Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data pengamatan

a. Kromatografi Lapis Tipis ( KLT)

ELUEN NILAI RF WARNA NODA


n-Heksan UV 366 UV 254 UV 366 UV 254

Etil asetat :
kloroforom

Kloroforom : etanol

IV. 2 Perhitungan

IV. 2. 1 Perhitungan nilai Rf

a. Nilai Rf eluen etil asetat : kloroform (1 : 5)

jarak yang ditempuh zat terlarut


Rf =
jarak yang ditempuh pelarut

0,0803
=
1,0475

= 0,07

jarak yang ditempuh zat t erlarut


Rf =
jarak yang ditempuh pelarut

0,0803
=
1,0475

= 0,07

b. Nilai Rf eluen kloroform : metanol (5 : 1)


jarak yang ditempuh zat terlarut
Rf =
jarak yang ditempuh pelarut

2
=
5,5

= 0,36

jarak yang ditempuh zat terlarut


Rf =
jarak yang ditempuh pelarut

3,7
=
5,5

= 0,6

IV. 2. 1 Perhitungan Rendamen

II. 3 Reaksi kurkumin


BAB IV

PEMBAHASAAN

Kurkumin merupakan senyawa polifenol yang dapat ditemukan pada


temulawak, temugiring dan kunyit. Kurkumin adalah senyawa aktif yang
ditemukan pada kunir, berupa polifenol dengan rumus kimia C 21H20O6 . kurkumin
memiliki dua buntuk tautomeer. Dan keton dan enol. Stuktur keton dominan lebih
padat, sedangkan enol dalam bentuk cairan. Senyawa turunan kurkumin disebut
kurkuminiod, yang hanya terdapat dua macam, yaitu desmetoksikurkumin dan
bis-desmetoksikkurkumin, sedangkan in vivio, kurkumin akan berubah menjadi
senyawa metanolit berupa dihidrokurkumin menjadi senyawa konjugasi
monoglukoronida.

Kurkumin mempunyai efek yang poten sebagai antiinflamasi, antioksidan


dan antikanker. Kurkumin yang dikonsumsi secara orak mempunyai kadar yang
rendah dalam plasma dan jaringan, hal ini dikarenakan absorbsi yang jelek,
metabolisme yang cepat dan eliminasi sistemik yang cepat. Mekanisme aksi dari
kukrkumin adalah dengan menginduksi apoptosis sel, mengaktivasiiiiiii
penghambatan nuclear factor kappa B (NFkB), serta menurunkan kadar dari
sitokin proinflamasi (IL-6,IL-8, and TNFα).

Berdasarkan percobaan yang dilakukan sebelum pengujian senyawa yang


terdapat pada kurkumin dilakukan kristakisasi untuk mendapatkan kristal murni
kemudian dilanjutkan dengan uji pemurniaan dan identifikasi hasil sintesis dengan
metode kromtografi lapsi tipis, penentuan titik lebur, dan penentuan gugus fungsi.
Prosedur KLT dimulai dari senyawa dilarutkan dalam kloroform ( 5 mg dalam 5
ml klorofrom), kemudian ditotolkan pada lempeng silica gel dari aluminium,
dengan fase gerak etil asetat : kloroform (1 : 5), fase gerak kloroforom : methanol
( 5 : 1), dan fase gerak n-heksan-kloroforom (5 : 1) kemudian spot kromatogram
diamati pada UV 254 dan 366nm didapatkan noda hasil nilai Rf pertama 0,381,
nilai Rf dan kedua 0,672, nilai .Selanjutnya penentuan titik lebur, sampel yang
telah digerus kemudain ditotol dengan menggunakan pipa kapiler sebanyak 1 cm,
diikat termometer dan pipa kapiler dengan menggunakan benang wol, diisi labu
tile dengan parafin cair dan dipanaskan dengan spritus, termometer dan pipa
kapiler yang telah diikat dimasukkan ke dalam labu tile tanpa menyentuh dinding
labu. Hasil yang diperoleh padapengamatan titik lebur adalah 110o C. Pada
penentuan gugus fungsi dalam percobaan ini tidak dilakukan karena alat
spektrofotometer dilabarotarium tidak ada.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil percobaan yang kurang


baik, alat yang kurang lengkap, bahan yang digunakan memungkinkan sudah
terkontaminasi dengan mikroorganisme, kurang teliti pada saat pengamatan.
BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III. 1. 1. Alat

Adapun alat- alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah


erlenmeyer, batang pengaduk, termometer, desikator, gelas kimia, lempeng, KLT,
chamber, bunsen, pipa kapiler, labu tile klem dan statif serta timbangan analitik.

III. 1. 2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah vanilin,
aseton, HCL, aquades, etanol, silica gel, etil asetat, kloroform, methanol, dan n-
heksan.

III. 2 Cara kerja

III. 2. 1. Proses sintesis

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Ditimbang vanilin dan aseton (2 : 1 )
3. Dimasukkan kedalam erlenmeyer
4. Ditambahkan 2 mL HCL pekat
5. Diaduk pada suhu -10o C selama 1 jam
6. Diaduk kembali selama 2 jam pada suhu kamar
7. Disimpan didesikator, dan diamati selama tujuh hari sampai
berwarna coklat
8. Dicuci dengan air dan etanol (2 : 1)
9. Selanjutnya dilakukan analisis KLT dan diuju titk leleh

III. 2. 2. Analisis KLT

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Senyawa hasil sintesis ditimbang 5 mg dilarutkan dalam 5 ml
kloroform
3. Kemudian ditotolkan pada lempeng silica gel yang telah
diaktifkan
4. Kemudian dimasukkan lempeng yang telah ditotoli sampel
kedalam masing-masing chamber yang telah berisi fase gerak etil
asetat : kloroform ( 5: 1), kloroforom : metanol ( 5 : 1), n-
heksan : kloroforom ( 5 : 1) yang telah dijenuhkan
5. Tunggu hingga fase gerak mencapai garis batas atas lempeng,
kemudian segera diangkat
6. Selanjutnya spot kromotogram diamati pada UV 254 dan 366.

III.2. 3. Penentuan titik lebur

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Dimasukkan sampel hasil sintesis kedalam pipa kapiler dengan
cara ditotolkan kemudian pipa kapiler dibalikkan dan sampel
dipadatkan kira- kira 1 cm
3. Dimasukkan parafin cair kedalam labu tile
4. Selanjutnya diikatkan pipa kapiler pada ujung termometer, dan
pada ujung termometer satunya diikatkan pada statif dan
digantung.
5. Dimasukkan pipa kapiler yang telah diikatkan krdalam parafin
cair dalam labu tille
6. Dipanaskan parafin cair dengan menggunakan bunzen hingga
sampel melebur.
BAB V

PENUTUP

V. 1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum kali ini, dapat
sisimpulkan bahawa pada prosedur KLT didapatkan nilai Rf pertama 0, 381 dan
kedua 0, 672. Pada penentuan titik lebur, suhu yang diperoleh yaitu 110 oC.
Tidak dilakukan pengamatan pada FTIR dikarenakan keterbatasan alat
laboratorium yang ada.

V. 2 Saran

Diharapkan kepada praktikan agar memperlihatkan praktikum dengan baik


agar dapat diperoleh hasil yang maksimal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

II.1. 1 Pengertian Kurkumin

Kurkumin  merupakan konstituen utama yang diperoleh dari rhizoma

Curcuma longa L. Kurkumin sejak lama telah digunakan sebagai obat

tradisional untuk penyakit kuning, kesulitan mencerna makanan,  penyakit p

adasaluran urin  dan rheumatoid arthritis. Senyawa ini juga menunjukkan a

danya aktifitas antitumor termasuk penghambatan pertumbuhan, dan  apopt

osis pada  berbagai  macam  sel  kanker secara in vitro dan penghambatan

tumorogenesis danangiogenesis in vivo (Sulastri, Evi, 2008).

Gambar 1. Struktur Kurkumin

Penelitian tentang aktivitas kemopreventif kurkumin memperlihatkan

bahwa kurkumin menghambat tumorogenesis pada fase inisiasi dan fase

promosi pada  beberapa model hewan. Efek ini diperkirakan timbul karena

adanya penghambatan siklooksigenase dan lipooksigenase) serta

pemblokiran pembentukan metabolit asam arakidonat. Kurkumin  mengham

bat sitokrom P450 1A1 dan 1A2 yang terlibat dalam aktivasi karsinogenesi
s. Aktivitas induksi terhadap apoptosis diperlihatkan kurkumin dengan

mekanisme yang sama seperti etoposida (Roughley, P.J. and Whiting, D.A.,

1973).

Kurkumin dilaporkan  meningkatkan kadar GST dalam hati,

mengurangi kadar malondialdehid yang terikat dengan DNA

(malondialdehid-deoksiguanosin adduct = M1G) dalam mukosa kolon, dan

menurunkan kadar M1G yang ditimbulkan oleh stimulus yang kuat dari lipid

peroksidasi pada hati dan mukosa kolon.  Hal ini membuktikan bahwa

kurkumin dapat meningkatkan aktivitas GST  dan kadar M1G adduct in

vivo.  Somasundaram et al. (2002),  melaporkan bahwa kurkumin dapat

menghambat apoptosis sel kanker payudara yang diinduksi kemoterapi

secara in vitro dan in vivo.  Kurkumin mempunyai kandungan keton a,b tidak

jenuh yang berikatan secara kovalen dengan NF-kB dengan mengganggu

degradasi Ik-Ba dan berikatan dengan p50 dalam kompleks NF-kB).  Karbon

reaktif b dalam beberapa bahan kimia dilaporkan juga dapat menghambat

secara tidak langsung tumor supresor p53.  Berdasarkan hal-hal tersebut di

atas perlu kiranya dipertimbangkan penggunaan kurkumin bersama-sama

dengan agen kemoterapi yang lainnya (Roughley, P.J. and Whiting, D.A.,

1973).

II.2 Senyawa Gamavuton

Senyawa gamavuton-0 (GVT-0) adalah senyawa analog kurkumin

yang disintesis dengan mengubah  gugus b-diketon pada kurkumin menjadi

gugus keton.  Gamavuton 0 memiliki struktur dasar dienon yang simetris


pada bagian tengah yang menghubungkan dua cincin aromatis dan merupakan

derivat aseton yang telah diuji aktivitasnya dalam menghambat proliferasi sel

endothelial yaitu pada kadar 3 mg/mL menunjukkan persen inhibisi 96,6%

dan kadar 6 mg/mL menunjukkan persen inhibisi 97,7%.

Gambar 2. Struktur Gamavuton

Senyawa gamavuton-0 (GVT-0) [1,5-bis(4′-hidroksi-3′-metoksifenil)-

1,4-pentadien-3-on] mempunyai jembatan rantai karbon yang lebih pendek

(pentadienon) daripada kurkumin (heptadiendion), satu gugus karbonil dan

sama sekali tidak mempunyai gugus metilen. Senyawa ini lebih stabil pada

pH di atas 6,5 dibandingkan dengan kurkumin dan tetap mempunyai sifat

antioksidan (Carey, F.A. and Sundberg, R.J., 2001). Senyawa ini mempunyai

aktivitas antioksidan dan antiinflamasi (Masuda et al., 1993; Nugroho et al.,

2004). Senyawa ini juga dilaporkan mempunyai aktivitas antitumor

(Meigawati, H.P., 2005).

Modifikasi kurkumin menjadi GVT-0 bertujuan untuk meningkatkan

stabilitas kurkumin tanpa mempengaruhi efek biologisnya. Modifikasi berupa


penghilangan gugus metilen aktif sehingga GVT-0 memiliki stabilitas yang

lebih baik dibandingkan kurkumin pada pH basa (Sardjiman dkk, 1997 dalam

Suparjan dan Ridho, 2006).

Senyawa Gamavuton-0 diperoleh dengan mereaksikan vanillin dan

aseton menggunakan katalis asam melalui reaksi Claisen-Schmidt. GVT-0

merupakan diena simetris pada bagian tengah yang menghubungkan dua

cincin aromatik, sehingga GVT-0 memiliki dua bagian α,β unsaturated. Atom

O karbonil memiliki karakteristik parsial negatif sehingga dalam kondisi

terionisasi dapat bertindak sebagai nukleofil dan menyerang suatu kation.

Pada GVT-0 tidak terdapat gugus metilen aktif seperti pada kurkumin. Gugus

metilen aktif dapat terhidrolisis pada pH basa dan mengakibatkan degradasi

fotokimia oleh cahaya (Tonnesen dan Karlsen, 1985 dalam Wulandari, 2013)

sehingga penghilangan gugus tersebut mengakibatkan GVT-0 lebih stabil

terhadap pengaruh pH dan cahaya.

Sintesis senyawa diasetil gamavuton-0 (diAcGVT-0) [1,5-bis(4′-

asetoksi-3′-metoksifenil)-1,4-pentadien-3-on] (Gambar..2) suatu senyawa

golongan ester mempunyai tujuan supaya produk asetilasi mempunyai

lipofilisitas yang lebih tinggi daripada GVT-0. Penurunan kelarutan GVT-0

dalam air dengan pembentukan suatu senyawa praobat (prodrug) akan

mempunyai keuntungan berupa peningkatan absorpsi obat. Sintesis

diAcGVT-0 menggunakan starting material berupa GVT-0, asetil klorida

(AcCl) sebagai acylating agent dan senyawa amina tersier sebagai basa
primer untuk menangkap HCl hasil reaksi (Supardjan A.M., dan Ridho N.Z.,

2006).

DAFTAR PUSTAKA

Carey, F.A. and Sundberg, R.J., 2001, Advanced Organic Chemistry, Part B :
Reaction and Synthesis, 4th

Masuda, T., Jitoe, A., Isobe, J., Nakatani, N., and Yonemori, S., 1993, Anti-
oxidative and Antiinflammatory

Meigawati, H.P., 2005, Sintesis Gamavuton-0 Dalam Pelarut Etil asetat Dengan
Variasi Katalis Basa

Nugroho, A.E., Supardjan, A.M., Hakim, L., Istyastono, E.P. and Yuniarti, N.,
2004, Sintesis dan Uji

Roughley, P.J. and Whiting, D.A., 1973, Experiments in the Biosynthesis of


Curcumin, J.C.S. PerkinI, 2379-2388

Supardjan A.M., dan Ridho N.Z., 2006, Sintesis diasetil gamavuton-0 dengan
menggunakan asetil klorida sebagai acylating agent, Fakultas Farmasi,
Universitas Gadjah Mada; Jogjakarta.

Sulastri, Evi, 2008, Sintesis Senyawa 1,5-bis(3'-etoksi-4'hidroksifenil)-1,4-


pentadien-3-on Melalui Reaksi Kondensasi Aldol Campuran Dengan
Katalis Asam Klorida, FFUP; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai