Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FARMAKOKINETIKA KLINIK

Status Kehamilan dan Menyusui dalam Farmakokinetika

Disusun oleh:

Mila Adiningsih :2517055


Diana Febrianti : 2517058
Aldi Djuleng : 2517068
Erlina Dwi Lestari : 2517070
Festiana Purwasari : 2517078

PROGRAM STUDI FARMASI (S-1)


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt karena atas izin-Nya lah
sehingga tugas makalah mata kuliah “Farmakokinetika Klinik” dengan judul “Status
Kehamilan dan Menyusui dalam farmakokinetika” dapat terselesaikan sesuai dengan
waktu yang telah direncanakan dan tidak menemukan hambatan-hambatan yang berarti
selama proses penyusunan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Farmakokinetika Klinik di
program studi Farmasi (S-1) Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Pada
kesempatan ini pula, tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Ibu Siwi
Padmasari, M.Sc., Apt. selaku dosen pengampuh mata kuliah Farmakokinetika Klinik.
kami juga sadar bahwa makalah yang saya susun ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala saran atau kritikkan yang sifatnya membangun
demi perbaikan makalah ini sangat saya harapkan dan tak lupa saya mengucapkan
terima kasih.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya diri pribadi kami sebagai penyusun makalah ini. Amin.

Yogyakarta, Februari 2020


Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
A. Latar Belakang ................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 6
A. Kehamilan .......................................................................................................... 6
B. Penggunaan Obat pada Kehamilan .................................................................... 7
C. Kategori Obat pada Ibu Hamil (Pregnancy Categorie) ..................................... 9
D. Penggunaan Obat Terapetik dalam Kehamilan dan Pengaruhnya Pada Janin . 10
E. Menyusui .......................................................................................................... 11
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................... 13
A. Proses Farmakokinetika pada Kehamilan dan Menyusui ................................ 13
B. Kategori Tingkat Keamanan Obat pada Kehamilan dan Menyusui................. 18
C. Daftar Obat yang Dipertimbangkan Kontraindikasi Selama Menyusui .......... 19
BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 21
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 21
B. Saran ................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu
dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman.
Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan.
Kesehatan ibu hamil adalah persyaratan penting untuk fungsi optimal dan
perkembangan kedua bagian unit tersebut.
Kehamilan adalah istilah yang biasa digunakan untuk perkembangan janin di
dalam Rahim perempuan dan merujuk pada masa tumbuh kembang janin dalam
kandungan. Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil
dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap
untuk mendapatkan dan menelan susu. ASI merupakan satu jenis makanan yang
mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, social, maupun
spiritual. ASI mengandung nutrisi hormon unsur kekebalan faktor pertumbuhan
antialergi serta antiinflamasi.
Penggunaan obat dapat menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin
selama masa kehamilan dan menyusui. Seorang ibu dapat mengalami berbagai
keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat, padahal obat tersebut
dapat memberikan efek yang tidak dikehendaki pada bayi yang disusui. Banyak ibu
hamil menggunakan obat pada periode organogenesis (proses pembentukan organ)
yang sedang berlangsung sehingga terjadi risiko cacat janin lebih besar. Dan
penggunaan suplemen seperti asam folat sebaiknya diberikan selama
penatalaksanaan kehamilan karena asam folat dapat mengurangi cacat selubung
saraf. Di sisi lain, banyak ibu yang sedang menyusui menggunakan obat-obatan
yang dapat memberikan efek yang tidak dikehendaki pada bayi yang disusui. Pada
proses menyusui, pemberian beberapa obat (misalnya ergotamin) untuk perawatan
si ibu dapat membahayakan bayi yang baru lahir, sedangkan pemberian digoxin

4
sedikit pengaruhnya. Beberapa obat yang dapat menghalangi proses pengeluaran
ASI antara lain misalnya estrogen.
Beberapa obat dapat memberi risiko bagi kesehatan ibu, dan dapat memberi
efek pada janin juga. Selama trimester pertama, obat dapat menyebabkan cacat lahir
(teratogenesis) dan risiko terbesar adalah kehamilan 3-8 minggu. Selama trimester
kedua dan ketiga, obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
secara fungsional pada janin atau dapat meracuni plasenta. Karena banyak obat
yang dapat melintasi plasenta, maka penggunaan obat pada ibu hamil perlu berhati-
hati. Dalam plasenta, obat mengalami proses biotransformasi sebagai upaya
perlindungan dan dapat membentuk senyawa yang bersifat
teratogenik/dismorfogenik. Obat-obat teratogenik atau obat yang dapat
menyebabkan teratogen dapat merusak janin dalam pertumbuhan.
Perubahan fisiologi selama kehamilan dan menyusui dapat berpengaruh
terhadap kinetika obat dalam ibu hamil dan menyusui yang kemungkinan
berdampak terhadap perubahan respon ibu hamil terhadap obat yang diminum.
Dengan demikian, perlu pemahaman yang baik mengenai obat yang relatif
tidak aman hingga yang harus dihindari selama kehamilan ataupun menyusui agar
tidak merugikan ibu dan janin yang dikandung.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana parameter farmakokinetika pada kehamilan dan menyusui ?
2. Apa saja kategori tingkat keamanan obat pada kehamilan dan menyusui ?
3. Apa saja daftar obat yang dipertimbangkan kontraindikasi selama menyusui ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses farmakokinetika pada kehamilan dan menyusui.
2. Untuk mengetahui kategori tingkat keamanan penggunaan obat pada kehamilan
dan menyusui.

5
3. Untuk mengetahui daftar obat yang dipertimbangkan konraindikasi selama
menyusui.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
Kehamilan didefinisikan seabagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung
dari saat fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.
(Prawirohardjo, 2008)
Kehamilan yaitu pertumbuhan dan perkembangan dari intrauterin mulai
sejak konsepsi sampai permlaan persalinan. Setiap bulan wanita melepaskan satu
sampai dua sel telur dari induk telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai
(fimbrae) dan masuk ke dalam sel telur. Saat melakukan hubungan seksual, cairan
sperma masuk ke dalam vagina dan berjuta-juta sel sperma bergerak memasuki
rongga rahim lalu masuk ke dalam sel telur. Pembuahan sel telur oleh sperma bisa
terjadi di bagian yang mengembang dari tuba falopi. pada sekeliling sel telur
banyak berkumpul sperma kemudian pada tempat yang paling mudah untuk
dimasuki, masuklah satu sel sperma dan kemudian bersatu dengan sel telur,
peristiwa ini disebut fertilisasi. Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri
menuju ruang rahim kemudian melekat pada mukosa rahim, peristiwa ini disebut
nidasi (implantasi). (Sukarni, 2013)
Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai sejak konsepsi
dan di akhiri dengan proses persalinan (Hayes dan Kee 2003).

6
Tiga periode berdasarkan lamanya kehamilan, yaitu:
1. Kehamilan trimester I : 0-12 minggu
2. Kehamilan trimester II : 12-28 minggu
3. Kehamilan trimester III : 28-40 minggu

B. Penggunaan Obat pada Kehamilan


Pemakaian obat-obat bebas dan obat resep perlu diperhatikan sepanjang
kehamilan sampai masa nifas.Pemakaian fisiologik pada ibu yang terjadi selama
masa kehamilan mempengaruhi kerja obat dan pemakaianya. Termasuk pengaruh
dari hormon-hormon steroid yang beredar dalam sirkulasi pada metabolisme
obat dalam hati, ekskresi obat melalui ginjal yang lebih cepat karena peningkatan
filtrasi glomerulus dan peningkatan perfusi ginjal, pengenceran obat karena
jumlah darah dalam sirkulasi ibu yang meningkat, dan perubahan–perubahan
dalam klirens obat pada akhir kehamilan menyebabkan penurunan kadar serum
dan konsentrasi obat dalam jaringan dengan demikian obat yang diresepkan secara
6 terapetik tidak dapat diberikan dengan dosis yang lebih rendah (Hayes dan Kee,
2003).
Pedoman pemberian obat selama kehamilan harus memperhatikan bahwa
keuntungan yang didapat dengan pemberian jauh melebihi resiko jangka pendek
maupun panjang terhadap ibu dan janin.Perlu dilakukan pemilihan obat secara hati
hati dan pemantauan untuk mendapatkan dosis efektif terendah untuk interval
yang pendek dengan mempertimbangkan perubahan-perubahan yang berkaitan
dengan fisiologi kehamilan (Hayes dan Kee 2012).
1. Farmakokinetika Obat pada Kehamilan
Perubahan fisiologi selama kehamilan dan menyusui dapat berpengaruh
terhadap kinetika obat dalam ibu hamil dan menyusui yang kemungkinan
berdampak terhadap perubahan respon ibu hamil terhadap obat yang diminum.
Dengan demikian, perlu pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang
relatif tidak aman hingga harus dihindari selama kehamilan ataupun menyusui

7
agar tidak merugikan ibu dan janin yang dikandung ataupun bayinya (Anonim,
2006).
Selama kehamilan dosis obat yang diberikan harus diusahkan serendah
mungkin untuk meminimalkan potensi efek toksik terhadap janin. Bila
pengobatan harus diberikan, maka penting untuk menurunkan sampai kadar
terendah yang masih efektif sesaat sebelum terjadi konsepsi pada kehamilan
yang direncanakan, atau selama trimester pertama. Bila obat berpotensi
menyebabkan efek putus obat pada janin, dosis dapat diturunkan mencapai
akhir masa kehamilan, contohnya pengobatan dengan anti psikotik dan
antidepresan.Namun, perubahan farmakokinetika selama kehamilan mungkin
memerlukan peningkatan dosis bagi obat-obat tertentu. Pemahaman yang baik
terhadap perubahan ini penting untuk menetukan dosis yang paling tepat bagi
pasien yang sedang hamil (Aslam et al., 2001).
2. Farmakodinamika pada Kehamilan
Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus, dan kelenjar susu, pada
kehamilan kadang dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase
kehamilan. Efek obat pada jaringan tidak berubah bermakna karena kehamilan
tidak berubah, walau terjadi perubahan misalnya curah jantung, aliran darah
ginjal.Perubahan tersebut kadang menyebabkan wanita hamil membutuhkan
obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak hamil.Contohnya glikosida jantung
dan diuretik yang dibutuhkan pada kehamilan karena peningkatan beban
jantung pada kehamilan.Atau insulin yang dibutuhkan untuk mengontrol
glukosa darah pada diabetes yang diinduksi oleh kehamilan (Anonim, 2006).
3. Obat yang Berpengaruh pada Janin dan Neonatus
Teratogen adalah bahan apa pun yang diberikan kepada ibu hamil, yang
dapat menyebabkan atau berpengaruh terhadap malformasi atau kelainan
fungsi fisiologis atau pun perkembangan jiwa janin atau pada anak setelah
lahir. Hal inilah yang sering ditakutkan oleh pasien dan dokter saat
mempertimbangkan pengobatan pada masa kehamilan. Namun, hanya

8
beberapa obat saja dari sekian banyak obat yang digunakan menunjukkan
efek yang membahayakan terhadap janin.Perlu ditekankan bahwa obat yang
bersifat teratogenik tidak membahayakan 8 janin.Sebagai contoh, obat anti
kejang yang hanya memiliki efek teratogenik pada kurang dari 10 % janin yang
terpapar obat tersebut (Aslam et al., 2001).

C. Kategori Obat pada Ibu Hamil (Pregnancy Categorie)


1. Kategori A
Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko pada
janin pada kehamilan trimester 1 (dan tidak ada bukti mengenai resiko
terhadap trimester berikutnya), dan sangat kecil kemungkinan obat ini untuk
membahayakan janin.
2. Kategori B
Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan
adanya resiko terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol yang diperoleh
pada ibu hamil.Atau studi terhadap reproduksi binatang pecobaan
memperlihatkan adanya efek samping (selain penurunan fertilitas) yang tidak
didapati pada studi terkontrol pada wanita hamil trimester 1 (dan ditemukan
bukti adanya resiko pada kehamilan trimester berikutnya).
3. Kategori C
Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping
terhadap janin (teratogenik atau embriosidal), dan studi terkontrol pada
wanita dan binatang percobaan tidak tersedia atau tidak dilakukan. Obat yang
masuk kategori ini hanya boleh diberikan jika besarnya manfaat terapeutik
melebihi besarnya resiko yang terjadi pada janin.
4. Kategori D
Terdapat bukti adanya resiko pada janin (manusia), tetapi manfaat
terapetik yang diharapkan mungkin melebihi besarnya resiko (misalnya jika
obat 10.

9
5. Kategori X
Studi pada manusia atau binatang percobaan memperlihatkan adanya
abnormalitas pada janin, atau terdapat bukti adanya resiko pada janin.Dan
besarnya resiko jika obat ini digunakan pada ibu hamil jelas- jelas melebihi
manfaat terapeutiknya.Obat yang masuk dalam kategori ini
dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau memiliki kemungkinan
hamil (Anonim, 2008).

D. Penggunaan Obat Terapetik dalam Kehamilan dan Pengaruhnya Pada Janin


1. Asam Folat
Selama kehamilan asam folat (vitamin B9, folasin) diperlukan dalam
jumlah yang lebih banyak. Defisiensi asam folat di awal kehamilan dapat
menyebabkan absorbsi spontaneous atau defek kelahiran (misal defek pada
tabung saraf), kelahiran prematur, berat badan lahir yang rendah, dan salurio
plasenta (pelepasan plasenta yang lebih dini dari seharusnya).Kebutuhan asam
folat yang direkomendasikan untuk sehari adalah 180 mcg.Untuk kehamilan
diperlukan asam folat sebanyak 400 sampai 800 mcg (Hayes dan Kee, 2003).
2. Asetaminofen
Asetaminofen (Tylenol, Datril, Panadol, Parasetamol) merupakan obat
kehamilan grub B. Obat ini adalah obat yang paling sering dipakai selama
kehamilan. Dipakai secara rutin pada semua trimester kehamilan untuk jangka
waktu yang pendek, terutama untuk efek analgesik dan terapetiknya. Obat ini
11 tidak memiliki efek anti inflamasi yang berarti. Asetaminofen menembus
plasenta selama kehamilan, ditemukan juga dalam air susu ibu dalam
konsentrasi yang kecil. Saat ini tidak ditemukan bukti nyata adanya abnomaly
janin akibat pemakaian obat ini. Pemakaian asetaminofen selama kehamilan
tidak boleh melebihi 12 tablet dalam 24 jam dari formulasi 325 mg (kekuatan
biasa) atau 8 tablet dalam 24 jam untuk tablet yang mengandung 500 mg
(kekuatan ekstra). Obat ini harus dipakai dengan jarak waktu 4-6 jam (Hayes

10
dan Kee, 2003).
3. Vitamin
Salah satu faktor utama untuk mempertahankan kesehatan selama
kehamilan dan melahirkan janin yang sehat adalah masukkan zat-zat gizi yang
cukup dalam bentuk energi, protein, vitamin dan mineral.Penting untuk
diketahui bahwa kondisi hipervitaminosis dapat menyebabkan kelainan
teratogenik, misalnya hipervitaminosis vitamin A oleh karena pemberian
berlebihan pada kehamilan. Kelainan janin yang terjadi biasanya pada mata,
susunan saraf pusat, palatum dan alat urogenital.Ini terbukti jelas pada hewan
percobaan sehingga pemberian vitamin A selama kehamilan tidak melebihi
batas yang ditetapkan.Pemberian vitamin A dengan dosis melebihi 6000
IU/hari selama kehamilan tidak dapat dijamin kepastian keamanannya
(Anonim, 2006).
4. Antibiotik
Antibiotik digunakan luas dalam kehamilan.Perubahan kinetika obat
selama kehamilan menyebabkan kadarnya dalam serum lebih rendah.Antibiotik
dengan bobot molekul rendah mudah larut dalam lemak dan ikatannya dalam
protein lemak mudah menembus uri. Kadar puncak antibiotik dalam tubuh janin
pada umumnya lebih rendah dari kadar yang dicapai dalam tubuh ibunya.
Amoxicillin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral
maupun parenteral.Amoxicillin merupakan alternatif yang perlu
dipertimbangkan untuk dipilih jika dibutuhkan pemberian oral pada ibu hamil.
Kadar amoksisilin dalam darah ibu maupun janin kadarnya sekitar seperempat
sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu.

E. Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian ASI kepada bayi, dimana bayi memiliki
refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui merupakan
proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya

11
yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang
menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami (Roesli, 2000).
Pada proses menyusui, pemberian beberapa obat (misalnya ergotamin) untuk
perawatan si ibu dapat membahayakan bayi yang baru lahir, sedangkan pemberian
digoxin sedikit pengaruhnya. Beberapa obat yang dapat menghalangi proses
pengeluaran ASI antara lain misalnya estrogen. Keracunan pada bayi yang baru
lahir dapat terjadi jika obat bercampur dengan ASI secara farmakologi dalam
jumlah yang signifikan. Konsentransi obat pada ASI (misalnya iodida) dapat
melebihi yang ada di plasenta sehingga dosis terapeutik pada ibu dapat
menyebabkan bayi keracunan. Beberapa jenis obat menghambat proses menyusui
bayi (misalnya phenobarbital). Obat pada ASI secara teoritis dapat menyebabkan
hipersensitifitas pada bayi walaupun dalam konsentrasi yang sangat kecil pada
efek farmakologi. Dengan demikian, perlu pemahaman yang baik mengenai obat
apa saja yang relatif tidak aman hingga harus dihindari selama kehamilan ataupun
menyusui agar tidak merugikan ibu dan janin bayinya.Untuk memberikan
pengetahuan mengenai penggunaan obat pada ibu menyusui, maka apoteker perlu
dibekali pedoman dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian bagi ibu menyusui
(Roesli, 2000).

12
BAB III
PEMBAHASAN

A. Proses Farmakokinetika pada Kehamilan dan Menyusui


1. Proses farmakokinetika pada kehamilan
Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologi dapat mempengaruhi
farmakokinetika obat. Perubahan tersebut meliputi peningkatan cairan tubuh misalnya
penambahan volume darah sampai 50% dan curah jantung sampai 30%. Pada akhir
semester pertama aliran darah ginjal meningkat 50% dan pada akhir kehamilan aliran
darah ke rahim mencapai puncaknya hingga 600-700 ml/menit. Peningkatan cairan
tubuh tersebut terdistribusi 60% di plasenta, janin dan cairan amniotik, 40% di jaringan
ibu.
Perubahan volume cairan tubuh menyebabkan penurunan kadar puncak obat di
serum, terutama obat-obat yang terdistribusi di air seperti aminoglikosida dan obat
dengan volume distribusi yang rendah. Peningkatan cairan tubuh menyebabkan
pengenceran albumin serum (hipoalbuminemia) yang menyebabkan penurunan ikatan
obat-albumin. Steroid dan hormon yang dilepas plasenta serta obat lain yang ikatan
protein plasmanya tinggi akan menjadi lebih banyak dalam bentuk tidak terikat. Tetapi
hal ini tidak bermakna secara klinik karena bertambahnya kadar obat dalam bentuk
bebas dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan metabolisme obat.
a. Distribusi Obat
Ketika obat masuk ke dalam tubuh ibu, akan terdistribusi ke seluruh tubuh
termasuk kompartemen plasenta dan janin. Namun sifat fisiko-kimiawi yang
lipofilik, obat dapat mendifusi menembus jaringan plasenta sehingga akhirnya obat
terdistribusi di dalam tubuh janin. Obat bersifat toksik pada janin, namun ada pula
yang dimanfaatkan untuk terapi toksoplasmosis janin, maskulinisasi janin karena
defisiensi 21-hidroksilase atau takiaritmia janin. (Ritschel & Kearns, 2004)

13
Tabel. 1.1 Hubungan antara pengaruh fisiologi dan farmakokinetika pada
kehamilan. (Ritschel & Kearns, 2004; Pavek dkk, 2009)

b. Perpindahan Obat Lewat Plasenta


Perpindahan obat lewat plasenta umumnya berlangsung secara difusi
sederhana sehingga konsentrasi obat dalam darah ibu dan aliran darah plasenta
sangat menentukan perpindahan obat lewat plasenta. Pada membran biologis
lain, perpindahan obat lewat plasenta dipengaruhi oleh beberapa hal:

14
1) Kelarutan dalam lemak
Obat yang larut dalam lemak akan berdifusi dengan mudah melewati plasenta
masuk ke sirkulasi janin. Contohnya thiopental, obat yang umum digunakan pada
dapat menyebabkan apnea (henti nafas) pada bayi yang baru dilahirkan.
2) Derajat ionisasi
Obat yang tidak terionisasi akan mudah melewati plasenta. Sebaliknya obat
yang terionisasi akan sulit melewati membran Contohnya suksinil kholin dan
tubokurarin yang digunakan pada seksio sesarea (operasi sesar). Obat yang derajat
ionisasinya tinggi, akan sulit melewati plasenta sehingga kadar obat dalam janin
rendah.
Contoh lain yang memperlihatkan pengaruh kelarutan dalam lemak dan derajat
ionisasi adalah salisilat, zat ini hampir semua terion pada pH tubuh dan cepat
melewati plasenta. Hal ini disebabkan oleh tingginya kelarutan dalam lemak dari
sebagian kecil salisilat yang tidak terion.
3) Ukuran molekul
Obat dengan berat molekul ≤ 500 Dalton akan mudah melewati pori membran
bergantung pada kelarutan dalam lemak dan derajat ionisasi. Obat-obat dengan
berat molekul 500-1000 Dalton akan lebih sulit melewati plasenta. Contohnya
heparin, mempunyai berat molekul yang sangat besar ditambah lagi adalah molekul
polar, tidak dapat menembus plasenta sehingga merupakan obat antikoagulan
pilihan yang aman pada kehamilan.
4) Ikatan protein.
Hanya obat yang tidak terikat dengan protein (obat bebas) yang dapat
melewati membran. Derajat keterikatan obat dengan protein, terutama
albumin, dapat mempengaruhi kecepatan melewati plasenta. Bila obat
sangat larut dalam lemak maka ikatan protein tidak terlalu mempengaruhi,
misalnya beberapa anastesi gas. Obat-obat yang kelarutannya dalam lemak
tinggi kecepatan melewati plasenta lebih tergantung pada aliran darah
plasenta. Bila obat sangat tidak larut di lemak dan terionisasi maka
perpindahaan nya lewat plasenta lambat dan dihambat oleh besarnya ikatan
dengan protein. Perbedaan ikatan protein pada ibu dan janin sangat penting,

15
misalnya sulfonamid, barbiturat dan fenitoin, ikatan protein lebih tinggi
pada ibu daripada ikatan protein pada janin. Sebagai contoh adalah kokain
yang merupakan basa lemah, kelarutan dalam lemak tinggi, berat molekul
rendah (305 Dalton) dan ikatan protein plasma rendah (8-10%) sehingga
kokain cepat terdistribusi dari darah ibu ke janin.
c. Metabolisme Obat
CYP1A2. Menggunakan kafein sebagai obat model, aktivitas enzim CYP1A2
terjadi pada awal dan akhir kehamilan dan setelah melahirkan. Aktivitas CYP1A2 lebih
rendah 35-40% mulai trimester pertama kehamilan dan terus-menerus sampai 60-
70%pada trimester ketiga, jika dibandingkan setelah melahirkan.
CYP2C9. Terjadi kenaikan klirens fenitoin baik total maupun bebas (protein
unbound) pada kehamilan, menyebabkan penurunan kadar fenitoin didalam darah.
Kadar fenitoin total turun secara signifikan (50-60%) melebihi penurunan kadar
fenitoin bebas (20%) disebabkan karena hypoalbuminemia.
CYP2C19. Enzim ini memetabolisme proguanil (antimalaria)menjadi metabolit
aktif, sikloagunil. Kadar sikloagunil dalam darah lebih rendah pada kehamilan
trimester akhir, dibandingkan dengan dua bulan sesudah melahirkan.
CYP3A4. Kenaikan aktivitas enzim CYP3A4 selama trimester akhir kehamilan
dibuktikan pada kenaikan efektivitas metabolisme beberapa protease inhibitor.
CYP2D6. Meningkatnya metabolisme CYP2D6 diperlihatkan menggunakan
dekstrometorfen dan metoprolol pada kehamilan trimester akhir dibandingkan setelah
melahirkan. Kenaikan metabolisme ini hanya terjadi pada pemetabolisme ekstensif,
baik homo-hetezigot dan tidak terjadi pada pemetabolisme lambat.
d. Ekskresi Obat
Selama kehamilan, terjadi kenaikan aliran darah ginjal sebesar 25-50% dan
kecepata filtrasi glomeruli (GFR) sebesar 50%, dan menyebabkan kenaikan ekskresi
obat melalui ginjal yang berakibat terjadinya penurunan kadar obat dalam darah.
Misalnya atenolol, digoxin, dan antibiotic β-laktam. Obat lain yang sangat terpengaruh
ekskresinya oleh percepatan aliran darah ginjal dan GFR adalah jenis obat yang
sebagian besar dieliminasi melalui ginjal dalam keadaan utuh (unmetabolized)
sehingga menyebabkan waktu paruh eliminasinya menjadi lebih singkat.

16
(Hakim,Lukman , 2015)
2. Proses Farmakokinetika pada Menyusui
Hampir semua obat yang diminum oleh ibu menyusui terdeteksi didalam ASI,
konsentrasi obat di ASI umumnya rendah. Konsentrasi obat dalam darah ibu adalah
faktor utama yang berperan pada proses transfer obat ke ASI selain dari faktor fisiko-
kimia obat.
Obat yang larut dalam lemak, bersifat non-polar dan tidak terion akan mudah
melewati membran sel alveoli dan kapiler susu. Obat dengan berat molekul (< 200
Dalton) akan mudah melewati pori membran epitel susu. Obat yang terikat dengan
protein plasma tidak dapat melewati membran, hanya obat yang tidak terikat yang dapat
melewatinya.
Plasma relatif sedikit lebih basa dari ASI. Karena obat yang bersifat basa lemah di
plasma akan lebih banyak dalam bentuk tidak terionisasi dan mudah menembus
membran alveoli dan kapiler susu. Didalam ASI obat yang bersifat basa akan mudah
terion sehingga tidak mudah melewati membran.
Rasio M:P adalah perbandingan antara konsentrasi obat di ASI dan di plasma ibu.
Rasio M:P yang >1 menunjukkan bahwa obat banyak berpindah ke ASI, sebaliknya
rasio M:P < 1 menunjukkan bahwa obat sedikit berpindah ke ASI.
Pada umumnya kadar puncak obat di ASI sekitar 1-3 jam sesudah ibu meminum
obat. Hal ini mungkin dapat membantu mempertimbangkan untuk tidak memberikan
ASI pada kadar puncak. Jika ibu menyusui meminum obat yang potensial toksik
terhadap bayinya, maka untuk sementara ASI tidak diberikan, tetapi tetap harus di
pompa. ASI dapat diberikan kembali setelah dapat dikatakan tubuh bersih dari obat dan
ini dapat diperhitungkan setelah 5 kali waktu paruh obat.
a. Farmakokinetika Bayi
Absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi pada bayi berbeda nyata dengan
orang dewasa. Kecepatan absorpsi lewat saluran cerna lebih rendah, distribusi obat
nya berbeda karena rendahnya protein plasma dan volume cairan tubuh yang lebih
besar dari orang dewasa, metabolisme obat juga rendah karena aktivitas enzim yang
rendah, dan ekskresi lewat renal pada awal kehidupan masih rendah dan akan
meningkat dalam beberapa bulan. (Depkes RI, 2006)

17
B. Kategori Tingkat Keamanan Penggunaan Obat pada Kehamilan dan Menyusui
Berikut kategori tingkat keamanan penggunaan obat pada kehamilan dari FDA (Food
Drug Administration) :
1. Kategori A
Aman untuk janin, seperti Vitamin C, Asam folat, Vitamin B6, Paracetamol, Zinc, dan
sebagainya.
2. Kategori B
Cukup aman untuk janin seperti Amoksisilin, Ampisilin, Azitromisin, Bisakodil,
Sefadroxil, Klopidogrel, Ibuprofen, dan sebagainya.
3. Kategori C
Dapat beresiko, digunakan bila perlu. Dari obat dianjurkan dapat memberikan manfaat
pada ibu atau janin melebihi resiko yang mungkin timbul pada janin. Contohnya
Allupurinol, Aspirin, Ciprofloxasin, Klonidin, Kotrimoksazol, Digoxin, dan sebagainya.
4. Kategori D
Ada bukti positif dari resiko, digunakan jika darurat. Penggunaan ibat diperlukan
untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau penyakit serius dimana obat yang
lebih aman tidak efektif. Contohnya Alprazolam, Amikasin, Amiodaron, Carbamazepin,
Diazepam, Kanamisin, Fenitoin, dan sebagainya.
5. Kategori X
Kontraindikasi dan sangat berbahaya bagi janin. Contohnya Atrofastatin, Ergometrin,
Simvastatin, Warfarin, dan sebagainya.
Berikut kategori tingkat keamanan penggunaan obat pada ibu menyusui dari FDA
(Food Drug Administration):
L1: Paling aman, contohnya Paracetamol, Ibuprofen, Loratadine, dan sebagainya.
L2: Aman, contohnya Cetirizine, Dimenhidrinat, Guaiafenesin, dan sebagainya.
L3: Cukup aman, contohnya Pseudoefedrin, Lorazepam, Aspirin, dan sebagainya.
L4: Kemungkinan berbahaya, contohnya Kloramfenikol, Sibutramine, dan sebagainya.
L5: Kontraindikasi, contohnya Aminodaron, dan sebagainya.

18
C. Daftar Obat yang Dipertimbangkan Kontraindikasi Selama Menyusui
Obat Efek Pada Bayi
Terakumulasi dalam ASI dan dapat menyebabkan iritasi, dan
Amfetamin
pola tidur yang jelek.
Potensial menekan sistem imun, efek sitotoksik obat pada bayi
Antineoplastik
belum diketahui
Bromokriptin Menekan laktasi
Diekskresikan lewat ASI, kontraindikasi karena CNS stimulan
Cocain
dan intoksikasi
Potensial menekan laktasi, muntah, diare, dan kejang telah
Ergotamin
dilaporkan
Heroin Kemungkinan adiksi jika jumlahnya mencukupi
Immunosupresan Potensial menekan sistem imun
Konsentrasi dalam serum dan ASI rata-rata 40 % dari
Lithium konsentrasi serum plasma ibu menyebabkan reaksi toksik
yang potensial, kontraindikasi
Mariyuana Diekskresikan dalam ASI

Ekskresi dalam ASI belum jelas, tapi kontraindikasi karena


Misoprostol
potensial terjadi diare berat pada bayi
Kontraindikasi masih kontroversial, absorpsi melalui perokok
pasif lebih tinggi dari pada melalui ASI. Merokok secara
Nicotin
umum tidak direkomendasikan selama menyusui, menurunkan
produksi ASI
Pensiklidin Potensial bersifat halusinogenik
Fenidion Hematoma scrotal masiv, kontraindikasi
Kontraindikasi masih kontroversial, intake yang tinggi pada
ibu dapat menyebabkan bayi yang disusui : sedasi,
Etanol diaforesis, deep sleep, lemah,menghambat pertumbuhan
danberat badan abnormal. Paparan yang kronik juga
menimbulkan keterlambatan perkembangan psikomotor.

19
Bayi dari ibu alkoholik menyebabkan risiko yang potensial
hipoprotombin berat,perdarahan, dan pseudo cushing
sindrome. AAP mengklasifikasikan compatible (dapat
diterima), tapi harus dipertimbangkan kontraindikasinya.
Satu review menyarankan untuk menunggu 1-2 hari setelah
minum sebelum menyusui

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologi yang dapat mempengaruhi parameter
farmakokinetika obat.
2. Obat dengan kategori A memiliki tingkat keamanan yang paling baik untuk ibu hamil
dan kategori x memiliki tingkat keamanan yang paling rendah atau kontraindikasi untuk
ibu hamil
3. Daftar bat yang dipertimbangkan kontraindikasi selama menyusui antara lain amfetamin,
antineoplastik, bromokriptin, cocain, ergotamin dan heroin.

B. Saran
Agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya, maka bacalah isi
makalah ini sampai tuntas. Apabila ada hal-hal yang belum dimengerti, maka tanyakanlah
pada pihak-pihak yang berkompeten atau para dosen atas hal-hal yang belum dimengerti
tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu hamil dan Menyusui, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2008, Minum obat saat hamil, iya nggak ya?, Majalah Farmacia vol. 08 (2) (terhubung
berkala), http://www.majalah-farmacia.com. (Diakses pada 18 November 2020)
Aslam, M., Chik, K.T. dan Adji, P. (Ed). 2002. Farmasi Klinis : Menuju Pengobatan Rasional
dan Penghargaan Pilihan Pasien. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Depkes RI, 2006, Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui, Depkes Ri,
Jakarta.
Hakim, Lukman, 2015, Farmakokinetika Klinik, Yogyakarta, Bursa Ilmu
Hayes. R. E. and Kee, L. J., 2003, Pharmacology: a nursing process approach, ED. 4,
Elsevier Health Sciences, United States of America
Prawirohardjo, S., 2008, Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Ritschel, W. A. and Kearns L. G., 2004, Handbook of Basic Pharmacokinetics, 4 th ed.,
Washington, American Pharmacist Association.
Roesli, Utami . 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Argriwidya.
Sukarni, I., 2013, Kehamilan, Persalinan dan Nifas, Nuha Medika, Yogyakarta

22

Anda mungkin juga menyukai