Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PANCASILA

HUKUMAN MATI TERHADAP PENGEDAR NARKOTIKA

Dosen Pengampu: Atika Candra Larasati, S.IP, M.Si

Disusun oleh:

1. Indah Puji Lestari (19620005)


2. Alifia Amalia Panda (19620038)
3. Alifia Syahira Ramadhani (19620043)
4. Anisa Safari Putri (19620045)
5. Gunawan Aliyansyah (19620081)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara hukum, pernyataan ini tertera jelas dalam
Pasal 1 Ayat (3) yang merupakan hasil dari amandemen keempat UUD 1945
yang menyatakan “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Jika dilihat
berdasarkan dari pernyataan tersebut, maka semua aspek kehidupan di negara
ini diatur dan dibatasi oleh norma-norma hukum yang berlaku baik dibidang
sosial, politik, budaya, ekonomi, dll. Jadi, segala perbuatan manusia diatur
oleh hukum agar meminimalisir timbulnya permasalahan. Oleh karena itu,
dalam kehidupan nyata di lingkungan masyarakat segala permasalahan yang
timbul harus diselesaikan menurut dengan hukum yang berlaku. Tetapi di
Indonesia masih bayak masyarakatnya yang melakukan perbuatan tidak sesuai
dengan norma hukum yang berlaku di negara.

Permasalahan kejahatan yang marak terjadi di Indonesia salah satunya


adalah penyaalahgunaan narkotika. Sebagai kejahatan yang sudah lama
menjadi musuh bangsa, narkotika sudah sangat mengkhawatirkan bangsa
Indonesia. Produksi dan peredaran narkotika masih banyak beredar di tengah-
tengah masyarakat. Peran dari para mafia narkotika seakan sudah tak
terbendung lagi. Meskipun seluruh masyarakat telah berusaha memerangi
kejahatan ini, tetapi kasus narkotika masih sering terjadi di berbagai
kalangan.

Pemerintah sudah menetapkan kebijakan tindak pidana narkotika, tetapi


kasus narkotika di Indonesia semakin merajalela. Salah satu contoh nya
adalah delapan terdakwa kasus penyelundupan satu ton sabu divonis
hukuman mati. Dalam pasal 113 ayat 2 UU. No.35 tahun 2009 menyatakan
“Dalam hal perbuatan, memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau
menyalurkan narkotika golongan satu sebagaimna dimaksud pada ayat
(1)dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi
5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi
5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur
hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun, dan paling lama 20
(dua puluh) tahun, dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 (satu) ditambah sepertiga.” Berdasarkan undang-undang
tersebut, maka hukuman mati menjadi salah satu hukuman bagi tersangka
tindak pidana narkotika di Indonesia.

Oleh karena itu, makalah ini membahas apakah hukuman mati sudah
sesuai penerapannya dengan pancasila, faktor yang mempengaruhi adanya
hukuman mati, dan penyesuaiannya dengan pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa pengertian Narkotika dan Hukuman Mati ?
2. Faktor apa yang mempengaruhi adanya hukuman mati di Indonesia ?
3. Apa dampak dari Narkotika ?
4. Apakah kebijakan hukuman mati sesuai dengan pancasila ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari adanya makalah
ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Narkotika dan Hukuman Mati
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi adanya
hukuman mati di Indonesia.
3. Untuk mengetahui dampak dari Narkotika
4. Untuk mengetahui apakah hukuman mati sudah sesuai dengan
pancasila.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Narkotika dan Hukuman Mati

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi dan
menghilangkan rasa nyeri, serta menimbulkan ketergantungan. Begitu pula
psikotropika, adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Hukuman mati atau Death Penalty adalah suatu hukuman atau vonis
yang dijatuhkan pengadilan (atau tanpa pengadilan) sebagai bentuk hukuman
terberat yang dijatuhkan atas seseorang akibat perbuatannya.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Adanya Hukuman Mati di Indonesia

Dalam sejarah hukum Indonesia, pada zaman Majapahit (abad 13-16)


misalnya keberadaan hukuman mati sudah dikenal dan bahkan dikategorikan
sebagai hukuman pokok disamping hukuman potong anggota badan, denda,
serta penggantian kerugian.Begitu juga dalam hukum pidana Islam yang
mengakui adanya asas keadilan, asas kepastian hukum, asas kemanfaatan,
asas pemaafan, eksistensi pidana mati masih dibenarkan. Sebagaimana
tercantum dalam surah Al-Maidah ayat 33 yang artinya :

“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah


dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka
dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan
bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang
demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di
akhirat mereka beroleh siksaan yang besar”

Dalam KUHP terdapat 9 jenis kejahatan yang diancam pidana mati, antara
lain :

