Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Islam Pasca Islamisasi di Sulu Filipina Selatan Studi kasus: Perkembangan Islam di Sulu Akhir Abad 13 M

Nama: Muhammad Hasan Syahru Ramadhan

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011/1432

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam pada awalnya diperkenalkan oleh nabi Muhammad SAW di Mekkah dan Madinah. Segera setelah itu, dibawah naungan para sahabat dan generasi muslim selanjutnya, islam perlahan menyebar ke seluruh wilayah dunia (Eropa, Afrika, Amerika, Asia) melalui berbagai cara, salah satunya adalah perdagangan. Islam di Asia Tenggara dibawa oleh para pedagang muslim pada abad ke-7 M dan 13 M. para pedagang tersebut berasal dari Arab, Persia, Cina dan India.1 Islam masuk ke negara-negara di Asia Tenggara melalui beberapa jalur, yaitu jalur sutera (laut) dan jalur darat. Jalur sutera merupakan rute perdagangan yang menghubungkan Samudra Pasai-Malaka-pesisir utara Jawa Timur-Maluku-Sulawesi-Kalimantan sampai juga di kepulauan Filipina tepatnya di Sulu, Mindanau dan Buayan, Filipina Selatan. Menurut Hikayat Sulu, Islam dibawa ke Filipina Selatan pertama kali oleh Syarif Karim Almakhdum pada tahun 1380 M, menurut sumber lainnya Islam dibawa ke wilayah ini oleh Sayid Abu Bakar dan Syarif Muhammad Kabungsuwan yang berasal dari Sumatra. Menurut hikayat Minahasa Syarif Kabungsuwan datang dari Johor. Para ulama ini datang sekitar abad ke-14 M membawa Islam ke Filipina Selatan sampai akhirnya di sana berdiri dua kesultanan besar, Sulu dan Mindanao.2 Filipina merupakan salah satu Negara dengan kondisi keislaman yang menarik untuk dikaji. Daya tarik ini disebabkan terutama terlihat dari persebaran penduduknya, dimana kelompok mayoritas muslim ada di Filipina Selatan, sedangkan di wilayah Filipina Utara penduduknya mayoritas Kristen Khatolik. Menarik untuk dilihat, apakah masuknya islam di sulu mempunyai pengaruh besar terhadap budaya masyarakat setempat? Mengapa Islam dapat diterima oleh masyarakat Sulu? Bagaimana aspek-aspek sosial di Sulu setelah masuknya islam? Adakah perubahan atau tidak?

1 2

Apipuddin, Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: PT Akbar Media Sarana, 2008). h. 3. Mahdini, Islam dan Kebudayaan Melayu, (Pekanbaru: Daulat Riau, 2003). h. 18.

BAB III PEMBAHASAN A. Sekilas Perkembangan Islam di Filipina Selatan Secara geografis Filipina Selatan terdiri dari beberapa kepualauan yang penduduknya mayoritas muslim. Pulau-pulau tersebut adalah Negara Muslim Sulu, termasuk Sulu, Basilan, Palawan, Negros, Panay, Mindoro, dan Iloco di sebelah utara pulau-pulau Luzon; negara muslim Mindanao dan Negara Muslim Manila (Manila sekarang) termasuk bagian tengah Luzon.3 Dapat kita bayangkan bahwa islamisasi di Sulu melalui jalur laut atau sutera. Sebelum masuknya agama Islam di Filipina Selatan, kepercayaan yang dianut oleh penduduk lokal di Sulu (pulau-pulau Filipina Selatan) adalah pemujaan kepada makam atau tempat-tempat yang dianggap keramat.4 Kemudian kepercayaan masyarakat lokal berubah keyakinan memeluk agama Hindu dari pengaruh India, dan Budha pengaruh dari Cina. Bukti bahwa adanya pengaruh Hindu-Budha adalah pengunaan gelar penghormatan raja shipad dan shripaduka, dari bahasa sangsekerta. Tentunya pengaruh dari kedua agama tersebut melalui perdagangan. Adanya perpindahan agama oleh penduduk lokal dari dinamisme ke HinduBuddha disebabkan karena Indianisasi.5 Bila kita bayangkan, kemungkinan pengaruh Indianisasi ini bisa dari teori bawah. Teori bawah mempunyai arti masuknya pengaruh hindu-budha di Filipina Selatan, dikarenakan perjalanan laut para kaum Brahmana dari Jawa dan Sumatera yang terlebih dahulu sudah menganut kedua agama tersebut. Namun juga bisa melalui teori atas, yakni bahwa pengaruh Hindu-Budha dikarenakan faktor persinggahan para Brahmana di Selat Malaka, dilanjutkan ke Timur Indonesia (seperti Kalimantan), lalu ke Sulu. Pada abad ke-13 M, agama Islam mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan yang pesat tersebut dibuktikanya kemunculan kerajaan-kerajaan (kesultanan) Islam di Asia Tenggara. Kerajaan-kerajaan tersebut tidak jauh di pesisir pantai. Begitu juga di Sulu, Sulu merupakan pintu masuknya agama Hindu-Buddha dan Islam di daerah tersebut. Mungkin banyak para pedagang Muslim maupun yang Non Muslim singgah di sana dikarenakan faktor pantai pesisirnya tidak ganas ombaknya.

M. Ali Ketani, Minoritas Muslim di Dunia Muslim Dewasa Ini, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005). cet. 1. h. 195. 4 Ahmad Ibrahim (ed.), Islam di Asia Tenggara: Prespektif Sejarah, (Jakarta: LP3S, 1989). h. 105. 5 Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008). jil. 3. h. 3.

Berikut ini adalah nama-nama yang mempunyai peranan penting dalam penyebaran serta perkembangan Islam di Filipina Selatan:6 1. Tuan Masha'ika (Tuan Syeikh) dan Tuhan (Tuan) Maqbalu pada 710 H bersamaan 1310 (sezaman dengan Batu Bersurat Terengganu 1303). 2. Karimul Makhdum (Tuan Syarif Aulia) dan Makhdum Aminullah (Sayyid Un-Nikab). 3. Raja Baguinda (Dari Minangkabau Sumatera). 4. Sayyid Abu Bakar (Syariful Hasyim) Pengasas Kesultanan Sulu bermula 1450 atau 1457 M. 5. Syed Alawi Balpaki ( Datang 1735 M) Titik perkembangan Islam dirasakan pada masa Sayyid Abu Bakar, dibuktikan dengan kesultanan Sulu yang kemudian selain memperkenalkan akidah Islam tetapi Islam sebagai negara yang dimasukan sebagai istitusi politik dan sosial. Sedangkan perkembangan Islam atau masa kejayaanya di Mindanao pada masa Syarif Kabungsuan dan Syed Alawi Bapaki. Jalur islamisasi yang digunakan para ulama tersebut adalah dengan cara berdakwah. Islam di Mindanao terislamkan juga dari para pendakwah Ternate, Brunei.7 Tugas para Mubaliq (pendakwah) tidak hanya berdakwah, juga memperdalam ilmu pengetahuan Islam di penduduk Mindanao. B. Pasca Islamisasi di Sulu (Filipina Selatan) Dari berbagai sumber yang penulis dapatkan, banyak perubahan-perubahan di kota-kota, pesisir, maupun di pedalaman. Misalnya di Indonesia, banyak kerajaan Hindu-Buddha beralih ke kesultanan Islam, seperti kesultanan Mataram, kesultanan Aceh. Jadi dapat kita bayangkan bahwa telah terjadi perubahan dalam bidang pembentukan negara. Lalu yang jadi pertanyaanya adalah apakah di Filipina Selatan juga pernah merasakan hal yang serupa dengan sejarah Islam Indonesia?. Untuk menjawab itu, maka penulis akan memberikan batasan gambaran dari aspek pendidikan, politik, sosial, sesuai hasil dari penemuan dari sumber-sumber yang didapatkan.

6 7

www.suara-adinda.blogspot.com Apipuddin, Islam di Asia Tenggara, .., h. 103-105.

Berikut ini adalah perubahan-perubahan pasca Islamisasi dari sumber yang penulis dapatkan, diantaranya adalah sebagai berikut; 1. Pendidikan Setelah Islam masuk ke Filipina Selatan, mulai dikenal sebuah institusi pendidikan islam yang bernama madrasah. Institusi ini menurut tarsilah didirikan pada masa Zaenal Abidin8. Tetapi, belum diketahui siapakah Zaenal Abidin itu, sebab namanya tersebut tidak tercantum didaftar nama-nama Kesultanan Sulu. Bisa saja Zaenal Abidin tersebut, seorang tokoh atau ulama yang mempunyai inisiatif untuk memberikan sumbangsihnya untuk ilmu pengetahuan Islam dan akidah. Kemudian, ditemukanya teks-teks berbahasa Arab yang digunakan untuk berdakwah.9 Teks-teks bahasa Arab tersebut dibuat oleh kalangan terpelajar atau intelektual. Keberadaan intelektual atau terpelajar tersebut mengindikasikan islam di Filipina Selatan pernah mengalami kebangkitan.10 Teks-teks tersebut biasanya menggunakan bahasa Arab Pegon, atau Bahasa Arab asli. 2. Sosial dan Budaya Perubahan yang tampak di Filipina Selatan setelah masuknya Islam di segi sosial adalah tidak ada lagi pembagian kelas masyarakat, sebab manusia itu pada hakikatnya sama di pandangan Allah SWT, walaupun warna kulitnya berbeda. Artinya agama Islam mengajarkan prinsip persamaan. Dari sumber yang penulis kutip dari salah satu blog, Menjelaskan bahwa Mereka (penduduk pribumi Filipina Selatan) keluar beramai-ramai dari agama Hindu-Buddha dan penganut Animisme mereka tanpa peperangan dan paksaan untuk menganut Islam, dengan sungguh-sungguh mempertahankannya hingga ke titisan darah yang terakhir. 11 Jadi, dari penyebaran agama Islam yang damai ini, sangat menarik perhatian. Akan tetapi mustahil jika hanya melalui jalur perdamaian, akan tetapi telah disadarkannya tetang akidah Islam (keesaan Allah swt ) melalui dakwah yang bersumber Al-Quran dan Al-Hadis.

Muhammad Syamsu As, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, (Jakarta: PT Lentera, 1996). h. 152. 9 Ahmad Ibrahim, Islam di Asia Tenggara: Prespektif Sejarah, (Jakarta: LP3S, 1989). h. 116. 10 Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana & Kekuasaan , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999). cet. 1. h. xvii. Menurut Azyumardi, menjelaskan bahwa syarat-syarat kebangkitan dalam sebuah negara adalah banyaknya santrinisasi, institusi keislaman, dan cendikiawan (orang-orang terpelajar). 11 www.suara-adinda.blogspot.com

Selain memeluk Islam, indikator lain pengaruh islam disana adalah masyarakat muslim yang rata-rata bermazhab Syafii. Kemungkinan besar adanya pemeluk Mazhab Syafei ini dikarenakan adanya hubungan antara kesultanan Sulu dan Kesultanan Brunei. Kedua, bisa saja mazhab Imam Syafei memang berasal dari ajaran para ulama yang menyebarkan agama Islam di sana sekaligus bekal ilmu fiqihnya. Perubahan yang dialami di bidang budaya adalah banyak ditemukanya tulisan-tulisan berbahasa arab pegon. Sebab pada masa itu (kira-kira 14 M), arab pegon merupakan bahasa lingua franca (bahasa pemersatu melayu). Digunakanya Arab Pegon tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka banyaknya ilmu pengetahuan yang ditranslate dari bahasa Arab ke bahasa Arab Pegon. Para sultan Sulu mengenakan pakaian jubah dari Cina sebagai simbol kebesaran busana kesultanan atau negara.12 C. Dakwah Metode dakwah yang digunakan adalah khotbah tradisional, dibaca selama Jumat dan 'id salat berjamaah, yang mencakup tidak hanya doa dibaca selama Jumat dan 'id salat berjamaah, serta doa untuk sultan berkuasa tetapi juga untuk Khalifah umat. Hal ini menunjukkan bahwa kesultanan-kesultanan di Mindanao dan Sulu diakui kepemimpinan Khalifah dan mereka adalah bagian dari dunia Muslim. Sebelum mempopulerkan bahasa Arab, buku-buku agama di Mindanao dan Sulu sebagian besar ditulis dalam bahasa Melayu ditulis dalam skrip Jawi. Ini menjelaskan fakta bahwa praktik keagamaan penduduk pada waktu itu sangat dipengaruhi oleh praktek keagamaan di bagian lain dunia Melayu. Hanya beberapa orang terpelajar yang melek dalam bahasa Arab sehingga literatur religius Melayu lebih mudah diakses banyak.13 Penggunaan bahasa Arab merupakan kemajuan dari ilmu pengetahuan yang diakses dari timur tengah. Mengutip Ahmad Ibrahim, dalam bukunya Islam di Asia Tenggara: Prespektif Sejarah, Memberikan gambaran kepada kita isi dari khutbahnya adalah doa-doa untuk Nabi Muhammad Saw, doa kepada empat khalifah pertama yang dikatakan mendapatkan bimbingan yang benar dan juga untuk semua orang yang telah memerintah, termasuk raja yang memegang jabatan, seperti para sultan di Sulu. Hal-hal ini

Adrian Vickers, Peradaban Pesisir Menuju Sejarah Budaya Asia Tenggara , (Denpasar: Pusataka Larasan; Udayana University Press, 2009). h. 183 13 http://www.islamawareness.net/Asia/Philippines/muslimminority.pdf

12

sering kali dilakukan berulang-ulang di masjid-masjid hingga menjadi ilmu pengetahuan yang mantap. D. Ekonomi Selain perubahan dalam tatanan sosial budaya serta pendidikan, ada sebuah konsep mengenai sistem ekonomi di Sulu. Sistem perekonomian dimasa kesultanan menggunakan jalinan ideologis siap pakai diantara berbagai imperium dagang muslim yang terbentang dari Bandar-bandar di Samudera Hindia sampai lautan Sulu Filipina.14 Bandar merupakan bagian terpenting bagi perekonomian juga interaksi sesama pedagang muslim. Mungkin saja ada metode perdagangan menggunakan ijab Kabul, sebagai tanda terimanya barang dagangan tersebut. Artinya, penjual dan pembeli tidak sama-sama dirugikan. Kemudian hal yang terpenting dalam perekonomian pasca islamisasi adalah ketika terjadinya jual beli di bandar-bandar, maka para saudagar memberikan perlindungan15 dan semangat untuk meneruskan langkah-langkah ekonomi dan dakwahnya. E. Teknologi Pengaruh islamisasi dibidang teknologi adalah kemungkinan besar berpengaruh dalam bidang arsitektur mesjid. Kemudian ilmu pengetahuan tentang navigasi perkapalan atau sistem perkapalan yang semi modern. Ilmu pengetahuan tentang perkapalan bisa saja didapatkan dari para saudagar Arab, Cina, Persia yang lama menetap di pulau Sulu. Apalagi para pengembara laut dari timur tengah memiliki pengalaman dan ilmu pengetahuan yang tinggi tentang perkapalan.

Adrian Vickers, Peradaban Pesisir Menuju Sejarah Budaya Asia Tenggara , .., h. 22. Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam; Prespektif Etnolinguistik dan Geopolitik , (Jakarta: Rajawali Press, 2009). Ed. 1. h.325.
15

14

Mesjid Syarif Al-Makhdum, Mesjid Tertua di Sulu. (dibangun Akhir abad ke-13 M) (sumber: http://philippenecture.ph/cebu/heritage-churches-musquesgoogle.com)

KESIMPULAN Masuknya Islam di Sulu pada akhir abad ke-13 M, Filipina Selatan telah mengalami pengaruh dalam arti yang positif, yang terlihat dalam bentuk perubahan-perubahan dalam berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan, sosial dan budaya, ekonomi, dakwah dan teknologi. Perubahan tersebut dapat dibuktikan sebagai berikut: 1. Pendidikan: didirikanya madrasah pada zaman Sultan Zaenal Abidin. 2. Sosial dan budaya: Islam mudah diterima oleh masyarakat sulu dan pulau-pulau (Filipina Selatan) yang penduduknya mayoritas muslim, maka masyarakat atau penduduk lokal pindah keyakinan dari Hindu-Buddha menjadi Islam. Adanya hubungan budaya dengan Cina, misalnya: menggunakan jubah dari Cina sebagai pakaian kebesaran negara. 3. Ekonomi: Jaminan keamanan untuk berdagang diantara sesama saudagar Muslim di Bandar-bandar. 4. Dakwah: Menggunakan bahasa arab dan pengadobsian ilmu pengetahuan agama lewat media dakwah. Baik dalam khutbah jumat dan idul fitri. 5. Teknologi: Kemajuan dalam bidang perkapalan dan arsitektur.

DAFTAR PUSTAKA

Apipuddin. Islam di Asia Tenggara. (Jakarta: PT Akbar Media Sarana, 2008). Azra, azyumardi. Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana & Kekuasaan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999). cet. 1. http://philippenecture.ph/cebu/heritage-churches-musquesgoogle.com http://www.islamawareness.net/Asia/Philippines/muslimminority.pdf Ibrahim, ahmad (ed.). Islam di Asia Tenggara: Prespektif Sejarah. (Jakarta: LP3S, 1989). Ketani, Ali M. Minoritas Muslim di Dunia Muslim Dewasa Ini. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005). cet. 1. Lombard, denys. Nusa Jawa: Silang Budaya Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008). jil. 3. Mahdini. Islam dan Kebudayaan Melayu. (Pekanbaru: Daulat Riau, 2003). Syamsu As, Muhammad. Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya. (Jakarta: PT Lentera, 1996). Thohir, Ajid. Studi Kawasan Dunia Islam; Prespektif Etnolinguistik dan Geopolitik. (Jakarta: Rajawali Press, 2009). Ed. 1. Vickers, Adrian. Peradaban Pesisir Menuju Sejarah Budaya Asia Tenggara. (Denpasar: Pusataka Larasan; Udayana University Press, 2009). www.suara-adinda.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai