Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI ANALITIK I

IDENTIFIKASI ASAM, SULFONAMID, DAN BARBITURAT

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum Kimia Farmasi Analitik I

Disusun Oleh :

Desy Apriani
NIM 31112124

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2016
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Mengetahui dan memahami tentang cara identifikasi asam, sulfonamid, dan barbiturat
II. LANDASAN TEORI
2.1Asam
Asam adalah senyawa yang mempunyai gugus karboksilat. Asam dibagi dalam 2
kelompok yaitu asam organic dan asam anorganik.
Bentuk asam :
a. Cair
b. Kental
c. Padat
Kelarutan asam :
a. Makin alifatis dengan C1-C4 dapat larut dalam air dalam segala perbandingan.
b. Asam alifatis dengan C4-C9 dapat tercampur terbatas air.
c. Asam alifatis C-9 tidak larut dalam air.
d. Umumnya asam aromatis sukar larut dalam air, dengan pemanasan kelarutannya lebih
baik.
e. Makin banyak gugus COOH makin larut dalam air.

Contoh asam karboksilat :

Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama
sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan
dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali
lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen
pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat,
contoh terbaik adalah kalsium oksalat (CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu
ginjal yang sering ditemukan.

Asam pikrat adalah senyawa kimia yang bersifat eksplosive. terbentuk karena reaksi
antara Fenol dan asam nitrat hingga menghasilkan 2,4,6-trinitrofenol. Asam pikrat adalah
kristal putih kekuningan. Air sedikit larut dalam 20C dalam 100 g air melarutkan 1,1 g
TNF, pada 100C 7,25 g Ada sedikit hydroskopick. Hal ini baik organik larut
dalam pelarut, terutama aseton (43 gram dalam 100 g pada 25C),metanol (21 gram
dalam 100 g pada 25C), sedikit larut dalam asam sulfat dan asam nitrat pada suhu kamar,
kelarutan meningkat seiring dengan temperatur .
2.2 Sulfonamide
Sulfanilamide adalah turunan dari p-aminobenzen sulfonilamid, suatu senyawa khas
yang yang tersubtitusi pada N1 atau N4, yang digunakan secara luas untuk pengobatan
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan Gram-negatif tertentu
(Siswandono, 1995). Sulfanammida bekerja secara langsung sebagai antagoni, melalui
mekanisme penghambatan bersaing, terhadap kedua jalur biosintesis asam dihidrofolat di
atas dan secara tidak langsung mempengaruhi penggabungan asam glutamat dan asam
dihidropteroat (siswandono, 1995).
Sulfonamide dan trimetroprim cenderung diabsorpsi dengan cepat dan didistribusi
dengan baik, dengan perkecualian sulfonamide yang absorpsinya buruk untuk digunakan
pada colitis ulseratif , reduksi flora perut, sediaaan topical untuk luka bakar, sulfonamide
dan trimetoprim cenderung cepat diabsorpsi dan didistribusi dengan baik. Seperti dicatat
Weinstein, sulfonamide dapat ditemukan di urin dalam 30 menit setelah dimasukkan
secara oral (Fatah, 1982) Berbagai masalah toksisitas yang serius dan hipersensivitas
telah dilaporkan dengan sulfanilamide dan kombinasi sulonamid-tri-metoprim. Reaksi
hipersensivitas meliputi demam obat, sindrom Steven-Johson, erupsi kulit, miokarditis
alergik, fotosintisasi dan kondisi sejenis (Doerge, 1977).
Penggunaan sulfonamide secara luas da tidak selektif sering menyebabkan terjadinya
kekebalan pada bakteri. Kemungkinan penyebab terjadinya kekebalan adalah penigkatan
produksi asam p-aminobenzoat oleh bakteri. Bila mikroorganisme sudah kebal terhadap
satu sulfonamide pada umumnya terhadap semua turunan sulfonamide juga kebal. Dosis
awal sulfonamide pada umumnya lebih besar dibanding dosis pemeliharaan oleh karena
secara normal tubuh mengandung asam p-aminobenzoat sedang sulfonamide dengan
asam tersebut bersifat kompetitif (Siswandono, 1995). Sulfanilamide mempunyai pKa =
10,4, dalam urin yang mempunyai pH 6 terdapat dalam bentuk tak terionisasi. Bentuk ini
sukar larut dalam air sehingga mudah membentuk Kristal di ginjal (Siswandono, 1995).
Bahaya pembentukan Kristal dalam ginjal karena pemberian sulfonamide telah
menurun besar sekali dengan pengguanaansulfonamid yang lebih larut seperti sulfaksazol.
Bahaya ini masih dapat dihilangkan lebih lanjut dengan pemberian campuran
sulfonamide. Jika beberapa sulfonamide diberikan bersama-sama, aksi antibakteri
campuran itu merupakan penjumlahan aktivitas total kadar sulfonamide, tetapi
kelarutannya bebas dari adanya senyawa yang sama (Fatah, 1982)
Berbagai variasi radikal R pada gugus amida (-SO2NHR) dan substitusi gugus amino
(NH2) menyebabkan perubahan sifat fisik, kimia dan daya antibaktreri sulfonamida.
Dalam kimia, gugus fungsi sulfonamida dituliskan -S(=O)2-NH2, sebuah gugu sulfonat
yang berikatan dengan amina. Senyawa sulfonamida adalah senyawa yang mengandung
gugus tersebut.Beberapa sulfonamida dimungkinkan diturunkan dari asam sulfonat
dengan menggantikan gugus hidroksil dengan gugus amina. Dalam kedokteran, istilah
sulfonamida kadang-kadang dijadikan sinonim untuk obat sulfa, yang merupakan
turunan sulfanilamida.,Dalam kimia,gugus fungsisulfonamida dituliskan -S(=O) 2-NH2
sebuah gugus sulfonat yang berikatan dengan amina. Senyawa sulfonamida adalah
senyawa yang mengandung gugus tersebut. Beberapa sulfonamida dimungkinkan
diturunkan dari asam sulfonat dengan menggantikan gugus hidroksil dengan gugus
amina. Bersifat amfoter, karena itu sukar dipindahkan dengan cara pengocokan yang
digunakan dalam analisa organik. Sulfonamida larut dalam air panas .Ketika diasamkan
dengan asam cuka 3 % atau asam cuka 7% sulfanilamid akan mudah larut .

2.3 Barbiturat
Barbiturat adalah zat induk barbital-barbital yang sendirinya tidak bersifat hipnotik.
Sifat ini baru nampak jika atom-atom hydrogen pada atom C 5 dari inti pirimidinnya
digantikan oleh gugusan alkil atau aril. Barbital-barbital semuanya bersifat lipofil, sukar
larut dalam air tetapi mudah dalam pelarut-pelarut non polar seperti minyak, kloroform
dan sebagainya. Sifat lipofil ini dimiliki oleh kebanyakan obat yang mampu menekan ssp.
Dengan meningkatnya sifat lipofil ini, misaInya dengan mengganti atom oksigen pada
atom C 2 menjadi atom belerang, maka efeknya dan lama kerjanya dipercepat, dan
seringkali daya hipnotiknya diperkuat pula. Barbiturat mempunyai inti hasil kondesasi
etilester dan asam dietilmalonal dengan ureum. Rumus umum : R1, R2, R3, dan R4,
adalah subtitusi-subtitusi yang menentukan struktur Barbiturat. (Khopar, 2008).
Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat merupakan
hasil reaksi kondensasi antara urea dengan asam malonat.adapun Psikotropika (golongan
barbital) merupakan suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. (ian Tanu, 1995)
Barbiturat tidak mengurangi rasa nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran dan dosis kecil
barbiturat dapat meningkatkan raeksi terhadapa rangsangan nyeri. Pada beberapa
individu, dan dalam keadaan tertentu, misalnya ada rasa sakit, barbiturat tidak
menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan delirium).
Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat penghambatan.(Ganiswara, 2007)
III. ALAT DAN BAHAN
1.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Penjepit
5. Gelas kimia
6. Spirtus
7. Kaki tiga
8. Kassa
9. Tisu
1.2 Bahan
1. Cufripil
2. Aquades
3. CuSO4
4. NaOH
5. Pereaksi Diazo A dan Diazo B
6. K2Cr2O7
7. H2SO4 pekat
8. Vanillin
9. Pereaksi identifikasi
IV. PROSEDUR KERJA
4.1. Identifikasi golongan asam
Sampel

(+) 2 ml H2SO4 + etanol dan panaskan

(+) bau asam (+) tidak ada bau


Asam barbiturat

(+) FeCl4 + NaOH

(+) kekuningan (+) hijau lumut (+) resorcin + H2SO4


Mono karboksilat dikarbonat

(+) CuSO4 + NaOH (+) FeCl3 sitrat = biru hijau


Oksalat = ungu
Asam salisilat = hijau tosca Asam benzoat = kuning
Asam folat = biru hijau Asam mepenamat = ungu
Asam sitrat = hijau Asam salisilat = ungu
Asam pikrat = kuning terang
Asam asetat = merah coklat
Asetosal = ungu (-)

V. DATA HASIL PENGAMATAN


Sampel no 35
Data hasil
No Prosedur Dugaan
pengamatan
1. Uji organoleptik
-Bentuk - cair
-Warna - bening, dan ada
butir-butir putih
- Bau - menyengat
- rasa - pahit
2. Identifikasi
Zat + etanol + H2SO4 p, berbau khas Gol. asam
dipanaskan, didinginkan,
diencerkan
Zat + FeCl3 warna ungu (+) asam salisilat
Zat + HCl p jernih (+) asam salisilat
Zat + CuSO4 + NaOH hijau tosca (+) asam salisilat
Zat + FeCl3 + alkohol ungu tetap (+) asam salisilat
Zat + vanilin + H2SO4 kuning hijau (+) sulfanilamid
Zat + diazo (4:1) endapan kuning (+)sulfanilamid
Kuning jingga
Kuning (+) vaslin flavum
ungu

VI. PEMBAHASAN
Untuk sampel no 35 diduga asam salisilat dan sulfamerazin. Berdasarkan uji
organoleptinya yaitu bentuknya cairan berwarna bening tapi ada butir-butir putihnya,
baunya khas/menyengat, dan rasanya pahit. Pemerian asam salisilat yaitu hablur ringan
tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau; rasa agak manis dan tajam.
Sedangkan sulfanilamid berupa kristal putih yang umumnya sukar larut dalam air, tetapi
garam natriumnya mudah larut. Rumus dasarnya adalah sulfanilamide. Berbagai variasi
radikal R pada gugus amida (-SO2NHR) dan substitusi gugus amino (NH2) menyebabkan
perubahan sifat fisik, kimia dan daya antibaktreri sulfonamida. Maka uji golongan untuk
asam salisilat yang dilakukan yaitu sampel ditambahkan dengan etanol dan H2SO4 p lalu
dipanaskan, didinginkan, lalu diencerkan mucul bau khas, maka dugaan positif golongan
asam. Untuk uji identifikasinya yaitu sampel ditambahkan denagn FeCl3 terbentuk warna
ungu, sampel ditambahkan HCl p menjadi jernih, sampel ditambahkan dengan pereaksi
DAB HCl menjadi kuning muda, maka diduga positif asam salisilat. Dan untuk menegaskan
lagi di uji identifikasi lagi yairu sampel ditambahkan dengan CuSO4 dan NaOH terjadi
perubahan warna menjadi warna hijau tosca, kemudian sampel ditambahkan FeCl3 dan
alkohol warnanya tetap ungu, maka positif asam salisilat.
Untuk uji identifikasi senyawa sulfanilamid yaitu sampel ditambahkan dengan vanilin
dan H2SO4 p warnanya menjadi kuning hijau. Kemudian sampel ditambahkan pereaksi
diazo (4:1) terbentuk endapan kuning. Maka dari itu diduga positif sukfanilamid. Tetapi
dugaan tersebut salah seharusnya sulfadiazin. Kemungkinan terjadi kesalahan praktikan
ketika mengidentifikasinya atau dikarenakan pereaksi-pereaksi yang digunakan itu sudah
terkontaminasi sehingga ketika digunakan tidak bereaksi dengan baik.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa sampel dengan no 35 berisi
asam salisilat dan sulfamerazin.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, A. 1993. Kamus Kimia Organik. DEPDIKBUD. Jakarta.


Dinkes. 1995, Farmakope Indonesia Edisi lV, Jakarta
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik.
Bina Aksara. Jakarta.
Keenan, W. Charles. 1986. Ilmu Kimia Untuk Universitas Edisi VI. Jakarta : Penerbit
erlangga.
Vogel. 1995. Kimia Farmasi Analisa Kualitatif. PT. Media Pustaka; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai