjung. Ia menatap isi kelasnya yang berjumlah 40
siswa-siswi. Iya yakin, setidaknya ada 18 cewek di kelas ini rela antri untuk berada di
posisinya, menjadi pacar Bagas. Ihhhhhh… maunya.

Bel akhirnya berbunyi, dan suara-suara riuh dan gaduh menenggelamkan suara Bu Tiwi
sang guru Bahasa Indonesia yang sedang mencoba memberikan PR. Hari Jum’at
memang istimewa, semua seperti terlalu bersemangat menyambut weekend atau akhir
pekan. Keempat temannya sudah pergi meninggalkan kelas karena mereka akan
mengadakan rapat di sanggar seni, dan Jasmina tidak diundang huhhuhu.

“Hey, akhirnya bebas nih yeee dari sanggar seni. Sedih gak?”, tiba-tiba suara merdu
kak Miko menyapa Jasmina di meja kelasnya.

Jasmina baru aja selesai membereskan tasnya. Senyum kak Miko hari ini cerah banget,
padahal sudah pukul 3 sore. Apa dia membawa paket skincare ke sekolah dan selalu
mengoreksi minyak dan komedonya? Wajah glowing dan bibir merah dengan rambut
yang sedikit acak-acakan. Badboy rapi mah kak Miko.
“Sedih donk, apalagi mikirin apa yang bakal Sharon kerjain disitu. Ya sudah deh
semoga mereka aman-aman aja”, jawab Jasmina terkikik dan diikuti kak Miko yang juga
ikut tertawa ringan.

“Jezz, temenin kakak makan bakso yuk, di deket persimpangan sekolah kita ada tuh,
enak kok”, pinta kak Miko dengan tampang manisnya.

Awww siapa juga yang mau menolak. Apalagi gerai bakso yang kak Miko sebutin tadi,
adalah kesukaan Jasmina dan keempat temannya. Bila mereka baru dapat honor dari
job nari, mereka biasanya akan merayakannya disitu. Bisa dibayangkan bila sekarang
makan disitu, pasti masih banyak siswa 1001 yang akan makan disitu juga.

“Sekarang kak? Tapi masi pakai baju sekolah nih”, jawab Jasmina grogi. Loh, emang
biasanya juga Jasmina ke situ masih pakai baju sekolah. Trus apa hubungannya?
Jasmina mulai mengutuk diri karena terlalu antusias, terlalu grogi, apalagi melihat
tampang kak Miko. Antara bingung, senang, dan lucu melihat juniornya ini. Kak Miko
mungkin dapat mendengar deg-degan di jantung Jasmina.

“It’s fine. Kamu uda cantik kok”, jawab kak Miko dengan tampang yang aneh. Bukan
gombal, bukan dingin, bukan basa-basi. Ketika ia melirik kak Miko, cowok itu menatap
matanya dengan lembut. Ajakan yang terlalu indah untuk di lewatkan.

----------------------------------------------

Mereka sengaja duduk di pojokan yang sepi di counter bakso dekat sekolah. Benar
saja, beberapa meja sudah dipenuhi oleh para siswa dari SMA negeri 1001. Beberapa
cowok menyapa kak Miko, dan beberapa cewek menatap Jasmina dengan tampang
tidak percaya. Mungkin dalam hati mereka, Kok bisa si Jasmina ini diajak kencan oleh
Miko. Atau mungkin sebagian akan berspekulasi, mungkin ini adalah calon fans yang
akan Miko pacari selama sebulan atau dua bulan dan berakhir dengan patah hati.

Apapun itu, Jasmina tidak perduli. Ia hanya ingin menikmati momen ini. Untuk pertama
kalinya ia makan berdua dengan seorang cowok, dan orang itu adalah KAK MIKO!

“Yasmin sayang, kok kamu sejak jadi sekretasris OSIS, sombong sih sama kakak?”,
tanya Miko menggoda. “Mentang-mentang sekarang uda ada Bagas yaaa?”.

“Sembarangan kak!”, Jasmina hampir menyemburkan kuah bakso dari mulutnya.


“Kakkk, sekali lagi yaa, namaku tuh Jasmina, panggil Jasmin juga bole. Aku mah di
OSIS belum banyak kerjaan kok. Rapat mingguan OSIS baru akan mulai minggu
depan. Projek pertama ya pentas seni 5 sekolah 3 bulan lagi nih di lapangan Tanah
Merah. Ada beberapa undangan dari instansi dan sekolah lain. Kalau bulan depan sih
paling mau ngadain bulan penghijauan di sekolah. Belum terlalu banyak kok”.

“Kalau panggil sayang boleh gak?”, kak Miko tiba-tiba lari ke topik yang lain. Dan kali ini
Jasmina tidak sengaja tersedak kuah bakso. Kak Miko refleks memukul-mukul pelan
punggung Jasmina. Terlihat beberapa pasang mata sedang menatap mereka curiga.
Kak Miko tertawa renyah. “Hahahahah Jasmin sayang, kalau makan tu yang tenang,
jangan sampe nyangkut gitu. Ntar sambelnya lari ke hidung bisa bahaya loh”, ejeknya.
“Apaan sih kak Miko. Eh by the way kak, udah dapet blon manager baru untuk band
kakak? Maaf loh ya aku ga bisa bantuin lagi. Sepertinya bakal agak sibuk nih sama
tugas di OSIS dan kak Tyas masih minta aku bantuin dikit-dikit di sanggar seni”.

Miko tersenyum sambil mengacak-acak rambut Jasmina, “It’s ok manis. Tenang aja.
Hayo ah makanannya di abisin. Nanti aku anterin kamu pulang. Jasmina mengangguk
patuh seperti seekor anak anjing yang super lucu. “Hemmm singkat banget donk
kencan kita kak Miko”, komentar Jasmina bercanda. Asliiiii. Cuma bercanda.

Kak Miko tiba-tiba terdiam dan memasang tampang serius tapi indah. Bingung kan?
Maksudnya serius, tapi dengan mata yang teduh dan mengundang, bibir hampir
tersenyum, dan sekilas seperti grogi, tapi bukan. “Ini bukan kencan Jasmin. Tapi kamu
mau kan diajak kencan beneran? Besok gak ada acara kan dari pagi sampai sore?”…

Jasmina tersedak lagi, dan kali ini ia terbatuk cukup lama.

----------------------------------------------

Jasmina memandang-mandang bayangannya di cermin panjang di kamarnya. Ia telah


mencoba setidaknya 6 pasang baju yang akan ia pakai pada kecan pagi ini. Ya, kencan
yang sesungguhnya. Kak Miko akan menjemputnya pukul 10, dan masih merahasiakan
akan pergi kemana mereka. Ia bahkan ga tau harus berpakaian seperti apa. Sporty?
Girly? Tertutup karena ruangan full AC? Pakaian tipis karena mereka akan berada di
ruang terbuka dan panas? Atau…
Jasmina akhirnya memutuskan untuk memakai Jeans berwarna hitam, kaos motif
bunga ungu-pink kesukaannya dan cardigan putih. Jasmine sudah mencoba beberapa
kombinasi, tapi kombinasi ini yang menciptakan ilusi “langsing” untuknya.

Tas yang cocok untuk hari ini serta sepatus kets putih sudah ia siapkan. Rambut cukup
di keramas dengan shampoo harum sampai 2 kali agar menimbulkan efek dasyat dan
ia sisir rapi. Rambut Jasmina yang hitam, tebal dan sangat lurus, adalah salah satu aset
yang ia banggakan.

Ia tidak berusaha untuk memakai make-up tebal. Natural aja, tapi cukup membuat ia
terlihat manis. Sukurlah bekas-bekas jerawat pubernya sudah hilang. Ia menyapukan
sedikit blush on agar pipi gembilnya terlihat menggemaskan, bukan menggemparkan.

“Jezz, mau kencan ama siapa? Bagas ya?”, kak Gading mulai kepo tanya-tanya.

“Gak kok kak, aku tuh mau pergi sama kak Miko, kita mau survey lokasi untuk acara
OSIS”, jawab Jasmina sekenanya. Ia gak mau kak Gading berspekulasi dengan
hubungannya dengan kak Miko. Eh, emang ada hubungan apa antara dirinya dan kak
Miko? Ini kan hanya sebuah kencan. Mungkin hanya akan terjadi 1 kali. Satu kali dalam
minggu ini, mungkin ada 1 kali lagi minggu depan, dan minggu-minggu berikutnya.
Tiba-tiba Jasmina memiliki harapan yang halu…

Pukul 10 teng, dan tiba-tiba bel rumah Jasmina berbunyi. Sontak Jasmina berusaha lari
membuka pintu, sebelum kak Gading membukanya duluan. TERLAMBAT. Kak Gading
membuka pintu dan menyapa kak Miko. Kedua cowok itu saling bertatapan.
Mereka memiliki tinggi yang sama, tapi memiliki postur dan aura yang kontras. Kak
Miko yang putih, langsing, sedikit gondrong dan stylish gaya berpakaian ala anak band.
Kemeja biru tua yang tidak dikancing, kaos bergambar salah satu band luar negeri
terkenal, memakai Jeans (yang sukurnya saat ini bukan yang bolong-bolong seperti
yang biasa ia pakai). Rambut agak gondrongnya di sisir rapi ke belakang, masih agak
basah karena keramas. Ada aroma maskulin dari parfum yang ia gunakan. Badboy rapi,
itulah dia.

Sementara saat ini kak Gading (syukurnya sudah melepas celemek hello kitty),
memakai kaos dan celana olahraga yang nyaman. Tubuhnya kekar dan kulitnya lebih
coklat dari Jasmina, karena ia sering berolahraga di luar ruangan. Rambutnya super
pendek seperti atlit basket, walau ia sebenarnya atlit sepak bola. Seperti halnya kak
Miko, kak Gading juga memancarkan aura maskulin, walau saat ini ia tidak
menggunakan parfum apapun.

Dua lelaki saling bertatapan, ada aura kompetisi atau sedikit permusuhan disitu. Gading
tau sebenarnya tidak adil bila ia terlalu mencampuri urusan adiknya. Apalagi saat ini,
untuk pertama kali, ia melihat Jasmina begitu bersemangat. Jarang sekali ia melihat
Jasmina berusaha untuk tampil cantik. Selama ini walaupun ia sudah membantu
menurunkan berat badan gadis itu, tapi saat ini fokusnya agar ia sehat.

Dan saat ini gadis sudah tumbuh dewasa. Ia terlihat cantik sekali, dan mulai terlihat
seperti mama mereka. Ada rasa haru, bangga sekaligus takut di mata Gading. Ia harus
melindungi Gadis ini, tapi ia juga berharap Jasmina bahagia.

“Jangan pulang kemalaman ya dek”, Gading akhirnya mengalah dan menepuk-nepuk


pelan kepala Jasmin. Gadis itu tersenyum dan memeluk tubuh kekar kakaknya.
“Jasmina pergi dulu ya kak Gading sayang”, pamitnya. Kak Miko membungkuk sedikit
ke arah kak Gading seakan meminta persetujuan dan berterima kasih telah dipinjamkan
adiknya untuk hari ini.

Sepanjang perjalanan, Kak Miko dan Jasmina bercerita tentang banyak hal. Jasmina
menceritakan hal-hal lucu tentang kak Gading, yang kontras sekali dengan
penampilannya pagi ini. “Pokoknya, jangan ketipu ama kak Gading yang sok galak kak.
Kak Gading itu aslinya kocakkkk banget dan romantis banget loh. Sweet gitu. Terutama
sama pacar-pacarnya dan aku”, jelas Jasmina dengan penuh semangat.

Cuaca di perjalanan sepertinya agak mendung, tapi belum ada tanda-tanda akan hujan.
Miko mengarahkan mobilnya memasuki kompleks perumahan yang cukup terkenal
akan luas dan sangat rapi dan teratur. Kompleks ini memiliki cluster-cluster dengan
nama-nama Negara di dunia. Jalan-jalannya sangat luas, banyak pohon-pohon yang
ditata rapi bersama tanaman-tanaman berbunga. Secara sekilas, kompleks ini tampak
seperti suasana di luar negeri.

“Mau kerumah siapa ini?”, gumam Jasmina pelan. Ia mulai ge-er kalau mungkin ia akan
dibawa kerumah kak Miko, dan di kenalkan dengan seluruh anggota keluarganya.
Terus terang, Jasmina belum siap. Eh, apa iya kerumah kak Miko? Perasaan rumah
kak Miko ga di sekitar sini deh.

Mobil berhenti di sebuah kompleks ruko-ruko yang tertata sangat indah, seakan-akan
kita sedang berada di area komersil dipinggiran kota Italy, Inggris dan sejenisnya.
Tampak berderet toko-toko buku, toko roti, café kecil nan romantis. Tiap 8 ruko, ada
jalanan kecil seperti lorong, yang mengarah ke sebuah tempat misterius. “Yuk, sini.”
Ajak kak Miko menuju lorong itu.
Ternyata, lorong itu adalah jalan masuk ke sebuah area seperti lapangan yang cukup
luas. Lapangan itu di kelilingi oleh ruko-ruko yang tertata tidak kalah apik dan cantik
seperti yang diluar tadi. Lebih banyak toko yang unik dan menggemaskan disini. Di
lapangan yang luas itu, terdapat 10 meja piknik dari kayu dengan disain yang sangat
lucu. Mirip banget dengan meja-meja piknik yang biasa ia lihat di luar negeri.

“Oohhh lucu banget ya kak Miko, jadi mereka akan beli-beli makanan di sekeliling ini,
dan makan di meja piknik ini ya?”, Jasmina takjub. Kak Miko mengangguk dan
tersenyum geli melihat antusiasme Jasmina.

“Iya, lucu ya, mirip food court gitu, tapi suasananya kayak di luar negeri. Yuk kita
keliling, kamu belum lapar kan? Nanti kita makan disini deh. Kita cobain makanan
apaaaaa aja yang kamu mau”, jelas kak Miko sambil mengedipkan satu matanya.

Mereka memasuki sebuah toko buku kecil. Tidak seperti toko buku terkenal yang selalu
ia datangi, sepertinya toko ini hanya menjual buku-buku bekas yang di impor dari luar
negeri. Buku-buku di susun rapi dan apik, mirip dengan café buku atau komik yang
sering ia lihat di luar negeri. Ada beberapa meja yang bisa di gunakan untuk duduk dan
membaca buku-buku ini. Semua buku disusun berdasarkan topik.

Kak Miko menarik tangan Jasmina pelan dan menuntunnya kearah buku-buku tentang
musik, puisi dan seni. Jasmina merasa pipinya sedikit hangat karena perlakukan kak
Miko. Kenapa tangannya harus di tarik-tarik begitu? Seperti orang pacaran aja,
gumamnya.
“Ini section favorit aku. Bukunya bagus-bagus ya. Aku uda beberapa kali kesini untuk
baca buku ini”, kak Miko menyodorkan sebuah novel berbahasa Inggris dengan sampul
depan yang sangat imut. “Last Destination: Five Ways To Your Heart, judulnya unik
banget kak”, Jasmin mulai membuka-buka novel yang umurnya mungkin sudah
beberapa tahun itu.

“Bagus deh ceritanya. Itu tentang perjuangan seorang cewek yang melakukan 5 hal
untuk menaklukkan cowok yang ia sukai. Jadi kayak ngasi kita tips dan trik bagaimana
menggapai orang yang kita suka gitu deh. Aku uda beberapa kali ke sini Cuma untuk
baca 2-3 bab hihihi. Aku tuh baru sampe bab 20, masih ada 53 bab lagi”, kikik Miko.

“Kenapa ga beli aja kak? Toh harganya Cuma 120 ribu kok. Gimana coba kalo ada
yang suka sama buku ini, dan tiba-tiba beli? Kakak bahkan belum baca sampe
setengahnya”, jawab Jasmina sambil mulai membolak balik lembar demi lembar.
Ternyata, selain tulisan, buku ini juga menampilkan ilustrasi-ilustrasi yang sangat indah,
sehingga pembaca tidak hanya baper membaca, tapi juga terenyuh melihat ilustrasinya.

“Gak ah, ntar aja kalau bener-bener perlu. Sini aku mau baca 3 bab dulu. Kamu ambil
aja buku lain yang lucu-lucu juga tuh. Kakak mau baca ini bentar ya, biar ilmunya
nambah, jawabnya dengan tampang yang lucu dan menggemaskan. Ia mulai
mengambil posisi di salah satu meja dan mulai membaca.

Jasmina mencoba untuk mencari buku yang sejenis. Dia menemukan buku dengan
sampul yang tidak kalah imut dengan judul “unrequited love”, cinta bertepuk sebelah
tangan. Walau ia yakin isinya pasti menyayat hati, ia tidak sabar ingin membaca satu
atau dua bab, dan mungkin akan memboyongnya pulang. Toh harganya ternyata Cuma
Rp.50.000. Jasmina duduk di sebelah kak Miko dan mulai membaca.
Saat ini, suasana di toko itu tiba-tiba romantis. Music jazz lembut yang berkumandang,
seperti berbisik kepada pasangan-pasangan yang datang ke toko ini. Jasmina sekilas
memandang kak Miko yang sudah senyum-senyum sendiri membaca bukunya. Ada
perasaan hangat dan mendebarkan yang ia rasakan. Seperti ini, rasanya mereka
benar-benar pasangan yang sedang berpacaran. Bila ia harus ada di momen ini sampai
4 jam ke depan, Jamina rela!

Setelah membaca 3 bab, kak Miko mengajak Jasmina melihat-lihat buku yang lain. Ada
buku tentang kerajinan tangan, buku-buku tentang Negara-negara di dunia yang ingin ia
datangi, dan juga buku-buku tentang biografi para musisi. Jamina baru kali ini melihat
sisi kak Miko yang ini. Ia seperti anak kecil yang masuk ke toko mainan. Ternyata ia
suka membaca. Baru tau deh.

Jasmina mengelus-elus buku yang sejak tadi ia baca. Ia memutuskan untuk


membelinya, atau berharap kak Miko akan membelikannya. Sebuah oleh-oleh, souvenir
akan hari ini. Tapi kak Miko sepertinya tidak paham akan kode Jasmina. Lagian siapa
dia sih sehingga harus dibelikan sesuatu pada kencan pertamanya? Jasmina bergegas
menuju kasir dan membayar bukunya, ketika ia sadar ternyata kak Miko sudah ada
diluar. “Makan yuk Jas”, katanya.

Kak Miko mendudukan Jasmina di salah satu meja piknik di lapangan asri itu. Ada
beberapa keluarga kecil yang duduk di meja-meja lain, yang sedang menikmati aneka
hidangan dari beberapa toko di sekitar itu. Kak Miko datang dengan 2 macam kebab,
kentang goreng, 3 macam es krim dan paket dimsum. “Kamu mau minum apa Jezz?
Aku ga tua kamu suka apa”.
“Hemmm kak Miko pasti pengen Ice Cofee kan?”, tebak Jasmina jitu. Ia sudah hapal
kalau seniornya ini tergila-gila dengan Ice Cofee. Coba tebak kak, apa minuman
kesukaanku?”, tanya Jasmina menggoda.

“Hemm apa ya? Mocha Latte?”, jawabnya sekenanya.

“Teettttt salaahhh! Ih kakak masak ga tau sih, aku tu anti banget sama minuman kopi,
apapun itu. Makanya kalo kita lagi ngumpul atau kerja, kak Tyas kan selalu siapin Milo
kaleng atau pesen Ico choco buat aku loh”, jawab Jasmina sambil cemberut. Ia kesal
karena kak Miko gak hapal-hapal juga dengan kebiasaannya. Padahal sudah lebih dari
setahun mereka dekat. Tapi, memangnya siapa Jasmina hingga kak Miko harus hapal
dengan kesukaanya?

Jasmina memandang sekeliling, dan ia melihat ada sebuah gerai pasta yang sungguh
menggugah seleranya. Pasta, makanan kesukaannya. Ia menatap lekat-lekat toko itu
dan berharap kak Miko akan memperhatikan, dan berharap ia akan menawarkan untuk
membeli sesuatu disitu. Tapi kak Miko tidak bergeming dan mulai menghabiskan
kebabnya.

“Ooooo aku tau, kamu pasti juga suka sandwich kan? Atau roti-roti asin dan manis?
Aku denger almarhum mama kamu dulu punya toko kue atau roti gitu kan?”, tanya kak
Miko ramah. Tapi keramahan kak Miko justru mencabik sedikit hatinya. Sejak mama
meninggal, Jasmina kurang begitu suka makan aneka kue atau roti-roti. Entah karena ia
merasa tidak ada yang seenak buatan mamanya, atau ia masih belum bisa menerima
kalau toko itu harus tutup, atau karena mama benar-benar tiada.

Kak Miko ga seharusnya membahas soal itu. Tapi sekali lagi, siapa dia sehingga kak
Miko harus tau apa yang bisa dan tidak dibahas dengannya? Selama ini kami tidak
sedekat itu juga kok. Toh ini baru kencan mereka yang pertama kok. Masih banyak
yang harus mereka pelajari setelah ini. Eh, kenapa Jasmina jadi berharap akan ada
kencan-kencan berikutnya ya?

“Jez, ke lorong cinta yuk!”, panggil kak Miko membuyarkan lamunannya.

“Apa kak? Lorong apaaaa???”

BAB 8: Best Date Ever!

Ternyata lorong yang dimaksud kak Miko adalah, sebulah lorong yang letaknya
bersebrangan dengan lorong tempat mereka masuk tadi. Sepertinya lorong sepanjang
5 meter itu mengarah ke suatu ruang terbuka. Kak Miko secara refleks menarik tangan
Jasmina dengan lembut dan menuntunnya memasuki lorong itu.

Dengan lebar 3 meter, lorong itu tidak gelap dan pengap. Dindingnya di cat berwarna-
warni dengan mural bentuk hati dan bunga-bunga yang indah. Dinding itu ditutupi
selembar kawat-kawat tipis di seluruh permukaannya.

Dan apa yang menggantung di kawat-kawat itu? Gembok-gembok cinta yang berwarna-
warni. Para pasangan menuliskan nama mereka di gembok itu dan menggantungnya
disitu, dan membawa pulang kuncinya. Pemandangan yang sangat indah.

Jasmina mulai membaca satu persatu nama-nama di gembok itu. Tentu saja gak ada
namanya disitu, apakah ada nama kak Miko dengan orang lain disitu? Apa dia
membawa semua pacarnya kesini dan memasang gemboknya disini? Mungkin aja kak
Miko udah punya satu kapling gembok disini hihihi. Entah udah berapa kali kak Miko
kemari, tapi ia tetap tertegun disini, memandangi gembok-gembok itu, menyentuh 2
atau 3 gembok. Apakah ia berniat membelinya hari ini?

Ketika mereka tiba persisi di pertengahan lorong, tidak ada satupun orang yang sedang
berlalu-lalang atau berhenti menatap tembok cinta itu, kak Miko menghentikan
langkahnya dan memutar menghadap Jasmina. Wajahnya tiba-tiba tersinari oleh
matahari pukul 13.30 siang yang cukup teduh. Ia tersenyum manis, yang membuat
seluruh tampilan wajahnya menjadi “magical”. Apa yang mau ia katakan? Jasmina
merasa, tiba-tiba waktu berhenti. Semua berhenti. Bahkan udara tidak bergerak.

Sedetik… dua detik… tiga detik… lima detik berlalu, lalu tiba-tiba…, “Jasmina, kita
kesana yuk!”, pintanya sambil menggandeng kembali tangan Jasmina setengah berlari
menuju ujung lorong, mengarah ke ruang terbuka.

Wuuuaaahhhhh ternyata ujung lorong itu adalah sebuah danau buatan kecil yang
sangat indah. Ada beberapa angsa cantik sedang berenang dan beberapa sepeda
angsa yang bisa disewa siapa saja disitu. Jasmina takjub.

“Romantis banget”, serunya takjub. Kak Miko tertegun mendengar komentar Jasmina.
Tapi langsung tersenyum dan menuntun Jasmina untuk duduk di sebuah bangku
panjang indah yang terbuat dari kayu.

Matahari yang tidak begitu terik, beberapa burung merpati tampak terbang berlalu
lalang, dan angin yang semilir. Ini merupakan skenario teromantis yang bisa Jasmina
pikirkan. Namun kak Miko belum mengucapkan apa-apa, sepertinya masih tersihir oleh
kumpulan angsa yang seakan menari balet di danau itu.
Di sekitar danau, ada beberapa keluarga muda yang sedang piknik. Anak-anak kecil
sedang berlari-lari dengan ayahnya, sementara sang ibu sedang menjaga barang
bawaan mereka dari lalat atau nyamuk. Beberapa pasangan muda tampak seperti
Jasmina dan kak Miko, duduk di bangku-bangku serupa. Beberapa sedang makan es
krim bersama, ada yang duduk diam berdua sambil masing-masing membaca buku,
ada yang sedang berbicara dengan mimic yang manis. Seperti ini kah pacaran?

“Kadang tuh aku kesini bawa gitar, dan mulai nulis lagu. Suasananya enak ya. Tenang
dan sangat menginspirasi”, kak Miko mulai membuka pembicaraan.

“Iya ya kak, banyak orang pacaran, paling enak nih kalo mau buat lagu tentang cinta-
cintaan”, jawab Jasmina mencoba melucu. Kak Miko tersenyum, “Tau apa kamu soal
pacar-pacaran? Emang uda berapa korban kamu, hah!”, ejek kak Miko sambil
mengacak-acak poni Jasmina.

Sejenak mereka seperti sepasang kekasih yang tidak berbeda dengan pasangan
lainnya di dekat danau hari ini. Jasmina berharap akan ada hari-hari seperti ini lagi
bersama kak Miko. Mereka berbicara kesana kemari, tertawa , membahas OSIS,
membahas band, membahas para senior, seakan-akan selama ini Jasmina belum
pernah berbicara dengan kak Miko. Ya, hari ini kak Miko seperti menunjukkan sisi
lainnya. Bukan semata sisi gombal yang selalu ia lihat, atau sosok senior bijak dan sok
cool, atau anak band yang cuek tapi berkharisma. Hari ini, ia menjadi kak Miko yang
kelihatan rapuh, manis dan lebih terbuka. Ini sebuah awal kan?

Tidak terasa dua jam mereka duduk dan berjalan-jalan di dekat danau. Waktu sudah
semakin sore dan mereka bersiap-siap untuk pulang. Jasmina melihat sekeliling untuk
terakhir kali sebelum masuk menyusuri lorong cinta. Ternyata ada toko bunga kecil
yang sangat lucu. Sekilas ia melihat bunga-bunga itu sudah dibungkus persatu, buket
kecil, buket sedang dan agak besar.

Sepertinya harganya terjangkau, karena banyak yang membeli buket-buket itu.


Jasmina melihat seorang cowok membeli buket kecil mawar putih dan pink dengan
hiasan bunga-bunga kecil dan pita yang sangat imut. Ia langsung memberikannya
kepada (sepertinya) pacarnya. Sang pacar langsung sumringah dan refleks mencium
bunga itu dan mengucapkan kata-kata (yang sepertinya) berterima kasih sambil
menggenggam tangan sang cowok. So sweet…

Jasmine sengaja berjalan sangat pelan sambil matanya tidak berkedip memandang
toko bunga itu. Ingin rasanya ia mampir ke toko itu untuk melihat-lihat, atau yaaa
mungkin berharap ada yang membelikannya sebuah buket kecil… terkecil… termurah
untuknya saat ini.

Jasmina melirik kak Miko dan toko bunga secara bergantian. Kak Miko langsung
berhenti sejenak tidak jauh dari toko bunga dan menatap sebentar toko bunga itu. Hati
Jasmina berdebar kencang. Siapa dia sehingga kak Miko mau membelikannya sebuket
bunga? Ataukah kak Miko akan beliin???

Satu detik… dua detik… 5 detik berlalu… dan tiba-tiba, wwhuussssss gerimis turun!
Kak Miko refleks tertawa kecil dan menggandeng tangan Jasmina “Hayuuu tuan putri,
kita lari sampai ke mobil. Jangan sampai kehujanan ya, nanti kamu meleleh”. Jasmina
ikut berlari kecil sampai ke mobil jeep kak Miko.
Begitu sampai di mobil, Jasmina mengalami “mix feeling”. Hatinya kacau, antara
senang karena kencan hari ini sangat indah dan romantic, tapi juga berharap lebih
banyak adegan baper yang bisa ia dapatkan hari ini. Berharap gerimis tadi tidak turun
sehingga hari ini bisa lebih lama. Berharap hari-hari esok yang akan lebih indah dari
hari ini. Eh tunggu dulu? Kenapa harus? Memangnya Jasmina siapa?

Kak Miko mulai menghidupkan mobilnya dan mulai berjalan pelan keluar dari kopleks
ruko tersebut. Sekilas Jasmina menatap sebuah paperbag kecil dengan motif yang
sangat imut. Ia mengenalinya, itu sebuah toko permen dan coklat yang ada di sekitar
bangku-bangku piknik tadi. Kapan kak Miko sempat membelinya?

Kak Miko mengambil 2 bungkus permen dari paperbag itu dan memberikannya satu
kepada Jasmina, “Nih cobain deh. Enak banget!”. Jasmina mengambil dengan ragu-
ragu. Sepertinya di dalamnya ada permen atau coklat yang lebih besar. Untuk siapa
itu?

Selama perjalanan pulang, Jasmina dan kak Miko masih terus membahas mengenai
petualangan mereka di kompleks ruko tadi. Kak Miko menjelaskan beberapa toko yang
tidak sempat mereka masuki tadi, dan menceritakan isinya, apa yang disajikan disitu,
dan apa yang menjadi kesukaannya. Tidak terasa Jasmina sudah diantarkan persisi di
depan pagar rumahnya. Jasmina agak sedih karena hari ini sudah berakhir.

“Besok masih gak kemana-mana kan Jez?”, tanya kak Miko dengan wajah jahil.

----------------------------------------------
Semalaman Jasmina susah tidur. Ia masih membayangkan kencan pertamanya seumur
hidup yang ternyata not bad dan dilakukan bersama orang yang selama setahun
terakhir ini ia sukai. Tapi ia masih penasaran, kemana hari ini kak Miko akan
mengajaknya. Ia bahkan gak ngasi tau pukul berapa kak Miko akan menjemputnya hari
ini. “Rahasia”, katanya.

Waktu menunjukkan pukul 7 pagi di hari Minggu, Jasmina beranjak malas untuk turun
sarapan, ia mulai menuruni tangga ke lantai 1. Ia masih mengenakan hoodie
bergambar beruang dan celana olahraga dan rambut yang ia kuncir seadanya. Ia belum
menyikat gigi dan mencuci mukanya. Ia masih mengira-ngira, kemanakah kak Miko
akan membawanya hari ini?

Alangkah kagetnya Jasmina ketika menuju meja makannya, ternyata sudah ada papa,
kak Gading dan KAK MIKO yang baru akan mulai menyantap sarapan! Whaattt?? Kok
bisa? Jasmina tidak bisa berkutik, ia telah sampai di ujung tangga dan akan canggung
banget kalau dia harus berlari lagi ke atas untuk dandan. “Kak Miko, kok pagi-pagi udah
ada disiniiiii?”, tanya Jasmina dengan pernuh rasa enggan campur malu.

“Hehehe iya nih. Tadinya mau ngajak olahraga bareng di taman deket sini,kayaknya
seru. Tapi kak Gading sama om ngajak sarapan dulu”, jawab kak Miko cengengesan.

Kak Miko sudah menggunakan satu set pakaian olahraga, lengkap dengan kaos
kakinya. Jasmina menatap tajam kak Gading. Kak Gading dengan tampang jahil,
mengoleskan selai ke rotinya sambil mengangkat bahunya beberapa kali. Papa dengan
senyum penuh arti, langsung mengajak Jasmina sarapan, “hayu atuh Jasmina sayang,
ikut sarapan nih sama kita. Nanti kalo abis ini mau lanjut kencan lagi, yah silahkan”.
Secara serempak Jasmina dan kak Miko terbatuk-batuk canggung. Aduh… situasi
macam apa ini?

Mereka berempat melewati sarapan yang cukup seru. Gak sangka ternyata kak Miko
cukup supel dan mampu membawa diri dan pembicaraan bersama papa dan kak
Gading. Topik kesehatan selalu menjadi andalan pak dokter dan pak calon dokter,
sementara kak Miko banyak bertanya-tanya dan mengangguk-angguk.

Walaupun Jasmina sempat sebal karena kak Miko jadi melihat sisi terburuknya (ketika
bangun tidur di hari Minggu yang malas), sepertinya baik-baik aja. Tidak ada baju yang
membuat efek langsing, tidak ada make-up yang membuat tirus, atau rambut yang baru
di keramas dan di sisir halus. Apa adanya, semoga kak Miko tidak kabur.

Setelah sarapan, kak Miko dan Jasmina mengelilingi taman di dekat rumah Jasmina.
Mereka sepertinya ga berniat olahraga sih. Cuma pengen ngobrol aja. “Ternyata putri
Yasmin tetep cantik ya walau baru bangun tidur”, puji kak Miko dengan tampang jahil.

Jasmina sontak mencubit lengan kak Miko. “Auuuccchhh, serius Jezzz”, kata kak Miko
sambil berlari kecil menjauhi Jasmina.

Ketika kemaren kak Miko telah melihat sisi terbaik Jasmina, hari ini ia harus melihat
Jasmina di sisi terburuk. Tapi kata pepatah, ketika seorang cowok melihat sisi terburuk
sang pacar dan mereka fine aja, berarti cowo itu tulus loh. Dan hubungan mereka akan
lebih langgeng karena mereka saling menerima apa adanya…. Eh tunggu dulu. Apakah
mereka sudah dalam tahap itu?
“Jez, kamu ga pengen tahu, kenapa kamu bisa jadi sekretaris OSIS alih-alih ketua
bidang kesenian?”, kak Miko memulai pembicaraan yang lebih serius. Kali ini mereka
sudah menyelesaikan 1 putaran taman itu, dimana satu putaran sepanjang 1,2 km.

“Iya juga ya kak. Kayak masih jadi misteri gitu. Padahal aku uda yakin banget bakal
masuk ke bidang kesenian. Keputusan siapa sih kak? Kak Naga Bonar kah? Kak Tyas
kah? Atau jangan-jangaaannn, kak Miko yaaaa sengaja masangin aku sama si gunung
es. Bayangan Bagas seketika muncul di kepala Jasmina, dan ia jadi merinding.

“Sembarangan! Bukan donk. Jadi gini, kita kan uda nge-plot sebenarnya. Jadi Bagas
pasti donk, jadi ketua umum. Jigatra jadi wakil ketua, Sharon jadi sekretaris dan
Marcella akan jadi bendahara. Untuk kesenian tuh kamu sama Mila dan beberapa anak
sanggar donk.”

“ Tapi tiba-tiba sepertinya Sharon gak mau jadi sekretaris. Yaaa mungkin dia ngerasa
bosen kali ya, kerjaan sekretaris paling cuma ngetik-ngetik gitu dan bakal repot karena
harus terus-terusan damping ketua ke sekolah lain atau undangan ke acara-acara
sekolah gitu. Nah gak tau gimana caranya, Pembina OSIS kita mengusulkan dia untuk
jadi ketua bidang olahraga aja, karena cheerleader sekolah kan berhubungan ama
olahraga tuh. Tapi kak Baja ngamuk donk. Dia udah plot Devon untuk disana. Ya
kalleeeee Sharon jadi ketua, sedangkan anggotanya tuh cowok-cowok anak basket,
anak futsal, anak sepak bola. Mau jadi apa bidang itu?” jelas kak Miko agak emosi.

Jasmina bisa membayangkan betapa repotnya gara-gara keinginan egois Sharon


sehingga semua orang jadi kalang kabut dalam bongkar pasang kepengurusan OSIS.
“Nah ga tau gimana ya, ada desakan dari komite sekolah nih. Tau sendiri kan kalo
mama Sharon tuh ketua Komite sekolah kita. Dia mengusulkan Sharon tuh masuk ke
bidang kesenian, karena menurutnya, yaaa gitu deh. Cocok sama anaknya. Kita sih
ngusulin supaya dia masuk situ, tapi jadi anggota aja, kamu tuh ketuanya. Tapi beliau
ga mau, kurang elit kali ya”, kak Miko tertawa getir.

“Nah akhirnya gitu deh, beberapa mengusulkan supaya kamu jadi sekretaris aja, jadi
kesannya naik pangkat gitu. Win-win solution. Sharon senang karena jadi ketua bidang
kesenian, nah kamu tuh jadi sekretaris, jabatan yang lebih bergengsi gitu. Padahal, jadi
kacau ya”, kak Miko terlihat kesal dan mulai menendang-nendang batu-batu kecil di
jalanan. Mereka kini sudah menyelesaikan 1 putaran lagi.

“Aku sama Tyas udah berusaha untuk ngelobi Naga dan teman-teman yang lain.
Maksudnya, kita tuh udah fix banget kamu disitu. Tapi ya gitu deh. Naga mikir, kamu
tuh IQ ama EQ tinggi, pasti langsung cepat beradaptasi sama posisi baru. Pasti
berguna banget buat OSIS. Dan hal yang berhubungan sama kesenian, kamu tetep
masih bisa pegang, malah bisa mempengaruhi keputusan lebih besar dari pada kamu
sekedar bidang kesenian. Yaaa ada benarnya juga sih”.

Jasmina mulai paham, sekarang sih rasa kesal, senang atau marah sudah menjadi
tawar. Jasmina sebenarnya cuma ingin masuk OSIS aja, dia udah cukup senang. Benar
kata kak Naga, apapun tugas Jasmina nanti, ia cukup merasa tertantang untuk
menyelesaikannya.

“Untuk hal Sharon di sanggar seni, tenang aja Jezz, mulai minggu depan kamu tetap
akan ikutan meeting sebagai anggota. Walau bagaimanapun kamu tuh produser hebat
untuk sanggar kita. Kalian harus kompak agar justru Sharon yang mengikuti arus kita,
bukan malah kita yang dihempas badainya”, Jasmina dan kak Miko tertawa
membayangkannya.

“Kamu sendiri gimana Jezz? Akur kan sama sang ketua OSIS?”, tanya kak Miko.

“Hah? Sama si gunung es itu kah? Ah ntahlah. Kadang susah menyelami isi hatinya.
Ga tau juga gimana ke depannya, semoga aja bisa mencair, atau setidaknya diskusi
kami isinya gak berantem aja”, jawab Jasmina sekenanya.

“Emang siapa yang mau berantem terus dengan kamu???”, Bagas yang entah dari
mana, muncul di belakang Jasmina dan kak Miko, juga mengenakan pakaian olahraga
dan sepatu kets.

Ya ampun panjang umur nih anak, pikir Jasmina.

BAB 9: Rapat OSIS Perdana

Jasmina menyeruput es Coklatnya agak cepat. Ia sudah mulai mengantuk karena


waktu menunjukkan pukul 3.30 sementara rapat OSIS perdana belum kelihatan akan
mulai. Seluruh pengurus harian, ketua bidang dan anggota yang berjumlah lebih dari 50
orang berkumpul di hall sekolah, karena ruang OSIS tidak mempu menampung seluruh
anggota. Semua anggota masih menunggu salah satu anggota yang agak terlambat…
Sharon Miles. Menyebalkan!
Jasmina duduk persis di sebelah kiri Bagas sang ketua Osis. Jigatra sang wakil berada
di sisi kanan Bagas, dan Marcel duduk persis di sebelah Jatra. Sambil menunggu
Sharon, Bagas mulai berbisik pelan kearah Jasmina, “Sisihkan dana osis untuk beli
laptop ya. Jadi kalo meeting seperti ini, kamu nyatet pake laptop aja. Penting juga untuk
nyimpen foto, arsip dan proposal kegiatan kita”. Jasmina mengangguk setuju. Saat ini ia
terpaksa meminjam laptop sekolah. Untung saja di Hall sudah dilengkapi dengan
projector. Ia juga harus membeli projector untuk di ruangan OSIS untuk kebutuhan
rapat seperti ini.

Setelah akhirnya sang artis Sharon yang terlambat 30 menit datang juga, rapat perdana
OSIS akhirnya dimulai juga. Guru Pembina OSIS berbicara sekitar 10 menit, dan
akhirnya dilanjutkan oleh Bagas yang mulai menyampaikan visi, misi dan garis besar
kegiatan OSIS untuk setahun ke depan.

Wajahnya cerah walau beberapa teman sudah mulai surut. Ia penuh semangat tapi
menyampaikan maksudnya dengan jelas, runut dan meyakinkan. Sesekali ia meminta
umpan balik dan bertanya kepada bidang-bidang OSIS atau menjawab pertanyaan
teman-teman. Jasmina harus mengakui, Bagas bak terlahir untuk jabatan ini. Mungkin
juga untuk jabatan-jabatan lain di masa depan. Ia memang seorang pemimpin.

Jasmina mulai merekam rapat perdana ini dengan HP-nya sambil mencata poin-poin
penting. Ia harus mulai terbiasa. Ia yakin bisa.

Ketika akhirnya rapat selesai, Jasmina masih berusaha merapikan tulisannya.


Sepertinya malam ini ia harus bisa menuliskan hasil rapat di komputernya sampai
akhirnya laptop OSIS akan mereka beli. Es Coklatnya sudah habis, tapi ia bolak-balik
berusaha meminum sisa-sisa es yang mencair di gelas itu.
“Pulang bareng yuk Jezz, ntar akubeliin lagi deeh es coklat kayak gitu”, seru sang ketua
gunung es, ajak Bagas. Jasmina tidak menanggapi. Saat ini fokusnya masih kepada
tulisan-tulisannya yang cakar ayam.

Jasmina masih tergidik mengingat kejadian hari Minggu sebelumnya dimana Bagas
memergoki kencan kedua Jasmina dan kak Miko di taman kompleks. Ok baiklah,
mungkin itu bukan kencan kedua. Tapi tetap aja Bagas sangat mengganggu. Pada
akhirnya mereka harus harus berjalan bertiga mengelilingi setidaknya 3 putaran taman
itu. Kak Miko dan Bagas malah membahas kegiatan-kegiatan seru yang harusnya bisa
Bagas wujudkan tahun ini.

Mereka berakhir duduk di taman bermain dan membeli es krim yang kebetulan lewat.
Hilang sudah momen romantis Jasmina dan kak Miko. Setelah diskusi dibawah pohon
rindang itu, baik kak Miko dan Bagas pamit pulang kerumah masing-masing. Huh….
Padahal masih pengen ngobrol lebih lama dengan kak Miko.

Bagas yang sedari tadi banyak berdiri dan melakukan presentasi, akhirnya duduk di
seberang Jasmina dan menatap gadis itu penuh arti, “Jadi Jasmina, udah dipikirin lagi
belum, mau gak jadi pacar ketua OSIS?”.

Jasmina tergidik dan menatap Bagas hambar. Sepertinya uda dia tolah cowok ini
beberapa hari yang lalu. Kenapa masih ngotot? Setelah apa yang dilalui Jasmina 2 hari
terakhir dengan kak Miko, sepertinya Jasmina sedikit memiliki harapan ia akan pacaran
beneran dengan seseorang. Bukan pacaran pura-pura seperti kemauan gunung es ini.
‘Bagas, aku boleh tanya gak? Apa sih untungnya punya pacar pura-pura kayak aku?
Kalo kamu pengen punya pacar pura-pura, mending sonoooo pacarin aja Sharon sang
pencari sensasi!”, jawab Jasmina yang masih berkutat dengan tulisan hasil rapat OSIS.

Bagas terdiam. Apa Jasmina ga tau kalo Bagas udah coba? Dia udah nyoba berkali-kali
agar Sharon mau mengakuinya sebagai pacarnya. Tapi gadis itu mengelak.

Walau enggan, Jasmina setuju untuk pulang berjalan kaki bersama Bagas menuju
rumah mereka. Seperti janjinya, Bagas membelikan es coklat dingin di depan sekolah.
Mereka berjalan berdampingan, pelan tapi seakan tanpa nyawa. Masing-masing sibuk
dengan pemikirannya masing-masing.

Bagas sebenarnya bisa memilih cewek mana saja di sekolah yang bisa ia ajak pacaran.
Untuk menemukan Sharon Miles KW sepertinya gak susah. Banyak yang cantik, pintar,
kaya dan berprestasi juga.

Tapi, dari seluruh cewek yang ada di sekolah, entah kenapa Sharon selalu membenci
Jasmina. Bahkan sejak mereka duduk di bangku SD. Selama setahun lebih mereka
pacaran pun, Sharon beberapa menyinggung soal Jasmina. Betapa gembrotnya cewek
itu, betapa jelek, sok pamer, sok pintar, ga laku, dan lainnya.

Ketika akhirnya Jasmina menjadi sekretaris pun, Sharon seperti dilemma. Di satu sisi
dia memang menginginkan jabatan ketua bidang kesenian, tapi ia tidak rela ternyata
Jasmina yang menggantikan posisinya sebagai sekretaris. Gadis yang terlalu serakah.
Sepertinya Bagas Cuma ingin membalas dendam kepada Sharon atas perlakuan dan
penghianatannya. Bagas merasa ia harus mengipas kemarahan Sharon menggunakan
Jasmina. Ia harus membuat gadis itu menjadi pacarnya, mengubahnya menjadi pacar
impian semua orang. Dengan begitu, Sharon akan melihat bahwa Jasmina adalah harta
karun yang jauh lebih indah dari dirinya.

Sementara Jasmina terhanyut akan pikirannya akan kak Miko. Hari ini, ia tidak melihat
kak Miko di sekolah. Kak Miko juga tidak membalas pesannya di WA, padahal Jasmina
hanya ingin berterima kasih atas weekend yang indah kemaren. Jasmina merasa, ia
harus lebih agresif untuk mengetahui apa sebenarnya tujuan kak Miko selama ini.
Benarkan ia ingin jadi pacarnya seperti gombalnya selama ini?

Kedua makhluk itu tidak menyangka kalau mereka sudah di dekat rumah karena terlalu
hanyut akan pikirannya masing-masing. Lagipula Cuma butuh waktu 15 menit untuk
mencapai rumah Jasmina, sedangkan rumah Bagas hanya selisih 8 rumah dari
Jasmina.

Mereka berpisah dengan kikuk, “See you Jezz”, Pikirin lagi yah yang tadi. Inget, win-win
solution. Jasmina memasang senyum segaris andalannya dengan mata yang sengaja
ia sayu-sayukan.

----------------------------------------------

Malam itu Jasmina memutar-mutar tubuhnya bersama kursi belajarnya. Ia telah


menyelesaikan catatan rapat OSIS perdana dan mengirimkan email ke Bagas untuk
arsip. Fikirannya masih berputar-putar pada kak Miko, sepertinya rindu. Iyah rindu.
Padahal baru 1 hari ga ketemu.
Bayangan tentang kencan kemaren masih terbayang detik demi detik. Banyak kata
"andaikan" berputar di kepala Jasmina. Salah satu dan yang terpenting adalah
"andaikan ada kencan-kencan yang lain". Saat ini rasanya, ingin mencoba menjadi
"pacar 2 bulan" kak Miko. Entah itu untuk menghilangkan rasa penasaran, atau sebuah
permulaan untuk hubungan yang lebih lama. EHHHHH

Jasmina mulai membuka browser di laptopnya dan mencari inspirasi. "Hemmm,


berhubung aku baru nih soal naksir-naksiran, coba dulu kita belajar sama mbak Google
ya", gumamnya. Dia mulai membaca puluhan artikel singkat mengenai cinta di SMA.
Mulai dari permulaan dari rasa suka, cara mengungkapkan perasaan, cara
mempertahankan hubungan, sampai cara tidak ketahuan kalau selingkuh. Daaahhh
yang bener aja!

Namun ada salah satu artikel yang menarik minat Jasmina. Sebuah tips dan trik bagi
para pemula bila ingin menunjukkan perasaannya kepada orang yang dia sukai, dan
cara agar orang tersebut membalas rasa sukanya.

Hemmm.... Jasmina meraih buku yang ia beli bersama kak Miko di kompleks ruko.
Buku tersebut walaupun bagus banget, tapi memang 50% isinya pasti sedih sih,
judulnya aja tentang cinta bertepuk sebelah tangan. Bertahun-tahun dan beratus-ratus
cara dilakukan sang gadis hanya untuk menarik perhatian lelaki yang ia sukai, dan
semua usahanya gagal. Ia malah berakhir dengan lelaki lain, namun akhirnya juga tidak
menemukan kebahagiaan.

Tentu saja pada akhirnya kita semua ingin bersama seseorang bukan? Dan siapakah
yang menjadi seseorang tersebut? Apakah seseorang yang kita sukai pada pandangan
pertama? Haruskah ia cinta pertama kita yang harus kita pertahankan sampai akhir?
Apakah ia harus menjadi teman dan sahabat, baru kemudian berkembang menjadi
kekasih? Atau seperti cerita-cerita di novel, menikah dulu, pacaran kemudian. Atau
dalam bahasa anak SMA, Pacaran dulu, suka kemudian.

Pada akhirnya, siapapun seseorang itu, harus donk seseorang yang kita sukai?
Kenapa? Karena ketika kita menyukai seseorang, segala kekurangan dan kelebihannya
akan menjadi sempurna di mata kita. Apa yang terjadi bila kita bersama orang yang
belum benar-benar kita sukai? Hemmm, kecuali kalau ia sempurna banget, tentu saja
kekurangannya akan menjadi hambar di mata kita, dan kekurangannya akan menjadi
jurang yang dalam dan semakin dalam ketika mereka bersama.

Lantas? Bila ia benar-benar sempurna, akankah cinta akan hadir cepat atau lambat?
Jasmina mengingat Bagas. Bagi banyak orang, ya, dia sempurna. Tentu saja tidak sulit
menyukainya, cepat atau lambat. Bagaimana dengan kak Miko? Entah sejak kapan,
Jasmina tidak bisa mengingat kapan ia melihat keburukan kak Miko. Apakah itu
memang pertanda ia menyukainya? Jasmina tertegun, selama ini, ia belum pernah
memiliki rasa berlebihan terhadap lawan jenis seperti ini. Ketika ia melihat semua
cowok di sekolah sebagai "teman", ia melihat kak Miko sebagai, lebih dari teman. Ia
seorang lelaki.

Andaikan saja Jasmina bisa membeli buku yang kak Miko sukai di ruko itu, mungkin
sekarang ia bisa membaca tips dan triknya. Siapa tau bila ia mempraktekkannya ke kak
Miko, akan ada hasil yang menyenangkan. Jasmina sontak tersenyum sumringah,
walau ia berusaha menahannya agar tidak terlihat seperti orang gila. Ya sudah lah,
untuk saat ini mari kita baca apa yang mbah Google berikan.
Tips singkat dan cepat agar si dia menyukaimu juga:

1. Kirimkan pesan pada malam hari sebelum tidur. Tuliskan kata-kata yang memuji
dirinya, katakan semoga ia tidur dan mimpi indah, dan kalau dirimu tidak sabar untuk
menemuinya esok hari.

2. Berikan dia makanan kesukaan atau snack manis seperti permen, coklat, atau kue.
Biasanya cemilan seperti ini akan meluluhkan. Seperti kata pepatah, dari perut naik ke
hati.

3. Ketika akhirnya bertemu di saat yang tepat, tatap matanya selama 5 detik, kemudian
tersenyum, dan katakan bila ia adalah orang yang sangat penting bagi dirimu, setulus-
tulusnya. Kenapa? Mata tidak bisa berbohong. Kalaupun bohong, ia akan
memancarkan getaran-getaran indah yang akan menggugah hati dia. Seperti kata
pepatah, dari mata, turun ke hati.

"Hemm, sepertinya ga sulit", bisik Jasmina. Ia langsung mengambil HP-nya dan mulai
mengetik WA untuk kak Miko. "Kak Miko dear, uda tidur belum? Kok tadi ga keliatan sih
di sekolah? Lagi sakit kah? Oiya, kapan-kapan ajak aku lagi ya ke tempat kemaren, aku
mau liat-liat bukunya lagi. See you tomorrow kak Miko. Tidur yang nyenyak ya". Sent.

Hati Jasmina berdebar kencang. Sebuah tindakan yang sangat impulsif. Tiba-tiba,
tanpa pikir panjang dan tanpa memikirkan akibat. Ya sudahlah, sudah terjadi. Ia
meletakkan HP-nya di meja dan menatapnya lekat-lekat, berharap ada WA balasan dari
kak Miko.

5 detik, 10 detik, 15 detik... Ting ninggg ninggggg... suara notifikasi WA berbunyi.


Jasmina sontak mengambil HP tersebut. Meleset, jauh bergulingan di meja. Jasmina
heran kenapa ia bisa begitu grogi hanya karena 1 pesan WA?
"Jasmina, capek ga hari ini? Jangan lupa istirahat ya. Kamu hari ini hebat banget, dan
aku yakin hari-hari kita selanjutnya akan lebih hebat. Can't wait to buy you another ice
choco then. See you tomorrow dear"...

Jasmina membaca berulang kali pesan WA itu. Kok sepertinya ga nyambung dengan
WA yang barusan ia kirim. Ketika ia membaca pengirim pesan: Bagas Pramudya.
BAGASSSSSSS.

"Arrrrggghhhhhh", sepertinya Jasmina akan mendapat mimpi buruk malam ini.

----

Sementara di Rumah Bagas.

"Okey, baiklah. Pesan WA umpan sudah dikirim ke Jasmina. Mari kita lihat dia bales
atau enggak. Yaahhhh kalo ga dibales juga gak apa-apa", Bagas terkekeh. Ia menutup
laptopnya. Sejaman ia berusaha browsing tentang hal-hal percintaan gak penting.
Selama ini ia gak pernah repot-repot untuk belajar. Ketika dulu ia menyatakan cinta
kepada Sharon, gadis itu langsung menerimanya. Hubungan mereka toh tidak rumit,
karena mereka tidak perlu sering bertemu, tidak ada kencan, dan perasaan-perasaan
yang kompleks. Apa karena itu Sharon bosan dan meninggalkannya?

Bagas menyadari bila percintaan sama dengan mata pelajaran di sekolah: bila ingin
sukses, ya harus banyak referensi dan belajar. Dan tentu saja, berlatih. Tadinya ia kira,
dengan mendeklaraskan hubungannya dengan Sharon, ia akhirnya bisa memiliki
hubungan pacaran yang normal seperti anak SMA lainnya. Sebuah latihan untuk
hubungan yang lebih stabil di masa depan. Tapi saat ini, tidak hanya berlatih, Sharon
bahkan memutuskannya.

Jasmina. Gadis itu akan menjadi partner latihan yang sempurna sekarang. Ia memiliki
IQ, SQ dan EQ lebih baik dari Sharon, Bagas tidak akan kesulitan untuk berkomunikasi.
Apalagi gadis itu sekarang adalah sekretarisnya. Ok, memang penampilannya kurang
menarik, tapi itu bisa diubah kah?

Menurunkan beberapa kilo dan kunjungan ke SPA, salon dan butik pasti akan merubah
penampilannya menjadi lebih baik dari Sharon. Ya, lebih baik. Dengan kepribadiannya
yang hangat dan pintar, ia akan menjadi idola baru di SMA. Pasangan yang sempurna
untuk ketua OSIS. Tentunya.

Besok dan lusa, tinggal Mission of Love nomor 2 dan 3. Dari perut naik ke hati dan dari
mata turun ke hati. Baiklah. Bagas tersenyum dan beranjak naik ke tempat tidurnya.

BAB 10: Dari Perut Naik Ke Hati

Sejak pukul 5 pagi Jasmina sudah sibuk di dapur berusaha membuat sesuatu. Ia ingat
toko coklat yang ia liat di ruko tempo hari. Sepertinya ia bisa membuat coklat berkat
bantuan video youtube. "Hemm coba kita liat ya, sepertinya kak Gading ada stok coklat
untuk masak deh. Tinggal di lelehin aja", Jasmina mulai mengobrak-abrik dapur kak
Gading.
Ia memarut coklat susu batangan itu menjadi serpihan kecil dan mulai memasukkannya
di mangkuk Aluminium. Ia meletakkan mangkuk aluminium itu diatas panci berisi air
yang sudah mendidih. Uppss kecilin dulu apinya agar uapnya tidak masuk ke dalam
coklat.

Jasmina mengaduk-aduk coklat yang sudah mulai mencair itu dengan penuh perasaan
(atau penuh cinta?). Ia kemudian menuangkan coklat leleh itu ke loyang-loyang
berbentuk heart kecil-kecil, ternyata peralatan memasak kue milik almarhumah mama
masih sangat berguna. Sebelum coklat itu mengering, Jasmina menumpuk coklat-coklat
itu dengan potongan kacang almond yang banyak. Hemmm. Pasti enak nih.

Setelah sejam lebih berkutat di dapur, Jasmina akhirnya mengemas coklat-coklat itu ke
dalam sebuah toples kecil dan memberikannya pita. Ia memasukkannya ke dalam
paperbag yang kecil dan imut. Tidak lupa sebuah kartu ia tuliskan di dalamnya: a sweet
treat for a sweat friend. Ya... masih friend kan? Jasmina senyum-senyum sendiri. "Wish
me luck ya mama sayang", doanya.

Jasmina memandang dapur yang sudah hancur berantakan karena ulahnya. Sepertinya
ia tidak akan sanggup menghadapi kak Gading pagi ini, padahal sebentar lagi cowok itu
akan turun untuk menyiapkan sarapan. Jasmina memutuskan untuk berangkat sekolah
lebih cepat. Ternyata, karena terlalu sibuk membuat coklat, Jasmina ternyata belum
sarapan sama sekali. Ia cepat menyambar Snack protein kak Gading dan sekotak susu
instan kecil.

Kak Gading sudah turun dari lantai 1 dan sepertinya akan sarapan. "Kak , aku pergi
dulu yaaaa", teriak Jasmina sambil lari dengan kecepatan topan". Kak Gading
tersenyum melihat ulah adiknya. "Semangat banget si bebeb pagi-pagi mau sekolah.
Uda sarapan blon sih dia?", gumam kecil kak Gading sambil berjalan menuju dapur.
Menuju dapur... disitulah mata kak Gading terbelalak.

"Jasminaaaaaa!!!! Kenapaa dapur jadi kayak kapal pecah gini sihhhhh?", Gading
berteriak depresi.

----------------------------------------------

Jasmina tidak sabar menunggu waktu makan siang. Ia ingin memanggil kak Miko
sebentar dan memberikan "paket" yang sudah ia siapkan sejak tadi. Misi dari perut naik
ke hati, harus sukses hari ini. Ketika bel tanda istirahat makan siang berbunyi, ia sontak
langsung keluar kelas dan menuju kelas kak Miko. Ia menunggu kak Miko keluar
dengan sabar sambil menyapa satu-satu seniornya yang keluar dari kelas kak Miko.

"Kak Mikooo!", seru Jasmina ketika ia melihat seniornya itu baru keluar kelas sambil
membawa sebuah bungkusan kecil. Paperbag coklat atau perman dari salah satu ruko
yang kemaren. Kenapa kak Miko nenteng-nenteng itu ya?

"Eh Jasmin. Ada apa? Aku mau kebawah bentar", jawab kak Miko. Jasmina sumringah,
"Kak, ini aku iseng tadi malam bikin ini kak Gading nih. Cobain donkkkk".

"Wowww keren banget kalian! Ga nyangka kak Gading suka bikin-bikin ginian juga ya.
Makasi banget ya Jas, aku simpen ke dalam dulu ya", jawab kak Miko sambil masuk
kembali ke dalam kelas. Jasmina senyum malu-malu dan menunggu kak Miko. Satu
menit, dua menit, 3 menit, kok kak Miko gak keluar-keluar ya? Oohhh mungkin lanjut
makan siang di kelas kali ya? Jasmina agak kecewa dan berjalan menuju kantin. Ia
lupa, sepertinya hari ini gak bawa bekal makan siang. "Duh, terpaksa angri dan beli
makanan di kantin nih", gumamnya kesal.

"Jasminaaaaa!", tiba-tiba dari arah samping, muncul Bagas. "Udah makan siang
belum?", Jasmina menggeleng lemah. "Bawa bekal makan siang gak?", Jasmina
kembali menggeleng lemah.

Bagas tersenyum lucu. Ternyata Jasmina kalau lapar, lucu juga hihihi, pikirnya. "Jangan
sampe gak makan loh, aku ga mau karyawanku sakit", celoteh Bagas asal. Jasmina
melotot ke arah Bagas dengan bingung. "Karyawan? Emangnya situ gaji saya hah??",
tanya Jasmina lemah. Ia terlalu lemas untuk berantem.

"Nih cobain ya, mama bikinin aku bekal Lasagna, beliau bilang kasih satu buat kamu",
Bagas menyodorkan sebuah kontainer dari aluminium foil yang isinya masih hangat.
Oohhh ohhh oohhhh Lasagna buatan mama Bagas terenak. Sejak kecil Jasmina adalah
penggemar pasta buatan beliau. ASIIIKKKK. Tanpa sadar (mungkin karena terlalu
lapar), Jasmina menyambar bungkusan itu dengan cepat, "Makasi Bagassss".

Bagas tidak bisa menahan tawa kecilnya. Secara refleks ia memegang bahu Jasmina
dan berkata "Ya udah, diabisin ya, jangan sakit loh!".

Baik Jasmina bahkan Bagas kaget dengan perlakukannya barusan. Okey mungkin
akhir-akhir ini si gunung es tidak se-cool atau se-cold biasanya, tapi menyentuh bahu
Jasmina sambil mengucapkan kata-kata baper seperti itu, agak berlebihan bukan?
Bahkan Bagas menahan napasnya, dan matanya secara refleks melotot. Mau bilang
maaf, kok rasanya aneh. Mau senyum lebih hangat, rasanya lebih canggung lagi.

"Ok then bye Jaz", pamit Bagas dengan cepat memutar balik badannya dan berjalan ke
arah kelasnya.

"Hehh, itu tadi apaan?", Jasmina bingung. Yowes yang penting makan siang hari ini
aman thanks to Bagas.

Bagas berusaha untuk menormalkan degub jantungnya. Yowes, mission of love: dari
perut naik ke hati, done.

sementara, dari kejauhan, Sharon Miles sedang memperhatian Bagas dan Jasmina
bertransaksi dengan canggung. "Hemm... aneh, ngapain tuh mereka". Walaupun
Sharon tidak tertarik lagi dengan Bagas, tapi dia tidak rela bila Bagas terlalu dekat
dengan Jasmina.

----------------------------------------------

Siang itu, Jasmina sedang berjalan gontai menuju gerbang sekolahnya untuk pulang.
Hari ini agak melelahkan dan mengantuk karena aktifitasnya sudah dimulai lebih bagi
gara-gara coklat itu. Sekilas ia melihat Gianni, salah satu juniornya di sanggar seni
sekolah. tubuhnya mungil, rambutnya bergelombang berwarna hitam legam
sepunggung. Wajah orientalnya yang cantik, tidak sulit membuatnya populer di
kalangan adik kelas, dan tentu saja para senior. Apalagi dia juga salah satu anak buah
Sharon di cheerleader.

Ia menyapa Jasmina dengan ramah sebelum masuk ke dalam mobil yang


menjemputnya. Jasmina melirik sesuatu di tangannya: Paperbag kecil bertuliskan nama
toko coklat dan permen dari ruko itu. Awww mungkinkan Gianni tinggal di kompleks itu
dan salah satu penggemar toko coklat itu juga?

"Heyy Jasss, pulang bareng yuk!", tiba-tiba Bagas menyenggol pundaknya. Ia


sebenarnya ingin berontak dan mengacuhkan sang ketua OSIS. Tapi berkat lasagna
lezat tadi siang, ia memutuskan untuk lebih ramah kepada sang ketua hari ini.
'Hayuuuuu", jawabnya pelan.

"Jasmina, weekend depan kamu sibuk gak? Ikut aku yuk", tanya Bagas. Jasmina
berhenti menatap Bagas curiga. "Enggakkk loh yaaaa aku ga ngajak kamu kencan. Kita
bakal pergi berempat ama Jatra dan Marcel, itung-itung darmawisata OSIS. Kita mau
beli laptop ama projektor. Uda saatnya ruangan OSIS punya itu", jelas Bagas ketus.
Jasmina lega dan mulai kembali berjalan gontai diikuti oleh Bagas. Selama perjalanan
pulang, Bagas mulai membahas hal-hal yang akan mereka cari sekalian bersama Jatra
dan Marcel, sampai tidak terasa mereka sudah sampai di rumah Jasmina.

Mereka berdua terdiam di depan pagar Jasmina. "Ya udah, aku uda sampe rumah nih.
Sono pulang", usir Jasmina.
Bagas diam dengan tatapan dingin, "Aku haus, minta minum donk!". Hahhhhh padahal
rumah Bagas itu jaraknya cuma 8 rumah dari rumah Jasmina. Gadis itu ogah membuka
pagarnya.

"Minta minummmmm JASMINAAA, pelit amat sihhhh!!!", Bagas mulai berbicara dengan
nada tinggi. Jasmina melotot ke arah Bagas dan siap-siap melayangkan Kepalan
tangannya ke muka cowok ganteng itu.

Tiba-tiba pintu rumah Jasmina terbuka, "Ehhh apaan tuh ribut-ribut? Ehhh Bagas!
Tumben ih udah lama ga mampir. Yuk masuk Gas!", kak Gading serta merta membuka
pagar dan menyilahkan Bagas masuk. Sekilas Jasmina bisa melihat tatapan dingin
penuh kemenangan Bagas, lengkap dengan senyum ala Joker. "Ihhhh nyebelinnnn",
Jasmina menggosok kepalan tangan kanannya ke telapak kirinya sambil menatap tajam
Bagas.

Sudah lama banget Bagas tidak main kerumah Jasmina. Mungkin terakhir kali adalah
ketika mama Jasmina meninggal, mereka sekeluarga mengunjungi rumah itu beberapa
kali dalam seminggu. Beda sih ya, kalo seorang ibu yang meninggal, rumah seperti
kehilangan nyawa. Mama Jasmina yang selalu menghidangkan aneka makanan, roti
dan kue yang enak, yang selalu menyapa ramah teman-teman Jasmina dan para
tetangga, seketika suram.

Interior rumah tidak banyak yang berubah, hanya dahulu, mama Jasmina suka
memajang bunga-bunga segar dan rutin menggantinya setiap minggu. Begitu juga
dengan aroma roti dan kue yang biasanya selalu tercium, bahkan ketika melewati
rumah ini.
PLLAAAAKKKKK, suara gelas yang dihentakkan mendadak di depan Bagas.
"Minuummmm", tegas Jasmina sambil melotot ke arah Bagas. Bagas tertawa lepas,
"galak amat sekretaris gueeee".

Jasmina melengos dan meninggalkan Bagas duduk di area dapur mereka. Sukurnya
ada kak Gading yang akhirnya mengajak Bagas ngobrol. Jasmina berjalan kesal
menaiki tangga menuju kamarnya. Namun sayup-sayup ia dapat mendengar
percakapan kak Gading dan Bagas...

"Jadi sekarang pacarnya siapa Gas", tanya kak Gading.

"Hemmm... Pengennya sih Jasminan kak", jawabnya ngakak dan disambut oleh ketawa
kak Gading JUGA!.

keseeelll gak???

BAB 11: Dari Mata Turun Ke Hati

Hari ini ada rapat umum di sanggar seni sekolah. Diharapkan semua anggota sanggar
seni dari kelas 10 sampai kelas 12 hadir untuk membicarakan program-program
sanggar dalam setahun ke depan sambil... ehem... memperkenalkan ketua bidang
kesenian yang baru. Duh...

Sharon Miles kali ini tumben sekali tiba tepat waktu di sanggar seni bersama kelompok
cheerleader sekolah. Tampak 2 meja di dekat projektor yang telah tersedia aneka
minuman kemasan, cupcakes dan cemilan lainnya. Hari ini mama Sharon sang ketua
komite juga ikut memberikan wejangan sebentar. Baiklah... semoga ini menjadi kabar
baik untuk sanggar seni.

Jasmina mengambil tempat persis di sebelah kak Tyas. Ia datang dalam kapasitas
sebagai sekretaris OSIS. Bagas entah kenapa juga turut hadir. Spesial sekali ya
sanggar seni sekolah tahun ini. Ruangan sanggar menjadi penuh sesak, dan sepertinya
permintaan agar AC dipasang, akan segera dirilis. Fiuhhh...

Rapat pun berlangsung, wejangan dari ketua komite sekolah dan Bagas, membuka
pembicaraan. Selanjutnya, Sharon menampilkan program-program kerjanya di projektor
yang dipinjam dari sekolah.

Banyak kegiatan-kegiatan yang bersifat "mercu suar" dan glamour menghiasi


presentasi. Anggota sanggar yang lama cukup takjub dibuatnya. Entar mereka takjub
dengan akan sehebat apa kegiatan-kegiatan itu nanti, ataupun takjub entar kegiatan ini
tidak mungkin terlaksana karena begitu rumit dan tidak relevan dengan pentas seni.

"Tentu saja main focus kita yaahhh, pasti donk acara pentas seni 5 sekolah yang akan
di adakan di Tanah Merah, dimana kita akan menurunkan talent-talent amazing kita,
kemudian kita juga akan mengadakan festival seni di sekolah kita pada bulan desember
yaaahhh, dimana kita akan mengadakan class meeting atau lomba-lomba kesenian
antar kelas, dan tentu sajaaaa yang menjadi spotlight, ofcourse, Prom Night untuk para
senior kita ya. Akan ada Mister and Miss Prom Night hihihi", cerocos Sharon tanpa
henti.
Para anggota sanggar ada yang mencatat, ada yang tertegun dan mulai mengangguk-
angguk, dan ada yang sudah mulai bosan dan memainkan HP. Diantara semua orang,
seharusnya kak Miko ada nih. Secara dia kan ketua bidang kesenian tahun lalu. Ia
bahkan seharusnya menyampaikan wejangan juga donkkk. "Kak Miko tumben, kok ga
dateng ya?", tanya Jasmina ke kak Tyas. "Tadi sih ada kok di kelas, kayaknya dia uda
rencana mau kesini juga", jawab kak Tyas yang sibuk memakan cupcakes warna warni
itu.

Jasmina masih melihat ke kiri dan kekanan, ketika secara tidak sengaja matanya
bertatapan dengan mata Bagas, yang sepertinya sejak tadi menatapnya terus menerus.
"Pantesss aja dari tadi kok perasaan ga enak, ealaah ternyata ada yang nyorot",
gumam Jasmina.

"Hahhh", kak Tyas bengong menatap Jasmina. Bagas masih saja menatap Jasmina. ia
bergumam dalam hati, "Hari ini, harus hari ini, mission of love yang terakhir: dari mata
jatuh ke hati. Ternyata Bagas sedang latihan...

Ketika akhirnya rapat bubar, Jasmina buru-buru keluar dan entah kenapa mencoba
mencari kak Miko. Hari ini, ia ingin melatih mission of love nomer 3: dari mata turun ke
hati. Ia harus menanyakan secara jujur kepada kak Miko, apakah kak Miko ada
perasaan terhadapnya, atau setidaknya, perhatian kak Miko akhir-akhir ini sebenarnya
ada maksud yang lain? Ia menyusuri lorong-lorong kelas 12. Nihil. Jasmina menyusuri
lorong kelas 11 dan kantin, hemmm gak ada juga. Akhirnya ia tiba di lorong-lorong
kelas 10. Sudah sepi karena waktu menunjukkan pukul 4 sore.

Jasmina melihat 2 sosok yang sudah berdiri saling berhadapan, cowok dan cewek.
Sangat-sangat dekat sehingga mereka berbicara harus berbisik, mungkin agar tidak
memekakkan telinga masing-masing. Mereka tertawa cekikikan, sang cewek menutup
mulut kecilnya sambil tertawa kecil, sementara sang cowo menyisir rambut sedikit
gondrongnya kearah belakang dengan jari tangan kanannya. Selanjutnya sang cowok
menyisir rambut sang cewek dengan jari-jari yang sama. Membelai rambutnya dari atas
sampai ke ujung, membuat rambut yang bergelombang indah itu bergoyang-goyang.

Kak Miko dan Gianni...

Jasmina tercekat, langkahnya terhenti. Pasangan itu tidak melihat Jasmina datang dan
masih asyik bercengkrama mesra. Jasmina mundur perlahan, karena ia kuatir
tangisnya akan pecah. Beberapa butir air matanya sudah mulai membendung,
sehingga pandangan matanya mulai kabur. Dadanya bergemuruh, jantungnya berdetak
lebih cepat. Ia bisa merasakan asam lambungnya naik dan mulai mencapai
tenggorokannya. Ia mencoba bernafas pelan-pelan, ia takut tenggelam oleh rasa
kaget... dan sedih... dan kecewa...

Ia masih saja berjalan mundur pelan-pelan sampai tiba-tiba ada sesosok manusia yang
ia tabrak dengan punggungnya, dan sang manusia refleks memeluk kedua lengannya.
"Kak Tyas....", Jasmina mencoba tersenyum manis menyapa seniornya itu. Tapi air
matanya yang tadi terbendung, mencair dan berlinang di pipinya. Jasmina refleks
tertawa dan menghapus air mata itu, "Loh kak Tyas kok belum pulang sih?".

"Capek ya Jas? Kakak tau, pasti capek. Kakak juga pernah ada diposisi itu...", ia mulai
berbicara.
Jasmina kaget. Ia berusaha untuk mengalihkan perhatian kak Tyas, "Ah enggak kok
kak, lagian tugas OSIS belum begitu banyak. Nanti Jasmina boleh donk yaaa nanya-
nanya sama kak Tyas gimana cara jadi Sekretaris OSIS yang ok. Kak Tyas itu keren
banget lohhhh!", jawab Jasmina diplomatis.

Kak Tyas tersenyum, "Bukan OSIS Jasmina, tapi Miko. Kakak tau dari hari pertama
kamu masuk, kamu tuh langsung ngefans banget sama Miko. Cinta pertama ya?", kak
Tyas menggoda Jasmina. Gadis itu tidak bisa berkata-kata.

"Dulu kakak juga gitu Jasmin, dari kami sama-sama masuk ke SMA ini. Dia tuh cinta
pertama aku juga. Kami begituuuu akrab. Kayaknya di sekolah ini, hanya aku yang
benar-benar dekat dengan dia. Tapi tidak sekalipun kami pernah membahas soal
perasaan ini, yang ternyata cuma milikku", kak Tyas tertawa lirih.

"Tidak sekalipun ia pernah melihat seorang Tyas sebagai seorang gadis, gadis yang ia
pacari, walau beberapa bulan aja. Lalu kaka liat kamu, dan kakak sempet mikir,
mungkin kamu beda. Mungkin ia akan berhenti memacari cewek-cewek random yang
singkat dan mulai membina hubungan yang lebih baik dengan seseorang yang baik
juga,tentunya.kamu…"

Jasmina terdiam. Ia tidak perlu dibedakan dengan cewek-cewek yang cuma singgah
sebentar di hati kak Miko. Walaupun sebentar, Jasmina ingin mencoba menjadi
kekasihnya. Walau cuma sebentar. Asalkan itu dengan kak Miko. Tapi kak Tyas benar,
setelah memiliki harapan tinggi, ibaratnya seperti sedang berada di puncak
rollercoaster.
Ada banyak usaha untuk bisa sampai diatas. Pemandangan di atas begitu indah,
rasanya enggan untuk turun. Tapi kejadian beberapa menit yang lalu, seperti
rollercoaster yang bergerak turun dengan kecepatan tinggi, membuat kepala pusing,
perut mual dan perasaan muak. Ya, lelah dan muak.

"Gak kok kak, aku udah ga suka lagi sama kak Miko", jawab Jasmina dengan bohong.
Kak Tyas menatap mata Jasmina. "Serius? Kakak kira kamu tuh masih suka, apalagi
kakak liat akhir-akhir ini kamu tuh deket sama Miko. Bener kan?", jawab kak Miko
dengan penasaran.

"Gak kok kak, aku sebenarnya suka sama orang lain, malah aku udah jadian sama dia.
Doain ya kak kami langgeng. Oiya kak aku pulang dulu ya, kayaknya dia uda nungguin
aku, mau pulang bareng. Bye kak Tyas", jawab Jasmina dengan intonasi yang paling
ramah dan melambai pergi meninggalkan kak Tyas. Selanjutnya Jasmina berlari ke
arah gerbang sekolah. Air matanya mulai keluar lagi, dan paru-parunya mulai terasa
sesak. Jasmina, patah hati...

Jasmina terus berlari dan ingin cepat-cepat sampai rumah. Sampai akhirnya ia melihat
sosok yang sangat familiar dari belakang. Punggung yang tinggi besar, dengan bahu
yang lebar, rambut hitam legam dengan ransel warna abu-abu. "Bagas...". Jarak
mereka sekitar 3 meter.

Bagas Menoleh. Ahhh kebetulan banget. Sedari tadi sebenarnya Bagas sedang
mencari Jasmina. Di tangannya ada segelas es coklat yang sudah mulai berembun. Ia
membelikannya untuk Jasmina. Misi Bagas hari ini. "Tadi sambil lewat aku beli ini.
Nihhh!", Bagas menyodorkan gelas plastik berisi Ice choco kesukaan Jasmina.
Kemudian Bagas melancarkan misinya. Ia menatap Jasmina selama 5 detik dengan
tatapan paling ikhlas dan tulus yang pernah dimilikinya. Ia sengaja mencairkan hati
dinginnya yang selama ini menumpuk di hatinya. "Kali ini harus berhasil, aku harus
mengajaknya SEKALI LAGI agar ia mau menjadi pacarku", gumam Bagas dalam hati.
Sepuluh detik berlalu, mata mereka masih saling menatap.

"Jasmina... aku pengen ngomong sesuatu... Jasmina, aku pengen..."

Jasmina memotong kata-kata Bagas, "Bagas, kamu masih pengen aku jadi pacar
kamu?".

Bagas tersentak kaget, tapi secara refleks ia mengangguk mantap. Ia melangkah ke


arah Jasmina. Sekarang mereka hanya berjarak 1 meter. Ia mengambil tangan kanan
Jasmina dengan dua tangan. "Maksud kamu?"

"Kalo kamu serius mau jadi pacarku, ok kita coba aja. Ayo kita pacaran. Mau pacaran
pura-pura, pacaran kontrak, pacaran beneran, terserah kamu. Ayo kita coba aja", jelas
Jasmina dengan wajah datar. Tidak ada senyum tapi juga tidak ada kesedihan di raut
gadis itu. Hanya serius. Nafasnya masih tersengal-sengal karena berlari-lari.

"Walau kita ga saling suka? Kamu ga masalah?", tanya Bagas dengan lembut. Jasmina
mengangguk mantap.

"Kita akan mengumumkan kepada semua orang, dan kita juga akan pergi berkencan.
Ga masalah?", Bagas bertanya lagi dan Jasmina langsung mengangguk.
"Aku tetap boleh manggil kamu celengan? Atau aku harus mulai manggil sayang?",
tanya Bagas jahil mencoba mencairkan suasana. Jasmina terlalu serius, Bagas jadi
takut.

Jasmina terdiam. "Panggil aku apa aja yang kamu mau, aku ga masalah". Jasmina
melepaskan tangan Bagas, "hari ini adalah hari pertama kita. Aku pulang duluan,
jangan ikutin aku. Syarat-syarat dan peraturan selama pacaran ini, kita bicarain lain kali
aja. Aku capek", jelas Jasmina sambil kembali berlari ke arah rumah yang tinggal
beberapa ratus meter lagi.

Ia kembali menangis, segitu saja kisah cintanya di SMA. Harus kandas karena gak jelas
awal dan akhirnya. Jasmina tau kalau yang baru saja ia lakukan adalah tindakan
terimpulsif, ternekat, mendadak dan mungkin terbodoh yang pernah ia lakukan. Tapi ia
harus bergerak cepat agar ia tidak jadi bulan-bulanan perasaannya sendiri.

Setidaknya sekarang ia punya pacar, idola banyak orang, setidaknya walaupun ia tidak
bisa mendapatkan cowok impiannya, biarlah ia menyimpak cowok impian banyak
cewek lain. Siapa tau hal ini bisa merubah pandangan kak Miko terhadapnya. Ibarat
kata orang, bila milik kita sudah menjadi milik orang lain, kita akan merasa kehilangan
dan bahkan memperjuangkannya untuk kembali.

Sementara, Bagas masih terkejut dengan apa yang Jasmina katakan. Ia tidak
menyangka hanya mengikuti kata-kata mbah Google, ia bisa langsung berhasil. Ia
bahkan belum sempat bertanya dengan Jasmina, gadis itu sudah melengkapinya.
Menyanggupi menjadi pacar kontraknya. Bagas menimbang-nimbang, ia punya waktu 8
bulan untuk membuat Sharon Miles cemburu, dan sukur-sukur masih
mempertimbangkannya untuk menjadi pacarnya lagi. Bagas kembali tersenyum.

----------------------------------------------

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, namun Jasmina sepertinya tidak ada niatan
untuk cepat tidur. Ia masih berusaha untuk meluruskan pikirannya yang sempat “error”,
sehingga ia membuat keputusan yang menyesatkan. Ok, mari kita lihat, apa yang
melatar belakangi Jasmina sehingga bisa memutuskan tiba-tiba menerima Bagas (atau
lebih tepatnya hari ini ia yang meminta Bagas untuk menjadi pacarnya?):

1. Ia merasa terbebani karena ingin mengungkapkan perasaannya kepada kak Miko.

2. Ia merasa terpojok dan di khianati ketika melihat kak Miko sangat akrab (baca:
mesra) dengan Gianni. Tentu donk ia merasa terprovokasi.

3. Ia malu kepada kak Tyas yang memergokinya suka dengan kak Miko, dan
memergokinya memergok kak Miko (terlalu banyak kata pergok disini). Untuk aja gak
terpergok kak Miko kalau mereka berdua sedang memergoki ia dan Gianni (nah kan).

4. Ia merasa harus membela diri (baca: harga diri) yang sudah jatuh, tertimpa tangga,
keinjak sepatu, terlempar ke selokan dan kehujanan. Jasmina merasa ia berhak untuk
di hargai… berapapun harganya.

5. Ia lelah karena terlalu sering ditanya Bagas tentang keputusannya menjadi pacar
kontraknya. Ok lah, jadikan saja!

6. Terakhir, mungkin Jasmina ingin membalas dendam. Sebuah perasaan yang terlalu
kuat, agresif, tapi reaksi yang normal kan?

Jasmina mencoret-coret kertas kosong dengan pulpen kesayangannya: pulpen imut


berwarna putih ungu dengan segumpal bulu berbentuk bola halus berwarna ungu. Yep.
Ungu adalah warna kesukaan Jasmina. Pikirannya antara hampa, namun penuh
dengan pikiran-pikiran yang kusut.
Ingin dirinya berkata kasar, tapi ia tahu tidak ada gunanya. Beginikah rasanya patah
hati? Seperti ada kucing nakal yang sedang mencakar-cakar dadanya, tapi Jasmina
tidak bisa menghentikannya. Nafasnya tersenggal sesekali, padahal tidak ada yang
membendungnya. Air mata ingin mengalir, tapi untuk apa, dan siapa?

Pertanyaan kenapa, mengapa, kapan, dimana, kenapa bisa, selalu berputar-putar di


kepalanya. Bukankah ketika orientasi OSIS kak Miko berjuta-juta kali bertanya
kepadanya apakah ia mau menjadi pacarnya? Okey, mungkin tidak berjuta-juta kali,
tapi setidaknya 3 atau 4 kali bukan? Becanda aja? Atau Jasmina yang hanya
menganggapnya lelucon. Kalau saja, saat itu Jasmina bilang iya, Ok, hayu, mau, let's
go... mungkin situasinya akan berbeda. Mungkin saat ini pacarnya adalah kak Miko,
bukan Bagas.

Tapi ya sudahlah, mungkin nasi sudah menjadi bubur. Mau disimpan di freezer lagi juga
tidak akan pernah lagi menjadi nasi, konon lagi menjadi beras. Pikiran-pikiran Jasmina
sudah mulai ke arah licik dan picik. Tiba-tiba Jasmina berfikiran, hemmm, bagaimana
caranya agar Kak Miko bisa memutuskan Gianni dan beralih kepadanya? Apakah itu
mungkin?

Kak Miko tidak akan selamanya di SMA, ia sudah kelas 12. Sebentar lagi ia akan lulus
dan meninggalkan SMA. Jasmina bahkan tidak tahu kemana kak Miko akan
melanjutkan kuliahnya. Setidaknya Jasmina memiliki waktu sampai Prom night.

Oiya, Prom night. Waktu yang menjadi batas dia menjadi pacar kontrak Bagas. Terlalu
terlambat bila Jasmina usaha setelah ia putus dari Bagas. Ia harus bergerak sekarang!
Jasmina mulai mengetik secara misterius di laptopnya, berguru kembali kepada mbah
google.

"Bagaimana caranya untuk balikan lagi dengan mantan pacar"... ketiknya.


Kenapa? Sudah donk nyari informasi tentang "Bagaimana agar cowok yang sepertinya
suka sama kita, akhirnya bisa memutuskan pacarnya, dan kembali lagi suka sama
kita?". Ternyata mbah Google pusing ama pertanyaannya, yang akhirnya memberikan
solusi yang terlalu rumit.

Ahaaa! Jasmina menemukan sebuah artikel yang menarik. Another Love mission for
Jasmina.

Empat tips agar mantan pacar mau melirikmu lagi:

1. Akting normal aja, singkirkan rasa sakit hati dan jadilah teman yang baik (untuk saat
ini).

2. Berikan dia perhatian kecil, tapi sering. Jangan terlalu agresif, anggap saja seperti
perhatian seorang sahabat.

3. Buatlah ia penasaran tentang dirimu.

4. Buatlah ia cemburu dengan menggandeng seseorang.

Hemm.... Sepertinya tidak sulit. Jasmina mulai mencatat tips itu di buku kecil
rahasianya dan mulai menggambar "mind mapping" tentang rencananya mengambil
alih kak Miko kembali. Mungkin ia bisa menggunakan Bagas untuk mencapai tujuannya
kali ini. Hehehehe

"Yaaa namanya juga usaha kan ya? Dicoba aja dulu", gumam Jasmina. Gadis itu sadar
bahwa mungkin yang ia lakukan tidak akan membuahkan hasil, atau mungkin malah
akan membuat kak Miko mejauhinya. Tapi setidaknya, di masa SMA yang tidak terlalu
lama lagi, ia ingin sekaliiii saja memperjuangkan cintanya. Siapa tau kejadiannya bisa
mirip ketika ia diterima sebagai OSIS. Ketika ia menginginkan jabatan di bidang
kesenian gagal, toh dia tetap jadi anggota OSIS juga kan? Nah yang penting usaha
dulu, kita lihat aja bagaimana hasilnya.

Sementara, dirumah Bagas...


Bagas masih berusaha untuk mencerna kejadian hari ini (atau lebih tepatnya
merayakan). Tiba-tiba ada pikiran super licik dan picik yang sedang berputar-putar di
kepalanya. Ia harus menggunakan kesempatan ini untuk membuat Sharon cemburu
dan sakit hati.

Ia masih tidak habis pikir kenapa Sharon bisa menyangkal kalau mereka sebenarnya
sudah berpacaran diam-diam selama setahun dan enggan menungkapkannya. Apakah
Sharon sudah menemukan cowok lain? Apakah cowok itu lebih hebat darinya? Hemm
membayangkannya saja, ia sangat geram.

Hemmm ngomong-ngomong soal lebih baik, Bagas harus mencari ide agar Sharon
benar-benar cemburu terhadap hubungannya dengan Jasmina. Memang selama ini dia
sering menyinggung kalau dia tidak suka Jasmina (baca: cemburu). Entah karena gadis
itu lebih enerjik, lebih ceria, lebih disukai guru-guru atau karena ia memang serba bisa.

Tapi sepertinya kurang cukup. Kalau diliat dari sisi penampilan, Jasmina jelas tidak bisa
menyayingi Sharon. Ok mungkin kulitnya putih bersih dan rambut panjangnya lurus
mengkilap dan selalu mengeluarkan wangi yang sangat harum. Ehh...

Mungkin masalah terbesar Jasmina adalah berat badan dan bentuk badannya yang
yaaaa… mungkin kurang proporsional. Tidak harus sempurna seperti Sharon,
setidaknya beberapa kilo lemak harus “out” dari hidupnya sehingga ia bisa terlihat lebih
sehat (dan langsing). Pacar ketua OSIS mah harus glowing inside and outside.

"Hemm... mari kita tanya mbah google bagaimana caranya menurunkan berat badan
dengan aman, ringan, nyaman dan senang", Bagas mulai mencari artikel-artikel yang
mungkin membantu. "Ahhhaaaaa... ini ada nih yang kayaknya cocok sama Jasmina".

"Hemm...

1. Makan lah 8 kali sehari dengan porsi yang kecil-kecil.


2. Kurangi makanan manis, bergula dan berminyak.

3. Olahraga minimal 4 kali dalam seminggu, minimal 30 menit.

4. Peliharalah pikiran positif dan rasa senang.

Bagas cukup puas dengan penemuannya. "Baiklah, kita mulai besok ya Jesssss",
Bagas tersenyum licik sambil beranjak ke tempat tidur. “Sebelum prom night, kamu
akan menjadi cewek paling cantik di sekolah kita, atau setidaknya lebih glowing dari
Sharon Miles!”, janji Bagas.

Anda mungkin juga menyukai