Perkembangan Islam di
Indonesia dan Singapura
Dosen Pengampu : Dr. H. Sutarmo, M.Ag
Abstrak
Untuk mempelajari suatu agama, termasuk agama Islam harus bermula dari
mempelajari aspek geografis dan geografi persebaran agama-agama dunia. Setelah itu
dapat dipahami pula proses kelahiran Islam sebagai salah satu dari agama dunia, terutama
yang dilahirkan di Timur Tah, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Ketiganya dikenal sebagai
agama langit atau wahyu. Kedua hal itu, geografi persebaran dan persebaran agama itu
sendiri. Selanjutnya untuk dapat memahami proses perkembangan Islam sehingga menjadi
salah satu agama yang dianut oleh penduduk dunia yang cukup luas, harus dikenali lebih
dahulu tokoh penerimaan ajaran yang sekaligus menyebarkan ajaran itu, yaitu Muhammad
saw., sang pembawa risalah.
Perbandingan perkembangan Islam di Indonesia dan Singapura sangat perlu
diketahui. Ada beberapa teori tentang kedatangan Islam di Indonesia. Keragaman teori
disebabkan oleh fenomena kompleksitas, yaitu Islam tidak berasal dari satu tempat/ negara,
juga tidak dibawa oleh satu kelompok orang dan tidak pada saat yang sama. Perkembangan
Islam di Singapura tidak bisa dilepaskan dari proses Islamisasi yang terjadi di Nusantara
dan Semenanjung Malaysia. Proses awal Islamisasi initerjadi sekitar abad 15, ketika Malaka
menjadi pusat penting kekuatan Islam.
A. Pendahuluan
Dengan wataknya sebagai agama missionary, Islam telah berkembang sejak masa
yang paling awal dari kenabian Muhammad Saw dan mengajak umat manusia untuk menjadi
penganutnya. Dalam waktu yang relatif pendek, Islam telah menjadi anutan umat manusia di
Semenanjung Arabia. Seiring dengan penetrasi politik umat Islam yang semakin luas,
Islampun semakin mengukuhkan dirinya untuk menjadi agama pilihan dari orang-orang yang
berbeda bahasa, warna kulit dan kebangsaan. Dalam perkembangannya yang kemudian,
penyebaran Islam tidak lagi terikat dengan kekuasaan dan kekuatan politik. Karena alasan di
atas, maka bisa terlihat adanya dua kemungkinan afiliasi seseorang untuk menjadi Muslim.
Pertama, kemusliman bisa terjadi karena adanya afiliasi yang sadar dari seseorang, karena ia
melihat adanya rasionalitas dalam ajaran agamanya. Kedua, kemusliman seseorang bisa
terjadi karena afiliasi yang bersifat pragmatis, karena alasan-alasan ekonomis atau politis.
Jargon religio-politik misalnya "al-nasu 'ala al-dini mulukihim" (penduduk itu bergantung
kepada agama penguasanya/rajanya) menyiratkan kecenderungan bagi kemungkinan yang
kedua.1
Keberhasilan proses Islamisasi di Indonesia ini memaksa Islam sebagai pendatang,
untuk mendapatkan simbol-simbol kultural yang selaras dengan kemampuan penangkapan
dan pemahaman masyarakat yang akan dimasukinya dalam pengakuan dunia Islam. Langkah
1
Ajat Sudrajat. “PERKEMBANGAN ISLAM DI SINGAPURA”. Perkembangan Islam di Asia Tenggara Prodi
Ilmu Sejarah FISE UNY Vol. 1 2007 Hal. 2.
1|Analisis Perbandingan Masuknya Islam di Indonesia dan
Singapura
ini merupakan salah satu watak Islam yang pluralistis yang dimiliki semenjak awal
kelahirannya. Mengenai Islamisasi di Singapura diperkirakan tidak berbeda dengan proses
Islamisasi yang terjadi di daerah lain. Islam yang berkembang di Singapura adalah sama
dengan Islam yang berkembang, terutama di Malaka, yang dalam hal ini bermazhab Syafi’i.
Menganut teori mazhab, kemungkinan Islam yang berkembang di Singapura adalah berasal
dari Pantai Coromandel dan Malabar, atau dari Hadramawt.
B. Pembahasan
2
A.H.Hill, “Hikajat Radja-Radja Pasai”, Journal of The Malayan Branch Royal Asiatic Society, vol 33, 1960;
T.Ibrahim Alfian, Kronika Pasai, (Yogyakarta: Univrsitas Gadjah Mada Press, 1973)
3
Hasan M Abary, Awal Perkembangan Kerajaan Islam di Sumatera (Samudera Pasai dan Aceh)”, dalam
Analisis Kebudayaan,tahun II/2, (Jakarta :Depdikbud, 1982)
2|Analisis Perbandingan Masuknya Islam di Indonesia dan
Singapura
Dengan melihat paparan ini maka mula-mula ajaran Islam yang berkembang di Nusantara,
khususnya di pesisir utara Sumatera adalah Islam Syi’ah. Dinasti Sayyid Maulana Abdul
Aziz Syah adalah sbb. :
1. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah (225-249 H. = 840-864M)
2. Sultan Alaidin Sayyiud Maulana Abdurrahim Syah (249-285H = 864-888 M)
3. Sultan Alaiddin Sattid Maulana Abas Syah (285-300 H = 888-913 M)
Pada masa pemerintahan kaum Syiah di bawah Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abbas
Syah, kaum Ahlussunnah wa’l Jama’ah masuk secara besarbesaran ke kerajaan Islam Perlak
dan kemudian menghancurkan Kerajaan Syi’ah rersebut. Dengan kemenangan ini,
kelompok ahlusunah wa’l Jama’ah kemudian mengangkat seorang Sultan yang bergelar
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Johan Syah.
2. Sejarah masuknya Islam di Singapura
Masuknya Islam ke Singapura terkait dengan proses keda-tangan Islam di Asia
Tenggara. Tentang proses kedatangan Islamdi Asia Tenggara, para ahli sejarah berbeda
pendapat mengenaikapan dan dari mana datangnya. Kajian mengenai teori kedatangan Islam
di Asia Tenggara telah banyak dilakukan, baikteori-teorinya mapun tinjauan kritis atas teori-
teori tersebut. Olehkarena itu, penjelasan mengenai hal ini disajikan secara
ringkasberdasarkan salah satu tinjauan yang pernah ada.
Proses Islamisasi yang terjadi di Singapura tidak bisa dilepaskan dari keberadaan
etnis Melayu yang mendiami pulau itu. Seperti disebutkan di atas, identifikasi Islam tidak
bisa dilepaskan dari etnis Melayu. Namun persoalan yang sejak permulaan dirasakan dalam
perkembangan komunitas Muslim Singapura adalah kurangnya pemimpin tradisional
pribumi. Hal ini kemudian berpengaruh terhadap kepentingan-kepentingan mereka ketika
berhadapan dengan pemerintah, kolonial Inggris, yang memiliki prioritas tersendiri.
Kelompok Jawi Peranakan, yang merupakan keturunan perkawinan antara orang-
orang Malabar-India dengan Wanita Melayu, adalah merupakan pemimpin- pemimpin
tradisional Melayu yang berjasa dalam melestarikan bahasa dan nasionalisme Melayu.
Mereka kebanyakan bekerja sebagai da’i, penterjemah, guru- guru madrasah dan sebagai
pedagang. Kedudukan mereka menempati ranking kedua setelah orang-orang Arab.
Sehingga dengan demikian tergolong sebagai golongan elit, baik dalam strata sosial maupun
ekonomi. Mereka inilah, terutama migran-Arab, sebagai penyandang dana utama dalam
pembangunan masjid-masjid, lembaga-lembaga pendidikan dan organisasi-organisasi Islam
Sejak pertengahan abad ke-19, ketika Belanda melakukan tindakan represif dan pembatasan
atas calon haji Indonesia, Singapura menjadi alternatif mereka sebagai tempat
pemberangkatan. Broker-broker perjalan ibadah haji ini adalah kalangan migran-Arab.
Tercatat pada tahun 1824, orang Arab pertama yang masuk ke Singapura adalah
Sayyid Abdul Rahman Al-Sagoff, beserta puteranya yang bernama Ahmed. Pada tahun 1848
ia mendirikan firma Al-Sagoff and Company. Puteranya, Sayyid Ahmed menikah dengan
Raja Siti, saudara dari Hj. Fatimah, Sultanah Gowa di Sulawesi. Dalam perkembangan yang
kemudian, banyak keluarga Arab yang menjadi elit ekonomi di Singapura, semisal keluarga
Al-Kaff, Al-Sagoff dan keluarga Al- Jaffri. Dalam pada itu, orang-orang Arab memainkan
Singapura sebelumnya bagian dari malaysia. Pada tanggal 19 agistus 1965, Singapura
memisahkan diri dan menyatakan merdeka. masuknya islam di singapura erat kaitannya
dengan perkembangan islam di semenanjung malaka. pada awal abad 20 islam, di singapura,
mulai bangkit dengan berdirinya organisasi-organisasi dan sekolah-sekolah islam seperti:
Tidak dapat disangkal bahwa Islam merupakan komponen penting yang turut
membentuk dan mewarnai corak kehidupan masyarakat Indonesia. Keberhasilan Islam
menembus dan mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia serta menjadikan dirinya
sebagai agama utama bangsa ini merupakan prestasi yang luar biasa. Hal ini terutama bila
dilihat dari segi geografis, dimana jarak Negara Indonesia dengan negara asal Islam, jazirah
Arab cukup jauh. Apalagi bila dilihat sejak dimulainya proses penyebaran Islam itu sendiri di
kepulauan nusantara ini, belum ada metode atau organisasi dakwah yang dianggap cukup
mapan dan efektif untuk memperkenalkan Islam kepada masyarakat luas.
Wajah Islam di Singapura tak jauh beda dengan wajah di Malaysia. Banyak
kesamaan, baik dalam praktik ibadah maupun dalam kultur kehidupan sehari-hari. Sedikit
banyak, hal ini mungkin dipengaruhi oleh sisa warisan Islam Malaysia, ketika negeri kecil itu
resmi pisah dari induknya, Malaysia, pada 1965. Tetapi, sebenarnya Islam telah lama ada dan
berkembang di Singapura, jauh sebelum negeri itu sendiri berdiri.
Perjalanan pendidikan Islam di Indonesia senantiasa dihadapkan pada berbagai
persoalan yang multi komplek, mulai dari konseptual-teoritis sampai dengan operasional
praktis. Hal ini dapat dilihat dari ketertinggalan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya
baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga pendidikan Islam terkesan sebagai
pendidikan “kelas dua”. Sesungguhnya sangat ironis, penduduk Indonesia yang mayoritas
muslim namun dalam hal pendidikan selalu tertinggal dengan umat yang lainnya.
Berbeda dengan Singapura, Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM)
juga tak kalah pentingnya dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu
potret yang maju dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti berperan penting
dalam agenda-agenda riil masyarakat muslim. Saat ini, tidak kurang dari sepuluh LSM, di
antaranya adalah: Association of Muslim Professionals (AMP), Kesatuan Guru-Guru Melayu
4
Pendi Susanto. “Perbandingan Pendidikan Islam di Asia Tenggara”, Jurnal Pendidikan Islam :: Volume IV,
Nomor 1, Juni 2015/1436, Halaman 84
5|Analisis Perbandingan Masuknya Islam di Indonesia dan
Singapura
Referensi
Ajat Sudrajat. “PERKEMBANGAN ISLAM DI SINGAPURA”. Perkembangan Islam di Asia
Tenggara Prodi Ilmu Sejarah FISE UNY Vol. 1 2007.
A.H.Hill, “Hikajat Radja-Radja Pasai”, Journal of The Malayan Branch Royal Asiatic
Society, vol 33, 1960; T.Ibrahim Alfian, Kronika Pasai, (Yogyakarta: Univrsitas
Gadjah Mada Press, 1973)
Hasan M Ambary, Awal Perkembangan Kerajaan Islam di Sumatera (Samudera Pasai dan
Aceh)”, dalam Analisis Kebudayaan,tahun II/2, (Jakarta :Depdikbud, 1982)
Pendi Susanto. “Perbandingan Pendidikan Islam di Asia Tenggara”, Jurnal Pendidikan Islam
:: Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436