Kerajaan Kutai
Kerajaan tertua di wilayah Nusantara
adalah Kerajaan Kutai. Kerajaan ini terletak di
wilayah Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di
sebuah kota kecamatan yang bernama
Muarakaman. Daerah ini yang merupakan daerah
percabangan antara sungai Mahakam dengan
sungai Kedang Rantau. Kerajaan berdiri pada
tahun 400 masehi. Peninggalan sejarah yang
membuktikan kerajaan Kutai sebagai kerajaan
hindu pertama adalah ditemukannya
prasasti berbentuk Yupa menggunakan
bahasa sanskerta dan huruf pallawa.
Yupa adalah tiang batu pengikat hewan
korban untuk dipersembahkan kepada dewa.
2. Lesong batu
B.Kerajaan Tarumanegara
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah
sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di
wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4
hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah
satu kerajaan tertua di Nusantara yang
meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan
sejarah dan peninggalan artefak di sekitar
lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran
Wisnu.
3. Prasasti Jambu
5. Muara Cianten
Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi sungai
Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan
tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa
Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman.
7. Prasasti Tugu
C.Kerajaan Holing(kaling)/Kalingga
Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan
bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan
ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan
Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur,
kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita
Parahyangan yang disusun
berabad-abad kemudian pada
abad ke-16 menyinggung secara
singkat mengenai Ratu Shima
dan kaitannya dengan Kerajaan
Galuh. Kalingga telah ada pada
abad ke-6 Masehi dan
keberadaannya diketahui dari
sumber-sumber Tiongkok.
Kerajaan ini pernah
diperintah oleh Ratu Shima,
yang dikenal memiliki peraturan
barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.
2. Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa
Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa
Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa
Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7
masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi
prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya,
Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu,
ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya
bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat
bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah
cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang
berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
3. Candi Angin
D.Kerajaan Kanjuruhan
Kanjuruhan adalah sebuah
kerajaan bercorak Hindu di Jawa
Timur, yang pusatnya berada di
dekat Kota Malang sekarang.
Kanjuruhan diduga telah berdiri
pada abad ke-6 Masehi (masih
sezaman dengan Kerajaan Taruma
di sekitar Bekasi dan Bogor
sekarang). Bukti tertulis mengenai
kerajaan ini adalah Prasasti Dinoyo.
Rajanya yang terkenal adalah Gajayana. Peninggalan lainnya adalah Candi Badut dan Candi
Wurung.
Candi Badut terletak di kawasan Tidar. Candi ini diperkirakan berusia lebih dari 1400
tahun dan diyakini adalah peninggalan Prabu Gajayana, penguasa Kerajaan Kanjuruhan
sebagaimana yang termaktub dalam prasasti Dinoyo bertahun 760 Masehi.
Kata Badut di sini berasal dari bahasa sansekerta “Bha-dyut” yang berarti sorot Bintang
Canopus atau Sorot Agastya. Hal itu terlihat pada ruangan induk candi yang berisi sebuah
pasangan arca tidak nyata dari Siwa dan Parwati dalam bentuk lingga dan yoni. Pada bagian
dinding luar terdapat relung-relung yang berisi arca Mahakal dan Nadiswara.
Pada relung utara terdapat arca Durga Mahesasuramardhini. Relung timur terdapat
arca Ganesha. Dan disebelah Selatan terdapat arca Agastya yakni Syiwa sebagai Mahaguru.
Namun di antara semua arca itu hanya arca Durga Mahesasuramardhini saja yang tersisa.
Candi ini ditemukan pada tahun 1921
dimana bentuknya pada saat itu hanya
berupa gundukan bukit batu, reruntuhan
dan tanah. Orang pertama yang
memberitakan keberadaan Candi Badut
adalah Maureen Brecher, seorang
kontrolir bangsa Belanda yang bekerja di
Malang. Candi Badut dibangun kembali
pada tahun 1925-1927 di bawah
pengawasan B. De Haan dari Jawatan
Purbakala Hindia Belanda. Dari hasil
penggalian yang dilakukan pada saat itu
diketahui bahwa bangunan candi telah
runtuh sama sekali, kecuali bagian kaki
yang masih dapat dilihat susunannya.
E.Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya adalah salah
satu kemaharajaan bahari yang
pernah berdiri di pulau Sumatera
dan banyak memberi pengaruh
di Nusantara dengan daerah
kekuasaan membentang dari
Kamboja, Thailand Selatan,
Semenanjung Malaya, Sumatera,
Jawa, dan pesisir Kalimantan.
Dalam bahasa Sanskerta, sri
berarti "bercahaya" atau
"gemilang", dan wijaya berarti
"kemenangan" atau "kejayaan",
maka nama Sriwijaya bermakna
"kemenangan yang gilang-
gemilang". Bukti awal mengenai
keberadaan kerajaan ini berasal
dari abad ke-7; seorang pendeta
Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa
ia mengunjungi Sriwijaya tahun
671 dan tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga
berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682.
Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan
beberapa peperangandi antaranya tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel,
selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.
Setelah jatuh, kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali
lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis George Cœdès dari École française
d'Extrême-Orient.
2. Candi Prambanan
lokasi : Yogyakarta
3. Candi Dieng
Lokasi : Wonosobo, Jawa Tengah
4. Candi Plaosan
Lokasi : Klaten, Jawa Tengah
5. Candi Gedong Songo
Lokasi : Ungaran, Jawa Tengah
7. Prasasti Canggal
8. Prasasti Kalasan
Prasasti Kalasan adalah prasasti
peninggalan Wangsa Sanjaya dari Kerajaan
Mataram Kuno yang berangka tahun 700
Saka atau 778M. Prasasti yang ditemukan
di kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta,
ini ditulis dalam huruf Pranagari (India
Utara) dan bahasa Sanskerta. Prasasti ini
menyebutkan, bahwa Guru Sang Raja
berhasil membujuk Maharaja Tejahpura
Panangkarana (Kariyana Panangkara) yang
merupakan mustika keluarga Sailendra
(Sailendra Wamsatilaka) atas permintaan keluarga Syailendra, untuk membangun bangunan
suci bagi Dewi Tara dan sebuah biara bagi para pendeta, serta penghadiahan desa Kalasan
untuk para sanggha (umat Buddha). Bangunan suci yang dimaksud adalah Candi
Kalasan. Prasasti ini kini disimpan dengan No. D.147 di Museum Nasional, Jakarta.
Prasasti Kelurak merupakan prasasti batu berangka tahun 782 M yang ditemukan di
dekat Candi Lumbung Desa Kelurak, di sebelah utara Kompleks Percandian Prambanan, Jawa
Tengah. Keadaan batu prasasti Kelurak sudah sangat aus, sehingga isi keseluruhannya kurang
diketahui. Secara garis besar, isinya adalah
tentang didirikannya sebuah bangunan
suci untuk arca Manjusri atas perintah
Raja Indra yang bergelar Sri
Sanggramadhananjaya. Menurut para ahli,
yang dimaksud dengan bangunan tersebut
adalah Candi Sewu, yang terletak di
Kompleks Percandian Prambanan. Nama
raja Indra tersebut juga ditemukan pada
Prasasti Ligor dan Prasasti Nalanda
peninggalan kerajaan Sriwijaya. Prasasti
Kelurak ditulis dalam aksara Pranagari,
dengan menggunakan bahasa Sanskerta.
Prasasti ini kini disimpan dengan No. D.44 di Museum Nasional, Jakarta.
Kompleks
situs Ratu Boko
Nama "Ratu Baka" berasal dari legenda masyarakat setempat. Ratu Baka (Bahasa Jawa,
arti harafiah: "raja bangau") adalah ayah dari Loro Jonggrang, yang juga menjadi nama candi
utama pada komplek Candi Prambanan. Ditemukan di wilayah Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan terletak pada ketinggian hampir 200 m di atas permukaan
laut. berisikan tentang kekalahan Balaputeradewa dalam perang saudara dengan kakaknya
(Pramodawardhani). Balaputradewa melarikan diri ke sriwijaya.
Nalada Coperplate
Prasasti Nalanda merupakan sebuah prasasti yang terdapat di Nalanda, Bihar, India.
Prasasti ini berangka tahun 860, dari penafsiran manuskrip menyebutkan Sri Maharaja di
Suwarnadwipa, Balaputradewa anak Samaragrawira, cucu dari Śailendravamsatilaka (mustika
keluarga Śailendra) dengan julukan Śrīviravairimathana (pembunuh pahlawan musuh), raja
Jawa (Mataram Kuno) yang kawin dengan Tārā, anak Dharmaset.