Tatar Sunda
WEISHAGUNA
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. UNISBA
Jln. Tamansari No. 1 Bandung
ABSTRAK
Dayeuh merupakan istilah khas tatar Sunda (Jawa Barat dan Banten) yang
merujuk pada pengertian ibu kota. Sangat disayangkan jejak peradaban dayeuh
tersebut, kini tidak dapat diteliti lebih lanjut secara arkeologis. Meskipun
demikian, konsep-konsep perkotaan yang terkandung dalam istilah dayeuh masih
dapat ditelusuri melalui jejak-jejak prasasti, pantun, kronik dan peta pelaut
Portugis. Muncul kemudian pertanyaan, bagaimana konsep dayeuh sebenarnya ?
Adakah elemen-elemen khusus yang membedakan dayeuh dengan konsep
perkotaan masyarakat Hindu lainnya ? Apakah konsep dayeuh juga didasarkan
pada aturan keseimbangan mikro dan makro-kosmos ?
1. Pendahuluan Terjemahannya :
Berkat temuan benda-benda “Jelajahilah Pulau Jawa, tujuh kota menjadi
berhias (makmur)
prasejarah yang ditemukan di Parigi Nusa emas dan perak dengan banyak
(Ciamis), Jampang (Sukabumi), bertambang emas
Di ujung pulau Jawa terletak
Leuwiliang (Bogor), dataran tinggi gunung pesisir salju
yang puncaknya menyapu awan serta
Bandung, dan beberapa tempat lainnya dikunjungi dewa danawa”
di Jawa Barat dan Banten, dapat diduga (Muhammad Yamin, 1951 : 128)
dengan benar bahwa gejala penghunian
Berdasarkan buku Ghegrahike
tatar Sunda sudah berlangsung
Hyphegesis karya seorang ahli bumi
selambat-lambatnya sejak masa
Yunani Purba bernama Claudius
Plestosen 600.000 SM. Meskipun
Ptolomeus yang dikutif oleh Yoseph
demikian, jejak permukiman berbudaya
Iskandar (1997 : 30) bahwa ada sebuah
kota baru terditeksi pada tahun 150 M.
kota bernama Argyre chora (kota perak)
Itupun berkat informasi dari kidung
berada di timur jauh yang letaknya di
Ramayana yang berasal dari India karya
ujung barat pulau Ibadiaou (Yawadwipa).
Walmiki tahun 130 Masehi, berikut :
Kemudian 5 buah prasasti berasal dari
“Yatnavanto Yavadwipam
saptarajyopacobhitam abad ke-5 Masehi ditemukan di dekat
Suvarnarupyakadvipam suparnakaramanditam Jakarta berbahasa Sansakerta memberi
Yawadvipam atikramya Ciciro nama parvatah
petunjuk adanya permukiman berbudaya
divam sprcati crngena devadanavasevitah”
Kekuatan spiritual bernegara yang Dayeuh ini pernah menjadi pusat kota
dikembangkan oleh Dayeuh Rumantak Ibu Kota Kerajaaan Pakuan Pajajaran ?
bertumpu pada ajaran Tri Tangtu Di
Buana yaitu sistem pemerintahan yang 5. Dayeuh Pakuan Pajajaran
menitik beratkan pada kerjasama atau
Kronik perjalanan Tome Pires
kemanunggalan tiga kunci pokok
seorang pelaut Portugis yang melakukan
bernegara; Raja (pemimpin), Rama
pelayaran ke berbagai tempat di
(sesepuh), dan Resi (ulama). Artinya
Nusantara tahun 1513 menyebutkan ibu
kehidupan bernegara akan runtuh bila
kota kerajaan Sunda disebut dayo
kemanunggalan ini sudah tiada lagi.
(dayeuh). Letaknya kira-kira 2 hari
Konsep spiritual bernegara ini juga
perjalanan dari bandar Pelabuhan Sunda
dilengkapi dengan filosofi, semua berasal
Kelapa ke arah pedalaman. Menurut
dari masa lalu oleh karena itu diperlukan
kronik tersebut Dayeuh Pakuan
penghormatan/ kepatuhan terhadap nilai-
merupakan kota besar dengan penduduk
nilai tradisi leluhur yaitu :
mencapai 48.271 orang. Pada itu
Aya ma beuheula aya tu ayeuna, Dayeuh Pakuan merupakan kota
hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna. terbesar kedua di Nusantara (Indonesia
Hana tunggak kana watang,
tan hana tunggak tan hana watang, masa itu) setelah Demak yang jumlah
Hana ma tunggulna aya tu catangna. penduduknya 491.187 orang. Pasai,
(Yosep Iskandar, 1997 N0. 865 : 31) waktu itu kota terbesar ketiga, dengan
jumlah penduduk 23.121 orang (Yoseph
4. Misteri Prasasti Hulu Dayeuh Iskandar, 1997 : 234). Kronik J. De Baros
seorang pelaut portugis dalam karyanya
Prasasti “Hulu Dayeuh” yang
Asia yang ditulis tahun 1531,
ditemukan pada tahun 60-an di Desa
menyebutkan Pulau Sunda dengan kota
Hulu Dayeuh tidak jauh dari Kota Sumber
utamanya daio (dayeuh) adalah sebuah
Ibu Kota Kabupaten Cirebon, menyimpan
negeri pedalaman yang lebih bergunung-
misteri yang belum terpecahkan. Dalam
gunung dari Jawa dan memiliki
bahasa Sunda, hulu dayeuh diartikan
pelabuhan terkemuka yakni Cimanuk
sebagai pusat kotanya Ibu Kota. Prasasti
(Chiamo), Xacatara atau karawang
yang tingginya mencapai 70 cm, lebar
(caravam), Tangerang (Tangaram),
34 cm dan tebal 20 cm ini, ditulis dengan
Cigede (Cheguide), Pontang (Pondang)
jenis huruf Sunda Kuno ini yang
dan Banten (Bintam) yang merupakan
diperkirakan berasal dari abad ke-10
tempat-tempat yang menghubungkan
Masehi. Hal yang menjadi misteri adalah
lalu lintas perniagaan di jalur Pulau
tertulisnya “Sri Pakwan” di dalam prasasti
Sumatera, Malaka hingga Pulau Jawa.
tersebut. Apakah mungkin Desa Hulu
(Lihat gambar 4 Peta Asia Karya De 330 pilar sebesar tong anggur yang
Baros tahun 1531). tingginya 5 fathon (1 fathon = 1,828
Kronik perjalanan Tome Pires meter) dengan ukiran pada puncaknya.
menyebutkan bahwa hal yang menarik di Naskah Carita Parahiyangan
Dayeuh Pakuan Pajajaran terdapat menyebutnya Sri Kadatwan Bima-Punta-
adalah rumah-rumah penduduknya yang Narayana-Madura-Suradipati yaitu
berukuran besar dan indah terbuat dari keraton yang berjumlah 5 buah atau
kayu dan palm serta terdapatnya istana dalam sastra klasik sering disebut panca
tempat tinggal raja yang dikelilingi oleh persada. (Yoseph Iskandar, 1997 : 159).
DAIO
(DAYEUH)
Gb.4 Peta Pulau Sunda dan Pulau Jawa karya J. De Baros tahun 1531 ;
menyebutkan lokasi daio (Dayeuh Pakuan).
Sumber : Adolf Heuken, 1999 : 96.
penting yang merujuk pada konsep bekas tanah galian dibentuk benteng
seperti nyusuk na pakwan, Nu nyiyan jika musuh menyerang dari luar akan
alami. Nyiyan sanghiyang talaga rena tetapi konsepsi ideal sebuah tatanan ibu
mahawijaya, membuat talaga yang diberi kota dirancang. Misalkan pantun Nyi
nama Rena Mahawijaya untuk Sumur Bandung menjelaskan ada
kepentingan rekreasi dan penyuburan tahapan gerbang atau pintu untuk
tanah (setelah bendungannya tidak mencapai sirah/ hulu dayeuh (pusatnya
diperbaiki, kemudian airnya surut ibu kota) yaitu lawang saketeng, lawang
membentuk ranca atau rawa) dan luar, lawang paseban, masuk ke
namanya berubah menjadi Rancamaya. kandang wilis, masuk ke kalapa gading