Oleh :
i
PENGARUH PENAMBAHAN TRIETHANOLAMIN DAN ADEPS
LANAE TERHADAP STABILITAS KRIM HYDROCORTISON
Oleh :
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya selama
ini kepada penulis sehingga atas karuniaNya penulis dapat menyelesaikan karya tulis
Terima kasih yang tak terhingga teruntuk orang tua tercinta, Ayahanda
Aloysius Rabun dan Ibunda Maria Farida Tannen, semoga Tuhan senantiasa
memelihara keduanya. Terima kasih atas segala doa, cinta, kasih sayang, dan
dukungan baik moril maupun materil yang diberikan selama penulis menempuh
pendidikan, juga terima kasih kepada saudaraku serta seluruh keluargaku atas
dukungannya.
Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, karya tulis ilmiah ini
tidak dapat terselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya terutama kepada Bapak Hendra
Stevani, S.Si., M.Kes., Apt, selaku pembimbing pertama dan Ibu Arisanty, S.Si.,
M.Si., Apt, selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, pikiran, perhatian,
motivasi, dan bimbingan yang diberikan kepada penulis selama proses penelitian dan
v
Pada kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan
1. Bapak Dr. H. Ashari Rasyid, SKM., MS., selaku Direktur Politeknik Kesehatan
2. Bapak Dr. Rusli, Sp.FRS., Apt., selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik
3. Bapak Raimundus Chaliks, S.Si., M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi D3
5. Bapak, Ibu Dosen serta Staf dan Pegawai Poltekkes Makassar Jurusan
mengikuti pendidikan.
7. Dan untuk semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu – persatu, terima
kasih karena telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
vi
Karya tulis ini dipersembahkan untuk semua orang yang ingin, mau dan terus
dan penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk karya tulis ini sangat penulis
harapkan.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
Penulis
vii
PERNYATAAN KEASLIAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan
bahwa sebagian keseluruhan karya tulis ilmiah ini merupakan hasil karya orang lain,
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan sama
sekali.
viii
ABSTRAK
Penggunaan krim hidrokortison sering di kombinasikan dengan bahan lain dimana
bahan lain seperti asam salisilat dan LCD dapat mempengaruhi kestabilan krim.
Adeps lanae atau Triethanolamin sering ditambahkan untuk mencegah kerusakan
krim namun belum ada penelitian yang menyatakan stabilitas krim yang telah
ditambahkan Adeps lanae atau Triethanolamin dan serta berapa konsentrasi yang
tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Stabilitas krim racikan yang
ditambahkan Adeps lanae atau Trietanolamin dan untuk mengetahui konsentrasi
Adeps lanae dan Triethanolamin yang ditambahkan ke dalam krim Hidrokortison
agar tetap stabil. Desain penelitian ialah pre and post test design pada sampel racikan
yang ditambahakan Adeps lanae dan Triethanolamin dengan menggunakan 4 formula
yaitu 2 formula Adeps lanae dengan konsentrasi 5 % dan 10 % dan 2 formula
Triethanolamin dengan konsentrasi 1 % dan 2 % sampel di uji sebelum penyimpanan
dan sesudah penyimpanan dan sampel disimpan pada suhu kamar dan lemari
pendingin. Hasil penelitian menunjukkan krim dengan emulgator Triethanolamin 2 %
memiliki stabilitas dan mutu fisik yan lebih baik dibandigkan dengan Adeps lanae 5
%, Adeps lanae 10 %, dan Triethanolamin 1 %.
Kata kunci: Krim Hydrocortison, Asam Salisilat, LCD, Adeps Lanae, dan
Triethanolamin.
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................. ix
D. Manfaat Penelitian........................................................................................ 3
A. Krim .............................................................................................................. 5
x
2. Penggolongan Krim ................................................................................. 5
B. Pembahasan ................................................................................................ 23
xi
BAB 5 PENUTUP...................................................................................................... 25
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 25
B. Saran ........................................................................................................... 25
LAMPIRAN ............................................................................................................... 27
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tujuan untuk menghasilkan efek lokal. Penggunaan obat kulit topikal dipengaruhi
jenis kerusakan kulit, daya kerja yang dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah
kulit yang diobati. Obat kulit topikal mengandung obat yang bekerja secara lokal.
Salah satu bentuk sediaan obat yang diberikan melalui topikal adalah krim
(Sriwahyuningsih, 2015).
tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakain luar (Depkes RI,
1979).
mukosa tertentu dengan tujuan protektif, terapeutik, atau profilaktik. Sifat umum
sediaan krim ialah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam
waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim dapat
air. Keuntungan sediaan krim ialah kemampuan penyebarannya yang baik pada
kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air pada kulit,
memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air pada kulit, mudah
1
dicuci dengan air, serta pelepasan obat yang baik. Selain itu tidak terjadi
penyumbatan dikulit dan krimnya tampak putih dan bersifat lembut kecuali krim
radang kulit yang bukan disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim,
dermatitis kontak, gigitan serangga dan eksim skabies bersama-sama dengan obat
dipengaruhi oleh struktur kimia dan sifat kimia bahan, cahaya, udara yang
hidrokortison sering di kombinasikan dengan bahan lain dimana bahan lain ini
dengan bahan lain sering disebut krim racikan, bahan lain yang sering
ditambahkan seperti asam salisilat dan LCD. Bahan lain ini dapat mempengaruhi
kestabilan krim karena bahan lain ini merupakan suatu asam dan alkohol yang
dapat memecah emulsi krim. Untuk mencegah pecahnya krim, krim yang diracik
2
sering ditambahkan Adeps Lanae atau Triethanolamin yang berguna untuk
yang telah ditambahkan Adeps Lanae atau Triethanolamin dan serta berapa
B. Rumusan Masalah
Triethanolamin?
C. Tujuan Penelitian
atau Trietanolamin.
3
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi tentang stabilitas krim yang ditambahkan Adeps lanae dan
Triethanolamin.
2. Sebagai informasi jumlah konsentrasi yang efektif pada Adeps lanae dan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Krim
1. Defenisi Krim
setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60 % dan
IV, Krim adalah bentuk sediaan stengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Sedangkan
menurut Moh. Anief krim adalah suatu salep yang berupa emulsi kental
satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
2. Penggolongan Krim
Krim ada dua macam yaitu krim tipe air dalam minyak (A/M) dan
krim tipe minyak dalam air (M/A). Untuk membuat krim digunakan zat
5
Sifat krim yang dihasilkan dari tipe minyak dalam air (M/A) adalah
mudah dicuci, tidak lengket, dan tidak tahan lama daerah yang dioleskan.
Untuk tipe krim air dalam minyak (A/M), pemakaian dimaksudkan agar krim
dapat bertahan lama pada kulit, karena krim yang dihasilkan adalah krim yang
lengket dan suasah dicuci. Tipe krim yang akan dipilih dalm formula ini
adalah tipe minyak dalam air (M/A) karena krim tipe ini mengandung kadar
air yang lebih tinggi sehingga apabila dioleskan di kulit maka air akan
1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
minyak lemak, cera, cetacum, vaselin, setil alcohol, stearil alcohol, dan
sebagainya.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa. Contoh : Na
6
lauril sulfat, Na setosteril alcohol, polisorbatum/ Tween, Span dan
sebagainya.)
1. Zat berkhasiat
2. Minyak
3. Air
4. Pengemulsi
c. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A
g. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/m (air dalam minyak)
7
B. Uraian Bahan
(Anonim, 2015)
8
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%)
Khasiat : Keratolitikum
(Anonim, 2015)
Khasiat : Keratolitikum
9
larut dalam kloroform P.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam
dalam eter P.
di tempat sejuk.
Kadar :-
C. Stabilitas Krim
Sediaan kosmetik yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada
dalam batas yang dapat diterima selama periode waktu penyimpanan dan
penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada
saat dibuat.
10
Uji stabilitas bertujuan untuk membuktikan bagaimana mutu zat aktif
atau produk obat berubah seiring waktu, dibawah pengaruh faktor lingkungan
1. Uji penyimpanan pada suhu kamar adalah 200C atau 250C selama 1 minggu.
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kestabilan dari
sediaan yang disimpan hanya satu tempat yaitu pada suhu kamar.
2. Uji penyimpanan pada suhu lemari pendingin adalah 20C atau 40C selama 1
minggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kestabilan
dari sediaan yang disimpan hanya pada satu tempat yaitu pada suhu lemari
pendingin.
1. Organoleptis
2. pH
11
sekitar 4,5-7,5 karena pH krim terlalu basa akan menyebabkan kulit
3. Homogenitas
gumpalan-gumpalan.
4. Daya Sebar
dioleskan ke kulit. Sediaan krim yang sesuai adalah sediaan krim jika
5. Viskositas
D. Ketidakstabilan Krim
yang dapat terlihat secara kasat mata, ditandai dengan warna keputihan
yang disebut sedimentasi. Proses ini terjadi akibat gaya gravitasi dan
12
karena droplet bergerak naik jika densitasnya lebih rendah dari medium
(Wulandari, 2016).
2. Flokulasi
Dalam emulsi encer, interaksi antar droplet hanya sedikit atau tidak
3. Inversi fase
perubahan fase m/a menjadi a/m atau sebaliknya. Faktor utama yang dapat
volume kedua fase, sifat, dan jumlah zat pengemulsi (Wulandari, 2016).
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
and post test yang bertujuan untuk mengetahui kestabilan krim Hidrokortison
krim.
Triethanolamin.
14
2. Formula Krim
Konsentrasi
Bahan F1 F2 F3 F4
Asam salisilat 2% 2% 2% 2%
LCD 0,5 % 0,5% 0,5 % 0,5 %
Adeps Lanae 5% 10 % - -
Triethanolamin - - 1% 2%
Krim 10 gr 10 gr 10 gr 10 gr
Hidrokortison
C. Prosedur Kerja
1. Tahapan penelitian
dan sesudah penyimpanan pada suhu kamar dan suhu lemari pendingin
dan dilakukan berupa pengujian yaitu uji organoleptik, uji pH, uji
15
Dengan cara yang sama dibuat krim racikan dengan
a. Evaluasi Krim
1. Organoleptik
pada krim.
16
2. Pengukuran pH
3. Homogenitas
4. Daya sebar
D. Data Pengamatan
krim hidrokortison sebelum dan sesudah penyimpanan pada suhu kamar dan
17
E. Analisis Data
18
BAB IV
A. Hasil Penelitian
hidrokortison maka diperoleh hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel –
a. Suhu Kamar
19
b. Suhu Lemari Pendingin
Keterangan :
Formulasi II : Triethanolamin 1 %
Formulasi IV : Triethanolamin 2 %
20
Tabel 3. Hasil evaluasi homogenitas krim racikan hidrokortison
a. Suhu Kamar
II Homogen Homogen
IV Homogen Homogen
II Homogen Homogen
IV Homogen Homogen
Keterangan :
Formulasi II : Triethanolamin 1 %
Formulasi IV : Triethanolamin 2 %
21
Tabel 4. Hasil evaluasi daya sebar krim racikan hidrokortison
a. Suhu Kamar
II 2,8 cm 3,0 cm
IV 2,7 cm 2,8 cm
II 2,8 cm 3,0 cm
IV 2,6 cm 2,8 cm
Keterangan :
Formulasi II : Triethanolamin 1 %
Formulasi IV : Triethanolamin 2 %
22
Tabel 5. Hasil evaluasi pH krim racikan hidrokortison
a. Suhu Kamar
Keterangan :
23
Formulasi II : Triethanolamin 1 %
Formulasi IV : Triethanolamin 2 %
B. Pembahasan
asam dan alkohol yang dapat memecah emulsi krim. Untuk mencegah
adapun kegunaan adeps lanae dan triethanolamin pada krim ialah bahan
pada saat pembuatan formula, krim memiliki warna putih kecoklatan ini
terjadi karena adanya LCD tetapi hasil yang didapatkan warna putih tulang
penyimpanan yaitu putih tulang. Sediaan Bau spesifik yaitu sebelum dan
mikroognisme pada sediaan krim dan memiliki kadar air yang sangat tinggi
24
Pada hasil pengujian homogenitas pada krim racikan yaitu sebelum
dan sesudah penyimpanan pada suhu kamar dan suhu dingin mendapatkan
hasil yang homogen dan tidak mengalami perubahan. Adpun faktor yang
Semakin besar gaya yang diberikan, semakin besar pula daya sebar krim pada
kulit (Dini, 2015). Pada hasil pengujian daya sebar krim dengan emulgator
Triethanolamin 2 % yang memiliki daya sebar sesuai dengan syarat yaitu 2,6
Syarat uji daya sebar pada krim ialah berkisar 2,5 – 2,8 cm. Adapun faktor
yang dapat mempengaruhi daya sebar pada krim adalah konsistensi pada krim
yang memiliki pH yang stabil dari pH awal dibandingkan dengan Adeps lanae
ialah 12,1. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi pH yaitu faktor suhu
25
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
fisik yang lebih baik dibandingkan dengan krim yang ditambahkan Adeps
B. Saran
diketahui.
26
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI, POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Dini, Alifah Anastya. (2015). Formulasi Sediaan Skin Cream Aloe Vera (Aloe
barbadensis): Evaluasi Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Farmasi.
27
Wulandari, P. (2016). Uji Stabilitas Fisik dan Kimia Sediaan Krim Ekstrak Etanol
Tumbuhan Paku (Nephrlepis falcat (Cav.)C.Chr). Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program studi Farmasi.
28
Lampiran 1.
Skema Kerja Penelitian.
Asam Salisilat 2 %
Adeps Lanae LCD 0,5 % TEA
Krim Hidrokortison 10 g
F1 F2 F3 F4
5% 10 % 1% 2%
Data
- Analisis Data
- Pembahasan
Kesimpulan
29
Lampiran 2.
Perhitungan bahan
Formula IV (Triethanolamin 2 %)
2
1. As. salisilat = x 10 g = 0,209 g
100−(2+0,5+2)
0,5
2. LCD = 100−(2+0,5+2) x 10 g = 0,05 g
2
3. TEA = 100−(2+0,5+2) x 10 g = 0,209 g
4. Hidrokortison = 10 g
30
Lampiran 3.
Perubahan Organoleptik
Ket :
31
BIOGRAFI
A. Identitas Diri
Nama Lengkap : Beatrix Dasilva Rabun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Katolik
Program Studi : D.III Farmasi
Nim : PO.713251141006
Tempat dan Tanggal Lahir : Ujung Pandang/ 18 Agustus 1996
Email : Beatrixdasilva319@yahoo.co.id
Alamat : Jl. Nuri baru/ Manunggal 22 No.45
Nomor telepon/Hp : 082396682128
Nama Orang tua : Ayah : Aloysius Rabun
Ibu : Maria Farida Tannen
B. Riwayat Pendidikan
SD : SD Katolik Hati Kudus Rajawali Makassar (2002-2008)
SMP : SMP Katolik Belibis Makassar (2008-2011)
SMA : SMA Katolik Cenderawasih Makassar (2011-2014)
PT : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar (2014-sekarang)
32