PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 30 Hijrih atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya
Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk
memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan
waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan
dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam.
Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli
hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah. dalam makalah ini akan di bahas lebih
mendalam mengenai sejarah perkembangan islam di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah masuknya islam di indonesia
2. Perkembangan islam di Indonesia
3. Kerajaan-kerajaan islam di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat,
sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan
analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan
Indonesia.
Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari
suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang
dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa
Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak
kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-
Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat karena
ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan
stabilitas politik dan sosial. Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori
Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan
Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut mahzab
Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.
2. Kerajaan Demak
Sebelum dikenal dengan nama Demak, daerah tersebut dikenal dengan nama
Bintoro atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit.
Kadipaten Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang keturunan Raja Brawijaya V
(Bhre Kertabumi) yaitu raja Majapahit. Dengan berkembangnya Islam di Demak, maka Demak
dapat berkembang sebagai kota dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa.
Hal ini dijadikan kesempatan bagi Demak untuk melepaskan diri dengan melakukan
penyerangan terhadap Majapahit. Setelah Majapahit hancur maka Demak berdiri sebagai
kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya yaitu Raden Patah. Kerajaan Demak
secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di
muara sungai Demak, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria.
(sekarang Laut Muria sudah merupakan dataran rendah yang dialiri sungai Lusi). Bintoro
sebagai pusat kerajaan Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana Bergola adalah
pelabuhan yang penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram (Wangsa Syailendra),
sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan yang penting bagi kerajaan Demak.
3. Kerajaan Banten
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi tentang kerajaan Demak, bahwa daerah
ujung barat pulau Jawa yaitu Banten dan Sunda Kelapa dapat direbut oleh Demak, di bawah
pimpinan Fatahillah. Untuk itu daerah tersebut berada di bawah kekuasaan Demak. Setelah
Banten diislamkan oleh Fatahillah maka daerah Banten diserahkan kepada putranya yang
bernama Hasannudin, sedangkan Fatahillah sendiri menetap di Cirebon, dan lebih menekuni hal
keagamaan. Dengan diberikannya Banten kepada Hasannudin, maka Hasannudin meletakkan
dasardasar
pemerintahan kerajaan Banten dan mengangkat dirinya sebagai raja pertama, memerintah tahun
1552 – 1570.
Lokasi kerajaan Banten terletak di wilayah Banten sekarang, yaitu di tepi Timur Selat
Sunda sehingga daerahnya strategis dan sangat ramai untuk perdagangan nasional. Pada masa
pemerintahan Hasannudin, Banten dapat melepaskan diri dari kerajaan Demak, sehingga Banten
dapat berkembang cukup pesat dalam berbagai bidang kehidupan.
4. Kerajaan Gowa-Tallo
Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan di antaranya Gowa, Tallo,
Bone, Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Masing-masing kerajaan tersebut membentuk persekutuan
sesuai dengan pilihan masing-masing. Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo
membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih
dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar sebenarnya adalah ibukota dari
kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan.
Secara geografis, daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada
di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Makasar menjadi pusat
persinggahan para pedagang baik yang berasal dari Indonesia Timur maupun yang berasal dari
Indonesia Barat. Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan Makasar berkembang menjadi
kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu,
Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia.
Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam melalui jalur
perdagangan, sama seperti ketika berkenalan dengan agama Hindu dan Buddha. Melalui aktifitas
niaga, masyarakat Indonesia yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun mengenal ajaran
Islam. Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir laut yang lebih terbuka
terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam menyebar ke daerah pedalaman dan
pegunungan melalui aktifitas ekonomi, pendidikan, dan politik.
Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner, cepat,
dan tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun, dan sangat beragam. Dan dalam perkembangan
selanjutnya bermunculan banyak kerajaan-kerajaan islam di Indonesia seperti samudera pasai
dan kerajaan-kerajaan islam lainnya.
B. Saran
Kami sebagai pembuat makalah bukanlah makhluk yang sempurna. Apabila ada kalimat
yang tidak berkenan pada tempatnya. Kami berharap kritik dan saran dari Bapak pembimbing
dan rekan mahasiswa/i sekalian yang bersifat membangun agar kami bisa membuat makalah
yang lebih baik pada waktu yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik (ed.).1991.Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.
Badri, Yatim. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada Poesponegoro,
Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto.1993. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Soekmono, R.1973.Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jilid 2 dan 3. Yogyakarta:
Kanisius.
Sudarmanto.Y.B..1996.Jejak-Jejak Pahlawan dari Sultan Agung Hingga Syekh Yusuf. Jakarta:
Grasindo.
Suryanegara, Ahmad Mansur. 1996. Meneruskan Sejarah – Wacana Pergerakan Islam di
Indonesia. Bandung: Mizan.
BAB I
PENDAHULUAN
7. Mataram
Pendiri kerajaan Islam Mataram didirikan oleh Sutawijaya putra Ki Gede Pamanahan
(komandan dan pasukan pengawal panembahan Adiwijaya (Joko Tingkir). Ia meninggal tahun
1601M. Selanjutnya diganti Mas Jolang dengan gelar panembahan Sedo Ing Krapyak yang
memerintah tahun. 1601-1613M. Ia berusaha menyatukan Mataram yang diganggu
pemberontak. Tahun 1613, ia meninggal dan digantikan Adipati Martapura, tidak lama kemudian
diganti Mas Rangsang (Sultan Agung saudaranya) Tahun. 1631-1645. Pada tahun 1645 sultan
Agung meninggal dan digantikan putranya Amangkurat I (1646-1677 M)
8. Makasar
Pada abad ke 15 di Sulawesi berdiri beberapa kerajaan, diantaranya dari suku bangsa
Makasar (Gowa dan Tallo) dan Bugis (Luwu, Bone, Soppeng dan Wajo). 2 kerajaan yang
memiliki hubungan baik yaitu kerajaan Gowa dan Tallo. Ibu kota kerajaannya adalah Gowa
yang sekarang menjadi Makasar. Kerajaan ini pada abad ke 16 sudah menjadi daerah islam.
Masuk dan berkembangnya Islam di Makasar atas juga datuk Ribandang (Ulama adat
Minangkabau). Secara resmi kerajaan Gowa Islam berdiri pada tahun 1605 M.
Raja-raja yang terkenal diantaranya :
Sultan Alaudin (1605-1639 M) raja pertama Islam di Gowa-Tallo. Kerajaan ini adalah
negara maritim yang terkenal dengan perahu-perahu layarnya dengan jenis Pinisi dan lImbo.
Pada masa Sultan Alaudin berkuasa, Islam mengalami perkembangan pesat yang daerah
kekuasaannya hampir mencakup seluruh daerah Sulawesi. Ia wafat pada tahun 1939 M, setelah
menjadi raja selama 34 tahun dan digantikan putranya yang bernama Muhammad Said.
Muhammad Said (1639-1653 M). Raja ini berkuasa selama 14 tahun. Sultan hasanuddin (1653-
1669 M). Sultan ini sebagai pengganti dari Muhammad Saed. Pada masa Sultan hasanuddin
berkuasa, Gowa – Tallo mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya sampai ke pulau
Selayar, Butung, Sumbawa dan Lombok. Ia berkuasa selama 16 Tahun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masuknya Islam di Indonesia pada umumnya berjalan secara damai. Akan tetapi,
adakalanya penyebaran harus diwarnai dengan cara-cara penaklukan. Hal itu terjadi jika
situasi politik di kerajaan-karajaan itu mengalami kekacauan akibat perebutan kekuasaan.
Secara umum Islam masuk di Indonesia dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Proses dakwah Islam melalui perdagangan
2. Penyebaran Islam melalui perkawinan dan hubungan sosial
3. Penyebaran Islam oleh para wali
Sumber-Sumber Sejarah Masuknya Agama Islam di Indonesia Kerajaan Islam di
Indonesia, antara lain :
1. Sumber dari para pedagang Arab
2. Sumber dari Marco Polo
3. Sumber dari Tome pires
4. Sumber dari Batu Nisan
5. Sumber dari sejarawan Cina
Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia yaitu :
1. Samudera Pasai
2. Malaka
3. Aceh
4. Demak
5. Cirebon
6. Banten
7. Mataram
8. Makasar
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad al-Usairy. 2003. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana
Darsono, dkk. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 3 kelas IX Mts. Solo: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2013.
Daulay, Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
Maman A. Malik, dkk. 2005. Pengantar Sejarah Kebudayaan Islam. Pokja Akademik UIN
Jogyakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya Islam, peradaban Islam di dunia telah memberikan pengaruh besar bagi
perkembangan suatu negara, begitupun Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Sejak zaman pra sejarah penduduk kepulauan Indonesia di kenal sebagai pelayar-pelayar yang
sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan
perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di Asia Tenggara. Pelabuhan
penting di Sumatera dan Jawa antara abad ke-1 – ke-7 M sering di singgahi pedagang Asing.
Pedagang-pedagang muslim dari Arab, Persia dan India juga ada sampai ke kepulauan Indonesia
untuk berdagang pada abad ke-7 ketika Islam pertama kali berkembang di Timur Tengah.
Malaka merupakan pusat lalu - lintas perdagangan dan pelayaran karena hasil hutang
dan rempah-rempah dari seluruh pelosok nusantara di bawah di Cina dan India. Dari berita Cina
dapat diketahui bahwa pada masa dinasti tang orang-orang sudah ada di kantong dan Sumatra.
Perkembangan pelayaran dan perdagangan antara Asia bagian barat dan timur disebabkan oleh
kerajaan Islam di bawah Bani Umayyah dan kerajaan Cina zaman di nasti Tang.
Penduduk kepulauan Indonesia masuk Islam bermula dari penduduk pribumi di koloni
pedagang muslim itu. Menjelang abad ke-13, masyarakat muslim sudah ada di samudra Pasai,
Perlak, Palembang di Sumatra. Di Jawa makan Fatimah binti Maimun di Leran Gresik 475 H,
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia ?
b. Bagaimana Perjuangan Kemerdekaan Umat Islam di Indonesia ?
c. Apa saja Wujud Akulturasi Kebudayaan Islam Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
Negara Indonesia mengikhtisarkan asal kedatangan Islam menjadi tiga teori besar.
Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran
para pedagang india muslim pada sekitar abad ke-13 M. kedua, teori makkah. Islam dipercaya
tiba di Indonesia langsung dari timur tengah melalui jasa para pedagang arab muslim sekitar
abad ke-7 M.ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia
yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13
M.melalui kesultanan tidore yang juga menguasai tanah papua, sejak abad ke-17, jangkauan
terjauh penyebaran Islam sudah mencapai semenanjung onin di kabupaten fakfak, papua barat,
Hamka berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah tiongkok mengkabarkan bahwa
menemukan kelompok bangsa arab yang telah bermukim di pantai barat Sumatra.
Islam telah dikenal di Indonesia pada abad pertama hijriah atau 7 masehi, meskipun
dalamfrekuensi tidak terlalu besar hanya melalui perdagangan dengan para pedagang muslim
yang berlayar ke Indonesia untuk singgah untuk beberapa waktu. Islam masuk ke indonesia
1. Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas
perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M membuat pedagangan-pedangan muslim (Arab,
Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara
dan timur benua asia. Saluran Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena
para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi
pada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumu terutama putri-putri bangsawan, tertarik
untuk menjadi istri saodagar-saodagar itu. Sebelum kawin, mereka di Islamkan lebih dahulu.
Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya, timbul
ajaran yang sudah di kenal luas oleh masyarakat Indonesia. Diantara ahli-ahli Tasawuf yang
memberikan ajaran mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah
Hamzah Fansuruh di Aceh, Syaik Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik
selenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu,
calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren,
Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya dan
Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia
tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya
mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih di petik dari cerita
Mahabharata dan Ramayana, tetapi didalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama
pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan adalah Islamisasi, seperti sastra (hikayat,
memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di
keagamaan.
Pengetahuan mereka akan kemiskinan, kebodohan, dan ketertindasan masyarakat
Indonesia, pada saatnya mendorong lahirnya organisasi sosial, seperti Budi Utomo, Taman
Siswa, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Selebes, dan lain sebagainya.
menyerahkan tampuk pimpinan SDI pada bulam Mei 1912 kepada HOS Tjakroaminoto yang
mengubah nama dan sifat organisasi serta memperluas ruang geraknya. Sebagai organisasi
politik pelopor nasinalisme Indonesia, SI pada dekade pertama adalah organisasi politik besar
yang merekrut anggotanya dari berbagai kelas dan aliran yang ada di Indonesia. Waktu itu,
ideologi bangsa memang belum beragam, semua bertekat ingin mencapai kemerdekaan.
dari pemerintahan Belanda. Namun demikian, dalam perjalanan sejarahnya, dikalangan tokoh-
program; golongan revolusioner berhadapan dengan golongan moderat; dan politik koperasi
tidak sejalan dengan politik non-koperasi dan dilakukan oleh golongan tertentu. Puncak
perbedaan itu terjadi didalam tubuh SI sendiri, yang memunculkan kekuatan baru dengan
Banyak kalangan pergerakan yang kecewa terhadap perpecahan itu. Mereka kecewa
lagi, karena perpecahan itu bukan saja menunjukkan perbedaan taktik, tapi lebih itu, masing-
masing golongan semakin mempertegas ideologinya. Sejak itu, SI dengan tegasnya menyatakan
ajaran-ajaran Islam.
pendidikan yang mereka terima bersifat barat. Pendidikan Belanda memang diusahakan agar
Perpecahan itu lebih merupakan kelanjutan wajar dari latar belakang budaya
masyarakat, terutama Jawa. Proses Islamisasi damai di Indonesia, dengan ajaran Islam dan nilai-
nilai budaya.
ideologi itu, meskipun dalam benuk federasi, selalu berakhir dengan kegagalan. Sementara itu,
konflik ideologi terus berkembang dan kadang-kadang mengeras. Ada pula yang
mempertanyakaan lembaga-lembaga Islam, seperti poligami, dan ibadah haji. Tuduhan lain,
Islam Arab merupakan suatu bentuk imperialisme yang tidak kalah jeleknya dari Belanda.
Di awal tahun 1940an, Soekarno yang pernah mendalami ajaran Islam, mencoba
pembaharu di negara-negara Islam timur tengah, termasuk Turki. Namun, konsep politik
Islamnya lebih banyak merupakan penerapan sekularisme, sebagaimana yang di praktekkan oleh
dayanya kembali setelah Jepang datang menggantikan posisi Belanda. Jepang berusaha
maklumat Gunseikan No. 23/29 April 1945, tentang pembentukan badan penyelidik usaha-usaha
kalangan Islam mendapat pelayanan lebih besar dari Jepang, keanggotaan BPUPKI di dominasi
oleh golongan nasionalis “Sekular”, yang ketika itu lazim disebut golongan kebangsaan.
Setelah itu, dialog resmi ideologis antara dua golongan terjadi dengan terbuka dalam
suatu forum. Panitia sembilan, semacam sebuah komisi dari forum itu, membahas hal-hal yang
sangat mendasar, preambul UUD. Lima orang mewakili golongan nasionalis “Sekular”
(Sukarno, Muh.Hatta, Muh. Yamin, Maramis dan Subardjo) dan empat orang lainnya mewakili
Islam (Abdul Kahar Muzakkir, Wachid Hasyim, Agus Salim dan Abikusno Tjokrosujoso).
Kompromi yang dihasilkan panitia ini kelak dikenal sebagai piagam Jakarta. Pada prinsip
ketuhanan terdapat anak kalimat dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan
yang di pengaruhi oleh agama hindu dan budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali
mengalami proses akulturasi yang meluruskan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam
Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan hindu dan budha hilang.bentuk
budaya sebagai hasil dari proses akulturasi. Sedikit memberikan uraian berikut ini yaitu:
1. Seni Bangunan, wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat dilihat dari bangunan masjid,
makam, istana.
2. Seni Rupa, tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia/ hewan. Seni ukui relief yang
bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan
berkembang tulisan arab melayu atau biasa dikenal dengan istilah arab gundul.
Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan
atauaksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf arab melayu (arab gundul) dan isi
ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman hindu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ahmad Mansur Surya negara mengikhtisarkan asal kedatangan Islam menjadi tiga teori
besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui
peran para pedagang india muslim pada sekitar abad ke-13 M. kedua, teori makkah, Islam
dipercaya tiba di Indonesia langsung dari timur tengah melalui jasa para pedagang arab muslim
sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia, Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang
asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-
13 M.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis sarankan kepada parapembaca untuk mempelajari sejarah
Islam dengan begitu dapat menambah wawasan kita dalam mengetahui agama Islam di
Indonesia sehingga dapat menambah rasa bangga kepada agama Islam yang kita anut ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin, Nata, Metodologi Studi Islam, Ed. 1 Cet. 2 ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003
Lapidus, Ira, Sejarah Sosial Ummat Islam, Ed. 1 Cet. 1 ; Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada,
1997
Madjid, Nurcholish, Islam Agama Peradaban Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam
dalam Sejarah, Ed. 1 Cet. 1 ; Jakarta : Paramadina, 1995
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1 Cet. 1 ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak lama laut telah berfungsi sebagai jalur pelayaran dan perdagangan antar suku
bangsa di kepulauan indonesia dan bangsa-bangsa di dunia. Pelaut tradisonal indonesia telah
memiliki keterampilan berlayar yang di pelajari nenek moyang secaraturun temurun . bagi para
pelaut samudra bukan sekedar suatu bentangan air yang sangat luas . setiap perubahan warna,
pola gerak air, bentuk gelobang , jenis burung, dan ikan yang mengitari nya dapat membantu
pelaut dalam mengambil keputusan atau tindakan untuk menentukan arah perjalanan. Sejak dulu
mereka sudah mengenal teknologi arah angin dan musim untuk menentukan perjalan perayaan
dan perdagangan. Kapal pedagang yang berlayar ke selatan menggunakan musim utara dalam
januari dan febuari dan kembali lagi pulang jika angin bertiup dari selatan dalam juni,juli,
atau agustus. Angin musim barat daya di samudra hindia adalah antara april sampai
agustus,cara yang paling diandalkan untuk berlayar ketimur . mereka dapat kembali pada
musim yang sama setelah tinggal sembentar – tapi kebanyaan tinggal untuk berdagang- untuk
menghindari musim perubahan yang rawan badai dalam oktober dan kembali dengan musim
timur laut.
Bacaan berikut akan memaparkan tentang aktivitas perdagangan antar pulau pada masa
awal perkembangan islam di indonesia. Memahami aktivitas pelayaran dan perdagangan antar
pulau yang membawa sertta pesan-pesan agama ini dapat menjadi pelajaran dan menambah rasa
syukur terhadap tuhan yang maha esa.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Islam dan Jaringan Perdagangan Antar Pulau di Nusantara ?
b. Bagaimana Peran Kepulauan Indonesia Dalam Perdagangan Dan Pelayaran Di Asia
Tenggara Sampai Abad Ke-18 ?
c. Seperti Apa Perdagangan Antarpulau di Indonesia Pada Masa Kuno ?
d. Bagaimana Pola Perdagangan dan pelayaran Antar Pulau di Nusantara ?
BAB II
PEMBAHASAN
http://ardianaagustin14.blogspot.co.id/2015/05/islam-dan-jaringan-perdagangan-antar.html
http://chandrajunitha07.blogspot.co.id/2014/04/islam-dan-jaringan-perdagangan-antar.html
https://readyygo.blogspot.com/2017/01/islam-dan-jaringan-perdagangan.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data arkeologis seperti prasasti-prasasti maupun data historis berupa berita-
berita asing, kegiatan perdagangan di Kepulauan Indonesia sudah dimulai sejak abad pertama
Masehi. Jalurjalur pelayaran dan jaringan perdagangan Kerajaan Sriwijaya dengan negeri-negeri
di Asia Tenggara, India, dan Cina terutama berdasarkan berita-berita Cina telah dikaji, antara
lain oleh W. Wolters (1967).
Demikian pula dari catatan-catatan sejarah Indonesia dan Malaya yang dihimpun dari
sumber-sumber Cina oleh W.P Groeneveldt, telah menunjukkan adanya jaringan–jaringan
perdagangan antara kerajaan-kerajaan di Kepulauan Indonesia dengan berbagai negeri terutama
dengan Cina. Kontak dagang ini sudah berlangsung sejak abad-abad pertama Masehi sampai
dengan abad ke-16. Kemudian kapal-kapal dagang Arab juga sudah mulai berlayar ke wilayah
Asia Tenggara sejak permulaan abad ke-7. Dari literatur Arab banyak sumber berita tentang
perjalanan mereka ke Asia Tenggara.
Adanya jalur pelayaran tersebut menyebabkan munculnya jaringan perdagangan dan
pertumbuhan serta perkembangan kota-kota pusat kesultanan dengan kota-kota bandarnya pada
abad ke-13 sampai abad ke-18 misalnya, Samudera Pasai, Malaka, Banda Aceh, Jambi,
Palembang, Siak Indrapura, Minangkabau, Demak, Cirebon, Banten, Ternate, Tidore, Goa-Tallo,
Kutai, Banjar, dan kota-kota lainnya.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan