Anda di halaman 1dari 10

Dayeuh Sebagai Konsep Perkotaan

Tatar Sunda

DAYEUH SEBAGAI KONSEP PERKOTAAN


TATAR SUNDA

WEISHAGUNA
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. UNISBA
Jln. Tamansari No. 1 Bandung

ABSTRAK

Dayeuh merupakan istilah khas tatar Sunda (Jawa Barat dan Banten) yang
merujuk pada pengertian ibu kota. Sangat disayangkan jejak peradaban dayeuh
tersebut, kini tidak dapat diteliti lebih lanjut secara arkeologis. Meskipun
demikian, konsep-konsep perkotaan yang terkandung dalam istilah dayeuh masih
dapat ditelusuri melalui jejak-jejak prasasti, pantun, kronik dan peta pelaut
Portugis. Muncul kemudian pertanyaan, bagaimana konsep dayeuh sebenarnya ?
Adakah elemen-elemen khusus yang membedakan dayeuh dengan konsep
perkotaan masyarakat Hindu lainnya ? Apakah konsep dayeuh juga didasarkan
pada aturan keseimbangan mikro dan makro-kosmos ?

Kata kunci : dayeuh, konsep, perkotaan.

1. Pendahuluan Terjemahannya :
Berkat temuan benda-benda “Jelajahilah Pulau Jawa, tujuh kota menjadi
berhias (makmur)
prasejarah yang ditemukan di Parigi Nusa emas dan perak dengan banyak
(Ciamis), Jampang (Sukabumi), bertambang emas
Di ujung pulau Jawa terletak
Leuwiliang (Bogor), dataran tinggi gunung pesisir salju
yang puncaknya menyapu awan serta
Bandung, dan beberapa tempat lainnya dikunjungi dewa danawa”
di Jawa Barat dan Banten, dapat diduga (Muhammad Yamin, 1951 : 128)
dengan benar bahwa gejala penghunian
Berdasarkan buku Ghegrahike
tatar Sunda sudah berlangsung
Hyphegesis karya seorang ahli bumi
selambat-lambatnya sejak masa
Yunani Purba bernama Claudius
Plestosen 600.000 SM. Meskipun
Ptolomeus yang dikutif oleh Yoseph
demikian, jejak permukiman berbudaya
Iskandar (1997 : 30) bahwa ada sebuah
kota baru terditeksi pada tahun 150 M.
kota bernama Argyre chora (kota perak)
Itupun berkat informasi dari kidung
berada di timur jauh yang letaknya di
Ramayana yang berasal dari India karya
ujung barat pulau Ibadiaou (Yawadwipa).
Walmiki tahun 130 Masehi, berikut :
Kemudian 5 buah prasasti berasal dari
“Yatnavanto Yavadwipam
saptarajyopacobhitam abad ke-5 Masehi ditemukan di dekat
Suvarnarupyakadvipam suparnakaramanditam Jakarta berbahasa Sansakerta memberi
Yawadvipam atikramya Ciciro nama parvatah
petunjuk adanya permukiman berbudaya
divam sprcati crngena devadanavasevitah”

Jurnal PWK Unisba


1
Dayeuh Sebagai Konsep Perkotaan
Tatar Sunda

kota bernama Taruma. Berbagai teks khusus yang membedakan dayeuh


prasasti - prasasti tersebut menggunakan dengan konsep perkotaan masyarakat
istilah pura untuk mendefinisikan kota. Hindu lainnya ? Apakah konsep dayeuh
Pura berasal dari bahasa sansakerta juga didasarkan pada aturan
yang diartikan sebagai permukiman yang keseimbangan mikro dan makro-
berpangkal pada kedudukan dan kosmos?
keunggulan keraton, dibatasi oleh sistem
perbentengan dan tata ruangnya
2. Dayeuh dalam Prasasti Kawali
mendasarkan diri pada aturan
Teks prasasti Kawali I yang
keseimbangan mikro dan makro kosmos
berhuruf dan berbahasa Sunda kuno
yang disebut vastu purasha mandala
dengan jelas menyebutkan istilah dayeuh
suci.
yang membedakan diri dari istilah kuta,
Istilah dayeuh itu sendiri berasal
kedatuan, dan desa. Bila mengamati
dari bahasa Sunda Kuno yang berarti ibu
teks dalam prasasti tersebut, kata
kota. Istilah ini mulai terditeksi mulai
dayeuh dihubungkan dengan kata marigi
abad ke-8 Masehi dengan ditemukannya
yaitu membuat pertahanan di
prasasti Kawali. Kemudian prasasti hulu
sekelilingnya. Sistem parit pertahanan ini
dayeuh di Cirebon yang berasal dari
pula yang menjadi batas pemisah antara
abad ke-10 Masehi juga memberi
kawasan permukiman berbudaya kota
indikasi adanya Dayeuh Pakuan.
dan perdesaan di bagian luarnya.
Meskipun prasasti batu tulis Bogor abad
Kalimat Nu najur sagala desa aya ma
ke-14 Masehi tidak secara langsung
yang berarti mensejahterakan
menyebutkan istilah dayeuh, namun
(memajukan pertanian) desa-desa
kronik-kronik pelaut Portugis
memberikan indikasi bahwa secara
memperkuat keberadaan dayeuh untuk
struktur tata ruang, dayeuh merupakan
menyebutkan Ibu Kota Pakuan
kota agraris menjadi pusat koleksi dan
Pajajaran. Sangat disayangkan jejak
distribusi hasil pertanian dengan
peradaban dayeuh tersebut, kini tidak
mengorganisir beberapa desa atau
dapat diteliti lebih lanjut secara
kawasan pertanian sekitarnya, meskipun
arkeologis. Meskipun demikian, konsep-
elemen pasar tidak diungkap secara jelas
konsep perkotaan yang terkandung
dalam teks tersebut.
dalam istilah dayeuh masih dapat
Teks Prasasti Kawali I :
ditelusuri jejak-jejaknya melalui
penelusuran prasasti, pantun, kronik dan “nihan tapa kawali
peta pelaut Portugis. Muncul kemudian nu siya mulia tapa bhagya parebu raja wastu
mangadeg di kuta kawali
pertanyaan, bagaimana konsep dayeuh nu mahayu na kadatuan surawisesa
sebenarnya ? Adakah elemen-elemen nu marigi sakuliling dayeuh

2 Jurnal PWK Unisba


Dayeuh Sebagai Konsep Perkotaan
Tatar Sunda

nu najur sagaladesa aya ma Kawali I) dan pakena kereta bener


nu pa (n) deuri pakenagawe rahhayu pakeun nanjeur na juritan (lihat prasasti
pakeun heubeul jaya dina buana “
Kawali II). Unit lingkungan 2 adalah kuta
Terjemahannya adalah : atau permukiman yang dibatasi sistem
“Yang bertapa di Kawali perbentengan sebagai tempat keluarga
ini adalah yang berbahagia Prabu Raja Wastu
yang bertahta di kuta Kawali, dan kerabat pendukung raja pendukung
yang memperindah kedatuan Surawisesa,
kekuatan spiritual ajaran tersebut. Unit
yang membuat parigi (pertahanan)
sekeliling ibu kota, lingkungan ke-3 adalah dayeuh sebagai
yang mensejahterakan (memajukan
pertanian) desa-desa. ibu kota Negeri Kawali. Dengan konsep
Semoga ada (mereka) yang kemudian
ini dayeuh meliputi kuta dan permukiman
membiasakan diri berbuat kebajikan
agar lama berjaya di dunia”. di luar sistem perbentengan. Secara
(Yoseph Iskandar, 1997 : 210-211) spiritual menerima pancaran kekuatan
spiritual dari lingkungan kedatuan dan
kuta. Lingkungan ke-4 adalah Negeri
Kawali yang meliputi kedatuan, kuta,
dayeuh dan desa-desa hinterlandnya.
Kekuatan spiritutal pakennagawe rahayu
pakeun heubeul jaya dina buana dan
pakena kereta bener pakeun nanjeur na
juritan menyebar tidak terbatas secara
geografis.

Gb. 1 Prasasti Kawali l.


Sumber : Dokumen penulis. 4
3
1
Bila teks prasasti Kawali I di atas 2
diamati lebih mendalam, hubungan 1
antara kedatuan, kuta, dayeuh, kawasan
perdesaan, negeri kawali membentuk
konsep struktur tata ruang konsentrik
berhirarki dengan suatu kekuatan
spiritual tertentu. Kedatuan Surawisesa
merupakan unit lingkungan 1 berupa Gb. 2 Konsep Dayeuh Kawali.
kompleks bangunan istana kerajaan Sumber : analisis, 2005.

sekaligus sebagai pusat spiritual yang Keterangan :


memancarkan kekuatan ajaran 1 = Kedatuan, 2 = Kuta (perbentengan),
3 = dayeuh, 4 negeri Kawali.
pakennagawe rahayu pakeun heubeul
Arah pancaran kekuatan
jaya dina buana (lihat kembali Prasati spiritual.

Jurnal PWK Unisba


3
Dayeuh Sebagai Konsep Perkotaan
Tatar Sunda

3. Indikasi Dayeuh dalam Prasasti


Geger Hanjuang

Prasasti Geger Hanjuang yang


ditemukan di lereng Gunung
Galunggung, tepatnya di bukit Geger
Hanjuang atau Kabuyutan Linggawangi
Kecamatan Leuwisari, Kabupaten
Tasikmalaya. Prasasti Geger Hanjuang
ini berhuruf dan berbahasa Sunda Kuno,
yang bacaannya sebagai berikut :
Gb. 3 Prasasti Kawali lI.
Sumber : Dokumen penulis.
tra ba i gune apuy nasta
Teks Prasasti Kawali II : gomati sakakala rumatak
disusu(k) ku batari hyang pun
Aya ma
nu ngeusi bhagya Terjemahannya :
kawali bari pakena
“Pada hari ke-13 bulan Badra tahun 1033
kereta bener Saka (21 Agustus 1111),
pakeun na(n) jeur Rumatak disusuk oleh Batari Hiyang”.
na juritan
(Yoseph Iskandar, 1997 : 181).
Terjemahannya :
“Semoga ada Rumatak yang dimaksud dalam
(yang kemudian) mengisi kebahagiaan
(Negeri) Kawali ini prasasti Geger Hanjuang adalah nama
sambil membiasakan diri berbuat
kesejahteraan sejati ibu kota baru Kerajaan Galuh di
agar tetap unggul Galunggung menggantikan Dayeuh
dalam perang”.
Kawali. Berdasarkan hal itu pula
(Yoseph Iskandar, 1997 : 210-211)
dikatakan sebagai Dayeuh Rumantak.
Berdasarkan prasasti tersebut, Pada prasasti tersebut Dayeuh
Dayeuh Kawali sebagai Ibu Kota Rumantak dilengkapi dengan elemen
Kerajaan Galuh merefleksikan suatu parit pertahanan (susukan). Hal ini
sistem sosial-ekonomi-pemerintahan hampir sama dengan tradisi marigi pada
masyarakat berbudaya. Hal ini telihat dari Dayeuh Kawali. Bila diamati lebih cermat
kebijaksanaan Mahaprabu Niskala Wastu lagi istilah nyusuk juga terdapat pada
Kancana, yang mengembangkan sikap teks prasasti Batu Tulis Bogor untuk
membiasakan diri berbuat kebajikan mendefinisikan parit pertahanan ibu kota
(pakena gawe rahayu) dan membiasakan Dayeuh Pakuan. Dengan demikian satu
diri berbuat kesejahteraan sejati (pakena elemen penting melengkapi konsep
kereta bener) sebagai sumber hakiki bagi perkotaan dayeuh adalah pertahanan
kesentosaan bernegara. dalam bentuk parigi atau susukan.

4 Jurnal PWK Unisba


Dayeuh Sebagai Konsep Perkotaan
Tatar Sunda

Kekuatan spiritual bernegara yang Dayeuh ini pernah menjadi pusat kota
dikembangkan oleh Dayeuh Rumantak Ibu Kota Kerajaaan Pakuan Pajajaran ?
bertumpu pada ajaran Tri Tangtu Di
Buana yaitu sistem pemerintahan yang 5. Dayeuh Pakuan Pajajaran
menitik beratkan pada kerjasama atau
Kronik perjalanan Tome Pires
kemanunggalan tiga kunci pokok
seorang pelaut Portugis yang melakukan
bernegara; Raja (pemimpin), Rama
pelayaran ke berbagai tempat di
(sesepuh), dan Resi (ulama). Artinya
Nusantara tahun 1513 menyebutkan ibu
kehidupan bernegara akan runtuh bila
kota kerajaan Sunda disebut dayo
kemanunggalan ini sudah tiada lagi.
(dayeuh). Letaknya kira-kira 2 hari
Konsep spiritual bernegara ini juga
perjalanan dari bandar Pelabuhan Sunda
dilengkapi dengan filosofi, semua berasal
Kelapa ke arah pedalaman. Menurut
dari masa lalu oleh karena itu diperlukan
kronik tersebut Dayeuh Pakuan
penghormatan/ kepatuhan terhadap nilai-
merupakan kota besar dengan penduduk
nilai tradisi leluhur yaitu :
mencapai 48.271 orang. Pada itu
Aya ma beuheula aya tu ayeuna, Dayeuh Pakuan merupakan kota
hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna. terbesar kedua di Nusantara (Indonesia
Hana tunggak kana watang,
tan hana tunggak tan hana watang, masa itu) setelah Demak yang jumlah
Hana ma tunggulna aya tu catangna. penduduknya 491.187 orang. Pasai,
(Yosep Iskandar, 1997 N0. 865 : 31) waktu itu kota terbesar ketiga, dengan
jumlah penduduk 23.121 orang (Yoseph
4. Misteri Prasasti Hulu Dayeuh Iskandar, 1997 : 234). Kronik J. De Baros
seorang pelaut portugis dalam karyanya
Prasasti “Hulu Dayeuh” yang
Asia yang ditulis tahun 1531,
ditemukan pada tahun 60-an di Desa
menyebutkan Pulau Sunda dengan kota
Hulu Dayeuh tidak jauh dari Kota Sumber
utamanya daio (dayeuh) adalah sebuah
Ibu Kota Kabupaten Cirebon, menyimpan
negeri pedalaman yang lebih bergunung-
misteri yang belum terpecahkan. Dalam
gunung dari Jawa dan memiliki
bahasa Sunda, hulu dayeuh diartikan
pelabuhan terkemuka yakni Cimanuk
sebagai pusat kotanya Ibu Kota. Prasasti
(Chiamo), Xacatara atau karawang
yang tingginya mencapai 70 cm, lebar
(caravam), Tangerang (Tangaram),
34 cm dan tebal 20 cm ini, ditulis dengan
Cigede (Cheguide), Pontang (Pondang)
jenis huruf Sunda Kuno ini yang
dan Banten (Bintam) yang merupakan
diperkirakan berasal dari abad ke-10
tempat-tempat yang menghubungkan
Masehi. Hal yang menjadi misteri adalah
lalu lintas perniagaan di jalur Pulau
tertulisnya “Sri Pakwan” di dalam prasasti
Sumatera, Malaka hingga Pulau Jawa.
tersebut. Apakah mungkin Desa Hulu

Jurnal PWK Unisba


5
Dayeuh Sebagai Konsep Perkotaan
Tatar Sunda

(Lihat gambar 4 Peta Asia Karya De 330 pilar sebesar tong anggur yang
Baros tahun 1531). tingginya 5 fathon (1 fathon = 1,828
Kronik perjalanan Tome Pires meter) dengan ukiran pada puncaknya.
menyebutkan bahwa hal yang menarik di Naskah Carita Parahiyangan
Dayeuh Pakuan Pajajaran terdapat menyebutnya Sri Kadatwan Bima-Punta-
adalah rumah-rumah penduduknya yang Narayana-Madura-Suradipati yaitu
berukuran besar dan indah terbuat dari keraton yang berjumlah 5 buah atau
kayu dan palm serta terdapatnya istana dalam sastra klasik sering disebut panca
tempat tinggal raja yang dikelilingi oleh persada. (Yoseph Iskandar, 1997 : 159).

DAIO
(DAYEUH)

Gb.4 Peta Pulau Sunda dan Pulau Jawa karya J. De Baros tahun 1531 ;
menyebutkan lokasi daio (Dayeuh Pakuan).
Sumber : Adolf Heuken, 1999 : 96.

Keterangan Winkler yang pernah militer VOC abad 17 dan 18,


berkunjung ke Dayeuh Pakuan menyebutkan bekas-bekas kuta atau
menyatakan bahwa Ibu Kota yang sistem perbentengan berupa tanah dan
bernama Pakuan terletak di antara dua batu, jalan-jalan, pemandian, terusan-
buah sungai yang mengalir sejajar dan terusan (susuk) serta bekas-bekas kebun
sama besar. Laporan utusan-utusan durian, mangga, beringin dan lain-lain.

6 Jurnal PWK Unisba


Dayeuh Sebagai Konsep Perkotaan
Tatar Sunda

Ia dinobatkan dengan gelar Prabuguru


Dewataprana; dinobatkan (lagi) ia dengan
gelar Sri Baduga Maharaja
ratu penguasa di Pakuan Pajajaran Sri Sang
Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit
(pertahanan) di (Dayeuh) Pakuan.
Dia anak Rahiyang Dewa Niskala yang
mendiang di Gunatiga,
cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang
mendiang ke Nusalarang.
Dialah yang membuat tanda peringatan
berupa gunung-gunungan, mengeraskan
jalan dengan batu, membuat (hutan) samida,
membuat telaga Rena Mahawijaya.
Ya dialah (yang membuat semua itu).
Gb.5 Denah Dayeuh Pakuan Pajajaran (Dibuat) dalam (tahun) Saka 1455
menurut suatu penelitian.
Adolf Heuken, 1999 : 26 (Yoseph Iskandar, 1997 : 226).

Memperkuat fakta di atas, teks Nu nyusuk na pakwan, membuat

Prasasti Batu Tulis yang ditemukan di “susukan” atau parit pertahanan

Bogor, menyebutkan kalimat-kalimat sepanjang 3 kilometer tebing Cisadane,

penting yang merujuk pada konsep bekas tanah galian dibentuk benteng

elemen-elemen penting Dayeuh Pakuan memanjang di bagian dalam, sehingga

seperti nyusuk na pakwan, Nu nyiyan jika musuh menyerang dari luar akan

sakakala gugunungan, Ngabalay, terhambat oleh parit kemudian benteng

Nyiyan samida dan Nyiyan sanghiyang tanah. Nu nyiyan sakakala gugunungan,

talaga rena mahawijaya. Berikut teks membuat tanda peringatan berupa

Prasasti Batu Tulis : gunung-gunungan, yaitu bukit Badigul di


daerah Rancamaya, tempat upacara dan
00wang na pun ini sakakala, prebu ratu menyemayamkan abu jenazah raja-raja
purane pun, diwastu diya wingaran prebu
tertentu (sangat disayangkan bukit
guru dewataprana diwastu diya
dingaran sri baduga maharaja ratu haji di Badigul itu sudah dibuldoser dan
pakwan pajajaran sri sang ratu de- dibangun real-estate tanpa diteliti dahulu
wata pun ya nu nyusuk na pakwan diya anak
rahyang dewa nis- kepentingannya secara seksama).
kala sa(ng) sidamoka di gunatiga, I(n)cu Ngabalay, memperkeras jalan dengan
rahyang niskala wastu
batu-batuan tertentu (penetrasi) dari
ka(n)cana sa(ng) sidamokta ka nusa larang, ya
siya nu nyiyan sakaka- gerbang Pakuan sampai keraton,
la gugunungan ngabalay nyiyan samida, kemudian dari gerbang Pakuan ke
nyiyan sanghyang talaga
rena mahawijaya, ya siya pun 00 i saka, panca Rancamaya (7km). Nyiyan samida,
pandawa (m)ban bumi 00 melestarikan hutan tutupan (Terlarang)
yang ditanami kayu samida (untuk
Terjemahannya adalah :
kepentingan upacara ngahiyangkeun)
Semoga selamat. Ini tanda peringatan bagi
prabu ratu suwargi.
dan berfungsi ganda sebagai reservoir

Jurnal PWK Unisba


7
Dayeuh Sebagai Konsep Perkotaan
Tatar Sunda

alami. Nyiyan sanghiyang talaga rena tetapi konsepsi ideal sebuah tatanan ibu
mahawijaya, membuat talaga yang diberi kota dirancang. Misalkan pantun Nyi
nama Rena Mahawijaya untuk Sumur Bandung menjelaskan ada
kepentingan rekreasi dan penyuburan tahapan gerbang atau pintu untuk
tanah (setelah bendungannya tidak mencapai sirah/ hulu dayeuh (pusatnya
diperbaiki, kemudian airnya surut ibu kota) yaitu lawang saketeng, lawang
membentuk ranca atau rawa) dan luar, lawang paseban, masuk ke
namanya berubah menjadi Rancamaya. kandang wilis, masuk ke kalapa gading

Konsepsi spiritual yang atau kandang laratan, masuk ke kalapa

dikembangkan dalam kebudayaan nunggal, barulah tiba di pintu masuk ke

Dayeuh Pakuan adalah konsep hulu dayeuh.

Ngahiyang. Dalam kropak 630 Siksa


metu di lawang ping pitu,
Kandang Karesian yang ditulis pada medal di lawang ping sanga,
tahun 1518 M, pokok ajaran keagamaan parapat ka lawang luar,
di Pajajaran mendudukan Hiyang monteng di lawang saketeng,
lulurung tilu ngabandung,
merupakan Zat tertinggi sebagai situhu
disorang tiluanana, mipirna kandang wilis,
lawan pretyaksa (Yang Hak dan Yang
sumping ka kalapa gading,
Wujud). Ratu bakti di dewata, dewata dongkap ka kalapa nunggal,
bakti di hiyang (pemimpin berbakti mapayna ka sirah dayeuh.
kepada dewata, dewata berbakti kepada Sumber : Jacob Sumardi, 2001 : 4
Hiyang). Sudah menjadi ajaran spiritual
masyarakat Pajajaran pada waktu itu Mengingat ungkapan metu lawang
adalah manggihkeun Hiyang yang berarti manjing lawang, keluar pintu masuk
sukma bertemu dengan Zat asalnya pintu, maka dapat disimpulkan, bahwa
(Hiyang) sehingga tercermin tata laku konsep dayeuh idealnya dirancang
bernegara dan bermasyarakat yang hanya mempunyai satu jalan saja, yakni
diharapkan. pintu-pintu masuk dan sekaligus pintu-
pintu keluar. Adanya pintu gerbang untuk
6. Dayeuh Dalam Pantun masuk dan keluar yang berjumlah tujuh
dan sembilan, mengisyaratkan adanya
Pantun adalah karya sastra lisan
sistem perbentengan yang berlapis-lapis.
masyarakat Sunda. Cerita dalam pantun
Seperti Pantun Luting Kasarung :
bukanlah sesuatu yang bersifat empirik
tetapi gambaran-gambaran perilaku, ide- jug ka alun-alun,
ide, aturan atau pola-pola yang bersifat dangdeung ka lawang paseban,
parapas ka lawang luar,
idealistik pada zamannya. Jadi istilah
medal ti lawang saketeng,
dayeuh dalam pantun bukan kulantung turut lulurung,
menunjukkan ibu kota secara arkeologis, lulurung tilu ngabandung,

8 Jurnal PWK Unisba


Dayeuh Sebagai Konsep Perkotaan
Tatar Sunda

kaopat nu keur disorang, 7. Penutup


kalima heuleut-heuleutan. Secara konsep keruangan dayeuh
Sumber : Jacob Sumardi, 2001 : 4 membedakan dirinya dari permukiman
desa atau kota-kota hinterlandnya. Kasus
Sistem perbentengan yang
Dayeuh Kawali memberi contoh dayeuh
berlapis-lapis ini pula mengindikasikan
mengorganisasikan beberapa desa dan
adanya konsep spiritual tingkatan-
kawasan pertanian. Kasus Dayeuh
tingkatan kahiyangan yaitu : hulu dayeuh
Pakuan menjadi contoh dayeuh
sebagai pusat mandala kahiyangan
mengorganisir kota-kota pelabuhan. Dari
berada di tengah-tengah, dikelilingi oleh
berbagai kasus yang diteliti, Parigi atau
tiga lapisan dalam dan dikelilingi lagi oleh
susuk yaitu parit pertahanan menjadi
tiga lapisan luar atau lingkungan
elemen penting dan khas untuk
pengikut-pengikut raja. Tiga lapisan
merepresentasikan konsep dayeuh.
dalam, ditempati oleh seluruh anggota
Prasasti batu tulis mengisyaratkan
keluarga raja beserta kabuyutannya, dan
elemen-eleman penting dayeuh secara
lapisan luar ditempati oleh para
lebih baik yaitu susuk, sakakala
pendukung raja.
gugunungan, balay, samida dan
Konsep ideal kompleks keraton
sanghiyang talaga rena mahawijaya.
Sunda (lingkungan di dalam sistem
Dayeuh sebagai konsep perkotaan
perbentengan atau kuta) berupa
khas masyarakat Sunda memiliki pola
kompleks hunian yang dilengkapi dengan
idealnya konsentrik dengan hirarki-hirarki
banyak taman dan kebun sebagaimana
ruang yang mencerminkan kosmologi
pantun Panggung Karaton ini :
tertentu. Kasus Dayeuh Kawali, hirarki
bandar panjang pamarakan, ruang terbagi atas lapisan kosmologi
ereng deet panandean, yaitu kedatuan – kuta – dayeuh dan
paranti nu geulis mandi,
paranti nu lenjang siram. negara. Sedangkan konsep ideal ruang
ana ret ti kidul kana patulanana, yang terdapat di dalam pantun ruang
mani ngalamuk kebon kawungnya.
terbagi atas 7 tingkatan yang masing-
Sumber : Jacob Sumardi, 2001 : 4
masing memiliki nama pintu. Konsep
spiritual tingkatan-tingkatan ruang
Konsep ideal alun-alun dayeuh
kosmologi kahiyangan itu meliputi : hulu
Sunda dirancang tidak hanya berupa
dayeuh sebagai pusat mandala
lapangan tapi dirancang pula dengan
kahiyangan berada di tengah-tengah,
beberapa bangunan semacam Gazebo :
dikelilingi oleh tiga lapisan dalam dan
Alun-alun sewu cengkal, dikelilingi lagi oleh tiga lapisan luar atau
babancong tilu ngariung,
lingkungan pengikut-pengikut raja. Tiga
pingitan dalapan puluh,
lapisan dalam, ditempati oleh seluruh
Sumber : Jacob Sumardi, 2001 : 4

Jurnal PWK Unisba


9
Dayeuh Sebagai Konsep Perkotaan
Tatar Sunda

anggota keluarga raja beserta 3. Iskandar, Yoseph. 1997. Sejarah


kabuyutannya, dan lapisan luar ditempati Jawa Barat. Bandung : CV Geger
oleh para pendukung raja. Sunten.

Konsep spiritual yang 4. Lombard, Denys. 2000. Nusa Jawa :


dikembangkan pada beberapa kasus Silang Budaya, Warisan Kerajaan-
dayeuh Tatar Sunda menunjukkan Kerajaan Konsentris (Jilid 3). Jakarta
adanya perbedaan pendekatan seperti : PT Gramedia Pustaka Utama.
kasus Dayeuh Kawali menggunakan
5. Lubis, Nina H. 2000. Sejarah Kota-
pendekatan ajaran pakennagawe rahayu
Kota Lama di Jawa Barat. Bandung :
pakeun heubeul jaya dina buana dan
Alqaprint Jatinangor.
pakena kereta bener pakeun nanjeur na
juritan, kasus Dayeuh Rumantak 6. Muhammad Yamin. 1951. 6000
menggunakan ajaran tri tangtu dibuana Tahun Sang Merah Putih. Jakarta.
yang mendasarkan pada kesatuan tiga Balai Pustaka.
unsur pokok negara yaitu raja 7. Sumardi, Jakob. 2001. Fokus :
(pemimpin), rama (sesepuh) dan resi Kraton Sunda dalam Pantun.
(ulama), dan kasus Dayeuh Pajajaran Bandung : Pikiran Rakyat, 18 Maret
mengembangkan ajaran Ngahiyang yaitu 2001 hal 4
sukma bertemu dengan Zat asalnya
8. Wiryomartono, A.Bagoes. 1995.
(Hiyang). Tiga kasus konsep spiritual di
Seni Bangunan dan Seni Binakota di
atas memiliki hakikat yang sama yaitu
Indonesia. Jakarta : PT Gramedia
ajaran kebaikan dari sosok seorang raja
Pustaka Utama.
yang berkediaman di hulu dayeuh
terpancar ke segala arah. 9. _________ . 1992. Di Cirebon ada
Batu Tulis ? Jakarta : Travel Club,
Edisi No.41, Tahun ke-4, Januari
8. Daftar Pustaka
1992 hal 54.
1. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1979. Sejarah
Nasional Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.

2. Heuken SJ, Adolf. 1999. Sumber-


Sumber Asli Sejarah Jakarta (Jilid I).
Jakarta : Yayasan Cipta Loka
Caraka.

10 Jurnal PWK Unisba

Anda mungkin juga menyukai