Anda di halaman 1dari 26

NAMA : Obi Alim ( 18130096)

JUDUL BUKU : ‘’ MENGENAL KONSEP ISLAM NUSANTARA ’’


PENULIS : PROF. DR. M. ISOM YUSQI, DKK
TEBAL BUKU : 224 HALAMAN ( 14 X 21 CM )
PENERBIT : PUSTAKA STAINU JAKARTA, CET. 1 ( JULI 2015 )

Mengenal Konsep Islam Nusantara

Bab 1

Diskursus Islam Nusantara

A. Memahami Terminologi Islam nusantara

Definisi tunggal yang Jami’wa mani’ atas istilah Islam nusantara sampai saat ini belum
disepakati. Perbedaan sudut pandang dalam melihat Islam nusantara menjadi Sebab utama
munculnya perspektif yang beragam mengenai istilah ini Islam nusantara sebagai objek Islam
kajian dan penelitian sejarah tentu berbeda dengan Islam nusantara. sebagai sebuah identitas
keberagaman identitas dakwah dan paham ketika Islam nusantara dijadikan objek penelitian
sejarah maka segala hal yang berkenaan dengan cara orang-orang Nusantara memahami dan
mengamalkan Islam serta setiap jejak peradaban dan kebudayaan nusantara yang tidak langsung
adalah manifestasi dari Islam nusantara .Frase Islam nusantara harus didefinisikan agar dapat
dipahami hal umum dan tidak menyelesaikan perdebatan tanpa agunan. Secara etimologis frase
Islam nusantara terdiri dari 2 kata yaitu, Islam dan Nusantara. Islam adalah agama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang berpedoman kepada Al-
quran dan hadis, atau dalam bahasa yang lebih kontekstual Islam berarti sebuah substansi nilai
dan seperangkat metodologi yang bisa saja ia menjadi kesamaan atau juga pertemuan, dengan
substansi nilai yang berasal muasal dari agama ilmu atau bahkan tradisi lain di luarnya.

 Pertama huruf jaar yang tersimpan di antara frase Islam dan Nusantara itu huruf ba
maka konotasi maknanya adalah bersifat geografis yakni Islam yang berada di
wilayah kepulauan nusantara.

 Kedua, apabila yang tersimpan huruf fi maka Islam nusantara berarti ajaran Islam
yang sudah dipahami dipraktekkan dan akhirnya menginternalisasi dalam diri dan

1
kehidupan masyarakat Muslim Nusantara. Makna kedua ini bersifat antropo
sosiokultural.

 Ketiga, jika huruf yang tersimpan dalam huruf lam maka yang dimaksud dengan
Islam nusantara adalah ajaran Islam yang agung dan mulia itu diharapkan dapat
memberikan hikmah dan manfaat bagi seluruh makhluk yang berada di nusantara,
tidak hanya itu hikmah manfaat dan rahmat Islam itu, juga diharapkan dapat
dirasakan bagi seluruh penghuni alam semesta atau dengan bahasa lain Islam
rahmatan lil alamin.

Tiga pemaknaan atas Islam nusantara di atas sekaligus menunjukkan bahwa secara
akademik wilayah kajian Islam nusantara meliputi kajian geografis, antropologis, sosiologis, dan
futuristic.

Kajian Secara geografis meliputi antara lain kajian Islam berbasis kawasan demografi
sekaligus historis. Secara antropologis sosiologis, meliputi antara lain kajian terhadap tipologi
budaya, politik, dan etika Nusantara. Sementara futuristic, meliputi kajian yang bersikap
prediktif dan strategis mengenai perkembangan masyarakat Muslim Nusantara di masa
mendatang.

B. Karakteristik Islam Nusantara

Terdapat keberagaman, yang luar biasa di Kepulauan Melayu Indonesia yang tidak hanya
dalam hal distribusi geografis, penduduknya tetapi juga ekspresi sosiokultural, ekonomi dan
politik yang tidak memungkinkan untuk merumuskan teori tunggal tentang konversi Islamisasi
atau periodesasi umum untuk seluruh kawasan nusantara. Di samping itu terdapat pula beberapa
karakteristik dasar tentang jaringan ulama dalam proses Islamisasi di nusantara diantaranya
bahwa jaringan ulama yang berpusat di haromain dengan lokus utama dua Masjid Agung di
Mekah dan di Madinah, Sejak akhir abad ke-15 hingga abad ke-16 dan abad ke-17 menyebar ke
berbagai wilayah dunia islam khususnya kawasan Samudra Hindia yang mencakup Afrika utara
dan timur Arabian Selatan dan timur anak benua India dan Nusantara. Cara ulama dan murid
yang terlibat dalam jaringan ulama itu tidak ragu lagi memainkan peran penting dan krusial
dalam pembaruan wacana dan praksis keislaman pada tingkat local. Selain itu terdapat 2
kendaraan penting yang membuat hubungan dalam jaringan ulama menjadi relatif Solid yakni,
isnad hadits dan silsilah tarekat Islam nusantara yang lahir dari proses pribumisasi bukan Islam
yang anti Arab atau anti apapun, karena sikap antipati merupakan bentuk dari sebuah
ekstrimisme berpikir. Tidak semua hal harus diarabkan agar menjadi Islami, dan tidak semua
yang berbau Arab adalah salah dan buruk. Islam nusantara bukan sekadar indigenisasi istilah-
istilah Arab untuk diganti dengan bahasa pribumi. Arabisasi vulgar merupakan salah satu
dampak dari sikap ekstrim dalam beragama.

1
Bab 2

Genealogi, Kerajaan dan Perkembangan Islam di Nusantara

A. Teori masuknya Islam ke Nusantara

Suatu kenyataan bahwa kedatangan Islam ke Indonesia dilakukan secara damai. Berbeda
dengan penyebaran Islam di Timur Tengah yang dalam beberapa kasus disertai dengan
kekerasan oleh militer muslim melalui penaklukan penaklukan Islam. Dalam batas tertentu
disebarkan oleh pedagang kemudian dilanjutkan oleh para guru agama atau Dai dan pengembara
Sufi orang yang terlibat dalam kegiatan dakwah pertama itu, tidak berteman dengan siapapun
selain bertanggung jawab menunaikan kewajiban tanpa pamrih. Sehingga nama mereka berlalu
begitu saja, tidak ada catatan sejarah atau prestasi pribadi yang sengaja dibuat mereka untuk
mengabadikan peran mereka, ditambah lagi wilayah Indonesia yang sangat luas dengan
perbedaan wilayah kondisi dan situasi. Oleh karena itu, wajar kalau terjadi perbedaan tentang
kapan dari mana dan di mana pertama kali Islam datang ke nusantara. Namun secara garis besar,
perbedaan pendapat itu terbagi menjadi tiga, Yaitu :

 Pendapat pertama, di Pulau Bali oleh sarjana-sarjana orientalis Belanda diantaranya


Hurgronje yang berpendapat bahwa, Islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 dari
Gujarat bukan dari Arab langsung. Dengan bukti ditemukannya makam sultan yang
beragama Islam pertama Malik as-saleh. Raja pertama Kerajaan Samudra Pasai yang
dikatakan berasal dari Gujarat.

 Pendapat kedua, dikemukakan oleh sarjana-sarjana muslim di antaranya Profesor


Hamka yang mengadakan seminar sejarah nasional I Islam ke Indonesia di Medan
tahun 1963. Hamka dan teman-teman yang berpendapat Islam sudah datang ke
Indonesia pada abad pertama Hijriyah abad ke-7 sampai ke-8 langsung dari Arab.
Dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional sudah dimulai
Jauh sebelum abad ke-13. yaitu sudah ada sejak abad ke-7 masehi melalui Selat
Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, atau Asia Timur Sriwijaya di
Asia Tenggara, dan Bani Umayyah di Asia Barat.

 Pendapat ketiga, Sarjana muslim kontemporer seperti, Taufik Abdullah


mengkompromikan kedua pendapat tersebut menurut pendapatnya, memang benar
Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 atau 8
masehi. Tetapi baru dianut oleh para pedagang Timur Tengah di pelabuhan-
pelabuhan baru Islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik
pada abad ke-13. Dengan berdirinya Kerajaan Samudra Pasai. Hal ini terjadi akibat
Arus Balik kehancuran Baghdad menyebabkan pedagang muslim mengalihkan
aktivitas perdagangan ke arah Asia Selatan Asia Timur dan Asia Tenggara.
Bersamaan dengan para pedagang datang pula dai dai dan musafir musafir Sufi.
3

1
Melalui jalur pelayaran itu pula mereka dapat berhubungan2 dengan pedagang dari
negeri-negeri di ketiga bagian benua Asia itu hal itu memungkinkan terjadinya
hubungan masyarakat muslim pertumbuhan perkampungan ini makin meluas
sehingga perkampungan itu tidak hanya bersifat ekonomis,tetapi membentuk struktur
pemerintahan dengan mengangkat kepala suku Gampong Samudra menjadi Sultan
Malik as Saleh.

Dari paparan di atas dapat dijelaskan bahwa tersebarnya islam ke nusantara adalah
melalui saluran-saluran sebagai berikut :

1. Perdagangan, yang mempergunakan sarana pelayaran.

2. Dakwah, yang dilakukan oleh mubaligh yang berdatangan bersama para


pedagang.

3. Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang muslim mubaligh dengan anak


bangsawan Indonesia.

4. Pendidikan pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan


dan penyebaran islam. Pusat-pusat pendidikan dan dakwah Islam di Kerajaan
Samudra Pasai berperan sebagai pusat dakwah pertama yang didatangi pelajar-
pelajar yang mengirim mubaligh lokal di antaranya, mengirim Maulana Malik
Ibrahim ke Jawa.

5. Tasawuf dan tarekat, Terangkan bahwa bersamaan dengan pedagang datang para
ulama dan para ulama atau Sufi itu ada yang kemudian diangkat menjadi
penasehat dan pejabat agama kerajaan an-nur juga kerajaan-kerajaan di Jawa,
mempunyai penasehat yang bergelar Wali yang terkenal adalah Wali Songo. Para
sufi menyebarkan Islam melalui dua cara :

 Pertama dengan membentuk kader mubaligh, agar mampu


mengajarkan serta menyebarkan agama Islam di daerah asalnya.

 Kedua melalui karya-karya tulis yang tersebar dan dibaca di


berbagai tempat di abad ke-7 Aceh adalah pusat perkembangan
karya-karya keagamaan yang ditulis oleh para ulama dan para
sufi.

6. Kesenian, saluran yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama
di Jawa adalah seni Wali Songo. Terutama Sunan Kalijaga mempergunakan
banyak cabang seni untuk Islamisasi seni, arsitektur gamelan, wayang, nyanyian,
dan seni busana.

1
Melalui saluran-saluran itu Islam secara berangsur-angsur menyebar. Penyebaran Islam
di Indonesia secara kasar dapat terbagi menjadi 3 tahap :

 Pertama dimulai dengan kedatangan Islam yang diikuti oleh kemerosotan


kemudian keruntuhan Majapahit pada abad ke-14 sampai ke-15.

 Kedua Penyebaran islam terjadi ketika VOC makin mantap menjadi penguasa
Indonesia.

 Sejak datang dan dan mapannya kekuasaan Kolonial Belanda pada abad ke-20,
dengan terjadinya liberalisasi kebijakan pemerintah kolonial Belanda di
Indonesia. Dalam tahap-tahap itu akan terlihat Proses Islamisasi sampai menjadi
tingkat seperti sekarang.

B. Kerajaan Islam Pertama di Nusantara

1. kerajaan Islam di Sumatera

Sejarah awal masuknya Islam ke Nusantara masih menjadi sebuah diskursus dan perdebatan
di kalangan sejarawan. Begitu pula dengan persoalan Kerajaan Islam pertama di nusantara.
Dalam beberapa buku sejarah yang mengulas kerajaan kerajaan pertama di nusantara, disebutkan
bahwa kerajaan Islam pertama di nusantara adalah kerajaan Samudra Pasai. Sementara menurut
Husein Azmi, Jauh sebelum berdirinya Kerajaan Samudra Pasai terdapat dua kerajaan Islam
yang berdiri di Sumatera yaitu, kerajaan Kutai dan kerajaan Perlak.

a. Kerajaan Ta Shi

Sebagaimana dijelaskan di atas, Wan Husein Azmi dengan menggunakan data-data


sejarah yang berupa catatan Cina dan sumber sejarah lainnya mengatakan bahwa, Ta Shi adalah
kerajaan tertua dan pertama di nusantara. Menurut berita tua dari Cina, terdapat kerajaan tua di
bagian Utara Sumatera bernama Tasya yang telah mengadakan hubungan diplomatik dengan
kerajaan Cina. Dimana hubungan kerjasama Dua kerajaan ini berlangsung sampai tahun 655
Masehi. Kerajaan Islam tasyri ini pada perkembangan selanjutnya menyatu dengan kerajaan
Perlak dengan memakai nama kerajaan Perlak.

b. Kerajaan Perlak

sebagai sebuah Pelabuhan perniagaan yang maju di abad ke-8 telah menjadi tempat
persinggahan bagi kapal-kapal para pelancong dan pedagang beragama Islam dari daerah Arab
maupun Persia. Kedatangan para pedagang Islam Arab dan persia yang kemudian bermukim di
Perlak ini, kemudian melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi. Buah dari perkawinan
tersebut melahirkan kerajaan Islam Perlak pertama yaitu pada hari Selasa tanggal 1 bulan

1
Muharram tahun 225 Hijriyah atau sekitar tahun 840 Masehi, dan sultan pertama kerajaan ini
adalah Syekh Maulana Abdul Aziz Shah atau peranakan Arab Quraisy dengan Putri Perlak.

c. Samudra Pasai

Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh. Kemunculannya sebagai kerajaan Islam
diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13, sebagai hasil proses Islamisasi daerah-
daerah pantai yang pernah disinggahi Pedagang pedagang muslim. Sejak abad ke-7, Ke- 8
Masehi dan seterusnya. Bukti berdirinya Kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13, itu didukung
oleh adanya nisan kubur terbuat dari granit asal Samudra Pasai dari nisan itu terdapat diketahui
bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadan tahun 696 Hijriyah yang
diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 Masehi. Pendapat bahwa Islam sudah berkembang di
sana sejak awal abad ke-13 masehi didukung oleh Berita Cina dan pendapat Ibnu Batutah
seorang pengembara terkenal dari Maroko yang pada pertengahan abad ke-14 masehi
mengunjungi Samudra Pasai. Dalam perjalanannya dari Delhi ke Cina, kemudian itu Samudra
Pasai diperintah oleh Sultan Malik Az Zahir Putra Sultan Malik Al Saleh. Menurut sumber-
sumber Cina, pada awal tahun 1282 masehi kerajaan kecil Samudra mengirim kepada Raja Cina
duta-duta yang disebut dengan nama-nama muslim yakni, Husein dan Sulaiman. Ibnu Batutah
menyatakan bahwa, Islam Sudah hampir 1 abad lamanya disiarkan di sana ia meriwayatkan
sebuah solehan kerendahan hati dan semangat keagamaan rajanya yang seperti rakyatnya
mengikuti Mazhab Syafi'i. Menurut beritanya pula, Kerajaan Samudra Pasai ketika itu
merupakan pusat studi Agama Islam dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai negeri
Islam untuk mendiskusikan berbagai masalah keagamaan dan keduniaan. Kerajaan Samudra
Pasai berlangsung sampai tahun 1524 masehi. Pada tahun 1521 masehi, kerajaan itu ditaklukan
oleh Portugis yang menduduki selama 3 tahun kemudian tahun 1524 masehi di Sasi oleh Raja
Aceh Ali mughayat Syah yah. Selanjutnya Kerajaan Samudra Pasai di bawah pengaruh
kesultanan Aceh yang berpusat di bandara Aceh Darussalam.

d. Aceh Darussalam

Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh
Besar. Di sini Pulau terletak ibukotanya kurang begitu diketahui kapan sejarah ini sebenarnya
berdiri, Anas Machmud berpendapat kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-15, di atas puing-puing
kerajaan peletak dasar kebesaran Kerajaan Aceh adalah Sultan Alaudin riayat Syah yang bergelar
al-qahhar. Dalam menghadapi bala tentara Portugis ia menjalin hubungan persahabatan dengan
Kerajaan Usmani di Turki dan negara-negara Islam yang lain di Indonesia dengan bantuan Turki
Usmani tersebut Aceh dapat Membangun angkatan perangnya dengan baik. Aceh ketika itu
tampaknya mengakui Kerajaan Turki Usmani sebagai Pemegang kedaulatan tertinggi dan
kekhalifahan dalam Islam. Puncak kekuasaan Kerajaan Aceh terletak pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar muda, tahun 16 08 sampai 1637. Pada masanya, pemerintahan menguasai
seluruh pelabuhan di pesisir timur dan barat Sumatera dari Aceh tanah Gayo yang berbatasan di
6

1
islamkan juga Minangkabau hanya orang-orang Batak yang berusaha menangkis kekuatan-
kekuatan Islam yang datang. Bahkan mereka selangkah begitu jauh sampai minta bantuan
Portugis Sultan Iskandar tidak bergantung kepada bantuan Turki Usmani yang jaraknya terlalu
jauh untuk mengalahkan Portugis. Sultan kemudian bekerjasama dengan musik Portugis yaitu
Belanda dan Inggris.

2. Kerajaan Islam di Jawa

a. Demak

Perkembangan Islam di Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi Raja


Majapahit. Hal itu memberi peluang bagi penguasa Islam di pesisir untuk membangun pusat-
pusat kekuasaan yang independen di bawah pemimpin Sunan Ampel Denta. Walisongo
bersepakat mengangkat Raden Patah Menjadi Raja pertama kerajaan Demak, Kerajaan Islam
pertama di Jawa dengan gelar Senopati jimbun ngabdurrahman Palembang sayidin panatagama.
Raden Patah dalam menjalankan pemerintahannya terutama dalam persoalan persoalan agama
dibantu oleh para ulama Wali Songo. Sebelumnya, Demak yang masih bernama Bintoro
merupakan daerah asal gajah pahit yang diberikan Raja Majapahit kepada Raden Patah. Daerah
Ini lambat laun menjadi pusat perkembangan agama Islam yang diselenggarakan oleh para wali
pemerintahan Raden Patah berlangsung kira-kira di akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16.
Dikatakan Dia adalah seorang anak raja Majapahit dari seorang muslim keturunan campa.

b. Pajang

Kesultanan pajang adalah pelanjut dan dipandang sebagai pewaris kerajaan Islam Demak.
Kesultanan yang terletak di daerah Kartasura sekarang in, merupakan kerajaan Islam pertama
yang terletak di daerah pedalaman Jawa. Usia Kesultanan itu, tidak panjang kekuasaan dan
kebesaran yang kemudian diambil alih oleh kerajaan Mataram. Sultan atau raja pertama
Kesultanan ini adalah Jaka Tingkir, yang berasal dari Pengging di lereng gunung merapi. Oleh
Raja Demak ketiga, Sultan trenggono Jaka Tingkir diangkat menjadi penguasa di pajang setelah
sebelumnya dikawinkan dengan anak perempuannya. kediaman penguasa panjang itu menurut
babad dibangun dengan mencontoh Keraton Demak. Sultan pajang meninggal dunia pada tahun
1587 dan dimakamkan di butuh suatu daerah di sebelah barat Taman-Taman Kerajaan Pajang ia
digantikan oleh menantunya Arya pangiri. Riwayat Kerajaan Pajang berakhir tahun 1618 waktu
itu, memberontak terhadap Mataram yang ketika itu di bawah Sultan Agung pajang di bawah
Sultan Agung pajang dihancurkan. Rajanya melarikan diri ke Giri dan Surabaya.

c. Mataram

Awal dari kerajaan Mataram adalah ketika Sultan hadiwijaya dari pajang meminta bantuan
kepada Ki pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas
pemberontakan Arya Penangsang tersebut. Sebagai hadiah atasnya, sultan sultan kemudian
7

1
menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki pamanahan yang menurunkan raja-raja Mataram
Islam.

d. Cirebon

Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh
Sunan Gunung Jati di awal abad ke-16. Cirebon masih merupakan sebuah daerah kecil di bawah
kekuasaan pasukan Pajajaran Raja Pajajaran hanya menempatkan seorang juru Labuhan di sana
bernama Pangeran walangsungsang. Seorang tokoh yang mempunyai hubungan dengan raja
Pajajaran ketika berhasil memajukan Cirebon ia sudah menganut agama Islam disebutkan oleh
Tome Pires Islam sudah ada di Cirebon sekitar 1470 sampai 1475 Masehi. Akan tetapi, orang
yang berhasil meningkatkan status Cirebon menjadi sebuah kerajaan adalah Syarif Hidayat yang
terkenal dengan gelar Sunan Gunung Jati. Pengganti dan keponakan dari pangeran
walangsungsang ialah pendiri dinasti Raja Cirebon dan kemudian juga Banten. Setelah Sunan
Gunung Jati wafat, ia diganti oleh cicitnya yang terkenal dengan gelar Pangeran Ratu atau
Panembahan Ratu. keutuhan Cirebon sebagai satu kerajaan hanya sampai Pangeran Giri yaitu
sepeninggalnya sesuai dengan kehendaknya sendiri. Cirebon diperintah oleh dua putranya
martawijaya atau panembah sepuh memimpin Kesultanan kesepuhan sebagai rajanya yang
pertama dengan gelar Syamsudin, sementara Panembahan Anom memimpin Kesultanan
Kanoman dengan gelar badrudin.

e. Banten

Menurut sumber tradisional, penguasa Pajajaran di Banten menerima Sunan Gunung Jati
dengan ramah tamah dan tertarik masuk Islam Ia meratakan Jalan bagi kegiatan pengislaman, di
sana dengan segera ia menjadi orang yang berkuasa atas kota itu dengan bantuan Tentara Jawa
yang makan apa memang dimintanya. Namun, menurut berita Baros penyebaran Islam di Jawa
Barat tidak mengganggu Jalan Damai sebagaimana disebut oleh sumber tradisional. Beberapa
pengislaman mungkin terjadi secara sukarela tetapi kekuasaan tidak diperoleh kecuali dengan
menggunakan kekerasan Banten dikatakan justru dikenal dengan tiba-tiba pada tahun 1568. Di
saat kekuasaan Demak beralih ke Pajang memerdekakan bantuan Itulah sebabnya ia dianggap
sebagai kerajaan Islam yang pertama di Banten Banten. Sejak semula memang merupakan asal
dari Demak mengangkat kira-kira tahun 1570, dan digantikan oleh anaknya.

3. Kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi

a. Kalimantan

1) Berdirinya Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan

Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari kerajaan Daha yang beragama Hindu.
Peristiwanya dimulai ketika terjadi pertentangan dalam keluarga istana antara Pangeran Samudra

1
sebagai pewaris sah kerajaan aha dengan pamannya Pangeran Tumenggung. Peperangan terus
berlangsung secara seimbang Patih masih mengusulkan kepada Pangeran Samudra untuk
meminta bantuan kepada kerajaan Demak Sultan Demak bersedia membantu asal Pangeran
Samudra nanti masuk Islam Sultan Demak. Kemudian, mengirim bantuan 1000 orang tentara
beserta pengurus bernama khabib Dayan untuk mengislamkan orang Banjar dalam peperangan
itu Pangeran Samudera memperoleh kemenangan dan sesuai janjinya ya beserta seluruh kerabat
Keraton dan penduduk Banjar menyatakan diri masuk Islam. Pangeran Samudra sendiri setelah
masuk Islam diberi nama sultan suryanullah atau Suriansyah yang dinobatkan sebagai raja
pertama dalam kerajaan Islam Banjar.

2) Kutai di Kalimantan Timur

Menurut risalah Kutai, dua orang penyebar Islam tiba di Kutai. Pada masa pemerintahan raja
mahkota, salah seorang diantaranya adalah tuan di bandang yang dikenal dengan Dato ribandang
dari Makassar, yang lainnya adalah tuan tunggang parangan.

b. Maluku

Islam mencapai kepulauan rempah-rempah yang sekarang dikenal dengan Maluku ini pada
pertengahan terakhir abad ke-15 sekitar tahun 1490. Raja Ternate yang memeluk agama Islam
nama raja itu adalah ia mengambil Seorang Istri keturunan ningrat dari Jawa .

c. Sulawesi

Kerajaan gowa-tallo, Kerajaan kembar yang saling berbatasan biasanya disebut Kerajaan
Makassar. Kerajaan ini terletak Semenanjung Barat Daya Pulau Sulawesi yang merupakan
daerah transito sangat strategis sejak gowa-tallo tampil sebagai pusat perdagangan Laut.
Kerajaan ini menerima Islam dari Gresik dibawah ini pemerintahan Sultan Babullah Ternate
mengadakan perjanjian persahabatan dengan Gowa Tallo.

4. Hubungan Politik dan Keagamaan Antar Kerajaan

Hubungan antara satu kerajaan Islam dengan kerajaan Islam lainnya pertama-tama memang
terjalin karena persamaan agama, hubungan itu mulainya mengambil bentuk kegiatan dakwah.
Kemudian berlanjut setelah kerajaan-kerajaan islam berdiri demikianlah misalnya antar akhiri
dengan daerah-daerah Islam. Di Indonesia bagian Timur, terutama Maluku adalah dalam rangka
penyebaran Islam itu pula Fadil akan dari Pasai datang ke Demak untuk memperluas wilayah
kekuasaan ke Sunda Kelapa dalam bidang politik agama. Pada mulanya, dipergunakan untuk
memperkuat diri dalam menghadapi pihak-pihak atau kerajaan-kerajaan yang bukan Islam
terutama yang mengancam kehidupan politik maupun ekonomi. Persekutuan antara Demak dan
Cirebon dalam menaklukan Banten dan Sunda Kelapa dapat diambil sebagai contoh.

5. Polarisasi Budaya Dalam Proses Pembentukan Negara


9

1
a. Pola Samudra Pasai

Lahirnya Kerajaan Samudera Pasai berlangsung melalui perubahan dari negara yang
segmenter ke negara yang terpusat sejak awal perkembangannya, Samudra Pasai menunjukkan
banyak pertanda dari Pembentukan suatu negara baru kerajaan ini tidak saja berhadapan dengan
golongan-golongan yang belum ditundukkan dan diislamkan dari wilayah pedalaman tetapi juga
menyelesaikan pertentangan politik serta pertentangan keluarga yang berkepanjangan. Dalam
proses perkembangannya menjadi negara terpusat, Samudra Pasai juga menjadi pusat pengajaran
agama reputasinya sebagai pusat pengajaran agama terus berlanjut walau pun kemudian
kedudukan ekonomi dan politik nya menyusut.

b. Pola Sulawesi Selatan

Pola ini adalah Islamisasi melalui konversi Keraton atau pusat kekuasaan dalam sejarah
Islam di Asia Tenggara. Pola ini didahului oleh berdirinya Kerajaan Islam Malaka. Proses
Islamisasi berlangsung dalam bentuk struktur negara yang memiliki basis legitimasi geneologis
konversi agama Menunjukkan kemampuan Raja penguasa terhindar dari penggunaan rakyatnya.

c. Pola Jawa

Di Jawa, Islam mendapatkan suatu sistem politik dan struktur kekuasaan yang telah lama
makan berpusat di Keraton pusat Majapahit. Sebenarnya kualitas pedagang muslim mendapat
tempat dalam pusat-pusat politik pada abad ke-11. Komunitas itu makin besar pada abad ke-14,
ketika posisi Raja melemah para saudagar kaya di berbagai kadipaten di wilayah pesisir
mendapat peluang besar untuk menjauhkan diri dari kekuasaan raja. Mereka kemudian tidak
hanya masuk Islam tetapi juga membangun pusat pusat politik yang yang independen setelah
Keraton pusat menjadi goya keratan-keratan kecil mulai bersaing untuk menggantikan
kedudukannya. Demak berhasil menggantikan Majapahit dengan posisi baru. Dengan posisi baru
ini, tidak hanya menjadi pemegang hegemoni politik tetapi juga menjadi jembatan
penyeberangan Islam yang paling penting di Jawa. Ciri perkembangan Islam di nusantara,
merupakan salah satu dari tujuh cabang peradaban Islam sesudah hancurnya persatuan peradaban
Islam yang berpusat di Baghdad tahun 1258. ke 7 cabang peradaban Islam tersebut secara
lengkap adalah peradaban Islam Arab Islam versi Islam Turki Islam Afrika hitam Islam anak
benua India Islam Arab Melayu dan Islam Cina kebudayaan atau peradaban yang disebut Arab
Melayu tersebar di wilayah Asia Tenggara memiliki ciri-ciri mineral menyebabkan peradaban
jika tetap mempertahankan bentuk integritasnya tetapi pada saat yang sama tetapi mempunyai
unsur-unsur yang harus kawasan itu kemunculan dan perkembangan Islam di kawasan itu
menimbulkan transformasi kebudayaan atau peradaban lokal transformasi. Melalui pergantian
agama, dimungkinkan karena Islam selain menekankan keimanan yang benar juga menghentikan
tingkah laku dan pengalaman yang baik yang diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan
terjadinya transformasi kebudayaan atau peradaban. Dari sistem keagamaan lokal kepada sistem

10

1
keagamaan Islam biasa disebut revolusi agama transformasi masyarakat melayu kepada Islam
terjadi berbarengan dengan masa perdagangan kekayaan dan kekuasaan. Bangsa ini
mengantarkan wilayah nusantara kedalam internasionalisasi perdagangan dan kosmopolitanisme
kebudayaan yang tidak pernah dialami masyarakat di kawasan ini pada masa-masa sebelumnya.

Bab 3

Pendidikan dan Tasawuf di Nusantara

A. Pendidikan Islam di nusantara

1. Pendidikan kerajaan Islam

Dipelopori oleh Ibnu Batutah, berkunjung ke Samudra Pasai pada tahun 1345, Ia mengikuti
Raja mengadakan halaqoh setelah salat Jumat sampai waktu Ashar. Dari kata anggaran tersebut,
diduga Kerajaan Samudra Pasai ketika Itu sudah merupakan pusat agama Islam dan tempat
berkumpul para ulama dari berbagai negara untuk berdiskusi tentang masalah-masalah.
Keagamaan dan duniawi dan sekaligus dengan demikian, Samudra Pasai merupakan tempat studi
Islam yang paling tua yang dilakukan oleh sebuah kerajaan setelah Kerajaan Samudra Pasai
mundur dalam bidang politik tradisi. Pendidikan Agama Islam terus berlanjut Samudra Pasai
terus berfungsi sebagai pusat studi Islam di Asia Tenggara walaupun, secara politik tidak
berpengaruh lagi ketika kerajaan Islam Malaka menjadi pusat studi Islam. Akan tetapi, peranan
Samudra Pasai sebagai pusat studi Islam tidak berkurang bahkan kadang-kadang masalah yang
tidak dikerjakan oleh ulama Malaka dimintakan fatwanya kepada ulama Samudra Pasai di
Kerajaan Aceh Darussalam. Sultan Iskandar Muda juga sangat memperhatikan pengembangan
agama dengan mendirikan masjid-masjid seperti Masjid Baiturrahman di Banda Aceh, dan pusat-
pusat pendidikan Islam yang disebut daya di Minangkabau. Lembaga pendidikan disebut Surau.
Surau sebelum Islam datang berfungsi sebagai tempat menginap anak-anak bujang. Setelah islam
Datang, sudah dipergunakan sebagai tempat shalat, pengajaran, dan pengembangan Islam.
Seperti sengaja semacam sebuah mesjid berukuran kecil karena tidak digunakan untuk salat
Jumat. Di Jawa, lembaga pendidikan Islam disebut pesantren nama lembaga pendidikan
Pesantren tidak berasal dari tradisi Timur Tengah. Tetapi dari nama lembaga sebelum Islam
Pesantren berasal dari bahasa Tamil santri yang berarti guru ngaji di Jawa. Sebelum Islam
datang, pesantren sudah dikenal sebagai lembaga pendidikan agama Hindu setelah islam masuk
nama itu menjadi pendidikan Islam ini didirikan oleh para penyair agama Islam pertama yang
aktif menjalankan dakwah. Menurut sumber local, lembaga pendidikan Islam pertama di Jawa
adalah Pesantren Giri dan Pesantren Gresik di Jawa Timur. Terdapat juga pendidikan agama di
Ampel Surabaya Jawa Timur dibangun oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel Denta. Di
kerajaan Islam Banjar Kalimantan Selatan lembaga pendidikan Islam pertama dikenal dengan
nama langgar orang pertama yang mendirikan langgar adalah Syekh Muhammad Arsyad Al
Banjari. Seorang ulama Banjar yang pernah menuntut ilmu keislaman di Aceh dan maka selama

11

1
beberapa tahun di Sulawesi ada Raja Gowa Sultan Alauddin yang pertama mendirikan masjid di
masjid ini berfungsi sebagai tempat salat juga sebagai pusat pengkajian pendidikan dan
pengajaran Islam metode pengajaran di lembaga-lembaga pendidikan keislaman adalah serangan
dan Bandungan serangan adalah sistem pengajaran bersifat individual. Biasanya bagi murid
pemula metode ini digunakan yang berlangsung di rumah-rumah di masjid dan langgar secara
perorangan sedangkan metode Bandungan atau beton dan halaqah adalah sekelompok santri
mendengarkan seorang guru membaca menerjemahkan menerangkan mengulas buku-buku Islam
dalam bahasa Arab yang sering disebut kitab kuning.

2. Pendidikan Islam Era Penjajahan

a. Pendidikan Zaman Belanda

Terhadap pendidikan Islam, semula Belanda tahun 1610 masehi bersikap membiarkan
saja. Menurut sistem kerajaan Mataram namun mereka lambat laun mengubah pendidikan Islam
secara sedikit demi sedikit. Sejak perjanjian Giyanti tahun 1755 masehi, Belanda mulai
melumpuhkan pengaruh Islam dimulai di daerah yang sudah dikuasai di Jogja dan di negara
hokum. Kemunduran pendidikan Islam itu, sampai puncaknya sebelum tahun 1900 masehi yang
meliputi seluruh Indonesia bahkan pada tahun 1882 Belanda membuat badan khusus yang
bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan Islam. Tahun 1925 Belanda
mengeluarkan peraturan lebih ketat bahwa tidak semua Kyai boleh membiarkan pelajaran
mengaji jika melihat peraturan-peraturan Belanda yang demikian kata mengawasi dan
menekankan aktivitas Madrasah dan pesantren di Indonesia seolah-olah pendidikan Islam. Akan
tetapi, apa yang kita saksikan adalah sebaliknya pada, tahun 1901 Belanda melakukan politik etis
yaitu mendirikan pendidikan rakyat sampai ke desa yang memberikan hak-hak pendidikan pada
pribumi dengan tujuan untuk mempersiapkan pegawai-pegawai dan bekerja untuk Belanda juga
untuk menghambat pendidikan tradisional Belanda juga tidak mau mengakui tulisan-tulisan
pendidikan tradisional karena mereka dianggap tidak bisa bekerja di pabrik maupun sebagai
tenaga birokrat.

b. Pendidikan Zaman Jepang

Jepang menjajah Indonesia setelah mengalahkan Belanda dalam perang dunia 2 tahun 1942
dengan semboyan Asia Timur Raya atau Asia untuk Asia. Pada masa awalnya pemerintah
Jepang seakan-akan membela kepentingan Islam sebagai siasat untuk memenangkan perang
untuk menarik dukungan rakyat Indonesia pemerintah Jepang membolehkan didirikannya
sekolah-sekolah agama dan pesantren yang terbebas dari pengawasan Jepang. Jepang menempuh
kebijaksanaan sebagai berikut :

1. Kantor Urusan Agama yang pada zaman Belanda disebut kantor For Islamic studies
diubah menjadi sumugu yang dipimpin oleh ulama Islam sendiri yaitu Kyai Haji Hasyim
Asy'ari dari Jombang dan daerah-daerah disebut sumuka.
12

1
2. Pondok pesantren yang besar-besar mendapat kunjungan dan bantuan dari pembesar
Jepang.

3. Sekolah-sekolah Negeri pelajaran Budi Pekerti atau agama.

4. Membentuk barisan Hizbullah yang memberi pelatihan dasar kemiliteran pemuda Islam
( santri-santri ) dipimpin oleh Kyai Haji Zainul Arifin.

5. Jepang mengizinkan berdirinya sekolah tinggi Islam dipimpin oleh Kyai Haji Wahid
Hasyim Kahar Muzakkar dan Bung Hatta.

6. Ulama Islam bekerja sama dengan pemimpin nasionalis membentuk barisan pembela
tanah air atau ( PETA ).

7. Umat Islam mendirikan Majelis Syuro muslimin Indonesia atau ( Masyumi ).

Maksud dari pemerintahan Jepang adalah agar kekuatan umat Islam dalam nasionalisme bisa
diarahkan untuk kepentingan memenangkan perang yang dipimpin Jepang.

Pada masa pemerintahan Jepang sekolah dasar dijadikan satu macam yaitu Sekolah Dasar
Enam tahun. Sebenarnya Jepang mengadakan penyeragaman itu untuk memudahkan pengawasan
baik dalam isi maupun penyelenggaraan ternyata kemudian menggantungkan bagi kita terutama
bila dilihat dari segi pendidikan itu sendiri, yaitu menghapuskan diskriminasi untuk keperluan
Perang Asia Timur Raya.

3. Pendidikan Islam Era Kemerdekaan

Setelah Merdeka, pendidikan Islam mulai mendapat kedudukan yang sangat penting dalam
sistem pendidikan nasional di Sumatera Mahmud Yunus sebagai pemeriksa agama dan kantor
pengajaran mengusulkan kepada kepala pengajaran agar pendidikan agama di sekolah-sekolah
pemerintah ditetapkan dengan resmi, dan guru-gurunya digaji seperti guru umum dan usul pun
diterima. Selain itu pendidikan agama di sekolah, juga mendapat tempat yang teratur saksama
dan penuh perhatian. Madrasah dan Pesantren juga mendapat perhatian. Utuk itu, dibentuk
Departemen Agama pada tanggal 3 Desember 1946 yang bertugas mengurusi penyelenggaraan
pendidikan Agama di sekolah umum dan Madrasah serta pesantren-pesantren pada tahun 1958.
Pemerintah terdorong untuk mendirikan madrasah negeri dengan ketentuan kurikulum 30 %
pelajaran Agama dan 70 % pelajaran Umum. Sistem penyelenggaraan nya sama dengan sekolah-
sekolah umum dengan Perjanjian sebagai berikut :

 Madrasah Ibtidaiyah Negeri atau ( MIN ) tingkat SD lama belajar 6 tahun.

 Madrasah Tsanawiyah Negeri atau ( MTS ) setingkat SMP lama belajar 3 tahun.

