Disusun Oleh:
Pramudia Wardani
152210101003
Kelas A
Angkatan 2015
I. PENDAHULUAN
A. Dunia Kesehatan (Rumah Sakit) terhadap Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
AFTA (ASEAN Free Trade Area) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-
negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka
meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN. AFTA berpengaruh besar
terhadap bidang kesehatan, dapat dilihat di bidang perumah sakitan, tenaga kesehatan, industri
farmasi, alat kesehatan, dan asuransi kesehatan. Salah satu modal dalam pasokan perdagangan
jasa internasional adalah migrasi sumber daya manusia.
Indonesia memerlukan standarisasi pelayanan kesehatan dalam meningkatkan kualitas
sistem pelayanan kesehatan di Indonesia dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan, untuk bersaing di AFTA. Standar yang diusulkan adalah sistem
pelayanan terbaik, baik dari segi Sumber Daya Manusia (SDM), administrasi, manajemen
maupun prinsip pelayanan dan sudah selayaknya orientasi sistem pelayanan kesehatan di
Indonesia tidak hanya untuk orang sakit saja (kuratif) melainkan juga untuk pemeliharaan
kesehatan (preventif). Kesehatan merupakan hak asasi manusia sehingga setiap masyarakat
berhak memperoleh pelayanan kesehatan secara adil, merata, dan bermutu yang menjangkau
seluruh masyarakat Indonesia.
Saat ini daya apresiasi dan antisipasi bangsa Indonesia terhadap tantangan global di
sektor kesehatan, khususnya di bidang pelayanan kesehatan, masih jauh dari memadai.
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang digunakan untuk upaya
penyelenggaraan dan pembangunan kesehatan harus dapat meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan kesehatan yang berorientasi pada tercapainya kepuasan
pasien. Hal ini juga bertujuan untuk mempertahankan eksistensi pelayanan kesehatan di
rumah sakit, sehingga mampu bersaing dengan rumah sakit lain dalam era perdagangan bebas
sekarang ini.
II. BERITA
Sabtu, 20 Des 2014 Tenaga Farmasi Harus Tingkatkan Kualitas
MedanBisnis - Medan .Ketua Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Sumut Dahlan
mengatakan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, tenaga ahli
kefarmasian diminta untuk meningkatkan kualitas diri dan profesionalitas agar mampu
bersaing. PAFI Sumut juga akan menggelar berbagai kegiatan seminar untuk meningkatkan
pengetahuan dan wawasan tenaga kefarmasian di Sumut.
"Ahli kefarmasian semakin banyak tantangan dengan adanya Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA). Sekarang sudah berdiri rumah sakit bertaraf internasional, jika kita tidak
berkualitas dan professional, kita bisa tersingkir di negara sendiri. Selain menghadapi MEA
2015, PAFI juga akan menghambat larinya pasien berobat ke luar negeri. Karena sekitar 80
persen masyarakat saat ini berobat ke luar negeri," katanya, Kamis (18/12) di Medan.
Sementara itu, Sekretaris PAFI Sumut H Grisbert mengatakan, untuk menjawab
tantangan MEA 2015, PAFI Sumut akan menggelar berbagai kegiatan seminar untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan tenaga kefarmasian di Sumut. Hasil seminar,
lanjutnya, sudah disampaikan ke seluruh ahli farmasi di Sumut melalui surat kepada RS,
Dinas Kesehatan, Apotik/Toko Obat dan para kepala sekolah dan direktur akademi farmasi.
"Jadi, untuk tingkat nasional, sudah dilakukan seminar tentang Eksistensi dan
Profesionalisme Tenaga Teknis Kefarmasian dalam era BPJS dan Permenkes Kefarmasian
2014 yang diadakan di Makasar Sulawesi Selatan, November kemarin," jelasnya.
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan PAFI Sumut OK Arya Zulkarnain juga
menyarankan, selain membahas organisasi maupun anggaran dasar dan rumah tangga, PAFI
Sumut juga harus melakukan silaturahmi dan melakukan pembinaan kepada ahli farmasi yang
muda-muda.
"Lakukan seminar untuk menambah pengawasan dan pengetahuan mereka dalam
menghadapi MEA. Setiap permasalahan itu pasti ada, tetapi dengan melakukan silaturahmi
dan bersatu permasalahan itu bisa diselesaikan. Tingkatkan kualitas, agar lahan kita tidak
diambil orang asing," katanya.
PAFI adalah organisasi farmasi tertua yang didirikan enam bulan setelah Proklamasi
Kemerdekaan RI pada 13 Februari 1946 oleh Zainal Abidin. Karena itu, pengurus PAFI
Sumut periode 2014 - 2019 yang telah dikukuhkan PAFI pusat melalui SK No.012.01/PP-
PAFI/SK/VIII/2014 bisa membesarkan kembali nama PAFI.
"Pengurus PAFI sekarang dihimpun dari berbagai kalangan yaitu dari guru sekolah,
dosen, pelaku bisnis, pelaku kegiatan di rumah sakit maupun di Dinkes dan Puskesmas.
Mudah-mudahan dengan campuran komposisi pengurus ini PAFI sumut akan semakin
kokoh," tambahnya.
V. KESIMPULAN
1. IFRS perlu melakukan upgrade ilmu, formularium menyesuaikan dengan era
globalisasi agar tidak ketinggalan.
2. IFRS memiliki sdm yang berkompetensi dengan mengikuti pelatihan-pelatihan standar
internasional, dan menjalankan pharmaceutical care agar ketinggalan dari farmasis
warga asing
3. Apoteker rumah sakit meningkatkan kemampuan dalam berbahasa inggris,
komunikasi dan toleran dan empati.
4. IFRS harus berkolaborasi dengan segala komponen rumah sakit agar terbentuknya
pelayanan yang tepat di rumah sakit
5. IFRS harus memperhatikan “kenyamanan dan kepuasan” pasien demi menghindari
larinya pelanggan/pasien ke rumah sakit asing
6. Memiliki peraturan yang kuat dalam membatasi masuknya farmasis warga asing
7. Menyediakan obat dan alkes dengan tepat, murah, dan efisien melalui industri farmasi
yang terpercaya dengan mendahulukan industri farmasi dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/295926208/Farmasi-Menghadapi-MEA diakses pada 29 Maret
2016 pukul 12.30 WIB
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/12/20/136770/tenaga-farmasi-harus-
tingkatkan-kualitas/#.Vv8x1zGMDIU diakses pada 29 Maret 2016 pukul 12.30 WIB
http://pelatihanrumahsakit.com/rumah-sakit-berbenah-antisipasi-mea/ diakses pada 01 April
2016 pukul 9.40 WIB
http://www.kompasiana.com/azatil/peran-farmasis-dalam-menyambut-mea-masyarakat-
ekonomi-asean-2015_5650eefd04b0bd730dd98584 diakses pada 01 April 2016 pukul 9.40
WIB