PENDAHULUAN
Dalam menjalani kehidupan kita tidak terlepas dari yang namanya penyakit. Meskipun
sebagian orang menganggap dirinya sehat dan tidak pernah terserang penyakit, tetapi perlu
kita ketahui manusia hidup pasti pernah mengalami suatu penyakit. Entah itu penyakit
ringan maupun penyakit membahayakan yang disebabkan oleh mikroorganisme yang ada
disekitar kita. Salah satunya virus yang merupakan suatu organisme aselular yang tidak
memiliki organel. Virus tidak dapat berkembang biak sendiri, ia membutuhkan sel mahluk
hidup lain yang akan dijadikan sebagai inangnya. Itulah mengapa suatu mahluk hidup
khususnya manusia dapat mengalami suatu penyakit. Virus bukanlah suatu hal yang harus
kita takuti, tetapi harus kita perangi. Disamping itu virus juga membawa peranan penting
dalam suatu penelitian seperti menggunakan virus sebagai vektor untuk memperkenalkan
gen ke dalam sel yang mereka pelajari. Akan tetapi, banyak juga kerugian yang dialami oleh
mahluk hidup karena virus; seperti virus menginfeksi semua kehidupan seluler. Meskipun
virus terjadi secara universal, masing-masing spesies selular memiliki jangkauan spesifik
sendiri yang sering menginfeksi spesies. Virus juga memiliki mekanisme yang berbeda
dengan yang mereka hasilkan penyakit pada organisme, yang sebagian besar tergantung
pada spesies virus. Dalam hal ini berbagai masalah dan peranan virus cukup banyak didalam
konteks kehidupan dan itu semua akan saya bahas di dalam makalah ini.
Berdasarkan latar belakang masalah maka saya akan membahas mengenai virus,
diantaranya :
1. Sejarah virus
2. Definisi virus
3. Klasifikasi virus
4. Peranan virus
5. Virus yang menyerang manusia
Virus mengandung beberapa peranan yang dapat merugikan dan sedikit
menguntungkan bagi ilmuan. Banyak definisi - definisi dari virus, dan penyakit akibat yang
ditimbulkan oleh virus, sebenarnya dalam menghadapi perlawanan terhadap virus tidak bisa
1
secara kompleks. Sebab virus adalah mikroorganisme yang tidak bisa di lihat dengan mata
telanjang. Jadi disini peranan virus sangat begitu banyak.
Bahwa untuk menangani sebuah virus kita tidak dapat secara mudah untuk
melawannya dengan waktu singkat. Namun, kita dapat mencegahnya supaya virus virus
tersebut tidak menyerang dan masuk dalam tubuh kita. Ada juga virus yang dapat
bermanfaat, tetapi hanya sebagian kecil saja.
1.4 Tujuan
1. Mampu mengetahui dan mengerti peranan virus, baik manfaat atau ancaman.
2. Mampu mengetahui tentang virus herpes yang meliputi gejala, penularan dan
penanganan adanya virus herpes.
1.5 Manfaat
Bisa membedakan klasifikasi dan fungsi dari tiap tiap virus.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi
di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena
virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus
mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi
keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid,
glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik
protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan
dalam daur hidupnya.
Adolf meyer (Jerman) pada tahun 1883 menyelidiki penyakit yang menyebabkan daun
tembakau berbintik-bintik kuning. Ia berkesimpulan bahwa penyebabnya adalah organisme
yang lebih kecil dari bakteri.
Pada tahun 1893, Dimitri Ivanowsky (Rusia) melakukan penyelidikan yang sama
dengan cara menyaring ekstrak dari tumbuhan tembakau yang terkena penyakit dengan
menggunakan saringan bakteri. Akan tetapi, begitu hasil saringan disuntikkan ke pohon
yang sehat, ternyata pohon tersebut terjangkit penyakit mosaik. Namun demikian,
Ivanowsky tetap berkesimpulan bahwa organisme penyebab penyakit tersebut adalah bakteri
patogen yang berukuran lebih kecil dari ukuran bakteri biasa dan meghasilkan racun.
Pada tahun 1897, M.W. Beijerinck melakukan penyelidikan lebih lanjut pada daun
tembakau. Ia berkesimpulan bahwa organisme penyebab penyakit tersebut berukuran lebih
kecil dari bakteri dan hanya berkembang biak di dalam tubuh mahluk hidup.
Wendell stanley (Amerika Serikat) pada tahun 1935 telah berhasil mengkristalkan
organisme patogen dari daun tembakau. Organisme tersebut kemudian diberi nama TMV
(tobacco mosaic virus). Ia juga menunjukkan bahwa virus mengandung protein dan asam
nukleat.
3
Virus telah menginfeksi sejak jaman sebelum masehi, hal tersebut terbukti dengan
adanya beberapa penemuan-penemuan yaitu laporan mengenai infeksi virus dalam
hieroglyph di Memphis, ibu kota Mesir kuno (1400SM) yang menunjukkan adana penyakit
poliomyelitis, selain itu, Raja Firaun Ramses V meninggal pada tahun 1196 SM dan
dipercaya meninggal karena terserang virus Smallpox.
