Ordo
: Euphorbales
Famili
: Euphorblaceae
Genus
: Manihot
Spesies
: Manihot utilissima P.
Akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian
membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Ukuran umbi
rata-rata bergaris tengah 23 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung
dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau
kekuning-kuningan.
b. Biji Kemiri
Klasifikasi biji kemiri
Kingdom
: Plantae
DivisI
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Aleurites
Spesies
: Aleurites moluciana
Buah kemiri berwarna hijau sampai kecoklatan berbentuk oval
sampai bulat panjang 5-6 cm dan lebar 5-7 cm. Kegunaan untuk
obat-obatan tradisional, penerangan bahan bangunan, obat sakit
kepala, demam, kencing nanah. Minyak yang diekstrak dari kemiri
mengandung zat yang dapat berfungsi sebagai pencahar.
(Dalimartha,2002)
c. Daun Brotowali
Klasifikasi daun brotowali
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Dicotyledonae
Famili
: Euphorblaceae
Genus
: Tinospora
Spesies
: Tinospora crispa L
Brotowali mengandung perdu yang pertumbuhannya memanjat.
Tinggi batang dapat mencapai 2,5m. Batang sebesar jari kelingking,
berbintil- bintil rapat, rasanya pahit. Daun brotowali merupakan
daun tunggal berbentuk jantung dan ujung meruncing, tepi daun rata,
tulang daun menjari, berwarna hijau muda. Panjang daun 7-12cm
radang
(anti-inflamasi).
Digunakan
untuk
pengobatan
pendarahan haid, bisul, radang kulit, luka bakar, lepuh terkena panas
dan hepatitis.
(Agromedia, 2008)
c. Ditutup mulut botol dengan plastic wrap, diberi jalan udara pada
d.
e.
f.
g.
mulut botol
Disimpan dalam ruangan yang minim cahaya
Diinkubasi larva selama 24 jam dengan suhu ruang
Diamati larva yang mati selama inkubasi
Dicatat dan dihitung nilai LC50 dengan menggunakan analisa probit
E. Hasil Pengamatan
1.
Tabel Pengamatan
a. Analisa probit sampel daun singkong (Manihot utilissima)
Konsentrasi
Sampel
250 ppm
500 ppm
1000 ppm
Kontrol (-)
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Jumlah kematian
3,33%
0%
6,67%
2,39
2,69
3,1629
3,4969
% kematian
Log konsentrasi (C)
Harga probit (y)
250 ppm
500 ppm
1000 ppm
Kontrol (-)
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Jumlah kematian
11
15
% kematian
23,34%
36,67%
43,34%
2,3979
2,699
4,2702
4,6592
4,8302
Konsentrasi
Sampel
250 ppm
500 ppm
1000 ppm
Kontrol (-)
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Jumlah kematian
% kematian
-6,6%
3,3%
13,3%
2,398
2,699
-6,594
3,1239
3,8715
250 ppm
500 ppm
1000 ppm
Kontrol (-)
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Jumlah kematian
3,33%
0%
16,67%
2,4
2,7
3,2863
4,0368
% kematian
Log konsentrasi (C)
Harga probit (y)
250 ppm
500 ppm
1000 ppm
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Jumlah kematian
0%
0%
10%
2,398
2,699
3,72
% kematian
Log konsentrasi (C)
Harga probit (y)
2.
Perhitungan
a. Sampel daun singkong (Manihot utilissima)
1.) Pembuatan larutan stok
Dibuat larutan stok ekstrak daun singkong 5000 ppm
5000 mg
5 mg
5000 ppm = 1 L
= 1 mL
Dibuat larutan stok sebanyak 50 mL, jadi:
5 mg/mL x 50 = 250 mg
250 mg ekstrak dilarutkan dalam 50 mL air hujan
2.) Pembuatan seri konsentrasi
a.) Konsentrasi 250 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000 ppm . V1 = 250 ppm . 10 mL
V1 = 0,5 mL
b.) Konsentrasi 500 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000 ppm . V1 = 500 ppm . 10 mL
V1 = 1 mL
c.) Konsentrasi 1000 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000 ppm . V1 = 1000 ppm . 10 mL
V1 = 2 mL
3.) Persentase kematian
a.) Konsentrasi 250 ppm
hewan uji mati- kontrol uji
x 100%
% kematian
= hewan uji
1-0
x 100%
= 30
= 3,3 %
M1 . V1
= M2 . V2
5000 ppm . V1 = 1000 ppm . 10 mL
V1 = 2 mL
3.) Persentase kematian
a.) Konsentrasi 250 ppm
hewan uji mati- kontrol uji
x 100%
% kematian
= hewan uji
7-0
x 100%
= 30
= 23,34%
b.) Konsentrasi 500 ppm
% kematian
=
hewan uji mati- control uji
x 100%
hewan uji
4-1
x 100%
= 30
= 30,67%
c.) Konsentrasi 1000 ppm
% kematian
=
hewan uji mati- control uji
x 100%
hewan uji
13 - 0
x 100%
= 30
= 43,34 %
4.) Perhitungan LC95
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, tidak
dapat dilakukan perhitungan harga LC95 karena kematian larva
tidak mencapai 95% baik dengan metode probit ataupun Reed
and Muench.
c. Sampel batang Nenggok (Macaranga giganten)
1.) Pembuatan larutan stok
Dibuat larutan stok ekstrak batang nenggok 5000 ppm
5000 mg
5 mg
5000 ppm = 1 L
= 1 mL
Dibuat larutan stok sebanyak 50 mL, jadi:
5 mg/mL x 50 = 250 mg
% kematian
= 0%
b.) Konsentrasi 500 ppm
% kematian
=
hewan uji mati- control uji
x 100%
hewan uji
0-0
x 100%
= 30
= 0%
c.) Konsentrasi 1000 ppm
% kematian
=
hewan uji mati- control uji
x 100%
hewan uji
3-1
x 100%
= 30
= 6,67 %
4.) Perhitungan LC95
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, tidak
dapat dilakukan perhitungan harga LC95 karena kematian larva
pada konsentrasi 1000 ppm tidak mencapai 95% kematian, hanya
10%.
F. Pembahasan
Larvasida merupaka golongan dari pestisida yang dapat membunuh
serangga belum dewasa atau membunuh larva. Pemberantasan serangga
khususnya nyamuk dengan menggunakan larvasida merupakan metode yang
biasa digunakan untuk mengatasi penyebaran nyamuk. Parameter aktivitas
dari suatu senyawa kimia yang berpotensi sebagai larvasida dapat dilihat dari
jumlah kematian larva nyamuknya.
Percobaan kali ini menggunakan sampel ekstrak methanol dari daun
singkong (Manihot utilissima), biiji kemiri (Aleurites moluccare), batang
nenggok (Macaranga giganten), batang brotowali (Tinospora crispa)
dan
batang terkini (Euphorbia milii). Prinsip pengujian kali ini adalah menghitung
jumlah larva yang mati pada setiap seri konsentarsi yang dibuat, lalu dihitung
nilai LC95 setiap sampel. nilai LC95 (Lethal Concentration 95) adalah
konsentrasi saat terjadi kematian 95% hewan coba. Digunakan nilai LC 95
karena tujuan dari percobaan adalah untuk membunuh larva serangga,
sehingga harus diketahui nilai LC95 nya.
Hal pertama yang dilakukan adalah membuat ekstrak dari masing-masing
sampel dengan pelarut metanol. Alasan digunakannya metanol adalah karena
sifatnya yang semi polar, sehingga diharapkan pelarut ini dapat menarik atau
mengekstraksi zat polar ataupun non polar pada sampel uji. Sebelum proses
ekstraksi, semua sampel dijadikan simplisia terlebih dahulu, hal ini dilakukan
bertujuan untuk membuat sampel tetap dalam keadaan baik, karena kadar
airnya telah berkurang sehingga tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme.
Ekstraksi biji kemiri menggunakan metode soxhletasi, daun singkong
dengan metode maserasi dan batang nenggok, batang brotowali, batang
terkini menggunakan metode refluks. Proses pemilihan metode ekstraksi
bergantung pada keadaan dan kondisi dari sampel yang digunakan.
Dikarenakan strukturnya yang lunak, maka daun singkong dapat diekstraksi
dengan cara yang sederhana yaitu maserasi. Batang nenggok, batang
brotowali dan batang terkini menggunakan metode refluks, dikarenakan
strukturnya yang keras. Sedangkan pada biji kemiri digunakan soxhlet karena
strukturnya yang keras dan tidak tahan pemanasan. Setelah didapatkan
ekstrak, maka dipekatkan pada rotary evaporator dan diuapkan sisa pelarut
pada water bath.
Pprinsip kerja soxhlet adalah salah satu model ekstraksi (pemisahan/
pengambilan) seyawa aktif yang menggunakan pelarut selalu baru dalam
mengekstraknya, sehingga terjadi ektraksi yang kontinyu dengan adanya
jumlah pelarut konstan yang juga dibantu dengan pendingin balik
(kondensor). Prinsip kerja dari refluks yaitu metode ektraksi dengan cara
panas (membutuhkan pemanasan pada prosesnya), ekstraksi dengan pelarut
pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang
ralatif konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi dengan cara ini pada
dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan.
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel
tanaman melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan didala sel dengan diluar sel. Larutan yang
konentrasinya tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan
konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai
terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel
Masing-masing ekstrak yang didapatkan dibuat larutan stoknya dengan
konsentrasi 5000 ppm sebanyal 50 mL. Tujuan pembuatan larutan stok adalah
untuk membuat larutan seri konsentrasi. Larutan seri konsentrasi harus dibuat
dari satu larutan induk yang sama agar homogenitasnya terjaga. Seri
konsentrasi ekstrak yang dibuat adalah 250 ppm, 500 ppm dan 1000 ppm.
Ekstrak yang digunakan tidak larut dalam aquades, sehingga untuk
meningkatkan kelarutannya ditambahkan larutan Tween 80. Tween 80 adalah
surfaktan yang berfungsi sebagai surface active agent atau penurun tegangan
antarmuka kedua fase yang tidak saling bercampur. Jadi, sebagai kontrol
negatif digunakan larutan Tween 80 dengan jumlah yang sama untuk
melarutkan ekstrak dengan aquades. Fungsi pembuatan kontrol negatif adalah
untuk mengetahui apakah pembawa atau pelarut ekstrak juga berpotensi
brotowali (Tinospora crispa) dan batang terkini (Euphorbia milii) tidak dapat
dihitung, karena pada semua seri konsentrasi kematian larva belum mencapai
95%. Sehingga, sebaiknya dilakukan pengujian lagi dengan meningkatkan
konsentrasi ekstrak di atas 1000 ppm, untuk diketahui nilai LC95nya.
G. Kesimpulan
Berdasrkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak dapat dilakukan perhitungan terhadap harga LC95 karena
kematian larva pada konsentrasi ekstrak 1000 ppm tidak mencapai 95%
kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia,R.2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Agromedia Pustaka: Jakarta.
Atta, R. U. M. I., Chundary dan W. J. Thomson. 2001. Bioassay Techniques for
Drug Development. Hardvard Academic Publisher: Singapore.
Dalimartha,S.2002. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1.Trubus Agriwidya:
Depok.
Harborne, J. 2006. Metode Fitokimia edisi IV. Penuntun cara modern
menganalisis tumbuhan. Penerbit ITB: Bandung.
Manuel, F. B. dan Douglastika. 1992. Human Medical Agen from Plant. America
Chemical Society: Washington DC.
Moerid, M. Subhan. 2013 Uji Aktivitas Larvasida Nyamuk Aedes aegypti dari
Beberapa Ekstrak Asadian. Jurnal Pesisir Laut dan Laut Tropis Volume
1 Nomor 1.
Muliyakin, C. E. 2008. Morfologi Siklus Hidup Habitat Cullex Sp. UNAIR Press:
Surabaya.
Sudarmo, S. 1988. Pestisida Untuk Tanaman Edisi II. Kanisius: Yogyakarta.
Wibowo, A. E. W. Sumaryo dan Minaldi. 2010. Uji Aktivitas Larvasida dan
Identifikasi Senyawa Ekstrak Rimpang Temu Lawak Terhadap Larva
Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Media Litbang Kesehatan Volume 14
Nomor 3.