Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM REAKSI-REAKSI PENDAHULUAN GOLONGAN

SULFONAMIDA, BARBITURAT, DAN ANTIBIOTIKA

NAMA

: ASRI BUDI YULIANTI

NPM

: 260110140110

HARI/TANGGAL PRAKTIKUM

: RABU , 15 APRIL 2015

ASISTEN

: IBRAHIM DALLI
DAISY RAHMA F

LABORATORIUM ANALISIS INSTRUMEN


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015

I.

TUJUAN
Praktikan dapat mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi senyawa-senyawa
golongan sulfonamida, barbiturat, dan antibiotika.
II.

PRINSIP
1. Prinsip reaksi identifikasi untuk golongan sulfonamida:

Pengkopelan senyawa golongan sulfonamida dengan reagensia pDAB


menghasilkan endapan dengan spektrum warna kuning hingga merah.

2. Prinsip reaksi identifikasi untuk golongan barbiturat:

Pembentukan kompleks berwarna dengan reagensia Parri. Caranya: zat, harus


bebas air, di atas kertas saring, tambahkan pereaksi Parri (larutan kobal nitrat
dalam alcohol), paparkan kertas saring di atas uap amonia.

3. Prinsip reaksi identifikasi untuk golongan antibiotika :

III.

Reaksi dengan asam pekat atau basa pekat.

REAKSI
1. Golongan Sulfonamida
1.1 Sulfamezatin
a. Sulfamezatin ditambah reagen p DAB HCl

b. Sulfamezatin ditambah reagen CuSO4

c. Sulfamezatin ditambah reagen Vanilin Sulfat

2. Golongan Barbiturat
2.1 Luminal

(Svehla, 1989)

2.2 Barbital

(Clark, 2003)

3. Golongan Antibiotika
3.1 Amoksisilin

(Roth, 1985).
3.2 Kloramfenikol

(Svehla, 1989).
3.3 Tetrasiklim

(Kelly, 2009).

IV.

HASIL PENGAMATAN
4.1 Sulfamezatin

NO.
1.

Reagen
p-DAB HCl

Perlakuan
1. Sampel dilarutkan dalam

Hasil
Terjadi perubahan warna

HCl encer .
2. Ditambahkan pereaksi p-

menjadi oren kecoklatan


atau oren tua.

DAB
3. Diamati perubahan
warnanya

2.

CuSO4

1. Sampel dilarutkan
Terjadi perubahan
2. Ditambahkan CuSO4
menjadi biru
3. Diamati perubahan warna

warna

yang terjadi

3.

Vanillin Asam 1. Sampel


Sulfat

ditambahkan Terjadi

perubahan

vanillin dan asam sulfat


menjadi oren tua.
2. Diamati Perubahan yang
terjadi

warna

4.

Koppayi
Zwikker

1. Sampel dilarutkan
2. Ditambahkan koppayi

Terjadi perubahan warna


menjadi pink

zwikker
3. Diamati perubahan warna
yang terjadi

5.

Kristal Aseton 1. Dilakukan reaksi Kristal


Air

dengan aseton air


2. Diamati perubahan yang
terjadi

Terbentuk Kristal amorf

IV.2

Luminal

NO.
Reagen
Perlakuan
1.
Asam Sulfat + 1.Ditambahkan asam sulfat
-naftol

Hasil
-

pada sampel
2.Ditambahkan -naftol
3.Diamati perubahan yang

2.

Koppayi

terjadi
1.Ditambahkan koppayi

Zwikker

zwikker pada sampel


2.Diamati perubahan yang

Sampel

menjadi

warna

ungu, menguap, disimpan


lama jumlahnya berkurang

terjadi

3.

Lieberman

1.Ditambahkan reagen

Warna

Lieberman pada sampel


2.Diamati perubahan warna

oren dan timbul busa-busa

yang terjadi

berubah

menjadi

4.

Merkuronitrat

1.Ditambahkan merkuronat

pada sampel
2.Diamati perubahan yang
5.

terjadi
Kristal Aseton- 1.Dilakukan
Air

reaksi Kristal Kristal berbentuk serpihan-

dengan aseton dan air


2.Diamati perubahan yang
terjadi

serpihan halus.

IV.3

Barbiturat

NO.
Reagen
Perlakuan
1.
Asam Sulfat + 1.Ditambahkan asam sulfat
-naftol

Hasil
-

pada sampel
2.Ditambahkan -naftol
3.Diamati perubahan yang

2.

terjadi
1.Ditambahkan koppayi

Koppayi
Zwikker
NaOH

zwikker pada sampel

Sampel menjadi warna biru


muda keruh

2.Diamati perubahan yang


terjadi

3.

4.

Merkuronitrat

1.Ditambahkan merkuronat

(HgNO3)

pada sampel
2.Diamati perubahan yang

terjadi
Kristal Aseton- 1.Dilakukan reaksi Kristal

Kristal berbentuk jarum

Air

hitam

dengan aseton dan air


2.Diamati perubahan yang
terjadi

IV.4

NO.

Amoksisilin

Reagen

Perlakuan

Hasil

1.

1.Sampel dipanaskan di atas


nyala api Bunsen

Terbentuk warna kuning


kecoklatan dan bau telur

2.Diamati aroma yang

busuk

terbentuk

2.

H2SO4

1.Di atas pelat tetes

Fluoresensi

ditambahkan asam sulfat

hijau

muda

kekuningan

pekat
2.Diamati fluoresensi di
bawah sinar ultraviolet

3.

Kristal

1.Menggunakan kaca objek, Terbentuk Kristal serpihan


dilakukan

reaksi

Kristal halus warna abu buram.

aseton-air
2.Diamati perubahan yang
terjadi

IV.5

Eritromisin

NO.
Reagen
Perlakuan
1.
Asetom +HCl 1.Zat dilarutkan dalam
+ Kloroform

Hasil
Tidak ada perubahan warna

aseton
2.Ditambahkan 2 ml HCl
3.Ditambahkan 2 ml
kloroform
4.Diamati perubahan warna
yang terbentuk

2.

H2SO4

1.Di atas pelat tetes

Tidak ada perubahan warna

ditambahkan asam sulfat

yang tejadi

pekat
2.Diamati perubahan warna
yang terjadi
3.

Kristal

1.Menggunakan kaca objek, Terbentuk


dilakukan

reaksi

Kristal pudar

aseton-air
2.Diamati perubahan yang
terjadi

Kristal

putih

IV.6

Kloramfenikol

NO.
Reagen
1.
Uji Fujiwara

Perlakuan
1. Dilakukan uji fujiwara

Hasil
-

pada sampel
2.Diamati perubahan yang
2.

Flame Test

terjadi
1.Lakukan flame test pada
sampel

Nyala

oksidasi

berwarna

biru

2.Diamati perubahan warna


yang terjadi

3.

Kristal

1.Menggunakan kaca objek, Terbentuk Kristal jarum


dilakukan

reaksi

Kristal

aseton-air
2.Diamati perubahan yang
terjadi

IV.7

Tetrasiklin

NO.
Reagen
1.
Benedict

Perlakuan
1.Ditambahkan benedict
pada sampel

Hasil
Tidak ada perubahan warna
(Tetap biru)

2.Amati perubahan yang


terjadi

2.

Aqua brom

1.Ditambahkan aqua brom

pada sampel
2.Amati perubahan yang
3.

Lieberman

terjadi
1.Ditambahkan reagen
Lieberman pada sampel
2.Diamati perubahan warna

Berbusa, hitam kekuningan


pekat

yang terjadi

4.

Mandelin

1.Ditambahkan pereaksi

Berbusa, hitam kecoklatan

mandolin pada sampel


2.Diamati perubahan yang

pekat

terjadi

5.

Marquis

1.Ditambahkan

pereaksi Warna orange tua

mandolin pada sampel


2.Diamati perubahan yang
terjadi

6.

Asam sulfat

1.Ditambahkan asam sulfat Berubah menajdi warna


pada sampel
2.Diamati perubahan yang
terjadi

oren muda

V.

PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan beberapa macam identifikasi seperti identifikasi
golongan sulfonamida, barbiturat, dan antibiotik. Adapun tujuan dari praktikum ini
praktikan dapat mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi senyawa-senyawa
golongan sulfonamida, barbiturat, dan antibiotika. Dimana hal yang akan diamati
adalah perubahan warna setelah zat sampel ditambahkan dengan reagen yang telah
ditentukan dan melihat perbedaan warna yang terbentuk dari zat yang berada dalam
golongan yang sama.
5.1 Pembahasan Golongan Sulfonamida dan Barbiturat
Identifikasi yang pertama adalah identifikasi golongan sulfonamida dan
barbiturat. Identifikasi golongan sulfonamide dan barbiturat seperti sulfamezatin,
luminal, dan barbital.
Identifikasi yang pertama adalah identifikasi pada golongan sulfonamida.
Sulfonamida merupakan obat antimikroba turunan para-aminobensensulfonamida yang
digunakan secara sistemik untuk mengobati dan mencegah beberapa infeksi. Pada
umumnya sulfonamida berupa kristal putih yang sukar larut dalam air, tetapi garam
natriumnya mudah larut dalam air. Umumnya sulfonamide ini bersifat amfoter, karena
itu sukar dipindahkan dengan cara pengocokan yang digunakan dalam analisa organik.
Prinsip reaksi pendahuluan untuk golongan sulfonamida yaitu dengan penambahan
pereaksi pDAB HCl akan menghasilkan spectrum warna kuning hingga merah.
Pada praktikum ini identifikasi sulfamezatin yang pertama adalah dengan
menggunakan reagen pDAB HCl dimana setelah sampel terlarut dan ditambahkan
pDAB HCl sampel mengalami perubahan warna menjadi jingga kecoklatan (Jingga
Tua). Kemudian identifikasi sulfamezatin yang kedua adalah dengan menggunakan
reagen CuSO4, dimana setelah sampel terlarut dan ditambahkan CuSO 4 maka terbentuk
perubahan warna menjadi biru. Kemudian identifikasi sulfamezatin yang ketiga adalah
dengan menggunakan reagen vanillin asam sulfat dimana setelah dilarutkan dan
ditambahkan vanillin asam sulfat terbentuk perubahan warna menjadi oren tua ( oren
kemerahan). Identifikasi sulfamezatin yang keempat adalah dengan menggunakan
reagen koppayi zwikker. Dimana koppayi zwikker ini terbuat dari kobalt nitrat yang
dilarutkan dalam etanaol. Pada identifikasi sulfamezatin menggunakan koppayi zwikker
ini menghasilkan perubahan menjadi merah muda (Pink). Identifikasi sulfamezatin yang

terakhir adalah dengan menggunakan reagen aseton dan air dengan cara membuat
Kristal aseton air. Golongan sulfonamide umumnya larut dalam aseton sehingga saat
sampel ditambahkan aseton pada kaca objek, maka sampel akan larut. Lalu dilakukan
penambahan air dengan tujuan untuk membentuk kristal karena sulfonamida tidak larut
dalam air (disebut rekristalisasi). Setelah itu sampel diamati di bawah mikroskop untuk
melihat kristalnya. Kristal berbentuk jarum dan juga berbentuk tidak beraturan, panjang
dan berwarna putih bening (Kristal amorf).
Identifikasi yang kedua adalah identifikasi pada golongan barbiturat. Adapun
prinsip yang digunakan untuk identifikasi golongan barbiturate adalah pembentukan
kompleks berwarna dengan reagensia parri.
Pada praktikum ini, identifikasi golongan barbiturat yang pertama adalah
luminal. Luminal berupa serbuk kristal yang tidak berwarna atau putih yang berbentuk
polimorfisme. Identifikasi luminal yang pertama dilakukan dengan metode pertama
yaitu penambahan pereaksi Koppayi-Zwikker, reagen ini terbuat larutan cobalt nitrat
1% dalam etanol, cara pembuatannya yaitu sampel dilarutkan dalam 1 mL etanol dan
ditambahkan satu tetes reagen, serta 10 l pirolidin. Hasil yang diperoleh dari
percobaan ini, setelah sampel dilarutkan dan ditambahkan koppayi zwikker adalah
terjadi perubahan warna saat awal penetesan reagen Koppayi-Zwikker larutan menjadi
berwarna ungu dan disertai uap. Warna ungu yang terbentuk berasal dari senyawa
Luminal yang memiliki struktur imida dimana gugus karbonil dan amina pada karbon
yang berdampingan. Reaksi disertai uap ini karena koppayi-zwikker tersebut
mengandung etanol sehingga uap tersebut muncul dan dengan adanya etanol ini pun
menyebabkan sampel menjadi kering hingga mengendap. Identifikasi luminal yang
kedua adalah dengan menggunakan reagen Lieberman , pereaksi ini terbuat dari
campuran NaNO2 dalam H2SO4. Setelah sampel larut dan ditambahkan Lieberman
sampel mengalami perubahan warna menjadi warna jingga. Perubahan warna menjadi
jingga disebabkan karena Luminal memiliki cincin aromatik yang tersibtitusi tunggal
dan tidak bergabung dengan gugus karbonit, amida atau C=N-O. Berikut struktur dari
Luminal:

Identifikasi luminal yang ketiga adalah dengan menggunakan aseton dan air.
Dimana pada identifikasi ini dibyat Kristal aseton air di object glass, kemudian sampel
diamati dibawah mikroskop. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa
Kristal yang terbentuk dari luminal ini adalah Kristal berbentuk serpihan-serpihan
halus.
Identifikasi golongan barbiturat berikutnya adalah identifikasi dari senyawa
barbital. Barbital memiliki pemerian serbuk kristal tidak berwarna atau putih dengan
berat molekul 184,2. Identifikasi barbital yang pertama adalah dengan menggunakan
reagen koppayi-Zwikker dan NaOH. Dimana setelah sampel dilarutkan dan sampel
ditambahkan dengan reagen KoppayI- Zwikker maka membentuk warna merah muda
(pink), setelah itu ditambahkan NaOH berubah warna menjadi biru keungguan.
Identifikasi barbital yang kedua adalah dengan menggunakan aseton air yang
selanjutnya dilakukan reaksi kristal aseton-air dan diamati dibawah mikroskop. Kristal
yang terbentuk dari pengamatan tersebut adalah Kristal jarum hitam.
5.2 Pembahasan Golongan Antibiotik
Identifikasi yang kedua adalah identifikasi pada golongan antibiotika.
Antibiotika adalah golongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan
atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.Sampel
golongan antibiotika yang digunakan dalam praktikum ini adalah amoksisilin,
eritromisin, kloramfenikol, dan tetrasiklin. Adapun prinsip reaksi identifikasi senyawasenyawa golongan Antibiotik adalah bereaksi dengan asam atau basa pekat, kecuali
antibiotik golongan Kloramfenikol dan turunannya.
Identifikasi

golongan

antibiotika

pertama

dilakukan

pada

amoksisilin. Amoksisilin adalah antibiotika yang termasuk ke dalam

senyawa
golongan

penisilin. Obat ini tidak membunuh bakteri secara langsung tetapi dengan cara
mencegah bakteri membentuk semacam lapisan yang melekat disekujur tubuhnya.
Identifikasi pada amoksisilin ini dapat dilakukan menggunakan berbagai macam cara.
Identifikasi amoksisilin yang pertama dapat dilakukan dengan cara dipanaskan pada
nyala api bunsen. Sehingga dihasilkan aroma seperti bau telur busuk atau karet terbakar.

Karena amoksisilin merupakan senyawa organik, maka akan terbentuk gas sebagai hasil
dari proses oksidasi senyawa organik. Identifikasi golongan amoksisilin yang kedua
adalah dengan menambahkan H2SO4 pekat dalam ruang asam diatas plat tetes, terbentuk
warna lerutan kekuningan dan terdapat sedikit endapan kuning, lalu diamati
flouresensinya pada UV254 yaitu larutan berwarna kuning kehijauan. Hal ini disebabkan
karena adanya penyerapan energi oleh molekul pada sampel Amoksisilin saat panjang
gelombangnya sebesar 254 nm. Selanjutnya dilakukan reaksi kristal dengan
menggunakan aseton-air pada kaca objek, sehingga dapat diamati bentuk kristal dari
Amoksisilin dilihat di bawah mikroskop yaitu terbentuk Kristal berbentuk serpihan
halus warna abu.
Identifikasi golongan antibiotik kedua dilakukan pada eritromisin. Eritromisin
merupakan antibiotik golongan makrolid.Antibiotika golongan makrolida mempunyai
persamaan yaitu terdapatnya cincin lakton yang besar dalam rumus molekulnya.
Identifikasi eritromisin yang pertama menggunakan reagen aseton, HCl dan Kloroform
pada penambahan reagen-reagen tersebut sampel tidak mengalami perubahan warna.
Identifikasi eritromisin yang kedua menggunakan reagen H 2SO4, hasil yang diperoleh
adalah tidak terjadi perubahan warna. Selanjutnya dilakukan reaksi Kristal dengan
menggunakan aseton-air pada kaca objek sehingga dapat diamati bentuk Kristal dari
eritromisin dilihat di bawah mikroskop yaitu terbentuk Kristal bulat putih pudar.
Identifikasi golongan antibiotik yang ketiga dilakukan pada kloramfenikol.
Kloramfenikol merupakan antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik dan pada
dosis tinggi bersifat bakterisid.Aktivitas antibakterinya bekerja dengan menghambat
sintesis protein dengan jalan meningkatkan ribosom subunit 50S. identifikasi
kloramfenikol yang pertama menggunakan reagen uji fujiwara, uji fujiwara yaitu
sampel ditambahkan NaOH terbentuk larutan endapan, setelah itu ditambahkan piridin
kemudian dipanaskan kurang lebih selama 2 menit dengan pengocokan. Identifikasi
kloramfenikol yang kedua adalah menggunakan metode flame test. Sebelum melakukan
uji nyala, kawat nikrom dibersihkan terlebih dahulu terutama pada ujung kawat
(sampel), kawat nikrom telah bersih jika api tidak berwarna lagi saat dipanaskan.
Setelah kawat nikrom bersih, kawat nikrom ditempelkan bagian ujungya ke dalam
sampel, selanjutnya ditambahkan HCl pekat pada ujung kawat, selanjutnya dibakar
dalam nyala api bunsen pada daerah nyala yang sesuai. Hasil dari uji nyala ini adalah

didapatkan nyala oksidasi berwarna biru. Identifikasi selanjutnya adalah Kristal dengan
menggunakan aseton-air pada kaca objek sehingga dapat diamati bentuk Kristal dari
kloramfenikol dilihat di bawah mikroskop yaitu terbentuk Kristal jarum
Identifikasi golongan antibiotic yang terakhir dilakukan pada tetrasiklin.
Tetrasiklin termasuk ke dalam golongan antibiotik aminoglikosida seperti eritromisin.
Cara kerjanya adalah menghambat atau menginhibisi sintesis protein pada bakteri
dengan cara mengganggu fungsi subunit 30S ribosom. Pada identifikasi senyawa ini
digunakan beberapa pereaksi yaitu seperti pereaksi Benedict, aqua brom, Liebermann,
Mandelin, Marquis, dan H2SO4. Identifikasi tetrasiklin yang pertama adalah
menggunakan benedict, setelah sampel dilarutkan dan ditambahkan benedict tidak
terjadi perubahan warna (warna tetap biru sesuai dengan warna dasar benedict) tidak
terjadi perubahan warna ini dikarenakan tidak terjadinya reaksi oksidasi. Seharusnya
sampel yang telah ditambahkan benedict dipanaskan sehingga mengalami reaksi
oksidasi dan terbentuk CuO sehingga terbentuk endapan merah. Identifikasi tetrasiklin
yang kedua adalah dengan menggunakan reagen Lieberman, hasil yang diperoleh
adalah larutan berwarna hitam kekuningan. Hal ini disebabkan karena struktur dari
tetrasiklin yang mengandung dua cincin benzene yang tersubtitusi mono dengan atom
karbon yang berdampingan. Identifikasi tetrasiklin yang ketiga adalah dengan
menggunakan reagen mandelin, yang terbuat dari ammonium vanadata dalam air dan
diencerkan dengan H2SO4. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah terbentuknya
warna hitam kecoklatan. Identifikasi tetrasiklin yang keempat adalah dengan
penambahan pereaksi Marquis yang terbuat dari formaldehid : H 2SO4 (1:9). Hasilnya
yaitu berupa larutan berwarna jingga tua, warna ini terbentuk karena kecenderungan
respons terhadap reagen Marquis bergerak secara bertahap ke arah panjang gelombang
yang lebih jauh yaitu hijau, jingga, atau merah karena rasio C, H, dan N terhadap gugus
lain dalam molekul meningkat. Identifikasi tetrasiklin yang terakhir adalah dengan
menambahkan asam sulfat, hasil yang diperoleh adalah terjadi perubahan warna
menjadi warna oren muda (kuning) hal ini sesuai dengan literature jika tetrasiklin
direaksikan dengan asam sulfat maka akan menghasilkan warna kuning.
Pada praktikum ini tidak semua uji dilakukan karena keterbatasan dari reagen
yang digunakan, seperti aqua brom, uji fujiwara, merkuronitrat, dan -naftol.

VI.

Simpulan
Identifikasi senyawa-senyawa golongan sulfonamide, Barbiturat dan Antibiotik
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai reagen dan reaksi kristal asetonair. Prinsip reaksi paada sulfonamida adalah Pengkopelan senyawa golongan
sulfonamida dengan reagensia pDAB menghasilkan endapan dengan
spektrum warna kuning hingga merah . Identifikasi golongan Barbiturat

yaitu jika direaksikan dengan pereaksi Parri akan menghasilkan senyawa


kompleks berwarna, sedangkan golongan Antibiotik yaitu reaksi dengan asam atau
basa pekat menghasilkan perubahan warna. Hasil yang diperoleh dari berbagai
reaksi masing-masing golongan dapat berupa perubahan warna larutan, ada atau
tidaknya endapan, dan Kristal yang terbentuk.

VII.

Daftar Pustaka
Clark, A.V. 2003. Theory and Practice of Chemistry. London : SAGE
Publications.
Depkes RI. 1979. Farmakope Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Kelly. 2009. Identity of Phenol. tersedia online di
http://www.sciencemadness.org/talk/files.php?pid=219850&aid=15724 [diakses 18
April 2015].
Lide, D.R. 2002. CRC Handbook of Chemistry and Physics 86th Edition. Boca
Raton (FL) : CRC Press.
Roth, H. 1985. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Svehla, G. 1989. Vogels Qualitative Inorganic Analysis. London: Pretince Hall.
Toon, Y.T. 2004. Organic Chemistry for STPM. Selangor : Shah Alam.

Anda mungkin juga menyukai