NIM 05091182126006
Kelas : Agronomi Indralaya
Kelompok 8
Praktikum : Produksi Tanaman Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit
A. Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar
tunggang. Radikula (bakal akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah
bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 meter.
Akar primer kelapa sawit terus berkembang. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari
serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping.
Serabut primer ini akan bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah.
Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier.
Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter hingga 16
meter secara vertikal (Syarovy et al., 2015)
B. Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang
melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa
sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti
kubis dan enak dimakan. Pada batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal
pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah
kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih
tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak
berwarna hitam beruas. Batang kelapa sawit berdiameter 25-75 cm, namun di
perkebunan umumnya 45-65 cm, pangkal batang lebih besar pada tanaman yang
lebih tua. Batang kelapa sawit merupakan batang tunggal yang tidak
bercabang.Tinggi batang bisa mencapai 20 m lebih tetapi umumnya diperkebunan
hanya berkisar antara 15-18 m (Suhatman et al., 2016).
C. Daun
Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan
pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan
tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. bentuk
daunnya menyirip, tersusun rozet pada ujung batang. Biasanya tanaman kelapa
sawit memiliki 40 hingga 55 daun, jika tidak dipangkas dapat mencapai 60 daun.
Tanaman kelapa sawit tua membentuk 2-3 daun setiap bulannya. Sedangkan yang
lebih muda menghasilkan 3-4 daun perbulan. Produksi daun ini dipengaruhi oleh
faktor umur, lingkungan, musim, iklim, dan genetik. Produksi daun meningkat
hingga umur 6-7 tahun, kemudian menurun pada usia 12 tahun, selanjutnya
produksi daun tetap berkisar antara 22-24 daun pertahun genetik. Produksi daun
meningkat hingga umur 6-7 tahun, kemudian menurun pada usia 12 tahun,
selanjutnya produksi daun tetap berkisar antara 22-24 daun pertahun (Idris, 2020).
E. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman kelapa sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril
sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih
unggul digunakan sebagai tetua jantan. Bunga jantan maupun bunga betina
tumbuh di ketiak daun, keduanya tumbuh pada pohon yang sama. Bunga
hemaprodit sering terdapat pada tanaman kelapa sawit terutama pada masa
pembungaan. Tandan bunga jantan terdiri atas sejumlah spliket yang panjangnya
12-20 cm, yang tumbuh dari tangkai bunga. Setiap spliket terdapat 600-1200
bunga yang sangat kecil, berwarna kuning dengan bau yang khas. Jumlah serbuk
sari yang dihasilkan 25-50 gram, yang terbentuk dalam 2-3 hari. Tandan bunga
betina terbungkus dalam seludang (Spadiks) yang panjangnya 24-25 cm, terdapat
ribuan bunga yang tersusun secara spiral pada sumbu sentral. Saat bunga resetif
berwarna putih hingga kuning pucat, garis merah berkembang sepanjang tiga
tingkat, mulai dari kepala putik (Vilani, 2021).
Bamualim, A. M., Madarisa, F., Pendra, Y., Mawardi, E., & Asmak, A. 2015.
Kajian Inovasi Integrasi Tanaman–Ternak melalui Pemanfaatan Hasil Ikutan
Tanaman Sawit untuk Meningkatkan Produksi Sapi Lokal Sumatera Barat.
Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science), 17(2):
83-93.
Gunady, P. S., Wirianata, H., & Andayani, N. 2023. Respon Stress Air dan Pupuk
K Terhadap Pertumbuhan Morfologi Kelapa Sawit di Pembibitan. Jurnal
Mahasiswa Instiper (AGROFORETECH), 1(3): 1596-1600.
Idris, I. 2020. Karakterisasi Morfologi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Kebun Binaan Ppks Kabupaten Dharmasraya. Jurnal Riset
Perkebunan, 1(1): 45-53.
Puspita, F., Ali, M., & Pratama, R. 2017. Isolasi dan karakterisasi morfologi dan
fisiologi bakteri Bacillus sp. endofitik dari tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.). Jurnal Agroteknologi Tropika, 6(2): 44-49.
Suhatman, Y., Suryanto, A., & Setyobudi, L. 2016. Studi Kesesuaian Faktor
Lingkungan dan Karakter Morfologi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Jurnal Produktif , 2(2): 47-56.
Syarovy, M., Ginting, E. N., & Santoso, H. 2015. Respon morfologi dan fisiologi
tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap cekaman air. Jurnal
Warta PPKS, 20(2): 77-85.
Vilani Yuniska, D. 2021. Keragaan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Pada Fase TM Tujuh di Kebun Tarengge PTPN XIV Luwu Timur Sulawesi
Selatan (Doctoral dissertation, Politeknik LPP Yogyakarta). Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 1(2): 114-127.