 Madrasah Aliyah Negeri atau ( MAN ) setingkat SMA lama belajar selama 3 tahun.
13

1
Pada tahun 1925 dikeluarkan di mana Madrasah diharapkan memperoleh posisi yang sama
dengan sekolah-sekolah umum. Dalam sistem pendidikan sehingga lulusan Madrasah dapat
melanjutkan ke sekolah umum. Perkembangan pendidikan Islam terus ditingkatkan tuntutan
untuk mendirikan perguruan tinggi juga meningkat.

Sebelum kemerdekaan, sebenarnya di Minangkabau sudah berdiri perguruan tinggi pertama


yaitu Sekolah Tinggi Islam, didirikan oleh persatuan guru agama Islam di Padang.

B. Tasawuf dan Tarekat

1. Pengertian dan Orientasi Ajaran Tasawuf

Tasawuf atau Sufiisme atau mistisisme dalam Islam adalah kesadaran murni yang
mengarahkan jiwa secara benar kepada amal ibadah yang sungguh-sungguh menjauhkan diri
dari keduniaan atau zuhud dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah untuk mendapatkan
perasaan berhubungan erat dengan nya setiap muslim tentu akan mengatakan bahwa sumber
ajaran agamanya antara Alquran dan hadis dan ajaran paling inti dalam Alquran adalah tauhid
tauhid dirumuskan menjadi kalimat Lailahaillallah tiada Tuhan selain Allah bersama dengan
kalimat Muhammad Rasulullah Muhammad adalah utusan Allah secara historis yang pertama
kali mengemukakan ajaran tauhid secara jelas dan sistematis adalah nabi Ibrahim Bapak agama
samawi 3 agama di antaranya yang masih ada sampai sekarang terlepas ajaran tauhid murni atau
bukan yaitu Yahudi Kristen dan Islam bangsa Arab. Sebelum Nabi Muhammad juga sudah
mengenal agama Nabi Ibrahim dan pengikutnya sebut orang-orang Hanif dan Nabi Muhammad
adalah salah seorang dari orang-orang Hanif itu. Pada masa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam, sebenarnya belum dikenal adanya Sufi bahkan selama 1 abad sepeninggal nabi.
Demikian juga belum ada kaum mutakallimin atau ahli Kalam dan ahli fikih kaum muslim
masih merupakan masyarakat etika yang berdasarkan doktrin-doktrin yang jelas tentang Tuhan
hari kiamat serta kewajiban-kewajiban keagamaan yang praktis. Jika mereka menemukan
masalah baru, mereka dapat langsung bertanya kepada nabi dan menerima begitu saja jawaban
dari nabi namun semakin banyak kegiatan intelektual dan perkenalan dengan cara-cara
pembahasan filosofis telah melahirkan sistem hukum yang terorganisasi serta teologi sistematis.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan bahwa perbedaan antara ilmu tasawuf dengan ilmu
kalam antara ilmu fiqih hanya relatif semata sebab, pada dasarnya ketiga disiplin ilmu ini
berawal dari sumber yaitu Syariah itu sendiri. Oleh karena itu, tidak boleh tidak seorang Sufi
harus memiliki pengetahuan mendalam tentang Alquran dan hadis. Dalam perkembangannya,
dalam perkembangannya hubungan antara tasawuf dan kedua cabang ilmu keislaman lainnya
yaitu ilmu kalam dan ilmu fiqih tidak berjalan harmonis. Selain persoalan transendentalisme,
ilmu kalam lebih mengutamakan pemahaman masalah ketuhanan dalam pendekatan
rasionalisme, lebih bersifat eksoteris, sedangkan tasawuf banyak menekankan pentingnya
penghayatan ketuhanan melalui pengalaman-pengalaman nyata. Dalam olah rohani yang amat

14

1
mengutarakan intuisi orientasi keagamaan yang lebih bersifat historis, ajaran tasawuf yang
sangat meyakini. Iman Tuhan Memang memungkinkan terbukanya pintu bagi masuknya paham
panteisme Begitulah maka Al-Hajj memaklumkan dirinya sebagai pacaran dengan ucapannya
Ana Al Haq. Dalam perkembangannya, sufisme memang pernah menderita penyimpangan dari
sunnah hal itu disebabkan tasawuf lebih bersifat rahasia dan amat pribadi. Perwujudan sering
berlainan sesuai dengan pengalaman pribadi setelah aku. Walaupun demikian, pada masa umat
Islam mengalami kemunduran setelah sesudah dihancurkannya Baghdad 1258. Merekalah yang
memelihara jiwa keagamaan serta Jazirah Arab terutama ke Asia Tenggara dan pedalaman
Afrika Utara.

2. Perkembangan Tasawuf di Nusantara

Para ahli berpendapat bahwa kedatangan dan perkembangan tasawuf di nusantara


bersamaan dengan kedatangan dan berkembangnya Islam. yang perkembangannya Sampai
sekarang masih berlanjut mula-mula Islam datang di pelabuhan diperkenalkan disebarkan
dikembangkan melalui jaringan berhubungan yang berlanjut timbal balik dari generasi ke
generasi. Dari abad ke abad antara Nusantara dengan Timur Tengah sebagai pusat Islam mula-
mula berupa jaringan perdagangan, berlanjut jaringan ulama ketika zaman rasul Islam mungkin
belum sampai ke nusantara. Pada zaman abad pertama Hijriyah sudah mulai ada perdebatan
tentang Kalam dan mulai ada formalisasi syariat Islam. mungkin sudah sampai di Indonesia
terutama terlihat di Kerajaan Samudra Pasai Islamnya menurut penuturan Ibnu Batutah masih
berorientasi Mazhab Syafi'i jadi masih Ortodok juga di Maluku sebagaimana ditulis oleh
seorang Belanda yang datang bersamaan dengan de Houtman tahun 1596 menggambarkan
penduduk di Banda atau Maluku sebagai orang-orang yang melaksanakan salat dengan khusyuk
lengkap dengan masjid, adzan, sholat, dan doa-doa yang sesuai dengan aturan Syariah. Hamzah
Fansuri yang memahami Al-Qur’an ada ayat yang menerangkan bahwa Allah itu serba
transcendent Tuhan Yang Maha Esa, berbeda dengan segala sesuatu yang lain. Tetapi di
Alquran itu juga terdapat ayat yang menerangkan bahwa Allah itu serba imanen yang
menerangkan dekatnya Tuhan dengan manusia selalu bersama-sama dengan manusia sehingga
dikatakan bahwa Allah lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya sendiri. Oleh karena
itu, Hamzah Fansuri dan tokoh-tokohnya sekaligus sebagai ahli Kalam dan ahli tasawuf kitab-
kitab nya juga sebagaimana kitab Ihya Ulumuddin karya hujjatul Islam Al Ghazali bisa disebut
kitab kalam atau kitab aqidah sekaligus Kitab Tasawuf. Tokoh-tokoh Islam tentunya Syamsudin
Sumatrani, Nuruddin al-raniri, dan Abdul Rauf singke,l Yusuf Al makassari, yang sudah
diterangkan sebelumnya. Selain tokoh-tokoh tasawuf tersebut diatas yang merupakan tokoh-
tokoh abad ke-17, ada juga Tokoh tasawuf abad ke-18 di antaranya adalah, Abdul Al
Palimbangi, dan Nafis Al Banjari.

Para sejarawan menemukan bahwa karena faktor tasawuf dan tarekat Islamisasi Asia
Tenggara termasuk nusantara dapat berlangsung dengan damai. Ajaran kosmologi dan metafisis
tasawuf Ibnu Arabi dapat dengan mudah dipadukan dengan ide-ide sufistik India, dan ide-ide
15

1
sufistik pribumi yang dianut masyarakat setempat. Konsep Insan Kamil sangat potensial sebagai
legitimasi religius bagi para raja. Bahkan sampai sekarang, Islam nusantara masih diliputi
dengan sikap sufistik dan kegemaran kepada hal-hal yang mengandung keramat. Beberapa
tarekat internasional yang besar mendapat jumlah pengikut yang banyak di samping tarekat
lokal dan berbagai sekte tasawuf sinkretisme, antara naskah-naskah Islam paling tua dari Jawa
dan Sumatera yang masih ada sampai sekarang dibawa ke Eropa sekitar tahun 1600. Terdapat
risalah-risalah tasawuf dan cerita-cerita keajaiban yang berasal dari Persia dan India. Dalam
tulisan-tulisan Jawa, masa belakangan ditemukan juga adanya ajaran tasawuf yang lebih kental
sedangkan perihal tarekat mendapat banyak pengikut sekitar abad ke-18 dan ke-19 Masehi.

3. Sufi Nusantara yang Mengajar Tarekat

Sufi pertama Indonesia yang karangannya tentang tarekat sampai kepada kita adalah
Hamzah Fansuri. Sufi kedua di Indonesia adalah Syamsudin murid Hamzah Fansuri yang
menulis dalam bahasa Arab dan Melayu. Selanjutnya adalah Nuruddin, Nama lengkapnya
Nuruddin bin Ali Bin Hasan bin Muhammad Hamid Ar raniri. Berasal dari keluarga Arab ranir
Gujarat. Selain itu, salah seorang ulama yang sezaman dengan Abdul Rauf adalah Yusuf Al
Makassari yang menulis karya tentang tarekat Naqsabandiyah dengan judul Ar-risalah hal-hal
Naqsabandiyah ka dari awak Naqsabandiyah. Sekarang ini menjadi salah satu dari dua tarekat
yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Tarekat satunya lagi adalah
Naqsyabandiyah Khalidiyah, yang tersebar ke seluruh Indonesia berkat Zawiyah yang didirikan
oleh khalifah dari Maulana Khalid Abdullah Al zindani di Jabal Abi Qubais. Maka Para
pengganti Abdullah Sulaiman Al Karim Sulaiman Zuhdi dan Ali Ridho mengarahkan
penyebaran terikatnya kepada orang-orang Indonesia yang mengunjungi Mekah dan Madinah.
Dalam jumlah yang besar lagi selama dasawarsa terakhir abad ke-19 di bulan orang dibaiat
menjadi pengikut tarekat ini dan mengalami latihan selama berkarir di sawah tersebut di tempat
ini pula lusinan orang Indonesia menerima ijazah untuk mengerjakan tarekat ini di kampung
halamannya.

16

1
Bab 4

Paradigma Ajaran dan Seni Budaya Islam Nusantara

A. Paradigma Keberagamaan Muslim Nusantara

1. Mengenal Paradigma

Dalam disiplin intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan
lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku.
Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi konsep, nilai, dan praktek yang diterapkan
dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama khususnya dalam disiplin
intelektual. Paradigma tidak hanya berlaku pada hal-hal yang berkaitan dengan persoalan yang
bersifat ilmiah, akan tetapi juga berlaku dalam wilayah yang masih samar-samar. Dengan kata
lain, paradigma dapat ditemukan dalam hal-hal yang dirumuskan secara ilmiah maupun dalam
hal yang belum atau bahkan tidak punya landasan ilmiah. Yang jelas, hal itu disebabkan oleh
perbedaan tingkat kesadaran yang dimiliki oleh seseorang ketika ia menilai sebuah fenomena.
Kesimpulan nya adalah, bahwa bentuk atau karakter tertentu dari paradigma atau cara pandang
seseorang akan menentukan maka bagi realitas social. Bila pengertian paradigma diatas
dihubungkan dengan kata keagamaan maka, yang dimaksud dengan paradigma keagamaan
adalah cara pandang seseorang tentang ajaran agama yang bersumber dari Tuhan. Paradigma
keberagaman ini akan menjadi keyakinan dan dasar dari Seluruh aktivitas atau realitas sosial
suatu masyarakat. Dalam konteks inilah istilah paradigma keagamaan, digunakan sebagai dasar
keterlibatan kaum santri aspek pem tradisi yang berkembang di masyarakat.

2. Tipologi Paradigma Muslim Nusantara

a. Normatif

Paradigma Normatif adalah paham yang meyakini bahwa Islam adalah wahyu yang berasal
dari Tuhan, wajib diyakini, dan diterima, sebagai penerangan mutlak yang tidak boleh diganggu
gugat. Dalam konteks ini, Amin Abdullah mengatakan Islam Normatif adalah paham yang
berangkat dari teks yang sudah tertulis dalam kitab suci masing-masing agama sampai batas-
batas tertentu adalah bercocok di terapis tekstualis atau skripturalis paradigma keagamaan
normatif lebih menekankan pada aspek batiniah, eksoterik, serta makna terdalam dan moralitas
yang dikandung oleh ajaran agama. Paradigma keagamaan ini, cenderung mengarahkan teks
yang sudah tertulis tanpa berusaha memahami lebih dahulu apa yang sesungguhnya yang
melatarbelakangi teks keagamaan tersebut.

Paradigma Normatif adalah paham yang bertolak dari kekuasaan yang memusat pada tuhan
atau teosentris segala yang berasal dari Tuhan mutlak adanya dan harus dijadikan dasar dan
acuan dalam memutuskan berbagai aspek kehidupan, baik social, politik, kebudayaan, dan lain

17

1
sebagainya. Dengan paradigma yang demikian, kebebasan manusia menjadi tepung menolak
berbagai variasi dan pendapat yang berasal dari luar dan cenderung dogmatik dan eksekutif.

b. Kontekstual

Muslim Nusantara yang ber paradigma kontekstual akan selalu berusaha menjabarkan dan
mengamalkan ajaran sesuai dengan konteks dimana mereka hidup. Hal ini didasarkan kepada
kenyataan bahwa Islam adalah agama yang universal dan selalu cocok dengan zaman dan tempat
terjadinya perbedaan. Corak isi dan isi kandungan Alquran yang diturunkan di Mekah dan di
Madinah misalnya adalah bukti bahwa ajaran Islam selalu sejalan dengan konteks di manapun ia
diturunkan.

c. Fundamentalis

Paradigma keberagamaan fundamentalis adalah pemahaman keagamaan yang bertumpu


kepada hal-hal yang asasi. Dengan kata lain secara harfiah santri yang di percaya kepada rukun
iman yang keenam dan menjalankan rukun Islam yang lima dapat disebut sebagai santri yang
berparadigma fundamentalis. Karena apa yang disebut ajaran fundamentalis dalam Islam adalah
ajaran yang tercakup dalam rukun iman dan rukun Islam itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

 Pertama mereka ingin kembali ke masa lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

 Kedua mereka ingin kembali ke alam. Sebagai contoh, Mereka menolak wewangian
buatan pabrik dan cenderung memakai bahan alami seperti Siwak, minyak wangi
tanpa alkohol dan sejenisnya.

 Ketiga fundamentalis mempunyai implikasi politik ini barangkali yang


menyebabkan negara-negara industri yang mencap fundamentalis sebagai terorisme
bagian.

d. Eksklusif

Dalam KBBI eksklusif diartikan sebagai sifat mengasingkan diri tidak bersedia menerima
atau mengizinkan masuknya anggota baru. Sejarah umum, eksklusif adalah sikap yang
memandang bahwa keyakinan pandangan pikiran dan prinsip diri sendiri lah yang paling benar.
Sementara keyakinan pandangan pikiran dan prinsip yang dianut orang lain salah, sesat, dan
harus dijauhi akibat dari sikap itu. Paradigma eksklusivisme cenderung tidak mau menerima
saran masukan dan pemikiran yang berasal dari luar. Dengan demikian, dialog yang didasarkan
pada kemitraan dan kesederajatan, tidak bisa terjadi. Munculnya paradigma eksklusivisme di
kalangan sebagian Muslim Nusantara disebabkan karena beberapa hal antara lain :

 Faktor doktrin agama

18

1
 Faktor Pemahaman tentang kesempurnaan ajaran Islam

 Faktor wawasan yang sempit

 Faktor sejarah

e. Inklusif

Kata Inklusif berasal dari bahasa Inggris inclusive yang berarti sampai ( dengan dan termasuk
) Paradigma inklusif selanjutnya digunakan untuk menunjukkan paham keberagamaan yang
didasarkan pandangan bahwa agama-agama lain yang ada di dunia ini sebagai yang mengandung
kebenaran dan dapat memberikan manfaat serta keselamatan bagi penganutnya. Selain itu
inklusivitas dimaksudkan tidak semata-mata menunjukkan pada kenyataan tentang adanya
kemajemukan melainkan keterlibatan aktif terhadap kenyataan. Kemajemukan tersebut, muslim
inklusif menjunjung tinggi adanya paham keagamaan yang bersifat inklusif yang ditandai dengan
adanya dialog dan kerjasama dengan perasaan kemanusiaan bagi para penganut paradigma
inklusif. Secara keberagamaan seperti ini diyakini akan menimbulkan ketentraman dan
keharmonisan kedamaian dan ketahanan. Maka untuk mewujudkan hal itu perlu dilakukan kritik
teks dan penafsiran para ulama atas teks-teks tersebut serta dengan menghilangkan unsur-unsur
perbedaan dan mengedepankan unsur-unsur persamaan. Selain itu, keberanian ketulusan
kerelaan dan pandangan jauh kedepan adalah modal dasar bagi Muslim Nusantara untuk
mewujudkan inklusivitas ini di dunia nyata.

f. Rasionalis

Rasionalis adalah sesuatu yang masuk akal atau sesuatu yang sesuai dengan pendapat akal
dengan berbagai tingkatannya. Rasional juga dapat berarti potensi rohaniah, yang dapat
mengajak manusia untuk membedakan antara yang benar dan salah, baik dan buruk. Paradigma
rasional berarti paradigma yang dalam menjelaskan ajaran ajaran Islam tidak hanya
mengandalkan Wahyu tetapi juga mengikutsertakan akal pikiran.

Paradigma nasional juga berarti paradigma yang menghargai pendapat akal pikiran dan
menggunakannya untuk dalil-dalil ajaran agama. Muslim yang rasionalis memiliki ciri-ciri antara
lain :

1) Menggunakan akal pikiran dalam memperkuat argumen ajaran ajaran agama yang
dianutnya tanpa meninggalkan Wahyu.

2) Selalu mencari hikmah yang dapat diterima akal dari suatu ajaran agama.

3) Selalu berfikir sistematik, radikal, dan universal.

4) Selalu bertanya dengan menggunakan pertanyaan mengapa.

19

1
5) Pemikirannya sejalan dengan hukum-hukum Tuhan yang ada di alam.

g. Transformatif

kata Transformatif berasal dari bahasa Inggris transformation yang berarti perubahan,
( bentuk atau menjadi ) berarti mengubah keadaan masyarakat yang terbelakang menjadi
masyarakat yang maju, membentuk manusia yang biadab menjadi manusia yang beradab, atau
membentuk dan menjadikan masyarakat sesuai dengan cita-cita Islam yaitu, masyarakat yang
mencapai kemajuan secara seimbang antara urusan akhirat dan urusan dunia, urusan iman dan
urusan amal, urusan material dan spiritual. Muslim nusantara yang memiliki paradigma
transformatif memiliki ciri-ciri antara lain :

 Selalu berorientasi pada upaya mewujudkan cita-cita Islam yaitu membawa


rahmat bagi seluruh alam.

 Selalu menuntut adanya keseimbangan antara pelaksanaan aturan-aturan yang


formalistik dan simbolistik dengan misi ajaran Islam tersebut.

 Selalu berorientasi untuk mewujudkan cita-cita Islam khususnya untuk


mengangkat derajat kaum duafa.

 Senantiasa menjadi conser dan respon terhadap berbagai masalah aktual yang
terjadi dalam masyarakat.

h. Aktual

Kata Aktual dalam konteks ini dapat pula berarti sesuatu yang semula merupakan potensi,
lalu potensi itu menampakan dirinya dalam kenyataan sehingga menjadi identitas dan ciri-ciri
sesuatu itu. Muslim yang berparadigma aktual memiliki ciri-ciri antara lain :

 Menampakan perilaku sesuai dengan ajaran Islam sebagai realisasi atau pengamalan
dari ajaran Islam yang tertuang dalam Alquran dan Sunnah.

 Selalu berusaha agar ajaran Islam yang ada dalam Alquran dan Sunnah terlihat dalam
kenyataan empirik dan perilaku.

 Karena sifatnya pengalaman maka Islam aktual adalah Islam yang telah mempribadi.

 Karena sifatnya yang telah mempribadi maka kendatipun sumbernya satu namun
Islam aktual akan menemukan bentuknya yang amat bervariasi dan beragam .

 Bersifat sangat pribadi dan karenanya sangat sulit sekali untuk dicarikan definisi
tentang Islam yang dapat dipakai oleh seluruh umat manusia.

20

1
Berdasarkan ciri-ciri di atas tampak jelas bahwa paradigma aktual adalah paradigma
yang dihayati dan dipraktekkan oleh penganutnya dalam kenyataan hidup sehari-hari di
masyarakat.

i. Konservatif

Paradigma ini adalah paradigma yang cenderung bersifat konservatif yang memposisikan
Islam sebagai agama yang memiliki doktrin dan ikatan-ikatan tradisi lama yang belum mau
bersentuhan dengan wacana keilmuan. Selain Islam, bagi muslim yang berpaham konservatif ini
ketidak berubahan merupakan suatu hal yang ideal bagi individu dan masyarakat serta
merupakan suatu persepsi hakikat manusia dan lingkungannya. Ketidak perubahan merupakan
asumsi berpengaruh luas yang mewarnai hampir seluruh aspek pemahaman kelompok ini. Corak
berpikir seperti ini, mengakibatkan doktrin mengikuti jejak leluhur menjadi opini paling kuat.
Segala yang baru pasti akan dicurigai dalam teologi Islam. Kata yang lazim dipakai untuk hal
baru ialah Bid'ah.

Berdasarkan corak pemikiran tersebut, akhirnya kelompok konservatif pun memandang


bahwa globalisasi adalah unsur yang sangat mengancam bagi keberlangsungan nilai-nilai Islam.
Melihat pemahaman tersebut, dapat dimengerti bahwa kelompok ini Sebagaimana telah
dijabarkan diatas cenderung memposisikan Islam sebagai agama yang serba lengkap. Sehingga
doktrin dan ikatan-ikatan tradisi lama yang ada tidak dapat bersentuhan dengan wacana keilmuan
selain Islam.

j. Liberal

Liberal berarti sifat yang condong kepada kebebasan, berpandangan bebas, atau luas dan
terbuka. Paradigma liberal adalah paradigma yang bersifat antagonistik dengan paradigma
konservatif. Islam diasumsikan sebagai agama yang dapat berperan sebagai agen perubahan
social. Unsur-unsur sosial selain Islam dalam hal ini menjadi komponen yang diterima bahkan
menjadi acuan penting di dalam merumuskan berbagai solusi terhadap persoalan kekinian yang
dihadapi umat. Dalam dimensi teologi, paradigma ini mengedepankan aspek rasionalisme.
Secara ringkas paradigma liberalisme ini sesungguhnya berakar pada ide demokrasi, pemikiran-
pemikiran lain. Sebagai derivatnya, akan terlihat sangat bertumpu di atas paham demokrasi ini
seperti, gagasan pemisahan negara dengan agama hak-hak wanita. Dalam kepemilikan politik
dan kekuasaan, kebiasaan penafsiran teks-teks agama, kebebasan berpikir dan berpendapat atau
toleransi beragama, dialog dan keterbukaan antar agama, demokrasi religious, dan lain-lain.

21

1
B. Ajaran Islam Nusantara

1. Mendalami Ajaran Authentic Islam Nusantara

a. at-Tawasuth ( Moderat )

Secara literal, at-Tawasuth berasal dari kata wasatha yang berarti tengah-tengah,
moderat . Moderatisme adalah cara sekaligus sikap yang dipraktekkan oleh Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassalam dalam segala aspek kehidupannya termasuk dalam persoalan ritual
keagamaan. Sikap moderat ini terus dipraktekkan oleh generasi awal Islam sebagai identitas
utama umat. Dewasa ini prinsip atau maksud atau moderat yang diajarkan para pendakwah awal
khususnya Walisongo ini mulai dilupakan oleh umat muslim Indonesia. Kasus Irsyad manji dan
Lady Gaga yang ekstrem kiri di satu pihak dan kasus berdarah cikeusik dan Madura, yang
ekstrem kanan di pihak lain adalah contoh konkret ajaran modernisme yang adiluhung itu.

b. at- Tawazun ( Seimbang )

Secara bahasa at- Tawazun artinya seimbang atau keseimbangan, tidak berat sebelah
tidak berlebihan suatu unsur atau kekurangan unsur yang lain. Jika diperhatikan keberlangsungan
hidup dan kehidupan ini juga dibangun diatas prinsip keseimbangan. Fenomena siang malam,
Bumi Langit, panas dingin, lelaki perempuan, basah kering, atas bawah, tumbuhan binatang,
besar kecil adalah bagian dari proses menjaga keseimbangan tersebut. Sistem peredaran, benda-
benda langit seperti matahari, bulan, dan planet-planet lainnya juga bergerak secara teratur dan
perlu keseimbangan. Prinsip keseimbangan seperti itulah yang diharapkan terjadi di tengah-
tengah umat Islam nusantara. Karenanya para Dai dan penyebar Islam di negeri ini meletakkan
prinsip keseimbangan atau tawazun di dalam deretan dokter keagamaan mereka. Salah satu cara
berdakwah dengan menggunakan prinsip keseimbangan misalnya, adalah apa yang dilakukan
Sunan Kalijaga ( panggilan akrab Raden Said ) di Jawa. Ia menggunakan pendekatan yang
persuasif dan Arif dengan metode penafsiran yang seimbang antara akal dan nakal atau Wahyu.
Sehingga seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara , suluk yang sudah mentradisi di
masyarakat Jawa ia jadikan sebagai sarana dakwah.

c. al - i'tidal ( Adil )

Ajaran al - i'tidal mengandaikan sikap yang adil dan konsisten dalam segala hal. Ia
terampil dari kata a’dalah yang berarti lurus, tegak, seimbang, tepat. Adil berarti meletakkan
sesuatu pada tempatnya atau dengan redaksi lain memberikan hak seseorang tanpa mengurangi
dan menipu nya tidak juga dapat dipahami sebagai sikap konsisten atau Istiqomah. Sebab adil
sejatinya juga berarti garis lurus yang terletak diantara perseimbangan jalan. Dalam bahasa
Alquran, jalan lurus ini dikenal dengan istilah sirotol mustaqim karena itu Islam mengajarkan
umat muslim agar selalu meminta jalan lurus itu minimal 17 kali dalam sehari. Ketika
menjalankan salat wajib lima waktu.
22

1
d. at –Tasamuh ( Toleran )

Ajaran at –Tasamuh atau toleran, kata ini berasal tepo seliro atau saling menghargai.
Kata ini berasal dari bahasa Arab sama ha yang berarti kemuliaan atau lapang dada, Ramah, suka
memaafkan. Cikal bakal ini selanjutnya berkembang menjadi sikap lapang dada terbuka dalam
menghadapi perbedaan bersumber dari kepribadian yang mulia jika dicermati secara seksama
pemahaman tentang toleransi tidak dapat berdiri sendiri ia terkait erat dengan sunnatullah yang
meniscayakan adanya keragaman, kemajemukan, dan polaritas makhlukNya.

Pluralitas ini merupakan Penyebab langsung dari lahirnya toleransi. Keduanya ibarat dua
sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Itu ada dalam kehidupan sebab pluralitas adalah
penegasan atas keesaan Allah Subhanahu wa ta'ala yang satu dan Esa, hanya Allah sementara
makhlukNya adalah peluang majemuk dan beragam. Praktek toleransi paling fundamental yang
ditunjukkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah ketika Piagam Madinah.

Dideklarasikan di Indonesia ajaran Islam tentang toleransi terformulasi dalam undang-


undang Dasar 1945 pasal 28 ayat 2 yang berbunyi ‘’ Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu’’. Hal tersebut dijelaskan tidak boleh ada paksaan dari manapun terhadap
keyakinan seseorang karena hal ini termasuk hak asasi yang perlu dilindungi. Namun kini ajaran
dan sikap toleransi itu berada di titik Nadir bahkan dewasa ini dakwah yang dibungkus melalui
kekerasan, berkedok jihad, semakin marak dilakukan mulai dari tindak kekerasan terhadap
Jemaah Ahmadiyah, penyerangan tempat ibadah agama lain, sampai aksi teror bom bunuh diri.
Ironis dan memilukan toleransi tidak hanya menjadi barang mahal tetapi sudah terlalu langka di
negeri ini. Padahal jelas, para penyebar Islam nusantara tidak pernah mengajarkan model
dakwah semacam ini.

2. Transmisi Keilmuan Dalam Islam

Berbeda dengan ilmu alam, ilmu social, matematika, dan sejenisnya yang boleh
dipelajari dengan cara otodidak melalui buku-buku bacaan atau percobaan. Tanpa keberadaan
seorang guru pembimbing. Ilmu-ilmu agama yang berkenaan dengan ajaran yang terkandung
dalam ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits nabi tidak boleh dipelajari secara sembarangan. Ali
Bin Abi Thalib pernah mengatakan, ’’Perhatikan Dari mana kalian mengambil ilmu ini karena
sesungguhnya ini adalah Urusan Agama’’. Sumber utama ilmu, etika, dan hukum di dalam
Islam adalah Alquran dan sunnah. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam maka barangsiapa
yang berpegang teguh pada keduanya ia akan berjalan diatas jalan yang lurus. Orientasi Alquran
dijamin oleh Allah sendiri sebagaimana diterangkan dalam Surah Al Hijr ayat 9.

Validitas hadis-hadis Nabawi juga sudah diteliti oleh para ulama hadis dan hanya
terdapat sedikit saja perbedaan pendapat di dalamnya. Artinya, sumber normatif ajaran Islam
selalu ada dan dapat diakses oleh kaum muslimin. Disinilah perlunya sana atau genealogi dalam
23

1
transmisi keilmuan Islam jam Imam Al -Mubarok sebagaimana dikutip oleh imam muslim
mengatakan bahwa ’’Isnat adalah Urusan Agama kalau urusan Isna tidak diperhatikan maka
setiap orang bisa bicara apa saja sekehendak hatinya’’. Dalam Islam, orang tidak hanya disuruh
memperhatikan sana dalam urusan validitas riwayat teks atau Matan hadis makna dan
pemahaman yang terkandung dalam ayat-ayat Alquran dan hadis Nabawi juga harus didapatkan
dari para guru dengan sanad yang muttasil.

Etika para ulama dalam mengambil ilmu agama itu sesuai dengan hadis nabi riwayat Abu
Daud yang mengatakan bahwa para ulama adalah pewaris para Nabi ini berarti bahwa ilmu
agama harus diambil melalui para ulama, bukan sekedar catatan teks. Dalam hadits lain, yang
diriwayatkan oleh imam Muslim Nabi menerangkan bahwa Allah mengambil ilmu dari manusia
bersama meninggalnya ulama. Para sahabat dan tabiin yang dikenal sebagai generasi Salafus
Saleh serta dijadikan panutan kaum muslimin dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam
sangat menyadari hal ini. Sehingga, mereka pun berhati-hati dalam melakukan istinbath hukum
dan menafsirkan ayat maupun hadis. Tradisi para ulama sejak generasi Salafus Saleh perlu
diperhatikan dan jadikan landasan etika berislam agar kaum muslimin tidak keluar dari jalur
Manhaj yang benar. Tidak bisa dipungkiri, sejarah Islam menyaksikan munculnya firqoh-firqoh
menyimpang seperti, rofidhoh khawarij, dan lain-lainnya. Transmisi keilmuan melalui tradisi
sangat diperlukan untuk menjaga agar umat Islam terhindar dari sikap tasyaddud seperti kaum
khawarij dan lonceng seperti kaum liberal. Inilah makna otentisitas pemahaman Islam, otentisitas
sama sekali berbeda dengan puritanisme yang melahirkan normativisme vulgar dan radikalisme.

3. Genealogi Keilmuan Islam Nusantara

Para kyai NU mengetahui dan menyadari Pentingnya menjaga tradisi sanad dalam
transmisi keilmuan agar umat Islam tidak melenceng pemahamannya nya. Penelitian yang
dilakukan oleh zamakhsyari dhofier menemukan bukti-bukti yang membenarkan tradisi sanad
dalam transmisi keilmuan di kalangan Ulama NU. Ia mengungkapkan bahwa urusan memahami
dan menafsirkan inti ajaran Islam sangat memperhatikan dunia pesantren yang dimaksud disini
adalah Pesantren tradisional bukan Pesantren Modern pendidikan ala pesantren yang mewajibkan
keberadaan para guru yang mengajarkan kitab-kitab merupakan tradisi orang-orang yang Islam
sejak zaman dahulu sehingga harus tetap dipertahankan. Hal ini dikatakan dhofier dalam sebagai
watak dan tradisi pesantren di Jawa sejak Islam mulai menarik banyak pengikut. Daviar juga
mencatat tentang tradisi pemberian ijazah yakni pencantuman nama-nama dalam suatu daftar
misi ilmu yang dikeluarkan oleh seorang guru kepada muridnya yang telah menyelesaikan
pelajarannya dengan baik tentang suatu kitab tersebut sehingga ia dianggap berhak mengajarkan
kepada orang lain.

Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa keyakinan dan kepercayaan di kalangan


Pesantren bahwa menafsirkan Alquran menurut pendapat sendiri tanpa mendapatkan pengajaran
terlebih dahulu dari para ulama dianggap sangat berbahaya. Bahkan ia juga mengemukakan bukti
24

1
mengenai homogenitas kultur pemahaman dan pandangan hidup di kalangan santri khususnya di
Jawa dan Madura. Hal ini bisa menjadi bukti terjaganya pemahaman Islam di kalangan NU
karena diambil melalui proses transmisi yang muttasil. Namun demikian, Zafira mengungkapkan
bahwa kalangan Pesantren tidak menganggap tabu atau melarang ijtihad kalangan Pesantren
hanya menekankan bahwa mata rantai transmisi keilmuan Islam tidak boleh putus.

4 Pribumisasi Islam melahirkan Islam Nusantara

Pribumisasi Islam boleh dikatakan merupakan cita-cita untuk melanjutkan kebijakan


para penyebar Islam di masa lalu yang bijaksana dalam berdakwah dan berislam agar tetap
dipelihara dan menjadi ciri khas Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, Islam yang rahmatan dan
toleran merupakan salah satu predikat NKRI yang paling kuat di masa ini. Gerakan-gerakan
separatisme dengan berbagai macam latar belakang Mulai dari faktor ekonomi, agama, Suku dan
lainnya yang merongrong keutuhan bangsa. Bukan tak mungkin akan semakin membesar jika
mayoritas penganut Islam di Indonesia adalah kaum radikal yang intoleran dan anti terhadap
Bhineka Tunggal Ika.

Keberadaan Islam nusantara, atau Islam NU yang merupakan cita-cita perubahan Islam
diakui oleh Anderson miage seorang tokoh keturunan umat beragama dari Papua Barat. Sebagai
Islam yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia timur dan kawasan lainnya yang jauh dari
Jawa untuk memperkuat nasionalisme dan merekatkan keutuhan NKRI. Melalui dakwah para
sufi itu, corak Islam yang berkembang di Nusantara bersifat sufistik atau tasawuf akhlaqi yang
membungkus pemahaman sufistik dengan ketaatan fikih syariah. Tidak melulu Fiqih juga bukan
bercorak tasawuf falsafi. Ajaran Islam yang bercorak fiqih sufistik ini lalu disempurnakan
penyebaran dan dakwahnya melalui Pesantren sebagai pusat Islamisasi pesantren yang disebut
Gus Dur sebagai subkultur merupakan produk dari pribumisasi Islam. Dalam hal ini Gus Dur
sebagaimana dikatakan Arif berbicara tentang perwujudan kultural Islam yakni perwujudan
Islam yang bersifat kultural dan Pesantren merupakan kelembagaan kultural Islam dalam ranah
pendidikan.

Islam nusantara compnet sebagaimana pribumisasi Islam, bisa jadi salah paham ini
sebagai Islam campuran, klinik, sinkretis, dan bahkan sekuler titik penambahan kata nusantara
dan pribumi pada Islam memang berisiko menimbulkan kesalahpahaman pandangan yang salah
juga bisa terjadi ketika Islam nusantara direduksi menjadi sekedar Islam selamatan atau Islam
yang tidak mengharamkan seni Islam yang membolehkan pertunjukan musik dan tidak
mengharamkan rokok. Hal-hal diatas hanyalah aspek kecil dari Islam nusantara sebagaimana
tari-tarian dan karya seni lainnya adalah Bagian kecil dari kebudayaan.

5. Upaya Menghidupkan Kembali Ajaran Islam Nusantara

Hilangnya ajaran authentic Islam nusantara dari generasi bangsa berdampak cukup serius.
Tidak saja nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin tapi dalam skala tertentu dihawatirkan akan
25

1
mempertahankan kesatuan NKRI. Pada inilah penulis mengusulkan beberapa upaya konkrit
untuk menghidupkan kembali ajaran otentik Islam nusantara, Yaitu :

 Mengembangkan pendidikan karakter bangsa.

 Merevitalisasi peran dan fungsi Pesantren.

 Meningkatkan kajian dan penelitian tentang Islam Nusantara

Ketiga upaya diatas harus mendapat dukungan dari semua pihak baik lembaga
pemerintah maupun swasta, baik dilakukan secara individual maupun kelompok. Dengan
bersama-sama melakukan hal di atas secara serius terprogram dan berkesinambungan harapan
besar untuk menghidupkan kembali ajaran Islam nusantara yang khas di tengah arus gelombang
modernisasi akan terwujud di negeri ini.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gerakan liberalisme dan radikalisme yang
belakangan muncul ini di Indonesia bukanlah ajaran asli Islam Nusantara. Gerakan tersebut
bersifat transplanted atau cangkokan dari luar, liberalisme berasal dari tradisi kritis barat.
Sementara radikalisme bersumber dari fundamentalisme Timur Tengah dan Afghanistan. Kutub
pemikiran dan gerakan tersebut sejatinya berada pada titik yang sama-sama ekstrem yang satu
ekstrem kekiri dan yang lain ekstrem ke kanan. Ekstremitas ini tentu tidak sejalan dengan ajaran
Islam sejak ajaran Islam menekankan moderatisme sikap tengah-tengah antara berbagai titik
ekstrim yang ada inilah yang antara lain, tergambar dari kata ummatan wasathan dalam Quran
Surah Albaqarah ayat 143.

Dalam ajaran islam ekstrimisme atau ta'ashub dengan berbagai variannya adalah sesuatu
yang dikecam dan dilarang karena ini dapat menghancurkan eksistensi alam dan kemanusiaan.

C. Seni Budaya Islam Nusantara

1. Batu Nisan

2. Arsitektur atau Seni Bangunan

3. Seni Sastra

4. Seni Ukir

26

Anda mungkin juga menyukai