NAMA
: AYU APRILIANI
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM
ASISTEN
I.
Tujuan
II.
Prinsip
2.1
Golongan sulfonamide adalah senyawa yang memiliki gugus fungsi seperti pada
struktur berikut
Asam barbiturate adalah senyawa yang mengandung gugus fungsi urea sebagai
berikut
2.2
Antibiotika
Golongan ini termasuk golongan antibiotic dengan berbagai gugus fungsi yang
berbeda terdiri dari golongan obat yang mengandung beta laktam. Turunan
aminoglikosida, turunan tetrasiklin dll. Yang secara kimia berbeda.
Prinsip reaksi identifikasi:
III.
3.1
Reaksi
Golongan Sulfonamida
Sulfamerazin
a. Sulfamezatin ditambah reagen p DAB HCl
3.2
a.
Barbiturat
Luminal
(Svehla, 1989).
b.
Barbital
(Clark, 2003).
3.3
Antibiotik
a.
Amoksisilin
(Roth, 1985).
b.
Kloramfenikol
(Svehla, 1989).
c.
Tetrasiklin
(Kelly, 2009).
IV.
4.1
Data Pengamatan
No Sampel
Reagensia
Prosedur
1.
P-DAB
Ditambahkan pereaksi
HCl
Sulfanilamid
Hasil
sampel. Diamati
perubahan warnanya
CuSO4
Direkasikan sampel
dengan CuSO4.
Diamati perubahan
warnanya
Ditambahkan 2 tetes
Asam
Sulfat
kemudian ditambahkan
vanilin
Dilarutkan sampel
Zwikker
dalam 1 ml etaol.
Ditambahkan Koppayl
Zwikker
Terbentuk endapan
merah muda, lama
kelamaan cairan
menguap.
Kristal
Sulfamerazin p-DAB
Ditambahkan pereaksi
p-DAB ke dalam
sampel. Diamati
perubahan warnanya
Direkasikan sampel
dengan CuSO4.
Diamati perubahan
warnanya
Ditambahkan 2 tetes
Asam
Sulfat
kemudian ditambahkan
vanilin
Terbentuk warna kuning
bening
Koppayl
Dilarutkan sampel
Zwikker
dalam 1 ml etaol.
Ditambahkan Koppayl
Zwikker. Dan diamati
perubahan yang terjadi
Terbentuk endapan
merah muda,lama
kelamaan cairan
menguap.
3.
Luminal
Asam
Dicampurkan sampel
sulfat+
Naftol
dimasukkan ke dalam
penangas air 100C
.Ditambah air dan
amati perubahan warna
yang terjadi.
Larutan bewarna putih
kental
Koppayl
Dilarutkan sampel
Zwikker
dalam 1 ml etaol.
Ditambahkan Koppayl
Zwikker. Dan diamati
perubahan yang terjadi
Lieberman
Sampel di letakkan di
plat tetes, kemudian
ditambahkan pereaksi
Liebermann. Dan amati
perubahan yang terjadi
Sampel diletakkan di
aseton air
kristal dibawah
jarum
mikroskop.
4.
Barbital
Asam
Dicampurkan sampel
sulfat+
Naftol
dimasukkan ke dalam
penangas air 100C.
Ditambah air dan amati
perubahan warna yang
terjadi.
Terbentuk larutan
bewarna kuning
Koppayl
Zwikker
dimasukkan sampel
kemudian ditambahkan
reagen koppayi
Zwikker. Dan diamati
perubahan yang terjadi.
Terbentuk larutan merah
muda yang lamakelamaan menguap
Kristal
Sampel diletakkan di
aseton air
kristal dibawah
tidak beraturan
mikroskop.
4.2
Antibiotik
No
Sampel
Reagensia
Prosedur
1.
Amoksisilin
H2SO4
Hasil
Pada UV 254 nm
berfluorosensi warna
kuning kehijauan
Kristal
aseton air
Dipanaskan sampel
diatas bunsen. Diamati
aroma yang terbentuk
Mengeluarkan bau
menyengat seperti telur
2.
Kloramfeni
Uji
Sampel antibiotik
kol
Fujiwara
ditambahkan reagen
Sampel antibiotik
aseton air
3.
Tetrasiklin
Benedict
Terbentuk larutan
bewarna hijau lumut
Lieberman
terjadi.
Asam sulfat
4.
Eritromisin
Aseton+HC
Dilarutkan sampel
l+Klorofor
dalam aseton.
Terbentuk larutan
bewarna coklat
H2SO4
Ditambahkan H2SO4
diatas pelat tetes pada
sampel
Terbentuk larutan
bewarna kuning
Kristal
V.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan reaksi reaksi pendahuluan terhadap
Uji identifikasi golongan kedua yaitu uji senyawa golongan barbiturat pada
prinsipnya untuk identifikasi golongan barbiturat pembentukan kompleks
berwarna dengan reagensia parri. Caranya zat harus bebas air, diatas kertas saring
tambahkan pereaksi parri(larutan kobal nitrat dan alcohol), paparkan kertas saring
di atas uap ammonia. Golongan barbiturat yang pertama diuji adalah Luminal.
yang diidentifikasi dengan reagensia asam sulfat dan Naftol, Koppayi-Zwikker,
Liebermann, dan pengamatan bentuk kristal aseton-air.Uji identifikasi luminal
yang pertama dengan menambahkan asam sulfat dan Naftol yang menghasilkan
larutan bewarna putih dan kental. Uji identifikasi luminal yang kedua adalah
dengan penambahan reagensia koppayi-zwikker akan memberikan hasil positif
pada senyawa tersebut berupa perubahan warna larutan sampel menjadi ungu.
Senyawa Luminal memiliki gugus karbonil dan amina pada karbon yang
berdampingan, hasil yang didapat dari praktikum ini larutan sampel berubah
warna bukan menjadi ungu melainkan menjadi merah muda hal ini terjadi karena
pada saat identifikasi, perbandingan antara jumlah sampel dan reagensia tidak
sesuai, sehingga warna yang dihasilkan tidak sempurna. Larutan yang terbentuk
lama kelamaan menguap karena reagen koppayi-zwikker terdiri dari kobal nitrat
dalam etanol, etanol ini lah yang menyebebkan menguapnya larutan. Uji
identifikasi luminal yang ketiga adalah dengan penambahan reagensia
Liebermann terhadap sampel dapat digunakan untuk identifikasi senyawa yang
memiliki cincin benzen terdistribusi tunggal, reagensia Liebermann akan
memberikan hasil positif pada senyawa tersebut berupa perubahan warna larutan
sampel menjadi jingga. Senyawa Luminal merupakan cincin benzen terdistribusi
tunggal, hasil yang didapat dari praktikum ini larutan sampel berubah warna
menjadi jingga, yg membuktikan bahwa memang benar senyawa Luminal
merupakan benzene terdistribusi tunggal. Uji identifikasi luminal terakhir dengan
Pembentukan kristal Luminal dilakukan dengan metode kristalisasi aseton-air
yang berprinsip rekristalisasi. Sifat luminal bersifat sangat sukar larut dalam air
dan larut dalam etanol, dalam eter, dalam alkali hidroksida dan dalam alkali
karbonat .Karena sifat kelarutan dari Luminal ini, proses rekristalisasi dapat
terjadi. Sampel dilarutkan dengan aseton, kemudian diteteskan ke atas object
glass yang sudah terdapat aquadest diatasnya. Dengan ditetesi dengan aseton akan
menguap dan senyawa Luminal akan membentuk kristal karena tidak dapat
terlarut dalam aquadest. Kristal yang dihasilkan adalah bentuk jarum panjang.
Golongan barbiturat yang diidentifikasi selanjutnya adalah barbital, yang
diidentifikasi dengan Naftol dan asam sulfat , Koppayi-Zwikker dan
pengamatan bentuk kristal aseton-air. Uji identifikasi pertama barbital adalah
dengan penambahan Naftol dan asam sulfat menghasilkan larutan bewarna
kuning. Uji identifikasi kedua barbital adalah dengan penambahan reagensia
Koppayi-Zwikker terbentuk larutan merah muda yang lama-kelamaan menguap .
Senyawa Barbital tidak diidentifikasi dengan reagensia Liebermann karena
senyawa barbital bukanlah senyawa benzen yang terdistribusi tunggal, atau jika
diuji dengan reagensia Liebermann akan memberikan hasil negatif. Reagensia
Koppayi-Zwikker digunakan untuk mengidentifikasi senyawa yang memiliki
gugus karbonil dan amina pada karbon yang berdampingan, reagensia koppayizwikker akan memberikan hasil positif pada senyawa tersebut berupa perubahan
warna larutan sampel menjadi ungu. Senyawa Barbital memiliki gugus karbonil
dan amina pada karbon yang berdampingan, hasil yang didapat dari praktikum ini
larutan sampel berubah warna bukan menjadi ungu melainkan menjadi merah
muda. Hal ini dapat disebabkan karena pada saat identifikasi, perbandingan
jumlah sampel dengan reagensia tidak sesuai sehingga warna yang dihasilkan
tidak sempurna. Larutan yang terbentuk lama kelamaan menguap karena reagen
koppayi-zwikker terdiri dari kobal nitrat dalam etanol, etanol ini lah yang
menyebabkan menguapnya larutan. Uji identifikasi terakhir barbiturat dengan
metode kristalisasi aseton-air yang berprinsip rekristalisasi. Senyawa Barbital
bersifat larut dalam 130 bagian air dan dalam 6 bagian aseton dengan sifat
kelarutan Barbital ini, proses rekristalisasi dapat terjadi.
Sampel dilarutkan
dengan aseton, kemudian diteteskan ke atas object glass yang sudah terdapat
aquadest diatasnya.
membentuk kristal karena tidak dapat terlarut dalam aquadest. Kristal yang
terbentuk dibawah pengamatan mikroskop yaitu amorf dan tidak beraturan.
kelarutan
kristal karena tidak dapat terlarut dalam aquadest. Kristal yang terbentuk dibawah
pengamatan mikroskop yaitu kristal bentuk jarum.
Golongan ketiga antibiotika yang diidentifikasi selanjutnya adalah
tetrasiklin. Uji identifikasi pertama yaitu dengan penambahan reagen benedict
terhadap sampel menghasilkan larutan bewarna hijau lumut. Tetrasiklin memilki
lebih dari 4 gugus hidroksil pada rantai alifatiknya. Sedangkan benedict
digunakan untuk identifikasi senyawa yang mengandung paling sedikit 4 gugus
hidroksil pada rantai alifatik, dengan memberikan reaksi positif berupa
terbentuknya endapan merah Cu2O akibat reaksi dengan zat-zat pereduksi.
Dihasilkan larutan bewarna hijau lumut setelah penambahan benedict menutup
warna endapan merah yang dihasilkan didalam sampel. Uji identifikasi kedua
adalah dengan penambahan regaensia lieberman pada sampel menghasilkan
larutan bewarna hitam pekat. Uji identifikasi dengan menggunakan reagensia
Liebermann melalui proses pemanasan senyawa yang mengandung cincin
benzene tersubstitusi tunggal yang tidak bergabung dengan gugus karbanit, amida
atau C=N-O. Warna jingga atau coklat kehitaman diberikan oleh beberapa
senyawa yang mengandung dua cincin benzene tersubstitusi mono yang tergabung
dengan satu atom karbon atau atom karbon berdampingan. Beragam warna
diberikan oleh senyawa yang mengandung gugus hidroksil, O-alkil atau O-CH2-O
yang terikat pada cincin benzene atau terikat pada struktur yang mengandung
cincin benzene. Cincin benzene harus tidak mengikat NO2, halogen atau
substituent O- pada posisi terhadap substituent oksi. Uji identifikasi ketiga
tetrasiklin adalah dengan penambahan reagensia mandelin menghasilkan larutan
hitam kejinggaan. Uji identifikasi tetrasiklin selanjutnya dengan penambahan
reagensia marquis terbentuk larutan hitam kehijauan . Uji identifikasi terakhir dari
senyawa Tetrasiklin adalah dengan penambahan reagensia asam sulfat ke dalam
sampel menghasilkan larutan bewarna jingga dengan sedikit endapan. Endapan
terjadi karena asal sulfat yang kurang pekat ataupun sifat tetrasiklin yang tidak
larut sempurna dalam asam sulfat.
Golongan keempat antibiotika yang diidentifikasi selanjutnya adalah
eritromisin. Uji identifikasi pertama yaitu dengan penambahan reagen
VI.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Clark, A.V. 2003. Theory and Practice of Chemistry. London : SAGE
Publications.
Depkes RI. 1979. Farmakope Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Kelly.
2009.
Identity
of
Phenol.
tersedia
online
http://www.sciencemadness.org/talk/files.php?pid=219850&aid=15724
[diakses 18 April 2015].
Lide, D.R. 2002. CRC Handbook of Chemistry and Physics 86th Edition. Boca
Raton (FL) : CRC Press.
Roth, H. 1985. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Svehla, G. 1989. Vogels Qualitative Inorganic Analysis. London: Pretince Hall.
Toon, Y.T. 2004. Organic Chemistry for STPM. Selangor : Shah Alam.
di