Pada jaman sebelum masehi, virus endemik yang cukup terkenal adalah virus
Smallpox yang menyerang masyarakat cina pada tahun 1000. Akan tetapi pada tahun 1798
, Edward Jenner menemukan bahwa beberapa pemerah susu memiliki kekebalan terhadap
virus pox. Hal tersebut diduga karena Virus Pox yang terdapat pada sapi, melindungi
manusia dari Pox. Penemuan tersebut yang dipahami kemudian merupakan pelopor
penggunaan vaksin.
Pada tahun 1880, Louis Pasteur dan Robert Koch mengemukakan suatu germ theory
yaitu bahwa mikroorganisme merupakan penyebab penyakit. Pada saat itu juga terkenal
Postulat Koch yang sangat terkenal hingga saat ini yaitu:
1. Agen penyakit harus ada di dalam setiap kasus penyakit
2. Agen harus bisa diisolasi dari inang dan bisa ditumbuhkan secara in vitro
3. Ketika kultur agen muri diinokulasikan ke dalam sel inang sehat yang rentan maka
ia bisa menimbulkan penyakit
4. Agen yang sama bisa di ambil dan diisolasi kembali dari inang yang terinfeksi
tersebut
Klasifikasi dan penamaan virus telah dirintis sejak 1966 oleh International Commitee
on Taxonomy of Viruses (ICTV) dan terpisah dari klasifikasi makhluk hidup. Taksonomi
virus terdiri atas empat tingkat, yaitu ordo, famili, genus, dan spesies. Taksonomi adalah
ilmu klasifikasi makhluk hidup, mengelompokkannya secara berurut sesuai dengan derajat
persamaan dan perbedaan antara mereka, lalu memberinya nama ilmiah
Berikut contoh klasifikasi virus ebola berdasarkan ICTV:
a. Ordo : Mononegavirales
b. Famili : Filoviridae
c. Genus : Filovirus
d. Spesies : Ebola virus zaire
4
Sebagian ahli mengelompokkan virus berdasarkan jenis asam nukleat yang
dimilikinya. Berikut adalah pengelompokan virus berdasarkan asam nukleat yang
dimilikinya.
2. Deoksiribovirus , yaitu virus yang asam nukleatnya berupa DNA (Gambar di atas (b))
Contoh virus jenis deoksiribovirus adalah:
1. virus herpes (penyebab herpes)
2. virus pox (penyebab kanker seperti leukemia dan limfoma, ada pula yang
menyebabkan AIDS)
3. virus mozaik (penyebab bercak-bercak pada daun tembakau)
4. virus papova (penyebab kutil pada manusia/papiloma).
Pada umumnya, virus dapat menyebabkan penyakit baik pada manusia, hewan,
maupun tumbuhan. Selain itu, virus juga memiliki manfaat bagi manusia. Manfaat virus
sebagai berikut.
1. Manfaat Virus bagi Manusia
Salah satu manfaat virus bagi manusia adalah adanya vaksin yang dapat mencegah
suatu penyakit. Ilmuwan membuat vaksin dari virus yang dilemahkan atau virus yang tidak
aktif. Vaksin berasal dari virus yang dilemahkan. Vaksin tersebut disuntikkan ke tubuh
manusia dan menyebabkan tubuh memproduksi antibodi atau zat lain yang membuat tubuh
kebal (tahan) terhadap virus. Vaksin yang dibuat dari virus hidup dibuat oleh ahli virus
5
dengan seleksi yang teliti. Vaksin tersebut merangsang pembentukan sistem kekebalan
tubuh dan tidak membahayakan tubuh. Selain itu, virus dapat digunakan untuk membasmi
hama secara biologis. Pada waktu yang akan datang, bakteriofage diharapkan dapat
dikembangkan menjadi obat untuk membunuh bakteri yang menimbulkan penyakit secara
spesifik.
Seperti halnya pada hewan, penyakit pada manusia pun banyak yang disebabkan oleh
virus. Penularan oleh virus ini dapat melalui berbagai cara, antara lain melalui udara, kontak
badan dan melalui air. Salah satu virus yang penularannya melalui udara yaitu virus herpes.
6
BAB II
ISI
II. HERPES
2.1 Pengertian Penyakit Herpes
Penyakit herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung
gelembung berkelompok. Gelembung gelembung ini berisi air pada dasar peradangan.
Professor george kinghom, genitourinary, medicine consultant di royal hallamshire hospital
mengatakan bahwa semua orang dewasa berpotensi untuk terinfeksi virus herpes, ada yang
disertai dengan beberapa gejala dan ada juga tanpa menunjukkan gejala.
Berbicara tentang penyakit herpes tak terlepas dari virus yang merupakan mahluk
setengah hidup dan berkembang biak dari bahan bahan sel mahluk hidup lainnya. Untuk
menghindari serbuan dari sistem kekebalan tubuh, dia akan masuk keserabut syaraf dan
membuat dirinya dalam keadaan tidak aktif. Akibatnya sistem kekebalan tubuh akan suli
untuk mendeteksinya.
Meski ada obatnya akan tetapi akan sulit untuk menyembuhkannya karena herpes
berpotensi mengalami reaktivasi (kembali membelah). Terdapat beberapa kondisi yang bisa
memicu terjadinya reaktivasi herpes diantaranya adalah : stress, kelelahan yang berlebihan
dan menstrulasi. Penyakit herpes pun sangat bervariasi. Bila dalam keadaan akut bisa
menyebabkan perasaan kulit sangat nyeri dan terbakar atau sebaliknya pasien tidak tahu
sama sekali bila dirinya telah terjangkit virus herpes karena dalam beberapa kondisi bersifat
silent.
Penyakit herpes simpleks dapat muncul dalam berbagai cara sehingga cara terbaik
untuk memastikan jika seseorang menderita penyakit herpes maka dapat melakukan sebuah
test yang test TORCH (Toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simpleks tipe 2)
atau dengan mendatangi klinik untuk kesehatan sexual dengan melakukan test laboratorium
dari sampel darah karena jika seseorang telah terinfeksi dengan mikroorganisme tertentu
maka didalam darah akan terdapat antibodi dimana memiliki kemampuan untuk mendeteksi
antigen asing yang berasal dari mikroorganisme sehinggan dengan menjalani tes
laboratorium tersebut seseorang dapat mengetahui jenis herpes apa yang dialami.
Virus ini memiliki sifat-sifat yang penting diringkas sebagai berikut :
Virion : Bulat, berdiameter 120-200 nm
Genom : DNA untai ganda, linear
7
Protein : Lebih dari 35 protein dalam prion
Ciri-ciri yang menonjol : HSV-1 menyebar melalui kontak, biasanya melibatkan air
liur yang terinfeksi, sedangkan HSV-2 ditularkan secara seksual atau dari infeksi kelamin
ibu ke anaknya yang baru lahir.
Akibat yang ditimbulkan dari penyakit herpes ini adalah berupa luka pada kulit yang
terkena virus, disertai dengan rasa nyeri serta panas, kemudian diikuti dengan lepuhan
seperti luka bakar. Lepuhan-lepuhan kulit yang menjadi ciri khas herpes akan mengelupas
dengan atau tanpa pengobatan. Terkadang penderita tetap merasa nyeri dan panas meskipun
lepuhan-lepuhan itu sudah kering dan mengelupas. Hal itu disebabkan karena virus herpes
menyerang bagian saraf.
Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak, seringkali
menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi
sebelumnya. Virus juga bisa ditemukan di dalam kulit tanpa menyebabkan lepuhan yang
nyata, dalam keadaan ini virus merupakan sumber infeksi bagi orang lain. Timbulnya erupsi
bisa dipicu oleh pemaparan cahaya, demam, stres fisik atau emosional, penekanan system
kekebalan, dan obat-obatan atau makanan tertentu.
Pada beberapa kasus, herpes genital biasanya tidak tidak menunjukka gejala sehingga
penderita tidak mengetahui bahwa ia menghidap herpes. Gejala awal dari herpes genital,
antara lain :
1. Rasa gatal dan terbakar di daerah genital atau anal
2. Rasa sakit sekitar kaki, pantat atau daerah genital
3. Keluarnya cairan dari vagina
4. Adanya perasaan seperti tertekan di daerah perut
Herpes kambuh ditandai dengan adanya kesemutan, rasa tidak nyaman, yang
dirasakan beberapa jam sampai 2-3 hari sebelum timbulnya lepuhan. Lepuhan yang
8
dikelilingi oleh daerah kemerahan dapat muncul dimana saja pada kulit atau selaput lender,
tetapi lebih sering ditemukan di dalam dan disekitar mulut, bibir, dan alat kelamin. Lepuhan
(yang biasanya terasa nyeri) cenderung membentuk kelompok yang bergabung satu sama
lain membentuk sebuah kumpulan yang lebih besar.
2.2 Macam-macam Penyakit Herpes
1. Penyakit Cacar (Herpes)
a. Pengertian Penyakit Cacar
Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah
penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air
secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes
Genetalis dan Herpes Zoster.
Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit
terutama dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu dubur/anus serta pantat dan
pangkal paha/selangkangan) yang disebabkan virus herpes simplex (VHS), Sedangkan
Herpes Zoster atau dengan nama lain 'shingles' adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh
virus varicella-zoster yang menimbulkan gelembung cairan hampir pada bagian seluruh
tubuh.Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan
dari pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama, Hanya terdapat
perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar
dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada.
b. Cara Penularan Penyakit Cacar (Herpes)
Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung.
Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses
penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas
gelembung/lepuh yang pecah. Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi
melalui prilaku sex. Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut
akibat oral sex. Gejalanya akan timbul dalam masa 7-21 hari setelah seseorang mengalami
kontak (terserang) virus varicella-zoster.
Seseorang yang pernah mengalami cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya virus
tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam sel ganglion
dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (Immun) melemah, virus
akan kembali menyerang dalam bentuk Herpes zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama
dengan penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami
9
cacar air, apabila terserang virus varicella-zoster maka tidak langsung mengalami penyakit
herpes zoster akan tetapi mengalami cacar air terlebih dahulu.
c. Tanda dan Gejala Penyakit Cacar (Herpes)
Tanda dan gejala yang timbul akibat serangan virus herpes secara umum adalah
demam, menggigil, sesak napas, nyeri dipersendian atau pegal di satu bagian rubuh,
munculnya bintik kemerahan pada kulit yang akhirnya membentuk sebuah gelembung cair.
Keluhan lain yang kadang dirasakan penderita adalah sakit perut.
d. Penanganan dan Pengobatan Penyakit Cacar (Herpes)
Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan
tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain
(infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan
kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak
mandi, karena bisa menimbulkan shock.
Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk
mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan
paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet (Desciclovir, famciclovir, valacyclovir, dan
penciclovir) sebagai antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta
melindungi seseorang dari ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus herpes.
Sebaiknya pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas membakar
pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya gelembung cairan (blisters).
Pada kondisi serius dimana daya tahan tubuh sesorang sangat lemah, penderita
penyakit cacar (herpes) sebaiknya mendapatkan pengobatan terapy infus (IV) Acyclovir.
Sebagai upaya pencegahan sebaiknya seseorang mendapatkan imunisasi vaksin varisela
zoster. Pada anak sehat usia 1 - 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi dapat diberikan satu
kali lagi pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60% - 80%. Setelah
itu, untuk menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang
didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.
2. Herpes Mulut
10
menyebabkan terbentuknya cold sore (luka di dekat mulut akibat demam). Ini semua karena
disebabkan oleh virus herpes simpleks.
a. Gejala Herpes Mulut
Secara khusus, seorang bayi mendapatkan virus herpes simpleks dari orang dewasa
yang memiliki cold sore. Infeksi awal pada bayi ini (herpes primer) menyebabkan
peradangan gusi biasa dan sakit mulut yang luar biasa. Bisa terjadi demam, pembengkakan
kelenjar getah bening di leher dan tidak enak badan; sehingga anak menjadi rewel.
Sebagian besar kasus bersifat ringan dan menghilang dengan sendirinya. Orang tua
seringkali menduganya sebagai akibat dari pertumbuhan gigi atau penyakit lainnya.
Dalam 2-3 hari, timbul lepuhan yang sangat kecil (vesikel) di mulut. Vesikel ini
mungkin tidak disadari karena mereka segera pecah dan meninggalkan luka terbuka di
mulut. Rasa sakit dirasakan di seluruh mulut, terutama gusi. Seminggu kemudian anak akan
membaik, tetapi virus herpes simpleks tetap berada dalam tubuhnya, dan infeksi sering
berulang di kemudian hari (herpes sekunder). Infeksi awal menyebabkan sakit yang
menyebar di mulut, tetapi infeksi ulangan biasanya menyebabkan timbulnya cold sore (fever
blister, lepuhan yang timbul karena demam). Infeksi ulangan biasanya dipicu oleh:
1. Sengatan matahari pada bibir
2. Demam
3. Cuaca dingin
4. Alergi makanan
5. Cedera di mulut
6. Pengobatan gigi
7. Kecemasan
1-2 hari sebelum timbulnya lepuhan, penderita merasakan kesemutan atau rasa tidak
nyaman (gejala prodroma) pada daerah dimana lepuhan akan muncul. Perasaan ini sulit
untuk diungkapkan, tetapi mudah dikenali pada seseorang yang sebelumnya menderita
herpes.
Luka terbuka bisa timbul di bibir bagian luar dan kemudian terbentuk keropeng. Di
dalam mulut, luka ini paling sering ditemukan di langit-langit (palatum). Luka di mulut
berawal sebagai lepuhan-lepuhan kecil yang dengan segera akan bergabung dan membentuk
luka merah yang menimbulkan nyeri.
Pada sebagian besar penderita, infeksi ulangan dari herpes simpleks labialis mungkin
hanya menimbulkan sedikit gangguan nyeri, tetapi hal ini bisa berakibat fatal pada:
11
1. Penderita kelainan sistem kekebalan (misalnya AIDS)
2. Penderita yang menjalani kemoterapi
3. Penderita yang menjalani terapi penyinaran
4. Penderita yang menjalani pencangkokan sumsum tulang.
Pada orang-orang tersebut, luka terbuka di mulut yang berukuran besar bisa
mengganggu makan dan penyebaran virus ke otak bisa berakibat fatal.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan hasil biakan dari luka.
Pemeriksaan fisik juga bisa menunjukkan adanya pembesaran kelenjar getah bening di leher
atau selangkangan. Tes Tzanck atau biakan virus dari luka di kulit bisa menunjukkan adanya
virus herpes.
c. Pengobatan Herpes Mulut
Tujuan pengobatan pada herpes primer adalah untuk mengurangi rasa sakit, sehingga
penderita bisa tidur, makan dan minum secara normal. Rasa nyeri bisa menyebabkan anak
tidak mau makan dan tidak mau minum; bila disertai demam, hal ini bisa dengan segera
menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Karena itu anak yang sakit harus minum
cairan sebanyak mungkin.
Untuk mengurangi nyeri pada penderita dewasa atau anak yang lebih besar, bisa
digunakan obat kumur anestetik (misalnya lidokain). Atau bisa juga digunakan obat kumur
yang mengandung baking soda. Pengobatan pada herpes sekunder akan efektif bila
dilakukan sebelum munculnya luka, yaitu segera setelah penderita mengalami gejala
prodroma. Mengkonsumsi vitamin C selama masa prodroma bisa mempercepat hilangnya
cold sore.
Melindungi bibir dari sinar matahari secara kangsung dengan menggunakan topi lebar
atau dengan mengoleskan balsam bibir yang mengandung tabir surya, bisa mengurangi
kemungkinan timbulnya cold sore. Sebaiknya penderita juga menghindari kegiatan dan
makanan yang bisa memicu terjadinya infeksi ulangan. Penderita yang sering mengalami
infeksi ulangan bisa mengkonsumsi lisin.
Salep asiklovir bisa mengurangi beratnya serangan dan menghilangkan cold sore lebih
cepat. Balsam bibir seperti jelly petroleum dapat menghindari bibir pecah-pecah dan
mengurangi resiko tersebarnya virus ke daerah di sekitarnya.
12
Untuk mencegah terjadinya infeksi oleh bakteri, maka antibiotik diberikan kepada
penderita dewasa yang memiliki luka hebat. Untuk kasus-kasus yang berat dan untuk
penderita yang memiliki kelainan sistem kekebalan, bisa diberikan kapsul
asiklovir.Kortikosteroid tidak digunakan untuk mengobati herpes simpleks karena bisa
menyebabkan perluasan infeksi.
d. Pencegahan Herpes Mulut
3. Herpes Kelamin
Herpes kelamin adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh virud herpes simpleks,
herpes virus hominis, ada dua macam galur virus ini yang berkerabat dekat, dinamakan tipe
1 dan tipe 2. Tipe 1 dikenal sebagai penyebab lepuh demam dibibir. Tipe 2 menyerang alat
kelamin.
Infeksi kelamin oleh herpes yang pertama atau primer ditularkan lewat hubungan
kelamin. Setelah masa inkubasi selama 10 hari sampai 20 hari, situs yang terserang terasa
gatal atau panas dan terbentuklah lepuh. Lepuh ini terdapat pada batang pelir, bibir, alat
kelamin wanita, vagina, dan bagian-bagian kontak lainnya. Lepuh itu segera pecah dan
meninggalkan borok dangkal yang terasa pedih. Sindrom klinisnya meliputi demam dan
infeksi tubuh umum lainnya. Lepuh biasanya sembuh sendiri dalam waktu 10 sampai 14
hari.
Walaupun demikian, gejala-gejala herpes kelamin primer dapat kambuh kembali tanpa
adanya hubungan kelamin, frekuensi kambuhnya infeksi herpes berfariasi untuk periode
waktu tak tentu, infeksi ini cenderung lebih melumpuhkan dibandingkan dengan infeksi
primer.
Komplikasi herpes kelamin yang paling berbahaya ialah infeksi pada bayi yang baru
lahir selama proses persalinan. Pada umunya infeksi pada bayi sangat berbahaya dan bahkan
13
dapat mematikan. Adapun yang bertahan hidup mungkin hanya menderita kerusakan pada
sistem saraf pusat atau mata. Jika seorang ibu menderita herpes kelamin pada waktu
melahirkan, pembedahan perut untuk melahirkan anaknya dapat mempengaruhi
kemungkinan infeksi neonatal.
Telah dipertunjukkan adanya hubungan antara infeksi herpes kelamin dan kanker leher
rahim, walaupun belum dibuktikan bahwa kanker itu disebabkan oleh virus herpes. Telah
diperkirakan bahwa ada 300.000 kasus baru herpes kelamin setiap tahunnya diamerika
serikat
Penyakit Herpes Pada Kelamin gejalanya ditandai munculnya gelembung kecil berisi
air, berkelompok,nyeri, dan pegal. Penyebabnya adalah virus.
Ada 2 macam herpes :
1. Herpes zoster, penyebabnya virus varisela zaoster. Virus ini dikenal sebagai
penyebab cacar air. Lokasi herpes jenis ini pada bagian tubuh tertentu dan sebelah
saja. Dapat timbul pada kelamin, yang disebabkan penderita pernah terkena cacar
air sebelumnya.
2. Herpes simplek, disebabkan virus simplek, kalau tanpa mendapat pengobatan
biasanya menjadi sering kambuh kambuhan. Timbul bisanya pada kondisi tubuh
lemah akibat stres emosi, kelelahan, kurang tidur, kurang makanan bergizi. Semua
penyekit herpes bersifat menular. Untuk herpes pada kelamin penularannya
terutama melalui hubungan seksual, dan bisa dengan sentuhan atau air di wc yang
mengandung virus. Oleh karena itu apabila ke wc terutama wc umum siram sampai
bersih baru digunakan.
Penderita herpes dalam kondisi hamil, apabila terjadi pada awal masa kehamilan
(sebelum 4 bulan ) maka kemungkinan bayi yang dikandung akan mengalami cacat atau
keguguran, sedang penyakit herpes yang diketahui munculnya pada saat menjelang
kelahiran, kemungkinan dapat menular pada bayi yang dilahirkan.
Penyakit herpes begitu muncul harus segera dikonsultasikan kepada dokter dan minum
obat yang diberikan sebelum 36 jam sejak munculnya gelembung yang
pertama. Pengobatan yang dilakukan setelah 36 jam sejak timbulnya gelembung pertama
tidak akan efektif, karena virus sudah tidak berada dalam darah, tetapi sdudah
bersembunyi dalam sel kulit, dan tidak terjangkau efek obat.
14
Penderita herpes disarankan :
1. Tidak melakukan hubungan suami isteri saat sedang terkena atau kambuh herpes.
2. Agar tidak kambuh harus mencegah stres emosional. fisik, jangan kelelahan
3. Olah raga teratur dan istirahat yang cukup.
15
Infeksi HSV primer biasanya ringan, pada kenyataannya, sebagian besar bersifat
asimtomatik. Jarang terjadi penyakit sistemik. Penyebaran ke organ-organ lain dapat terjadi
jika system imun inang terganggu, dan hal ini tidak dapat menahan perkembangbiakan
inang.
2. Infeksi Laten
Virus terdapat pada ganglia yang terinfeksi secara laten dalam stadium non replikasi,
hanya sedikit gen virus terekspresikan. Virus menetap pada ganglia yang terinfeksi secara
laten sampai akhir hidup inang. Tidak dapat ditemukan virus ditempat kekambuhan atau
didekat tempat biasanya lesi kambuh. Perangsangan yang provokatif dapat mengaktifkan
kembali virus dari stadium laten, virus kemudian mengikuti jalannya akson kembali ke
perifer, dan melakukan perkembangbiakan di kulit atau selaput mukosa. Terjadi pengaktifan
kembali secara spontan walaupun terdapat imunitas seluler dan humoral yang spesifik pada
inang.
Namun, imunitas ini dapat membatasi perkembangbiakan virus setempat sehingga
kekambuhan lesi tidak begitu luas dan tidak begitu berat. Banyaknya kekambuhan bersifat
asimtomatik, diperlihatkan hanya oleh pelepasan virus dalam sekresi. Bila bersifat
simtomatik, episode kekambuhan infeksi HSV-1 biasanya termanifestasi sebagai cold sores
(demam lepuh) yang berada di dekat bibir. Dasar molekuler pengaktifan kembali ini tidak
diketahui, secara efektifmenimbulkan perangsangan antaralain luka pada akson, demam,
tekanan fisik atau emosi, dan pemaparan terhadap sinar ultraungu.
16
2.4 Upaya Pencegahan
Untuk menghindari Penyakit Menular Seks seksual yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks, yang paling mudah adalah tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan
yang telah terinfeksi PMS. Namun hal ini tentunya tidak mudah dilakukan. Dibawah ini
dapat dicoba menyampai upaya pencegahan antara lain sebagai berikut.
1. Selalu menjaga higienis ( kebersihan/kesehatan) organ genetalia (atau alat kelamin
pria dan wanita secara teratur).
2. Setia kepada pasangannya, dengan tidak berganti-ganti pasangan.
3. Jangan lupa menggunakan kondom, bila pasangan kita sudah terinfeksi PMS
4. Mintalah jarum suntik baru setiap kali menerima pelayanan medis yang
menggunakan jarum suntik.
Tindakan berikut bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya herpes labialis adalah
sebagai berikut.
1. Menghindari kontak langsung dengan cold sore atau luka herpes lainnya.
2. Memperkecil kemungkinan terjadinya penularan secara tidak langsung dengan cara
mencuci benda-benda yang telah digunakan oleh penderita dengan air panas (lebih
baik direbus).
3. Tidak memakai benda bersama-sama dengan penderita herpes, terutama ketika
lukanya sedang aktif.
4. Menghindari faktor pencetus (misalnya sinar matahari).
17
a. Obat Tradisional Untuk Penyakit Herpes
Obat tradisional tersebut ada di sekitar kita. Gratis dan sangat mudah diperoleh, Obat
penyakit herpes tradisional bernama daun sangjo.
18
kekebalan, bisa diberikan kapsul asiklovir. Kortikosteroid tidak digunakan untuk mengobati
herpes simpleks karena bisa menyebabkan perluasan infeksi.
III. INFLUENZA
3.1 Pengertian Penyakit Influenza
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai
oleh demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok
dan batuk non produktif.
Influenza adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang burung dan mamalia yang
disebabkan oleh virus RNA famili orthomyxoviridae.
1. Virus Influenza A
Genus ini memiliki satu spesies, influenza a virus. Burung akuatik yang liar yang host
alami untuk sejumlah besar influenza A. kadang-kadang, virus ditransmisikan ke spesies
lain dan mungkin kemudian menyebabkan wabah menghancurkan domestik unggas atau
menimbulkan pandemik influenza manusia.
Tipe a virus yang paling mematikan patogen manusia di antara tiga jenis influenza dan
menyebabkan penyakit yang paling parah. Influenza a virus dapat dibagi menjadi serotipe
berbeda yang berdasarkan antibodi menanggapi virus ini.
19
1. H1N2, endemik pada manusia dan babi
2. H9N2
3. H7N2
4. H7N3
5. H10N7
2.Virus Influenza B
Genus ini memiliki satu spesies, influenza b virus. Flu b hampir secara eksklusif
menginfeksi manusia dan kurang umum daripada influenza A. Hanya binatang yang dikenal
sebagai rentan terhadap infeksi b flu adalah segel dan musang. Jenis influenza bermutasi
pada tingkat 2-3 kali lebih lambat dari tipe a dan akibatnya kurang genetik beragam, dengan
hanya satu influenza b e. Coli tipe. Ini mengurangi tingkat perubahan antigenic,
dikombinasikan dengan jangkauan terbatas host (shift antigenic inhibiting salib spesies),
memastikan bahwa pandemik influenza b tidak terjadi.
3. Virus Influenza C
Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi manusia, anjing
dan babi, kadang-kadang menyebabkan parah penyakit dan epidemi lokal.
Cara Pengobatan :
Cuci bersih biji pepaya, kina dan lempuyang wangi, kemudian haluskan. Tambahkan
air, air perasan jeruk nipis, dan madu pada bahan yang telah dihaluskan, campur hingga
rata, lalu peras dan saring airnya. Minum ramuan untuk flu pilek ini sehari 3 kali, setiap
minum cukup gelas saja. Lakukan sampai sakit flu sembuh.
25
2. Bahan :
- Air jeruk nipis 5 sdm
- Minyak kayu putih 2 sdt
- Air kapur sirih 1 sdm
Cara Pengobatan :
Semua bahan dicampur menjadi satu, lalu gunakan untuk menggosok bagian dada,
punggung, dan leher. Lakukan sampai sakit flu atau pilek Anda membaik, cukup sehari
dua kali.
IV. RABIES
4.1 Pengertian Penyakit Rabies
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit hewan yang dapat menular ke manusia
(bersifat zoonosis) (WHO, 2010). Rabies disebabkan oleh virus rabies dari genus
Lyssavirus, famili Rhabdoviridae (Jallet et al., 1999). Virus rabies di keluarkan bersama air
liur hewan terinfeksi dan ditularkan melalui luka gigitan atau jilatan. Rabies sangat penting
artinya bagi kesehatan masyarakat, karena apabila penyakit tersebut menyerang manusia dan
tidak sempat mendapat perawatan medis akan mengakibatkan kematian dengan gejala klinis
yang mengharukan dan bersifat fatal.
Gambar 2.2. Genom virus rabies Genom virus rabies adalah RNA untai tunggal,
polaritas negatif, tidak bersegmen, dan mempunyai panjang sekitar 12 kb. Genom
mempunyai leader-sequence (LDR) sepanjang 50 nukleotida yang diikuti oleh gen N, P,
M, G, dan L
4.3 Etiologi
Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdoviridae, genus
Lyssa. Virus berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut
dan pada potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun dari
ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya
28
yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah.
Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi.
Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membrane selubung
(amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang
jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan
lemak yang tinggi. Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9
nm, dan jarak antara spikes 4-5 nm. Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut lemak,
alkohol 70 %,yodium, fenol dan klorofrom. Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun
dalam larutan gliserin 50 %. Pada suhu 600 C virus mati dalam waktu 1 jam dan dalam
penyimpanan kering beku (freezedried) atau pada suhu 40 C dapat tahan selama bebarapa
tahun.
29
b) Stadium sensoris
Dalam stadium sensori penderita umumnya akan mengalami rasa nyeri pada daerah
luka gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air liur (hipersalivasi), dilatasi pupil,
hiperhidrosis, hiperlakrimasi
c) Stadium eksitasi
Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap ada
rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan pada
cahaya (fotofobia), dan ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya
gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang
terjadi pada penderita rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa di kala
berusaha menelan air
d) Stadium paralitik
Pada stadium paralitik setelah melalui ketiga stadium sebelumnya, penderita
memasuki stadium paralitik ini menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke
bawah yang progresif.
Karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka umumnya keempat
stadium di atas tidak dapat dibedakan dengan jelas.Gejala-gejala yang tampak jelas pada
penderita di antaranya adanya nyeri pada luka bekas gigitan dan ketakutan pada air, udara,
dan cahaya, serta suara yang keras. Sedangkan pada hewan yang terinfeksi, gelaja yang
tampak adalah dari jinak menjadi ganas, hewan-hewan peliharaan menjadi liar dan lupa jalan
pulang, serta ekor dilengkungkan di bawah perut.
30
Virus ini mirip dengan virus rabies namun tidak identik dengan virus rabies klasik.
Sebagian penderita penyakit yang disebabkan oleh virus yang mirip rabies inim dengan
teknik pemeriksaan standard FA test kemungkinan didiagnosa sebagai rabies.
b. Host
Hewan-hewan yang terkena virus rabies seperti Anjing, Kucing, Monyet, Musang.
Dan juga manusia.
c. Environment
Penyakit ini sering terjadi di lingkungan dimana anjing lebih banyak dari pada orang
yang tinggal disitu.
b. Tahap Pathogenesis
1. Tahap inkubasi
Virus menyerang susunan saraf pusat. rata-rata masa inkubasi membutuhkan waktu
3-12 minggu atau 1-3 bulan.
2. Tahap penyakit dini
Timbul gejala seperti merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat
bekas luka kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap
ransangan sensoris.
31
3. Tahap penyakit lanjut
Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala berupa
eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya,
tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang.
Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak beraturan.
Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang menjadi argresif, halusinasi, dan
selalu ketakutan. Tubuh gemetar atau kaku kejang.
c. Tahap pasca patogenesis
Kematian, sembuh sempurna, cacat, dan kronis. Sebagian besar penderita rabies
meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-
gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena
gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot
pernafasan.
32
Berbagai golongan etnik dapat berbeda di dalam kebiasaan makan, susunan
genetika, gaya hidup, dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan di dalam
angka kesakitan atau kematian.
B. Tempat /place
Rabies tersebar luas diseluruh dunia, antara lain : Rusia, Argentina, Brasilia,
Australia, Israel, Spanyol, Afghanistan, Amerika Serikat, Indonesia, dan sebagainya
Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16
propinsi, meliputi Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi,
Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung), Pulau Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara), Pulau
Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur) dan
Pulau Flores.
Kasus terakhir yang terjadi adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau
Seram).
C. Waktu / time
Rabies bisa terjadi disetiap musim atau iklim.
33
agresif, menggigit dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung
gelisah kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang terinfeksi
mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap,
mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan
Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang
tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah mereka
terekspos udara yang mengandung virus rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua kasus
rabies terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di mana ada
jutaan kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga tertular lewat udara karena tidak
ditemukan sama sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.
Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini memularkan
infeksi kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Virus
akan berpindah dari tempatnya masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan
otak, dimana mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf
menuju ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur Banyak hewan yang bisa menularkan
rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing; hewan
lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun,
sigung, rubah.
Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika dan Asia, karena
tidak semua hewan peliharaan akan mendapatkan vaksinasi yang digunakanuntuk penyakit
ini. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami virus rabies yang buas atau rabies yang jinak.
Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh
dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan
total.
34
Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya dan
memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka
dan tubuh gemetaran , selanjutnya masuk ke fase Paralisa.
3. Fase Paralisa
Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir dengan
kematian.
2) Pada Manusia
Tanda- tanda penyakit rabies pada manusia:
a) Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara, dan suara.
b) Airmata dan air liur keluar berlebihan
c) Pupil mata membesar.
d) Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan
e) Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya meninggal dunia.
35
3.12 Diagnosis
Jika seseorang digigit hewan, maka hewan yang menggigit harus diawasi.Satu-satunya
uji yang menghasilkan keakuratan 100% terhadap adanya virus rabies adalah dengan uji
antibodi fluoresensi langsung (direct fluorescent antibody test/ dFAT) pada jaringan otak
hewan yang terinfeksi. Uji ini telah digunakan lebih dari 40 tahun dan dijadikan standar
dalam diagnosis rabies.Prinsipnya adalah ikatan antara antigen rabies dan antibodi spesifik
yang telah dilabel dengan senyawa fluoresens yang akan berpendar sehingga memudahkan
deteksi. Namun, kelemahannya adalah subjek uji harus disuntik mati terlebih dahulu
(eutanasia) sehingga tidak dapat digunakan terhadap manusia. Akan tetapi, uji serupa tetap
dapat dilakukan menggunakan serum, cairan sumsum tulang belakang, atau air liur penderita
walaupun tidak memberikan keakuratan 100%. Selain itu, diagnosis dapat juga dilakukan
dengan biopsi kulit leher atau sel epitel kornea mata walaupun hasilnya tidak terlalu tepat
sehingga nantinya akan dilakukan kembali diagnosis post mortem setelah hewan atau
manusia yang terinfeksi meninggal.
36
3.14 Pencegahan Penyakit Rabies
Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan memvaksinasi hewan peliharaan rutin,
hindari memelihara hewan liar di rumah, jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit
rabies, segeralah ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi
rabies.
Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring
berjalannya waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi
terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun. Pentingnya
vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga merupakan salah satu cara
pencegahan yang harus diperhatikan.
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi
gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak dapat mematikan (letal).
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera
setelah terkena gigitan Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang
berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu Dokter hewan , Petugas laboratorium yang
menangani hewan-hewan yang terinfeksi. Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari
30 hari di daerah yang rabies pada anjing banyak ditemukan para penjelajah gua kelelawar.
Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan senantiasa
memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya, Menjaga kesehatan hewan peliharaan
dengan memberikan makanan yang baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan
Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan
Praktek. Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau sedang
diajak berjalan-jalan.
37
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun saran dari penulis dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit herpes, influenza dan rabies. Dan dapat
mencegah penyakit-penyakit tersebut serta dapat melakukuan tindakan lebih lanjut jika
seseorang mengalami atau terserang penyakit-penyakit tersebut.
38