Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH PENAMBAHAN TRIETHANOLAMIN DAN ADEPS

LANAE TERHADAP STABILITAS KRIM HYDROCORTISON

Oleh :

BEATRIX DASILVA RABUN


PO.71.3.251.14.1.006

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN FARMASI
2017

i
PENGARUH PENAMBAHAN TRIETHANOLAMIN DAN ADEPS
LANAE TERHADAP STABILITAS KRIM HYDROCORTISON

Karya Tulis Ilmiah Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir Program

Pendidikan Ahli Madya Farmasi

Oleh :

BEATRIX DASILVA RABUN


PO.71.3.251.14.1.006

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN FARMASI
2017

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya selama

ini kepada penulis sehingga atas karuniaNya penulis dapat menyelesaikan karya tulis

ilmiah dengan judul “PENGARUH PENAMBAHAN TRIETHANOLAMIN DAN

ADEPS LANAE TERHADAP STABILITAS KRIM HYDROCORTISON” yang

merupakan salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan pendidikan di Jurusan

Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.

Terima kasih yang tak terhingga teruntuk orang tua tercinta, Ayahanda

Aloysius Rabun dan Ibunda Maria Farida Tannen, semoga Tuhan senantiasa

memelihara keduanya. Terima kasih atas segala doa, cinta, kasih sayang, dan

dukungan baik moril maupun materil yang diberikan selama penulis menempuh

pendidikan, juga terima kasih kepada saudaraku serta seluruh keluargaku atas

dukungannya.

Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, karya tulis ilmiah ini

tidak dapat terselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis mengucapkan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya terutama kepada Bapak Hendra

Stevani, S.Si., M.Kes., Apt, selaku pembimbing pertama dan Ibu Arisanty, S.Si.,

M.Si., Apt, selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, pikiran, perhatian,

motivasi, dan bimbingan yang diberikan kepada penulis selama proses penelitian dan

penyelesaian tugas akhir ini.

v
Pada kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan

terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. H. Ashari Rasyid, SKM., MS., selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Makassar yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan di

Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.

2. Bapak Dr. Rusli, Sp.FRS., Apt., selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik

Kesehatan Kemenkes Makassar atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi

mahasiswa Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.

3. Bapak Raimundus Chaliks, S.Si., M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi D3

Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar yang telah mengelola

program studi di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.

4. Bapak Drs. Jumain, M.Kes., Apt., selaku Pembimbing Akademik yang

senantiasa memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menuntut ilmu di

Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.

5. Bapak, Ibu Dosen serta Staf dan Pegawai Poltekkes Makassar Jurusan

Farmasi yang telah membantu memberikan motivasi dan arahan selama

mengikuti pendidikan.

6. Kepada seluruh teman seperjuanganku Compressi 2014, Adik-adik EXTRACTA

2015, ELIXIR 2016 POLTEKKES MAKASSAR.

7. Dan untuk semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu – persatu, terima

kasih karena telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian.

vi
Karya tulis ini dipersembahkan untuk semua orang yang ingin, mau dan terus

berusaha untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, namun disadari bahwa penyusunan

dan penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang bersifat membangun untuk karya tulis ini sangat penulis

harapkan.

Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua,

khususnya untuk kemajuan ilmu Farmasi.

Makassar, Mei 2017

Penulis

vii
PERNYATAAN KEASLIAN

KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Beatrix Dasilva Rabun

NIM : PO. 72.3.251.14.1.006

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

bahwa sebagian keseluruhan karya tulis ilmiah ini merupakan hasil karya orang lain,

maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi

yang seberat-beratnya atas perbuatan tidak terpuji tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan sama

sekali.

Makassar, Juli 2017

Beatrix Dasilva Rabun

viii
ABSTRAK
Penggunaan krim hidrokortison sering di kombinasikan dengan bahan lain dimana
bahan lain seperti asam salisilat dan LCD dapat mempengaruhi kestabilan krim.
Adeps lanae atau Triethanolamin sering ditambahkan untuk mencegah kerusakan
krim namun belum ada penelitian yang menyatakan stabilitas krim yang telah
ditambahkan Adeps lanae atau Triethanolamin dan serta berapa konsentrasi yang
tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Stabilitas krim racikan yang
ditambahkan Adeps lanae atau Trietanolamin dan untuk mengetahui konsentrasi
Adeps lanae dan Triethanolamin yang ditambahkan ke dalam krim Hidrokortison
agar tetap stabil. Desain penelitian ialah pre and post test design pada sampel racikan
yang ditambahakan Adeps lanae dan Triethanolamin dengan menggunakan 4 formula
yaitu 2 formula Adeps lanae dengan konsentrasi 5 % dan 10 % dan 2 formula
Triethanolamin dengan konsentrasi 1 % dan 2 % sampel di uji sebelum penyimpanan
dan sesudah penyimpanan dan sampel disimpan pada suhu kamar dan lemari
pendingin. Hasil penelitian menunjukkan krim dengan emulgator Triethanolamin 2 %
memiliki stabilitas dan mutu fisik yan lebih baik dibandigkan dengan Adeps lanae 5
%, Adeps lanae 10 %, dan Triethanolamin 1 %.

Kata kunci: Krim Hydrocortison, Asam Salisilat, LCD, Adeps Lanae, dan
Triethanolamin.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN AWAL ..................................................................................................... i

HALAMAN PERSYARATAN .................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KTI.......................................................................... viii

ABSTRAK .................................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................................ x

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian........................................................................................ 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5

A. Krim .............................................................................................................. 5

1. Defenisi Krim .......................................................................................... 5

x
2. Penggolongan Krim ................................................................................. 5

3. Bahan Penyusun Krim ............................................................................. 6

4. Keuntungan Sediaa Krim ......................................................................... 7

B. Uraian Bahan ................................................................................................ 7

C. Stabilitas Krim ............................................................................................ 10

D. Ketidakstabilan Krim .................................................................................. 12

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................. 14

A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 14

B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 14

1. Alat dan Bahan....................................................................................... 14

2. Formula Krim ........................................................................................ 15

C. Prosedur Kerja ............................................................................................ 15

1. Tahapan Penelitian ................................................................................. 15

2. Pembuatan Formula Krim ...................................................................... 15

3. Pengujian Stabilitas Krim ...................................................................... 16

D. Data Pengamatan ........................................................................................ 17

E. Analisis Data .............................................................................................. 17

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 18

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 18

B. Pembahasan ................................................................................................ 23

xi
BAB 5 PENUTUP...................................................................................................... 25

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 25

B. Saran ........................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 26

LAMPIRAN ............................................................................................................... 27

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Formula Krim Hidrokortison ..................................................................... 15

Tabel 2. Hasil evaluasi organoleptik krim racikan hidrokortison ............................. 18

Tabel 3. Hasil evaluasi homogenitas krim racikan hidrokortison .............................. 20

Tabel 4. Hasil evaluasi daya sebar krim racikan hidrokortison.................................. 21

Tabel 5. Hasil evaluasi pH krim racikan hidrokortison.............................................. 22

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja ........................................................................................ 27

Lampiran 2. Perhitungan Bahan .............................................................................. 28

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian ...................................................................... 29

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sampel Krim Hydrokortison.................................................................... 29

Gambar 2. Perubahan Organoleptik .......................................................................... 29

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaanya pada kulit dengan

tujuan untuk menghasilkan efek lokal. Penggunaan obat kulit topikal dipengaruhi

jenis kerusakan kulit, daya kerja yang dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah

kulit yang diobati. Obat kulit topikal mengandung obat yang bekerja secara lokal.

Salah satu bentuk sediaan obat yang diberikan melalui topikal adalah krim

(Sriwahyuningsih, 2015).

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air

tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakain luar (Depkes RI,

1979).

Sediaan dalam bentuk krim digunakan pada kulit atau membran

mukosa tertentu dengan tujuan protektif, terapeutik, atau profilaktik. Sifat umum

sediaan krim ialah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam

waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim dapat

memberikan efek mengkilap, berminyak, melembapkan, dan mudah tersebar

merata, mudah berpenetrasi pada kulit, mudah/sulit diusap, mudah/sulit dicuci

air. Keuntungan sediaan krim ialah kemampuan penyebarannya yang baik pada

kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air pada kulit,

memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air pada kulit, mudah

1
dicuci dengan air, serta pelepasan obat yang baik. Selain itu tidak terjadi

penyumbatan dikulit dan krimnya tampak putih dan bersifat lembut kecuali krim

asam stearat (Anwar, 2012).

Salah satu krim yang digunakan adalah krim hidrokortison.

Hidrokortison adalah kortikosteroid topikal yang digunakan untuk mengobati

radang kulit yang bukan disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim,

dermatitis kontak, gigitan serangga dan eksim skabies bersama-sama dengan obat

skabies. Kortikosteroid menekan berbagai komponen reaksi pada saat digunakan

saja; kortikosteroid sama sekali tidak menyembuhkan, dan bila pengobatan

dihentikan kondisi semula mungkin muncul kembali. Tetapi hidrokortison hanya

dapat meredakan gejala inflamasi dan bukan untuk menyembuhkan atau

menangani penyebab dasarnya (PIONAS, 2015).

Krim memiliki sifat yang termostabil, yaitu kestabilannya mudah rusak

dipengaruhi oleh struktur kimia dan sifat kimia bahan, cahaya, udara yang

mampu mempercepat reaksi degradasi bahan, dan suhu penyimpanan. Kestabilan

krim akan mempengaruhi kualitas krim. Di dalam penggunaan krim

hidrokortison sering di kombinasikan dengan bahan lain dimana bahan lain ini

berfungsi untuk meningkatkan efek krim hidrokortison, krim yang ditambahkan

dengan bahan lain sering disebut krim racikan, bahan lain yang sering

ditambahkan seperti asam salisilat dan LCD. Bahan lain ini dapat mempengaruhi

kestabilan krim karena bahan lain ini merupakan suatu asam dan alkohol yang

dapat memecah emulsi krim. Untuk mencegah pecahnya krim, krim yang diracik

2
sering ditambahkan Adeps Lanae atau Triethanolamin yang berguna untuk

mencegah kerusakan krim dengan konsentrasi secukupnya tetapi

permasalahannya adalah belum ada penelitian yang menyatakan stabilitas krim

yang telah ditambahkan Adeps Lanae atau Triethanolamin dan serta berapa

konsentrasi yang efektif.

Berdasarkan uraian di atas akan dilakukan penelitian untuk mengetahui

kestabilan krim hidrokortison yang ditambahkan Adeps Lanae atau

Triethanolamin dan menentukan konsentrasi Adeps lanae atau Triethanolamin

yang ditambahkan pada krim hidrokortison.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat

dirumuskan suatu permasalahan yaitu :

1. Bagaimana stabilitas krim racikan yang ditambahakan Adeps lanae atau

Triethanolamin?

2. Berapa konsentarasi Adeps lanae dan Triethanolamin yang ditambahkan pada

Krim Hidrokortison agar tetap stabil ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Stabilitas krim racikan yang ditambahkan Adeps lanae

atau Trietanolamin.

2. Untuk Mengetahui Konsentrasi Adeps lanae dan Triethanolamin yang

ditambahkan ke dalam krim Hidrokortison agar tetap stabil.

3
D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi tentang stabilitas krim yang ditambahkan Adeps lanae dan

Triethanolamin.

2. Sebagai informasi jumlah konsentrasi yang efektif pada Adeps lanae dan

Trietanolamin untuk menjaga stabilitas krim.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Krim

1. Defenisi Krim

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III definisi Krim adalah sediaan

setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60 % dan

dimaksudkan untuk pemakaian luar. Dan menurut Farmakope Indonesia Edisi

IV, Krim adalah bentuk sediaan stengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Sedangkan

menurut Moh. Anief krim adalah suatu salep yang berupa emulsi kental

mengandung tidak kurang 60 % air, dimaksdkan untuk pemakaian luar

(Depkes RI, 1979).

Sehingga dapat disimpulkan krim adalah sediaan setengah padat

berupa emulsi kental, mengandung air tidak kurang 60 % dan mengandung

satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang

sesuai serta dimaksdukan untuk pemakaian luar.

2. Penggolongan Krim

Krim ada dua macam yaitu krim tipe air dalam minyak (A/M) dan

krim tipe minyak dalam air (M/A). Untuk membuat krim digunakan zat

pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan

nonionik (Pratiwi, 2015).

5
Sifat krim yang dihasilkan dari tipe minyak dalam air (M/A) adalah

mudah dicuci, tidak lengket, dan tidak tahan lama daerah yang dioleskan.

Untuk tipe krim air dalam minyak (A/M), pemakaian dimaksudkan agar krim

dapat bertahan lama pada kulit, karena krim yang dihasilkan adalah krim yang

lengket dan suasah dicuci. Tipe krim yang akan dipilih dalm formula ini

adalah tipe minyak dalam air (M/A) karena krim tipe ini mengandung kadar

air yang lebih tinggi sehingga apabila dioleskan di kulit maka air akan

menguap dan memberi rasa dingin. (Pratiwi, 2015).

Sediaan Krim merupakan produk sederhana dan mudah digunakan

oleh manuusia. Dalam pembuatan sediaan krim, diperlukan beberapa bahan

dasar diantaranya adalah pengemulsi, pengental, emolien, humektan,

pengawet, air dan bahan aktif lainnya.

3. Bahan Penyusun Krim

Formula dasar krim antara lain :

1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.

Contoh : asam stearate, adeps lanae, paraffin liquidum, paraffin solidum,

minyak lemak, cera, cetacum, vaselin, setil alcohol, stearil alcohol, dan

sebagainya.

2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa. Contoh : Na

Tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH,

Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na

6
lauril sulfat, Na setosteril alcohol, polisorbatum/ Tween, Span dan

sebagainya.)

Bahan-bahan penyusun krim, antara lain :

1. Zat berkhasiat

2. Minyak

3. Air

4. Pengemulsi

Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan

dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai

bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba,

cetacium, setil alcohol, triethanolamin stearate, polisorbat, PEG.

4. Keuntungan Sediaan Krim

Adapun keuntungan menggunakan sediaan krim adalah : (Widido, 2013)

a. Mudah menyerap rata

b. Praktis dalam penggunaan

c. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A

(minyak dalam air)

d. Bekerja langsung pada jaringan setempat

e. Tidak lengket, terutama pada tipe M/A (minyak dalam air)

f. Aman digunakan dewasa maupun anak-anak

g. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/m (air dalam minyak)

7
B. Uraian Bahan

1. Krim Hidrokortison (Depkes RI,1979; 292)

Nama Resmi : HYDROCORTISONI CREMOR

Nama Lain : Krim Hidrokortison

Pemerian : Krim Hidrokortison mengandung Hidrokortison,

tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0

% dari steroid jumlah yang tertera pada etiket.

Identifikasi : Pada sejumlah krim setara dengan 5 mg hidrokortison,

tambahkan 5 ml etanol (95 %) P, panaskan di atas tungas uap

selama 5 menit sambil saring dikocok, dinginkan, saring,

Gunakan filtrat dan lanjutkan pengujian menurut cara

Identifikasi steroid yang tertera pada pemeriksaan steroid.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat : Kortikosteroid topikal

Dosis : Anak : Pemakaian 1-2 kali dalam sehari

Dewasa : Pemakaian 1-2 kali dalam sehari

(Anonim, 2015)

2. Asam Salisilat (Depkes RI,1979; 56)

Nama Resmi : ACIDUM SALICYLICUM

Nama Lain : Asam Salisilat

Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna Putih;

hampir tidak berbau; masa agak manis dan tajam.

8
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%)

P; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P; larut

dalam ammonium asetat P dinatrium hidrogen-fosfat P,

kalium sitrat P natrium sitrat P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

Khasiat : Keratolitikum

Dosis : Anak : Pemakaian 1-3 kali dalam sehari

Dewasa : Pemakaian 1-3 kali dalam sehari

(Anonim, 2015)

3. LCD (Canradewi, 2014)

Nama Resmi : LIQUIOR CARBONAS DETERGEN

Nama Lain : Likuor Karbonis detergens

Pemerian : Hampir hitam, cairan berbentuk kental, bau seperti

mataler yang khas dan rasa tajam membakar.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

Khasiat : Keratolitikum

4. Trietanolamin (Depkes RI,1979; 612)

Nama Resmi : TRIAETHANOLAMINUM

Nama Lain : Trietanolamina

Pemerian : Cairan kental; tidak berwarna hingga kuning pucat

bau lemah mirip amoniak; higroskopik.

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95 %) P;

9
larut dalam kloroform P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

Kegunaan : Zat tambahan emulsi.

Kadar : 85 % (weller, 1994)

5. Adeps Lanae (Depkes RI,1979; 61)

Nama Resmi : ADEPS LANAE

Nama Lain : Lemak Bulu Domba

Pemerian : Zat serupa lemak, liat, lekat; kuing muda atau

kuning pucat, agak tembus cahaya; bau lemah dan khas.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam

etanol (95 %) P; mudah larut dalam kloroform P dan

dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

di tempat sejuk.

Kegunaan : Zat tambahan emulsi.

Kadar :-

C. Stabilitas Krim

Sediaan kosmetik yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada

dalam batas yang dapat diterima selama periode waktu penyimpanan dan

penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada

saat dibuat.

10
Uji stabilitas bertujuan untuk membuktikan bagaimana mutu zat aktif

atau produk obat berubah seiring waktu, dibawah pengaruh faktor lingkungan

seperti temperature, kelembaban, dan cahaya (Djajadisastra, 2004).

Evaluasi stabilitas fisik antara lain (Djajadisastra, 2004) :

1. Uji penyimpanan pada suhu kamar adalah 200C atau 250C selama 1 minggu.

Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kestabilan dari

sediaan yang disimpan hanya satu tempat yaitu pada suhu kamar.

2. Uji penyimpanan pada suhu lemari pendingin adalah 20C atau 40C selama 1

minggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kestabilan

dari sediaan yang disimpan hanya pada satu tempat yaitu pada suhu lemari

pendingin.

Parameter yang digunakan dalam uji stabilitas fisik yaitu

(Anisa Puspa Juwita, 2013) :

1. Organoleptis

Pengamatan organaoleptis dapat dilihat dari tekstur sediaan yang

stabil meliputi perubahan warna dan bau krim. Pengamatan dilakukan

terhadap krim yang baru dibuat dan yang telah disimpan.

2. pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter yang telah

dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH 4 dan 7. Pada

sediaan krim, sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan kulit yaitu

11
sekitar 4,5-7,5 karena pH krim terlalu basa akan menyebabkan kulit

bersisik dan jika pH terlalu asam dapat menyebabkan iritasi kulit.

3. Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui

tercampurnya bahan-bahan sediaan krim. Hasil yang didapat tidak adanya

gumpalan-gumpalan.

4. Daya Sebar

Uji daya sebar untuk mengetahui kelunakan sediaan krim saat

dioleskan ke kulit. Sediaan krim yang sesuai adalah sediaan krim jika

dioleskan akan menyebar.

5. Viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viscometer

brokfield. Uji Viskositas bertujuan untuk mengetahui mudah atau

tidaknya suatu sediaan untuk diaplikasikan yang ditunjukkan dari

kemampuannya dalam mengalir.

D. Ketidakstabilan Krim

1. Kriming dan Sedimentasi

Kriming dan sedimentasi adalah perubahan ketidakstabilan emulsi

yang dapat terlihat secara kasat mata, ditandai dengan warna keputihan

yang berkumpul di lapisan atas emulsi ataupun terdapat dilapisan bawah

yang disebut sedimentasi. Proses ini terjadi akibat gaya gravitasi dan

sentrifugal, gradient konsentrasi akan menumpuk pada lapisan atas emulsi

12
karena droplet bergerak naik jika densitasnya lebih rendah dari medium

pendispersi. Gradient konsentrasi akan menumpuk bergerak ke lapisan

bawah sediaan jika densitas droplet lebih besar dibanding medium

(Wulandari, 2016).

2. Flokulasi

Metode termudah untuk mengamati flokulasi droplet dengan

menggunakan mikroskop. Flokulasi adalah efek antagonis dalam

stabilitas emulsi. Proses flokulasi terbentuk akibat gaya tarik vander

walls, menyebabkan agregasi droplet tanpa perubahan ukuran droplet.

Pembentukan droplet flokulasi mempengaruhi laju kriming sediaan.

Dalam emulsi encer, interaksi antar droplet hanya sedikit atau tidak

terjadi sama sekali sehingga cenderung meningkatkan laju kriming karena

densitas media yang lebih kecil dibanding droplet menyebabkan droplet

berkumpul di lapisan atas. Adanya flokulasi dapat meningkatkan

viskositas sediaan emulsi (Wulandari, 2016).

3. Inversi fase

Inversi fase adalah ketidakstabilan emulsi yang terjadi karena

perubahan fase m/a menjadi a/m atau sebaliknya. Faktor utama yang dapat

menyebabkan terjadinya inversi fase antara lain adalah konsentrasi

volume kedua fase, sifat, dan jumlah zat pengemulsi (Wulandari, 2016).

13
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasi laboratorium dengan desain pre

and post test yang bertujuan untuk mengetahui kestabilan krim Hidrokortison

yang ditambahkan Adeps lanae atau Triethanolamin dan menentukan

konsentrasi Adeps lanae dan Triethanolamin yang terbaik dalam menjaga

stabilitas krim Hidrokortison.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan

Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Makassar pada bulan

Desember sampai Mei 2017.

1. Alat dan Bahan Yang Digunakan

a. Alat- alat yang digunakan

Batang pengaduk, cawan petri, kaca objek, pengorek, pH meter,

pipet tetes, sendok tanduk, seperangkat alat gelas, timbangan, wadah

krim.

b. Bahan yang digunakan

Krim Hidrokortison, Asam salisilat, LCD, Adeps lanae dan

Triethanolamin.

14
2. Formula Krim

Tabel 1.Formula Krim Hidrokortison

Konsentrasi
Bahan F1 F2 F3 F4
Asam salisilat 2% 2% 2% 2%
LCD 0,5 % 0,5% 0,5 % 0,5 %
Adeps Lanae 5% 10 % - -
Triethanolamin - - 1% 2%
Krim 10 gr 10 gr 10 gr 10 gr
Hidrokortison

C. Prosedur Kerja

1. Tahapan penelitian

Dibuat 4 formula krim racikan dengan ditambahkan Adeps

Lanae dan Triethanolamin lalu di uji stabilitasnya sebelum penyimpanan

dan sesudah penyimpanan pada suhu kamar dan suhu lemari pendingin

dan dilakukan berupa pengujian yaitu uji organoleptik, uji pH, uji

homogenitas, dan uji daya sebar.

2. Pembuatan Formula Krim

a. Pembuatan krim racikan dengan Adeps Lanae

Ditimbang 0,216 g Asam salisilat dimasukkan dalam lumpang

lalu ditambahkan 0,05 g LCD dimasukkan dalam lumpang gerus

hingga homogen lalu ditambahkan Adeps lanae sebanyak 0,540 g di

dalam lumpang gerus hingga homogen, kemudian masukkan krim

Hidrokortison sebanyak 10 g di dalam lumpang gerus hingga homogen

kemudian dimasukkan di dalam wadah krim. (F1)

15
Dengan cara yang sama dibuat krim racikan dengan

menambahkan Adeps lanae sebanyak 1,142 g. (F2)

b. Pembuatan krim racikan dengan Triethanolamin

Ditimbang 0,207 g Asam salisilat dimasukkan dalam lumpang

lalu ditambahkan 0,05 g LCD dimasukkan dalam lumpang gerus

hingga homogen lalu ditambahkan Triethanolamin sebanyak 0,103 g

di dalam lumpang gerus hingga homogen, kemudian dimasukkan krim

Hidrokortison sebanyak 10 g di dalam lumpang gerus hingga

homogen, kemudian dimasukkan di dalam wadah krim. (F3)

Dengan cara yang sama dibuat krim racikan dengan

menambahkan Triethanolamin sebanyak 0,209 g. (F4)

3. Pengujian Stabilitas Krim

Pengujian dilakukan sebelum dan sesudah penyimpanan pada uhu kamar

dan suhu lemari pendingin.

Pengujian meliputi (Anisa Puspa Juwita, 2013) :

a. Evaluasi Krim

1. Organoleptik

Pengamatan Organoleptik dapat dilihat dari tekstur sediaan

yang stabil meliputi perubahan warna, bau, dan pemisahan fase

pada krim.

16
2. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter

yang telah dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar

pH 4 dan 7. Syarat sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH

kulit yaitu sekitar 4,5 - 7,5.

3. Homogenitas

Homogenitas diamati dengan memeriksa krim yang diamati

dengan memeriksa ukuran partikel di atas kaca objek untuk melihat

adanya partikel kasar. Syarat hasil yang didapat tidak adanya

gumpalan-gumpalan atau pemisahan fase.

4. Daya sebar

Uji daya sebar dilakukan dengan menimbang 0,5 g sediaan

krim, kemudian diletakan pada cawan petri terbalik. Diletakakan

beban 20 g dan ditunggu selama 1 menit, dicatat diameter

penyebarannya. Uji daya sebar berkisar yakni 2,5 – 2,8 cm.

D. Data Pengamatan

Data pengamatan yang dikumpulkan berupa data stablititas fisik

krim hidrokortison sebelum dan sesudah penyimpanan pada suhu kamar dan

suhu lemari pendingin.

17
E. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan membandingkan yaitu mengamati

perubahan stabilitas fisik sebelum dan sesudah penyimpanan dengan

membandingkan syarat yang ada.

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di laboratorium tentang

pengaruh penambahan triethanolamin dan adeps lanae terhadap stabilitas krim

hidrokortison maka diperoleh hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel –

tabel berikut ini :

Tabel 2. Hasil evaluasi organoleptik krim racikan hidrokortison

a. Suhu Kamar

Formula Sebelum Penyimpanan Sesudah Penyimpanan


I Putih tulang, bau Putih tulang, bau
spesifik, tidak ada spesifik, tidak ada
pemisahan fase pemisahan fase

II Putih tulang, bau Putih tulang, bau


spesifik, tidak ada spesifik, tidak ada
pemisahan fase pemisahan fase

III Putih tulang, bau Putih tulang, bau


spesifik, tidak ada spesifik, tidak ada
pemisahan fase pemisahan fase

IV Putih tulang, bau Putih tulang, bau


spesifik, tidak ada spesifik, tidak ada
pemisahan fase pemisahan fase

19
b. Suhu Lemari Pendingin

Formula Sebelum Penyimpanan Sesudah Penyimpanan


I Putih tulang, bau Putih tulang, bau
spesifik, tidak ada spesifik, tidak ada
pemisahan fase pemisahan fase

II Putih tulang, bau Putih tulang, bau


spesifik, tidak ada spesifik, tidak ada
pemisahan fase pemisahan fase

III Putih tulang, bau Putih tulang, bau


spesifik, tidak ada spesifik, tidak ada
pemisahan fase pemisahan fase

IV Putih tulang, bau Putih tulang, bau


spesifik, tidak ada spesifik, tidak ada
pemisahan fase pemisahan fase

Keterangan :

Formulasi I : Adeps Lanae 5 %

Formulasi II : Adeps Lanae 10 %

Formulasi II : Triethanolamin 1 %

Formulasi IV : Triethanolamin 2 %

20
Tabel 3. Hasil evaluasi homogenitas krim racikan hidrokortison

a. Suhu Kamar

Formula Sebelum Penyimpanan Sesudah Penyimpanan


I Homogen Homogen

II Homogen Homogen

III Homogen Homogen

IV Homogen Homogen

b. Suhu Lemari Pendingiin

Formula Sebelum Penyimpanan Sesudah Penyimpanan


I Homogen Homogen

II Homogen Homogen

III Homogen Homogen

IV Homogen Homogen

Keterangan :

Formulasi I : Adeps Lanae 5 %

Formulasi II : Adeps Lanae 10 %

Formulasi II : Triethanolamin 1 %

Formulasi IV : Triethanolamin 2 %

21
Tabel 4. Hasil evaluasi daya sebar krim racikan hidrokortison

a. Suhu Kamar

Formula Sebelum Penyimpanan Sesudah Penyimpanan


I 2,8 cm 3,2 cm

II 2,8 cm 3,0 cm

III 2,6 cm 2,8 cm

IV 2,7 cm 2,8 cm

b. Suhu Lemari Pendingin

Formula Sebelum Penyimpanan Sesudah Penyimpanan


I 2,8 cm 3,1 cm

II 2,8 cm 3,0 cm

III 2,5 cm 2,8 cm

IV 2,6 cm 2,8 cm

Keterangan :

Formulasi I : Adeps Lanae 5 %

Formulasi II : Adeps Lanae 10 %

Formulasi II : Triethanolamin 1 %

Formulasi IV : Triethanolamin 2 %

22
Tabel 5. Hasil evaluasi pH krim racikan hidrokortison

pH awal Krim Hydrocortison yaitu 12,1 (basa)

a. Suhu Kamar

Formula Sebelum Sesudah Selisih pH


Penyimpanan Penyimpanan
I 10,61 9,39 1,22

II 9.,54 8,93 0.61

III 10,12 9,55 0,57

IV 10,99 9,84 1,15

b. Suhu Lemari Pendingin

Formula Sebelum Sesudah Selisih pH


Penyimpanan Penyimpanan
I 10,41 9,20 1,21

II 9,83 8,75 1,08

III 11,12 9,57 1,55

IV 11,02 9,98 1,04

Keterangan :

Formulasi I : Adeps Lanae 5 %

Formulasi II : Adeps Lanae 10 %

23
Formulasi II : Triethanolamin 1 %

Formulasi IV : Triethanolamin 2 %

B. Pembahasan

Pada penambahan asam salisilat dan LCD pada krim hidrokortison

dapat mempengaruhi kestabilan krim karena bahan tersebut merupakan suatu

asam dan alkohol yang dapat memecah emulsi krim. Untuk mencegah

pecahnya krim perlu ditambahkan emulgator adeps lanae dan triethanolamin,

adapun kegunaan adeps lanae dan triethanolamin pada krim ialah bahan

pengemulsi (Depkes RI, 1995) (Weller, 1994) sehingga merupakan emulgator

yang tepat pada penambahan krim hidrokortison.

Dari hasil penelitian di atas ialah pada uji organoleptik krim

hidrokortison yaitu warna sebelum penyimpanan yaitu putih tulang namun

pada saat pembuatan formula, krim memiliki warna putih kecoklatan ini

terjadi karena adanya LCD tetapi hasil yang didapatkan warna putih tulang

karena bahan telah dicampurkan secara sempurna dan warna sesudah

penyimpanan yaitu putih tulang. Sediaan Bau spesifik yaitu sebelum dan

sesudah penyimpanan. Dan masing- masing formula yang disimpan pada

sebelum penyimpanan dan sesudah penyimpanan tidak terjadi pemisahan fase.

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi organoleptik krim yaitu terdapat

mikroognisme pada sediaan krim dan memiliki kadar air yang sangat tinggi

pada suatu sediaan krim.

24
Pada hasil pengujian homogenitas pada krim racikan yaitu sebelum

dan sesudah penyimpanan pada suhu kamar dan suhu dingin mendapatkan

hasil yang homogen dan tidak mengalami perubahan. Adpun faktor yang

dapat mempengaruhi homogenitas krim adalah fase terdispersi tidak

terdistribusi secara merata pada fase pendispersi.

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan menyebar

krim hidrokortison pada lokasi penggunaan dan mengetahui kelunakan krim.

Semakin besar gaya yang diberikan, semakin besar pula daya sebar krim pada

kulit (Dini, 2015). Pada hasil pengujian daya sebar krim dengan emulgator

Triethanolamin 2 % yang memiliki daya sebar sesuai dengan syarat yaitu 2,6

– 2,8 dibandingkan dengan Adeps lanae 5 %, 10 %, dan Triethanolamin 1 %.

Syarat uji daya sebar pada krim ialah berkisar 2,5 – 2,8 cm. Adapun faktor

yang dapat mempengaruhi daya sebar pada krim adalah konsistensi pada krim

lebih encer sehingga mempengaruhi penyebaran pada kulit.

Pada hasil pengujian pH krim dengan emulgator Triethanolamin 2 %

yang memiliki pH yang stabil dari pH awal dibandingkan dengan Adeps lanae

5 %, Adeps lanae 10 %, dan Triethanolamin 1 %. pH awal krim Hidrokortison

ialah 12,1. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi pH yaitu faktor suhu

terhadap pembentukan kadar asam dalam konsentrasi rendah, karena adanya

hambatan pertumbuhan bakteri asam, begitupula sebaliknya.

Hasil penelitian dari penambahan triethanolamin dan adeps lanae pada

krim Hidrokortison tidak terjadi perubahan stabilitas dan mutu fisik

25
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pengujian dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa :

1. Krim dengan penambahan emulgator Triethanolamin 2 % memiliki

stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan krim yang ditambahkan

Adeps lanae 5 %, Adeps lanae 10 % dan Triethanolamin 1 %.

2. Krim dengan penambahan emulgator Triethanolamin 2 % memiliki mutu

fisik yang lebih baik dibandingkan dengan krim yang ditambahkan Adeps

lanae 5 %, Adeps lanae 10 % dan Triethanolamin 1 %.

B. Saran

Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan krim yang lain dengan

pengujian yang sama dan menggunakan krim dengan emulgator yang

diketahui.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anisa Puspa Juwita, P. Y. (2013). Formulasi Krim Ekstrak Daun Lamun


(Syringodium isoetifolium). Jurnal Ilmiah Farmasi, 10.

Anonim (2015). BNF 70. http://British National Formulary (BNF


70)@drmyothethan.pdf. (Diakses 22 Januari 2017)

Anwar, E. (2012). Eksipien dalam Sediaan Farmasi (Karakteristik dan Aplikasi).


Jakarta: Universias Indonesia.

Canradewi. (2014). Membuat Mucilagines. Makassar: Politeknik Kesehatan Makassar


Jurusan Farmasi.

Depkes RI, POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI, POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Dini, Alifah Anastya. (2015). Formulasi Sediaan Skin Cream Aloe Vera (Aloe
barbadensis): Evaluasi Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Farmasi.

Djajadisastra, D. J. (2004). Cosmetic Stability. Jakarta: Departemen Farmasi,


FMIPA,Univeritas Indonesia.

PIONAS. (2015). http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-13-kulit/134-kortikosteroid-


topikal. Retrieved from Badan POM RI. (Diakses 22 Januari 2017)

Pratiwi, A. (2015). Formulasi Krim Ekstrak Etanol Rimpang Jaringau (Acorus


calamus L.) Dan UJI Kestabilan Fisiknya. Palembang: Politenik Kesehatan
Palembang.

Sriwahyuningsih, A. (2015). Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Basis


Krim Dalam Berbagai Konsentrasi Surfaktan. Makassar: Politeknik
Kesehatan Makassar Jurusan Farmasi.

weller, A. W. (1994). Handbook of Pharmaceutical Excipients. London: The


Pharmaceutical Press.

Widido. (2013). Sediaan Krim. Medan: Universitas Sumatera Utara.

27
Wulandari, P. (2016). Uji Stabilitas Fisik dan Kimia Sediaan Krim Ekstrak Etanol
Tumbuhan Paku (Nephrlepis falcat (Cav.)C.Chr). Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program studi Farmasi.

28
Lampiran 1.
Skema Kerja Penelitian.

Asam Salisilat 2 %
Adeps Lanae LCD 0,5 % TEA
Krim Hidrokortison 10 g

F1 F2 F3 F4
5% 10 % 1% 2%

- Penyimpanan Suhu Kamar


dan suhu Lemari
Pendingin
- Uji stabilitas yaitu :
1. Uji organoleptik
2. Uji pH
3. Uji Homogenitas
4. Uji Daya sebar

Data

- Analisis Data

- Pembahasan

Kesimpulan

29
Lampiran 2.

Perhitungan bahan

Formula I (Adeps Lanae 5 %)


2
1. As. salisilat = 100−(2+0,5+5) x 10 g = 0,216 g
0,5
2. LCD = 100−(2+0,5+5) x 10 g = 0,05 g
5
3. Adeps Lanae = 100−(2+0,5+5) x 10 g = 0,540 g
4. Hidrokortison = 10 g

Formula II (Adeps Lanae 10 %)


2
1. As. salisilat = 100−(2+0,5+10) x 10 g = 0,228 g
0,5
2. LCD = 100−(2+0,5+10) x 10 g = 0,05 g
10
3. Adeps Lanae = 100−(2+0,5+10) x 10 g = 1,142 g
4. Hidrokortison = 10 g

Formula III (Triethanolamin 1 %)


2
1. As. salisilat = 100−(2+0,5+1) x 10 g = 0,207 g
0,5
2. LCD = 100−(2+0,5+1) x 10 g = 0,05 g
1
3. TEA = 100−(2+0,5+1) x 10 g = 0,103 g
4. Hidrokortison = 10 g

Formula IV (Triethanolamin 2 %)
2
1. As. salisilat = x 10 g = 0,209 g
100−(2+0,5+2)
0,5
2. LCD = 100−(2+0,5+2) x 10 g = 0,05 g
2
3. TEA = 100−(2+0,5+2) x 10 g = 0,209 g
4. Hidrokortison = 10 g

30
Lampiran 3.

Dokumentasi hasil penelitian.

Sampel krim Hydrokortison

Perubahan Organoleptik

(suhu kamar) (suhu dingin)

Ket :

Tidak terjadi perubahan stabilitas krim.

31
BIOGRAFI

A. Identitas Diri
Nama Lengkap : Beatrix Dasilva Rabun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Katolik
Program Studi : D.III Farmasi
Nim : PO.713251141006
Tempat dan Tanggal Lahir : Ujung Pandang/ 18 Agustus 1996
Email : Beatrixdasilva319@yahoo.co.id
Alamat : Jl. Nuri baru/ Manunggal 22 No.45
Nomor telepon/Hp : 082396682128
Nama Orang tua : Ayah : Aloysius Rabun
Ibu : Maria Farida Tannen
B. Riwayat Pendidikan
SD : SD Katolik Hati Kudus Rajawali Makassar (2002-2008)
SMP : SMP Katolik Belibis Makassar (2008-2011)
SMA : SMA Katolik Cenderawasih Makassar (2011-2014)
PT : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar (2014-sekarang)

Demikian biodata saya buat dengan sebenar-benarnya sebagai bahan


pertimbangan bapak/ibu atas perhatiannya saya ucapkan terimah kasih.

32

Anda mungkin juga menyukai