OLEH :
KELOMPOK 1
JURUSAN BIOLOGI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun sudah digunakan dalam sistem
pelayanan kesehatan. Penggunaan tanaman obat (obat tradisional) sebagai obat
alternatif dalam pengobatan oleh masyarakat semakin meningkat, sehingga
diperlukan penelitian agar penggunaanya sesuai dengan kaidah pelayanan
kesehatan, yaitu secara medis harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
tentang khasiat, keamanan dan standar kualitasnya.
Uji toksisitas akut adalah uji untuk mengetahui dosis maksimal yang
masih dapat ditoleransi oleh hewan uji yang hasilnya akan ditransformasi pada
manusia. Data dari uji toksisitas akut dapat digunakan sebagai acuan untuk
menentukan toksisitas subkronis ataupun kronis. Uji ini dilakukan untuk
mengukur derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi dalam waktu singkat.
Tolak ukur kuantitatif yang digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal atau
toksik adalah dosis letal tengah (LD50). Pengamatan meliputi hewan yang mati
serta gejala klinis ketoksikan akut senyawa pada kurun waktu tertentu saat
pemberian teratur ekstrak daun pisang.
A. Untuk mengetahui bagaimana respon gejala toksik pada tikus putih betina
(Rattus norvegicus) yang diberikan ekstrak daun durian (Durio zibethinus)
terstandar.
B. Untuk mengetahui nilai LD50 dari efek pemberian ekstrak daun durian
(Durio zibethinus) terstandar pada tikus putih betina (Rattus norvegicus).
C. Mengetahui efek pemberian ekstrak daun durian (Durio zibethinus)
terstandar pada gambaran histopatologi organ jantung, hati dan ginjal tikus
putih betina (Rattus norvegicus).
1.5 Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Buah durian dapat tumbuh dengan baik di indonesia karena buah durian
merupakan tanaman daerah tropis.Buah durian yang matang panjangnya dapat
mencapai 30-45cm dengan lebar 20-25 cm, dan berat antara 1,5-2,5 kg. Daun dari
buah durian ada yang berbentuk melonjong, lanset, dan melonjong-lanset. Panjang
ujung daun durian umumnya , 2 cm dan bentuk dari pangkal daun buah durian
terdiri dari 2 jenis yaitu menumpul dan membundar. Pada daun buah durian juga
memiliki liupatan yang berbeda yaitu rata (tidak melipat), incurve (terlengkung
masuk) membentuk huruf U atau V, dan recurve (terlengkung balik) (Darmawan,
E. W., 2013).
Klasifikasi Durian :
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Bombacaceae
Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus
(Plantamor.com)
Durio zibethinus Murr. Atau yang lebih dikenal sebagai durian merupakan
buah yang berasal dari indonesia, malaysia dan brunei. Durian merupakan
tanaman yang tumbuh subur pada tanah yang gembur dan iklim lembab pada
ketinggian 0-1000 m di atas permukaan laut. Pohon durian memiliki tinggi 15-30
m, tegak dan batang yang berkayu (Insanu, M. 2011).
Durian banyak disebutkan sebagai pohon hutan dan biasanya berukuran
sedang hingga besar yang tingginya mencapai 50 m dan umurnya dapat mencapai
puluhan hingga ratusan tahun. Bentuk pohonnya (tajuk) mirip segitiga dengan
kulit batangnya berwarna merah coklat gelap, kasar, dan kadang terkelupas. Buah
durian memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam 1 bunga sehingga tergolong
bunga sempurna. Aroma dari buahnya cukup menyengat. Buahnya berduri dan
bila dibelah di dalam buahnya terdapat ruang-ruang yang biasanya berjumlah
lima. Setiap ruangan berisi biji (pongge) yang dilapisi daging buah yang lembut,
manis, dan berbau merangsang. Jumlah daging buahnya pun beragam tetapi
ratarata 2-5 buah. Warna buahnya bervariasi dari putih, krem, kuning sampai
kemerahan (Salasa, 2013).
Daun dari buah durian bervariasi sesuai dengan varietasnya. Bentuk daun
pada buah durian ada yang berbentuk melonjong, melanset, dan melonjong-
melanset. Panjang ujung daun durian umumnya < 2 cm. Bentuk pangkal daun
buah durian ada 2, yaitu menumpul dan membundar. Lipatan daun pada buah
durian juga sangat beragam, yaitu tidak melipat (rata), incurve (terlengkung
masuk) membentuk huruf U atau huruf V, dan recurve (terlengkung balik). Bunga
dari pohon durian memiliki panjang kelopak tambahan umumnya >2 cm. Buah
dari durian berbentuk elips, tetapi ada juga yang membulat panjang dengan
panjang 18-26 cm dan lebar 12-24,5 cm (Tjitrosoepomo, 2007).
b. Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder
yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman (Rajalakshmi,
1985).Flavonoid masuk dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia
C6– C3 – C6. Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin
aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklikyang mengandung oksigen dan
bebentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid berdasarkan
sub subnya (Redha, 2010).
Flavonoid sendiri memiliki manfaat untuk melindungi struktur sel,
meningkatkan efektifitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos pada tulang
dan sebagai antibiotik. Beberapa tanaman obat yang mengandung falvonoid telah
dilaporkan telah memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang,
antialergi dan anti kanker (Lumbessy, M. 2013).
c. Polifenol
Menurut Laurence dan bennet pada tahun 1995 dimana dikatakan dari uji
toksisitas akut dapat diperoleh gambaran akibat dari perilaku peningkatan dosis-
dosis dan bagaimana kematian dapat terjadi. Uji toksisitas akut memberikan
gambaran tentang gejala ketoksikan seperti gerak, tingkah laku dan pernapasan
yang dapat menyebabkan kematian.
2.8.1 Ginjal
Secara histologis bagian penyususn ginjal terdiri dari unsur utama yaitu
glomerulus, tubuli dan interstitum, dan pembuluh darah.
2.8.2 Hati
Hati mempunyai tekstur yang lunak, lentur, dan terletak di bagian atas
cavitas abdominalis tepat berada di bawah diaphragma. Sebagian besar hati
terletak di hemidiaphragma dextra dan profunda arcus costalis dextra memisahkan
hati dari pleura, pericardium, cor, dan pulmo (Snell, 2007).
Hati memiliki dua lobus utama yaitu kiri dan kanan. Lobus kanan dibagi
menjadi dua segmen anterior dan posterior oleh fissrura segmentalis kanan yang
tidak terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh
ligamentum falsiformis yang terlihat dari luar. Segmen lobus kanan yang lebih
kecil adalah lobus quadrates, pada permukaan inferiornya dan lobus caudatus pada
permukaan posterior. Labus kanan dan kiri dipisahksan di anterior oleh lipatan
peritoneum yang dinamai ligamentum falciforme, di inferior oleh fissure untuk
ligamnetum teres serta diposterior oleh fissurs untuk ligamentumvenosum
(sherlock,1990).
Hati sering menjadi organ target karena sejumlah alasan. Sebagian besar
racun memasuki tubuh melalui saluran pencernaan, dan setelah penyerapannya
dilakukan oleh vena portal hepatik ke hati. Hati memiliki konsentrasi tinggi dari
tempat pengikatan. Ini juga memiliki konsentrasi enzim metabolisme xenobiotik
yang tinggi (terutama sitokrom P-450), yang paling banyak beracun yang kurang
beracun dan mudah larut dalam air, dan dengan demikian lebih mudah
diekskresikan (Lu, Frank C. 2002).
FUNGSI HATI
1. Menetralisir racun di dalam tubuh.
2. Menghasilkan atau memproduksi empedu. Hati dapat membantu
menghasilkan cairan empedu.
3. Menyaring darah. Hati dapat memfilter darah yang akan diedarkan ke
seluruh bagian tubuh. Darah yang tersaring baru dapat mengalir ke seluruh
tubuh.
4. Dapat menghasilkan urea. Urea merupakan zat hasil perombakan protein.
5. Kemampuan dalam mendaur ulang sel-sel darah merah. Setelah di daur
ulang, sel-sel darah merah yang rusak di uraikan oleh hati.
6. Menyimpan gula dalam tubuh. Gula yang disimpan kemudian diangkutnya
ke seluruh tubuh yang dijadikan sebagai sumber energi manusia.
7. Menjaga keseimbangan tubuh manusia.
8. Menghasilkan protein. Beberapa jenis protein dihasilkan oleh hati yang
peranannya sangat penting bagi proses pembekuan darah didalam tubuh.
9. Melancarkan proses metabolisme di dalam tubuh.
10. Dapat mengubah glukosa menjadi glukogen, yang tujuannya mengatur
kadar gula darah sehingga seimbang, tidak kurang dan tidak lebih.
11. Tempat menyimpan vitamin A, B12, D, E, dan vitamin K serta mineral
(Guyton,2007).
Hitopologi Hati
Perubahan struktur hepar yang terjadi pada kerusakan hepar dapat berupa:
1. Inflamasi (hepatitis), yaitu jejas pada hepar karena masuknya sel radang
akut atau kronik. Reaksi granuloma dapat dicetuskan oleh benda asing,
organisme, atau obat-obatan (akibat langsung toksin)
2. Degenerasi dan penimbunan intraseluler.Cedera karena toksik dapat
menyebabkan pembengkakan dan edema hepatosit. Pada degenerasi
hidropik tampak sel-sel yang sitoplasmanya pucat, bengkak dan timbul
vakuola-vakuola di dalam sitoplasma, karena penimbunan cairan.
Hepatotoksik dan obat juga dapat menyebabkan penimbunan tetesan lipid
(steatosis).
3. Nekrosis, adalah kematian sel atau jaringan pada organisme hidup. Inti
menjadi lebih padat (piknotik) yang dapat hancur bersegmen-segmen
(karioreksis) dan kemudian sel menjadi eosinofilik.
4. Fibrosis, terjadi sebagai respons terhadap radang atau akibat langsung
toksin. Fibrosis yang berkepanjangan menyebabkan sirosis.19 Pada sirosis,
morfologi hepar tampak makronoduler, mikronoduler, atau campuran. Bila
berlangsung progresif, hepar menjadi berwarna coklat, tidak berlemak,
mengecil, terkadang berat hepar kurang dari satu Kg(Amalina,2009).
2.8.3 Limfa
Struktur histologi limpa secara umum terdiri dari kapsula , pulpa merah
dan pulpa putih. Kapsula tersusun jaringan ikat pada bagian luar dan otot polos
pada bagian dalam. Pulpa merah, terdiri dari arteriol, kapiler, venula, dan bingkai
limpa, sedangkan pulpa putih mengandung sel dan serabut retikuler membentuk
jalinan stroma yang mengandung limfosit, makrofag dan sel aksesoris lain yang
mirip dengan sel-sel yang ditemukan pada kelenjar getah bening.
Pedoman untuk uji toksisitas yang pertama kali dipublikasi oleh OECD
adalah pedoman OECD nomor 401, dimana dijelasakn dalam pedoman
inimengenai uji toksisitas dengan jenis kelamin yang sama dikelompokan
kedalam beberapa kelomopok dengan pengelompokan dosis yang telah
ditetapkan. Pengelompokan terdiri dari 5 hewan ujiyang hanya menerima satu
jenis dosis, melalui oral. Hewan uji yag digunakan dalam pedoman ini adalah
tikus atau mencit dengan jenis kelamin yang sama ( OECD, 1987).
Metode OECD 420 Fixed Dose Procedure (FDP) pertama kali diusulkan
oleh British Toxicology Society pada tahun 1984. Tahun 2001 OECD secara
resmi mempublikasikan metode 420 sebagai pengganti metode OECD 401.
Tujuan pengembangan metode ini untuk mengurangi penggunaan hewan uji dan
menghindari kematian hewan uji sebagai titik akhir dari uji toksisitas.
Prinsip uji toksisitas akut oral OECD 420 adalah mengelompokkan hewan
uji dengan jenis kelamin yang sama ke dalam beberapa kelompok dosis yang telah
ditetapkan yaitu 5, 50, 300 dan 2000 mg/kgBB. Setiap kelompok terdiri dari 5
ekor hewan uji. Hewan uji yang digunakan dapat berupa tikus atau mencit
(rodentia) dengan jenis kelamin betina.
2.9.3 Metode Standart OECD 423 Acute Toxic Class (AOT)
Metode OECD 423 terdiri dari limittest dan maint test dilakukan mula
mula penentuan dosis awal dengan cara mengunakan satu hewan uji pada tiap
hewan yang berbeda, dimana dosis awal yang ddiberikan pada hewan dibawah
dosis estimitas nilai LD50. Sedangkan pada main test diberikan secar bertahap
dengan mengunakan 3 hewan uji untuk masing masing kelompok dosis.
Selanjutnya pemberian dosis berikutnya pada hewan uji berdasarkan pada respon
fisologi yang diperlihatkan oleh hewan uji tersebut terhadap dosis awal.
Metode ini pertama kali dikenalkan oleh Bruce pada tahun 1985 dan di
publikasi oleh OECD pada tahun 2001. Dimana dalam etode ini di jelaskan
pengunaan dosis terhadap main test dan limit test.
Adapun dosis yang diberikan pada limit test adalah 2000 mg/KgBB atau
5000 mg/KgBB. Pada limit tst terdiri dari tiga termin yaitu, pada temin yang
pertama limit test, dimana digunakan satu hewan uji terlebih dahulu untuk diberi
dosis 5000 mg/KgBB, jika hewan uji mati makan akan berpindah pada perakuan
main test, sedangkan jika hewan uji tersebut bertahan maka lakukan termin yang
kedua dengan mengunakan dosisis yang sama namun dengan mengunakan 2
hewan uji, ketika kedua hewan uji mati maka lakukan main test namun ketika
salah satu dari hewan uji berthana hidup maka lakukan termin yang ketiga.
Dimana pada termin ketiga digunakan 2 hewan uji lainya. Apabila pada ketiga
termin limit test menujukan setidaknya ada dua hewan uji yang mati, maka limit
test diberhentikan dan disimpulakan bahwa nilai gelatin LD50 adalah 5000
mg/KgBB. Namun jika terdapat lebih dari 2 hewan uji yang mati makappengujian
dilanjtkan pada main test.
Main test, dimana pemberian dosis dilakukan secara bertahap. Dosis awal
yang diberikan dibawah dari nilai estimilasi LD50. Selanjutnya pemberian dosis
dilakukan pada respon hewan uji. Adapun urutan dosis yang digunakan pada
pedoman OECD adalah 5,5 ; 17,5 ; 55 ; 175 ; 550; 1750 ; 5000 mg/KgBB.
Pengamatn dilakukan selama 30 menit sekali dalam 4 jam dan dengan jangka hari
selama 14 hari. Hewan yang digunakan adalah mencit maupun tikus dengan jenis
kelamin jantan.
Kriteria OECD 401 “AOT” OECD 420 OECD 4023 OECD 425 “UDP”
“FDP” “ATC”
Prinsip Pemberian dosis tunggal senyawa uji secara oral pada tikus atau
mencit dengan pengamatan tanda dan gejala toksisitas, berat
badan dan kematian hewan uji selama 14 hari.
Jenis Terdapat Hewan uji Hewan uji Hewan uji
Kelamin kelompok betina betina betina
Hewan Uji hewan uji
jantan dan
kelompok
hewan uji
betina.
Jumlah Minimal 20.5 5 hewan uji 3 hewan uji Maksimal 14
Hewan Uji hewan uji untuk tiap untuk tiap hewan uji,
untuk tiap kelompok kelompok Pemberian
kelompok dosis dosis dosis dilakukan
dosis secara bertahap
Dosis Maksimal Kelompok Kelompok Dimulai dari
Hewan Uji 2000 mg/kg bb dosis 5, dosis 5, perkiraan LD50
50,300, dan 50,300, dan (175mg/kg bb)
2000 mg/kg 2000 mg/kg dan
bb bb peningkatan
dosisnya
mengikuti
faktor
pengalian 3,2
Pengamatan Perubahan berat badan
Output Rentang Perkiraan LD50 dan tanda-tanda Estimasi
toksisitas akut interval nilai
LD50 dan tanda-
tanda toksisitas
akut
Masa Dihapuskan Masih Masih Masih berlaku
berlaku pada tahun berlaku berlaku
Metode 2002
2.10 Hewan Uji
Tekanan darah
Laju respirasi 85-110 per menitVolume urin 5,5 ml/ 100 g/haripH urin 7,5-
8,5Konsumsi makanan 5 g/100 g/hariKonsumsi minuman 8-11 ml/100
g/hariAktivitas Nokturnal (pada malam hari)
Habitat
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Klas : Mamalia
Ordo : Rodensia
Famili : Muridae
Subfamili : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah oven, blender, kertas
saring, beaker gelas, pipet tetes, kandang tikus, neraca, dodot tikus tempat makan
tikus, sonde, dan lat bedah.
3.2.2 Bahan
Subjek uji yang digunakan pada penelitian ini adalah daun durian
(Durioziberthinus), dengan objek yang diuji yaitu organ hati , limfa, dan ginjal
tikus betina beserta mengamati perilaku tikus.
Subjek uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tikus Putih Betina
Galur Wistar dengan kriteria antara lain tikus dalam keadaan sehat yang tidak
sedang dalam keadaan hamil dan belum kawin. Berusia 8 – 12 minggu dengan
selisih berat badan anatr tikus ±20%. Tikus Betina dipilih karena memiliki
sensitivitas yang tinggi dibandingkan dengan tikus jantan.
3.3 Pesrsiapan Hewan Uji
3.3.1 Perefarasi Hewan Uji
Kontrol (K) Ekstrak Daun Ekstrak Daun Ekstrak Daun Ekstrak Daun
dengan Durian Durian Durian Durian
Menggunakan 5mg/kgBB (E1) 50mg/kgBB (E2) 500mg/kgBB 500mg/kgBB
Aquades (E3) (E3)
Pengamatan di
hari ke-1
Mencit
Mati
Pengamatan di
hari ke-7
Pengamatan di Terminasi +
hari ke-14 Pengambilan Organ
Hati, Ginjal dan Limfa
Pemareiksaan Gambar
Histopatologi Organ + pembuatan
Preparat Histopatologi
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Ekstraksi
Sampel berupa daun buah Durian (Durio zibethinu s Murr) yang telah
terkumpul lalu dibersihkan, kemudian dikeringkan pada suhu ruang dan tanpa
terkena sinar matahari langsung, setelah kering sampel kemudian ditumbuk
sampai halus. Sampel yang telah halus diekstraksi dengan metode maserasi yaitu
dengan cara merendam sampel dengan pelarut etanol. Ekstraksi dilakukan secara
berulang kali hingga ekstrak yang diperoleh berwarna hijau, kemudian disaring
menggunakan kertas Whatman. Hasil ekstraksi kemudian ditekankan
menggunakan rotari evaporator pada suhu 50 ºC sehingga diperoleh ekstrak kasar
etanol.
Tikus dibagi kedalam 5 kelompok dengan satu tikus sebagai kontrol. Tiap
kelompok tikus diberikan dosis yang berbeda. Pada hari pertama tikus diberikan
perlakuan dengan ekstrak dengan dosis yang berbeda secara oral. Kemudian
diamati pada hari ke 7 dan 14. Dengan dosis yang ditentukan sebagai berikut
Hasil penelitian ini dianalisis untuk melihat adanya pengaruh pemberian ekstrak
daun durian pada berat badan dan kerusakan pada jaringan hati, ginjal dan limfa
tikus yang diberikan perlakuakn. Analisis data diperoleh dengan menggunakan
program pengolah data SPSS 20 lalu dianalisi dengan uji nonparametrik dengan
menggunakan uji Kruskal. Uji ini dipilih karena data diperoleh berdasarkan nilai
skoring atau penilaian derajat perubahan. Bila terdapat perbedaan yang nyata
diantara kelompok perlakuakn maka dilanjutkan dengan Uji Perbandingan
Berganda (Uji Z) 5% (Maretowati, N. 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Insanu, M., Ruslan, K., Fidrianny, I., & Wijaya, S. (2011). Isolasi
Flavonoid dari Daun Durian (Durio Zibethinus Murr.,
Bombacaceae). Acta Pharmaceutica Indonesia, 36(1 & 2), 6-10.
Lumbessy, M., Abidjulu, J., & Paendong, J. J. (2013). Uji Total Flavonoid
Pada Beberapa Tanaman Obat Tradisonal Di Desa Waitina
Kecamatan Mangoli Timur Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi
Maluku Utara. Jurnal Mipa Unsrat Online, 2(1), 50-55.
https://masterherbal.wordpress.com/tag/manfaat-polifenol/