1. Makar dengan maksud membunuh Presiden dan Wakil Presiden (


Pasal 104 KUHP)
2. Melakukan hubungan dengan Negara asing sehingga terjadi perang (
Pasal 111 ayat 2)
3. Penghianatan memberitahukan kepada musuh diwaktu perang ( Pasal
124 ayat 3 KUHP)
4. Menghasut dan memudahkan terjadinya huru hara ( Pasal 124 KUHP)
5. Pembunuhan berencana terhadap negara sahabat ( Pasal 140 ayat 3
KUHP)
6. Pembunuhan berencana ( Pasal 340 KUHP)
7. Pencurian dengan kekerasan secara bersekutu mengakibatkan luka
berat atau mati ( Pasal 365 ayat 4 KUHP)
8. Pembajakan di laut yang menyebabkan kematian ( Pasal 444 KUHP)
9. Kejahatan penerbangan dan sarana penerbangan ( Pasal 149 K ayat 2,
Pasal 149 O ayat 2 KUHP)

Sedangkan ancaman pidana mati yang terdapat diluar KUHP yang


merupakan tindak pidana khusus, antara lain :

1. Tindak pidana tentang senjata api, amunisi, artau sesuatu bahan


peledak ( UU No. 12/DRT/1951 )
2. Tindak pidana ekonomi ( UU No. 7/DRT/1955 )
3. Tindak pidana tentang tenaga atom ( UU No. 3 tahun 1964 )
4. Tindak pidana narkotika dan psikotropika ( UU No. 22 tahun 1997 dan
UU No. 5 tahun 1997 )
5. Tindak pidana korupsi ( UU No. 31 tahun 1999 )
6. Tindak pidana terhadap Hak Asasi Manusia ( UU No. 26 tahun 2000 )
7. Tindak pidana terorisme ( Perpu No. 1 tahun 2002 )
Hukuman mati di Indonesia masih perlu dipertahankan dengan alasan
demi perlindungan masyarakat, untuk mencegah kejahatan berat, demi
keadilan dan persatuan Indonesia.
2.3 Dampak negatif Narkotika
Dampak negatif untuk pengguna :
Dampak fisik
1. Gangguan pada sistem saraf
2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah ( kardiovaskuler )
3. Gangguan pada kulit ( dermatologis )
4. Gangguan pada paru-paru
5. Untuk remaja perempuan berdampak pada perubahan periode
menstruasi, ketidakaturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid )

Dampak psikis

1. Hilang kepercayaan diri


2. Lamban dan ceroboh dalam bekerja
3. Sering tegang dan gelisah
4. Perasaan kesal dan tertekan
5. Cenderung menyakiti diri sendiri
6. Anti sosial
7. Mengganggu pendidikan

Dampak negatif untuk pengedar :

1. Menjadi was - was setiap saat, takut kejahatannya terbongkar

2. Melakukan segala hal untuk tetap menjadi pengedar

3. Sulit untuk keluar dari lingkaran pengedar narkoba

2.4 Hubungan Hukuman Mati Dengan Pancasila


Kebijakan pemerintah tentang hukuman mati bagi pengedar narkotika
sudah sesuai dengan sila ke-5 yaitu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Narkotika masuk ke dalam kategori kejahatan berat yang perlu diambil
langkah hukum serius, karena kejahatan narkoba itu bukan hanya
membunuh hidup, tetapi membunuh kehidupan manusia, bahkan
masyarakat luas. Kejahatan narkoba itu bukan hanya menghilangkan
belasan ribu nyawa manusia setiap tahun, tetapi menghancurkan kehidupan
dan masa depan generasi penerus bangsa. Pidana mati memiliki daya
tangkal terhadap pelaku kejahatan dan sangat dibutuhkan untuk mencegah
semakin merajalelanya kejahatan narkoba, yang telah membawa korban
dalam jumlah besar, serta membahayakan masa depan bangsa.

BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keberadaan hukuman mati memang sudah ada sejak zaman majapahit
bahkan dikategorikan hukuman pokok. Hukum pidana islam juga mengakui
adanya asas keadilan, asas kepastian hukum. Tindak pidana narkotika dan
psikotropika juga telah diatur dalam UU No. 22 tahun 1997 dan UU No. 5 tahun
1997.
Hukuman mati yng berlaku di Indonesia sudah sesuai dengan pancasila
yaitu sila ke lima. Karena hukuman yang diterapkan telah mencakup keadilan
bagi masyarakat.

3.2 Saran

Sebaiknya para pengguna atau pengedar narkotika berhenti untuk


melakukan tindakan tercela nya itu. Karena penyebaran narkotika sangat
berdampak buruk bagi banyak orang, terutama untuk remaja. Nasib Bangsa dan
Negara ini ada di tangan para pemudanya, maka para pemuda haruslah
menghindari diri dari penggunaan barang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Sumarlin. 2012. Dampak Narkotika pada Psikologi dan Kesehatan


Masyarakat.

Anwar, Umar. 2016. Penjatuhan Hukuman Mati bagi Bandar Narkoba Ditinjau
dari Aspek Hak Asasi Manusia.

Sudanto, Anton. 2017. Penerapan Hukum Pidana Narkotika di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai