Anda di halaman 1dari 7

Kebutuhan Air yang Ideal Untuk Tanaman Kelapa Sawit

Akurasi pencatatan data curah hujan (CH) pada ombrometer dan jumlah hari hujan (HH) harus benar-
benar menjadi perhatian bagi kebun agar pengambilan kebijakan oleh manajemen (yang
berhubungan dengan data-data tersebut) dapat terukur dan terarah.

Berapakah sebenarnya jumlah air yang dibutuhkan setiap tanaman kelapa sawit jika curah hujan
2.500 mm/thn? (CH ideal berkisar 2.000 mm – 3.500 per tahun).

Definisi curah hujan (berhubungan dengan luas cakupan/penampang alat ukur CH) adalah banyaknya
air hujan yang tertampung dalam satuan luas 100 cm2.

Mengapa 100 cm2 ?


Hal ini berhubungan erat dengan diameter dari alat ukur curah hujan manual tipe observatorium (obs)
atau ombrometer, yang umumnya dipakai pada perkebunan kelapa sawit yang memiliki diameter (Ø) :
11,2 cm.
Tidak percaya ? Silahkan diukur sendiri saat kunjungan dinas ke site….. 

Perhitungannya sebagai berikut :

Rumus Luas Lingkaran : π.r2


Ket. : π = 3,14
r = jari-jari lingkaran

maka π.r2 = 100 cm2


r2 = 100 cm2/3,14
r = √100 cm2/3,14
r = 5,6 cm
Diameter lingkaran (Ø) = 2.r
Ø = 2 x 5,6 cm = 11,2 cm

Banyaknya air yang tertampung dalam satuan luas 100 cm persegi (misal V) dengan curah hujan
2.500 mm/tahun diperoleh dari perkalian antara luas penampang ombrometer (misal A, diubah dari
satuan centimeter ke satuan meter) dikali jumlah curah hujan (CH) dalam 1 tahun (diubah dari satuan
milimeter ke satuan meter).

Luas Penampang Ombrometer = 100 cm2


= 100 cm x (10-2)2 m2
= 100 x 10-4 m2
= 0,01 m2

Jika asumsi CH dalam setahun adalah 2.500 mm*, maka :


2.500 mm = 2.500 x (10-3) m
= 2,5 m

Maka :
V = A x CH
= 0,01 m2 x 2,5 m
= 0,025 m3

Jika 1 m3 (1 meter kubik) = 1.000 Ltr


Maka, V = 0,025 x 1.000 Ltr
V = 25 Ltr
Keterangan :
V : jumlah air hujan yang tertampung dalam luas penampang 100 cm2 (Ltr)
A : luas penampang ombrometer (m2)
CH : curah hujan (mm diubah ke satuan meter)

Untuk mendapatkan luas cakupan air hujan (luas penampang) setiap tanaman kelapa sawit dalam 1
Ha (mis. C), jika SPH standart 136 pkk/Ha **, adalah sebagai berikut :

C = Luas 1 Ha (m2)
SPH
= 10.000 m2 = 73,5 m2 per pokok. (73,5 meter persegi include tajuk tanaman)
136

Dari perhitungan data-data di atas maka diperoleh :

a. Kebutuhan air/pokok/tahun = Luas penampang tiap tanaman sawit (m2) x V (Ltr)


Luas penampang ombrometer (m2)

= 73,5 m2 x 25 Ltr
0,01 m2

= 183.750 Ltr

b. Kebutuhan air/pokok/hari = 183.750 Ltr


365 Hari

= 503 Ltr/pokok/hari

= (+/-) 0,5 m3/pokok/hari

Keterangan :
* Nilai CH dapat berubah sesuai data yang terukur di ombrometer dalam 1 tahun. Nilai 2.500 mm
dipakai karena umumnya jumlah CH tersebut yang dianggap sesuai dan ideal untuk pertumbuhan
tanaman kelapa sawit di Indonesia.
** Nilai SPH dapat berubah sesuai populasi pokok per hektar.

Selain alat ukur CH yang mempunyai luas penampang 100 cm2, terdapat juga yang memiliki luas
penampang 200 cm2 dan sesuai rumus luas lingkaran, penampang tersebut berdiameter (Ø) +/- :
15,96 cm (r = 7,98 cm).
Dan jika kita masukan ke rumus di atas hasilnya tetap sama yaitu 503 Ltr/pokok/hari (asumsi CH
2.500 mm dan SPH 136 pokok).
Silahkan, dihitung sendiri….. 

Saling berbagi, semoga bermanfaat.....   

Sumber : Catatan Pribadi, Alfata Anton Yadi, Februari 2009


Referensi :

Curah hujan berhubungan dengan jaminan ketersediaan air dalam tanah sepanjang
pertumbuhan tanaman. Tanaman kelapa sawit praktis berproduksi sepanjang tahun sehingga
membutuhkan suplai air relatif sepanjang tahun pula. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan
yaitu jumlah curah hujan tahunan (mm) dan distribusi curah hujan bulanan.

Curah hujan yang ideal berkisar 2.000–3.500 mm/thn yang merata sepanjang tahun dengan
minimal 100 mm/bulan. Di luar kisaran tersebut tanaman akan mengalami hambatan dalam
pertumbuhan dan berproduksi. Rendahnya curah hujan tahunan berkaitan dengan defisit air dalam
jangka waktu relatif lama sedangkan curah hujan yang tinggi berkaitan dengan rendahnya intensitas
cahaya (M. Syakir, dkk, 2010).
Sebagai negara tropis dengan curah hujan 2000 – 2500 mm/tahun, bulan kering berkisar 2-3
bulan/tahun dan suhu rata-rata 24-28oC, wilayah Indonesia sangat sesuai untuk perkebunan kelapa
sawit (DMSI, 2010).

Kekurangan air akan berpengaruh negatif terhadap produksi sampai dengan 2 tahun ke
depan. Penurunan produksi tahun pertama berkisar antara 6-10% produksi normal per 100 mm
defisit air dan tahun kedua berkisar antara 2-5% produksi normal per 100 mm defisit air.
Besarnya pengaruh defisit air terhadap produksi dipengaruhi banyak faktor yang antara lain: umur
tanaman, tingkat produksi saat terjadi kekeringan, fisiologis tanaman dsb. Pengaruh negatif umumnya
dimulai 6 bulan setelah terjadi defisit air, misalnya aborsi janjang dsb. Akibat adanya defisit air yang
besar, ada kemungkinan akan terjadi perubahan pola produksi (Anonym, 2010).

Bulan kering dapat menurunkan produksi kelapa sawit, menurut Caliman (1998) di
Lampung dan Palembang akibat dari defisit air 100 mm akan mengurangi hasil 8 – 10% pada
tahun pertama dan 3 – 4% pada tahun kedua.

Menurut Ochs dan Daniel (1976) dalam Caliman (1998), defisit air memberi dampak negatif
terhadap sex differensial kelapa sawit, juga meningkatkan jumlah aborsi bunga betina dan
menghambat pertumbuhan tanaman, yang akhirnya akan menurunkan hasil selama beberapa bulan
setelah kekeringan serta dampak negatif lainnya adalah penurunan OER (Oil Extraction Rate).

Pengaruh defisit air ini tergantung dari kemampuan tanah mengikat air (water holding capacity)
yang berbeda-beda untuk setiap jenis tanah. Faktor yang mempengaruhi antara lain : (1) kandungan
liat (tekstur), (2) bahan organik dan (3) topografi.

 Referensi : Syakir, M. dkk, 2010. Budidaya Kelapa Sawit, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan, Aska Media.
 Referensi : Fakta Kelapa Sawit Indonesia, Dewan Minyak Sawit Indonesia, 2010.
 Anonym, 2010. Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (makalah perkebunan, 5 April
2010).
 Caliman,J.P., A. Southworth, 1998. Effect of Drought and Haze on The Performance of Oil
Palm. International Oil Palm Conference. Bali.
Cara Manual Menghitung Defisit Air

Contoh : Data Curah Hujan 2013 - Kebun Kudung

Sumber : Data CH 2013 Kudung,


Dipaparkan oleh : Alfata Anton Yadi, September 2015
IAD-Makingroup
Spesifikasi Penakar Hujan – Ombrometer

Sumber : www.slideshare.net
Sumber : www.slideshare.net

Anda mungkin juga menyukai