Anda di halaman 1dari 5

2

TINJAUAN PUSTAKA

Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

Peternakan ayam di Indonesia memiliki peranan yang penting dalam


pembangunan peternakan, karena merupakan ujung tombak dalam pemenuhan
kebutuhan pangan hewani. Peternakan ayam banyak memiliki kendala dalam
pencegahan penyakit. Salah satu kendala dalam pencegahan penyakit adalah
kegagalan vaksinasi. Kegagalan vaksin dapat disebabkan oleh life span vaksin,
cara vaksinasi, dan kotaminan (Tarmudji dan Mulyadi 2006). Oleh karena itu
dalam pengembangan usaha ternak dilakukan mulai dari membangun pembibitan,
manajemen pemeliharaan, program vaksinasi yang baik dan tepat, serta pakan
yang bermutu (Suprijatna 2010). Pemberian vitamin atau herbal diperlukan pula
dalam usaha pengembangan ternak.

Karakteristik Ayam (Gallus gallus domesticus)

Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa


dipelihara orang untuk dimanfaatkan dalam pemenuhan keperluan hidup
pemeliharanya (Wong 2004). Kawin silang antar ayam telah menghasilkan
ratusan galur unggul dengan bermacam-macam fungsi, yang paling umum adalah
ayam potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya).
Klasifikasi ayam broiler menurut Yuwanta 2004, adalah sebagai berikut
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Craniata
Kelas : Aves
Ordo : Galiformis
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus

Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-
bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam
memproduksi daging ayam. Di Indonesia, ayam broiler umumnya dipanen pada
umur 5-6 minggu (Suprijatna et al. 2005).

Sistem Pernafasan pada Ayam

Dalam sistem pernafasan terjadi absorpsi oksigen, melepas


karbondioksida, pengaturan suhu, keseimbangan asam-basa, dan vokalisasi.
Fungsi sistem pernafasan unggas sama dengan sistem pernafasan mamalia,
walaupun sangat berbeda secara anatomi. Unggas bernapas dengan cara yang
berbeda dengan mamalia, unggas memiliki paru-paru simetris yang terhubung
dengan trakea, sama seperti mamalia. Pada paru-paru unggas memiliki
parabronkhi yang merupakan saluran sambungan yang memungkinkan udara
3

melewati paru-paru dalam satu arah dan terikat dengan kapiler darah, sehingga
disini terjadi pertukaran udara (Jacob et al. 2011).
Kavum nasi berhubungan dengan kavum oris melalui koana, mukosanya
dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia dengan sel piala. Epitel dari daerah respirasi
segera berubah menjadi epitel squamus kompleks dari kavum oris pada tepi
koana. Dalam epitel-epitel respirasi terdapat kelompok-kelompok sel goblet yang
berasal dari kelenjar intraepitel. Sepasang sinus infraorbital dapat menjadi
petunjuk jika terjadi infeksi pernafasan. Sinus tersebut akan mengalirkan mukus
sampai pada kavum nasi yang dilapisi epitel pernafasan (Dellman 1993).

Gambar 1 Anatomi saluran pernafasan unggas, (a) glotis, (b) laring, (c) trakea, (d)
otot sternotrachealis, (e) siring, (f) bronchus, (g) jantung, (h) paru-paru
(Jacob et al. 2011)

Setelah melewati kavum nasi, udara akan melewati glotis yang dapat
terbuka dan tertutup. Glotis akan menutup saat makanan masuk dan akan
membuka saat udara masuk, hal ini bertujuan agar makanan tidak masuk ke paru-
paru dan udara akan masuk ke trakea. Pada unggas, laring tidak memiliki
kemampuan untuk menghasilkan suara. Laring pada unggas merupakan katup
kedua untuk regulasi aliran udara (Riede dan Goller 2010).
Trakea unggas terletak disepanjang leher diantara siring dan laring. Bagian
cranial trakea terletak dibagian ventral dari esophagus. Bagian caudal dari trakea
terletak berdekatan dengan kantung udara clavicular dan terdapat didalam thorax.
Trakea tersusun atas tulang rawan yang melingkar sempurna (360°) untuk
mencegah tekanan negatif pada saat bernapas. Trakea terdiri dari empat lapisan,
yaitu membran mukosa, submukosa, kartilago, dan adventisia. Membran mukosa
tersusun atas epitel silindris sebaris bersilia dengan beberapa sel goblet
(McLelland 1989). Silia berperan dalam mekanisme pertahanan pada sistem
pernafasan unggas, bekerja sama dengan sel goblet. Antigen atau benda asing
yang telah ditangkap oleh mukus akan didorong menuju faring dengan akivitas
silia. Hilangnya silia akan mengggangu pergerakan silia sehingga ayam akan
mudah terserang penyakit (Ficken 1996).
Pada paru-paru unggas terdapat bronchus primer (mesobronchi), bronchus
sekunder, dan bronchus tersier. Bronchus sekunder berasal dari bronchus primer
dan bercabang membentuk bronchus tersier (parabronchi). Parabronchi akan
beranastomose dengan kapiler udara. Bronchus primer dilapisi oleh epitel silindris
bersilia dan sel goblet. Pada bronchus sekunder dilapisi epitel silindris bersilia.
4

Parabronchi dilapisi oleh epitel kubus, pada bagian bawah epitel terdapat jaringan
ikat yang tipis. Sejumlah otot polos melingkari bronchus di bawah lamina propria.
Parabronchi terhubung dengan atrium. Atrium dilapisi oleh epitel pipih dan kubus.
Kapiler udara dilapisi oleh epitel pipih yang terbuka sampai atria, epitel pipih
tersebut melapisi seluruh permukaan kapiler udara hingga menuju alveoli (Bacha
WJ dan Bacha M 2000).
Di sekitar alveolus terdapat sel pneumosit, yang terdiri dari sel pneumosit
tipe I dan sel pneumosit tipe II. Sel pneumosit tipe I melapisi sebagian besar paru-
paru dan merupakan tempat pertukaran udara. Sel pneumosit tipe II merupakan sel
penghasil surfaktan (Cood et al. 2005).

Sistem Kekebalan pada Pernafasan Ayam

Permukaan mukosa dilindungi oleh suatu sistem pertahanan lokal yang


berfungsi terpisah dari sistem kekebalan sistemik. Sistem pertahanan mukosa ini
disebut MALT (mucosal associated lymphoid tissue) yang terdiri dari BALT
(bronchoalveolar associated lymphoid tissue), NALT (nasopharyngeal assosaited
lymphoid tissue), dan LALT (larynx associated lymphoid tissue) (Ogra et al.
2001; Bar-shira dan Friedman 2005).
Vaksinansi merupakan suatu tindak pencegahan untuk melindungi
individu terhadap serangan penyakit. Vaksin berupa sediaan yang mengandung
antigen yang telah dilumpuhkan virulensinya. Sekitar 80% kebutuhan vaksin
hewan di Indonesia berupa vaksin unggas (ayam). Untuk ayam broiler, program
vaksinasi yang rutin dilakukan pada masa pemeliharaan adalah dua kali ND dan
satu kali Infectious Bronchitis (IB) serta Infectious Bursal Disease (IBD) (Bahri
dan Kusumaningsih 2001). Vaksinasi ND diberikan pada ayam broiler saat
berumur 4 hari melalui tetes mata dan saat berumur 18 hari melalui air minum.
Vaksinasi IB diberikan saat ayam berumur 3 hari melalui tetes mata, sedangkan
vasinasi IBD diberikan saat ayam berumur 7 hari melalui tetes mata atau 14 hari
melalui air minum (Risinglili 2010). Pemberian booster untuk vaksin ND
diberikan saat ayam berumur 10-14 hari (Fadilah dan Polana 2004).
Ayam yang telah divaksinasi menunjukkan reaksi respon imun yang
berbeda untuk setiap jenis vaksinasi yang diberikan. Vaksin aktif lebih cepat
membentuk antibodi dibandingkan vaksin inaktif. Vaksin memberikan kekebalan
spesifik. Vaksin yang diberikan akan dianggap antigen oleh tubuh, sehingga tubuh
akan melakukan kekebalan seluler dan humoral (Tizzard 2000).

Jintan hitam (Nigella sativa)

Tanaman obat secara umum lebih aman dari obat modern. Hal ini
dikarenakan efek samping dari tanaman obat sedikit bahkan hampir tidak ada.
Efek samping yang ditimbulkan dari tanaman obat dapat diminimalisir dengan
penggunaan jenis tanaman obat, dosis, waktu penggunaan dan cara pemberian
yang tepat (Sari 2006).
Secara tradisional tanaman obat lazim digunakan untuk pengobatan sakit
kepala, batuk, sakit perut, diare, asma, rematik, dan penyakit lainnya. Salah satu
tanaman obat yang biasa digunakan oleh masyarakat Asia dan Timur Tengah
5

adalah jintan hitam. Jintan hitam merupakan benih tanaman yang paling banyak
dipelajari baik dalam kimia tanaman maupun farmakologi (El-Najjar et al.2006).
Biji jintan hitam kecil dan pedek (panjangnya 1-3 mm), berwarna hitam,
dan berbentuk trigonal. Biji ini berada di dalam buah yang berbentuk bulat
(Junaedi et al.2006). Biji jintan hitam memiliki bau khas seperti rempah-rempah
dan agak pedas, yang akan semakin tajam baunya apabila dikunyah (Katzer 2001).

Gambar 2 Biji jintan hitam (Parakh 2010)

Klasifikasi Jintan Hitam menurut Tjitrosoepomo 2000, adalah sebagai


berikut :

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Dialypetalae
Ordo : Ranunculae
Famili : Ranunculaceae
Genus : Nigella
Spesies : Nigella sativa

Penelitian mengenai komposisi jintan hitam telah dimulai pada tahun


1880, yang pertama kali menemukan kandungan 37% minyak dan 4.1% abu
(garam kalsium). Secara keseluruhan komposisi dari jintan hitam dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi jintan hitam


Bahan % jumlah (w/w)
Minyak 31-35.5
Protein 16-19.9
Karbohidrat 33-34
Serat kasar 4.5-6.5
Abu 3.7-7
Saponin 0.013
Air (moisture) 5-7
Sumber: El Tahir dan Bakeet 2006
6

Ekstrak biji tanaman ini memiliki kandungan kimia fixed oil berupa asam-
asam lemak tidak jenuh, misalnya asam linoleat, asam oleat, asam palmitat, asam
stearat, asam laurat, asam miristat, serta asam linolenat. Asam linoleat dapat
menurunkan metabolisme asam arakidonat (Nickavara et al. 2003). Sedangkan
asam linolenat dapat mencegah degranulasi sel mast melalui penghambatan
saluran Ca2+ (Gazzar et al. 2006). Minyak esensial jintan hitam mengandung
beberapa zat seperti 4-terpineol, thymohydroquinone, thymoquinone, carvacrol,
carvone dan thymol. Thymoquinone merupakan unsur paling banyak yang
terkandung serta memiliki respon aktif dengan efek yang menguntungkan (Diding
dan Subijanto 2008). Thymoquinone dapat menurunkan histamin darah yang
diproduksi sel mast melalui penurunan kadar Ca2+, serta penurunan Ig E serum
(Gazzar et al. 2006)

Tabel 2 Kandungan nutrisi dalam minyak jintan hitam


Komposisi Jumlah (per gram)
Protein 208 µg
Tiamin 15 µg
Riboflavin 1 µg
Piridoksin 5 µg
Niasin 57 µg
Asam folat 610 IU
Kalsium 1.8 mg
Zat besi 105 µg
Tembaga (Cu) 18 µg
Seng (Zn) 60 µg
Fosfor 5.3 mg
Sumber: Junaedi et al. 2011

Cairan dan minyak hasil ekstrak tanaman ini memiliki sifat antioksidan,
anti kanker, anti inflamasi, anti microbial, dan analgesik (El-Najjar et al. 2006).
Pada sistem pernafasan manusia, ekstrak jintan hitam sering digunakan sebagai
obat asthma. Jintan hitam berkerja dalam menghambat kanal Ca2+ sehingga
menyebabkan otot trakea menjadi relaksasi. Pada pengobatan tradisional ekstrak
jintan hitam dikonsumsi bersamaan dengan madu (Zubaidah et al. 2009). Jintan
hitam juga berperan dalam menstimulasi respon imun sel, hal tersebut
dikarenakan kandungan volatile oil dalam jintan hitam berpotensi untuk
merangsang respon imun sel (Parakh 2010).

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai bulan Juni 2010.
Kegiatan pemeliharaan dan pemberian perlakuan terhadap hewan coba dilakukan
di Fasilitas Kandang Hewan Percobaan Fakultas Kedokteran Hewan dan

Anda mungkin juga menyukai