Anda di halaman 1dari 74

i

KATA PENGANTAR

Berbagai upaya dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran bagi anak


berkebutuhan khusus terurama bagi anak usia 6 tahun hingga 12 tahun. Sementara itu
pendidikan dan kualitas anak yang baik dapat dicapai apabila anak didik memiliki
kemampuan dasar yang cukup untuk mengikuti proses pembelajaran. Bahan kuliah
“Pendidikan Khusus” ini disusun berdasar kurikulum pada program studi PGSD Universitas
Wiraraja, dapat terselesaikan berkat karunia Allah SWT. Oleh sebab itu patutlah penulis
menyanjung puji dan syukur kepada-NYA.
Terselesaikannya penyusunan modul ini sebagai bahan perkuliahan tidak lepas dari
jasa dan partisipasi, seperti design sampul yakni Al Qori,ah, S.Pd dan beberapa kalangan
yang memberikan dukungan dan masukan, diucapkan terima kasih.
Akhirnya, penulis berharap saran dan masukan dari para pembaca untuk menyempurakan
bahan kuliah ini.

Penulis,

Ratna Novita Punggeti, M.Pd

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I Pendahuluan 1
BAB II Karakteristik Dan Kebutuhan Pembelajaran Tunanetra 8
BAB III Karakteristik Dan Kebutuhan Pembelajaran Tunarungu/Tuna wicara 17
BAB IV Karakteristik Dan Kebutuhan Pembelajaran Tunadaksa 27
BAB V Karakteristik Dan Kebutuhan Pembelajaran Tunagrahita 35
BABVI Karakteristik Dan Kebutuhan Pembelajaran Anak Gifted & Talented 43
BAB VII Karakteristik Dan Kebutuhan Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar 52
BAB VIII Karakteristik Dan Kebutuhan Pembelajaran Tunalaras 61
BAB IX Karakteristik Dan Kebutuhan Pembelajaran Slow Learner 68
DAFTAR PUSTAKA 70

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Khusus adalah penyelenggaraan pendidikan untuk
peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan
luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah
biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat dasar dan
menengah.
Pendidikan khusus diadakan untuk anak berkebutuhan khusus sesuai
dengan pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis
pendidikan anak berkebutuhan khusus adalah Pendidikan Khusus.
Kemudian pada pasal 32 ayat 1 UU No 20 Tahun 2003 memberikan batasan
bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa. Oleh sebab itu, pentingnya mata kuliah ini
diberikan pada calon guru, khususnya pada pendidikan dasar untuk
mengetahui kekhususan peserta didik sejak dini.
Pendidikan khusus sebagai salah satu mata kuliah S1 PGSD
diharapkan mampu memberikan khasanah kurikulum yang diberikan kepada
mahasiswa yang disesuaikan dengan kondisi anak berkebutuhan khusus
yang inklusif.

B. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)


Menurut Heward, anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak
dengan karakteristik khusus yang berbeda pada umumnya tanpa selalu
menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. Bisa jadi,
ABK justru memiliki kemampuan melebihi siswa pada umumnya, misalnya
anak yang berbakat atau memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 1


Anak dengan karakteristik semacam ini memerlukan penanganan khusus
dalam memenuhi kebutuhan belajarnya.
Ilustrasi
Boby adalah seorang anak yang berusia 7 tahun dan duduk di kelas
1 sekolah dasar, Boby memiliki kelainan fisik yaitu jari-jari tangan
kirinya hanya 4 buah. Suatu kecelakaan menyebabkan ibu jarinya
harus dipotong (amputasi), sehingga Boby termasuk anak yang
memiliki kecacatan yaitu jari. Boby tidak memerlukan bantuan
khusus dalam proses pembelajaran di sekolah dan sosialisasi di
lingkungannya. Di lain pihak ada seorang anak bernama Dewi usia
7 tahun dia secara fisik (kesan lahiriah) terlihat tidak berbeda
dengan anak-anak lain sebayanya, tetapi setelah masuk kelas
mengikuti proses pembelajaran Dewi terlihat bingung dan selalu
ketinggalan dalam prestasi belajar dengan teman-temannya bahkan
tidak mampu mengikuti proses pembelajaran di kelas. Ternyata
Dewi memang tidak mampu mengikuti proses pembelajaran seperti
teman-temannya, Dewi memerlukan cara atau metode tersendiri
(khusus) dalam mengikuti proses pembelajaranya. Setelah
mendapatkan layanan pembelajaran tersendiri sesuai dengan
keadaanya, Dewi dapat mencapai prestasi belajar rata-rata kelas.
Ilustrasi di atas menceritakan Boby dan Dewi yang memiliki
perbedaan dibandingkan dengan keadaan anak normal, mulai dari keadaan
fisik sampai mental, dari anak cacat sampai anak berbeakat intelektual.
Boby dengan jarinya, namun dia dapat mengikuti proses belajar
pembelajaran. Sedangkan Dewi mengalami kesulitan belajar, dengan
pemberian pendidikan khusus di sekolah, Dewi mulai dapat mengejar dan
mengikuti proses pembelajaran secara normal kembali.
Anak-anak berkebutuhan khusus memiliki keunikan tersendiri dalam
jenis dan karakteristiknya. Keunikan tersebut menjadikan mereka berbeda
dari anak-anak normal pada umumnya. Karena karakteristik dan hambatan
yang dimilikinya, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus
yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 2


Dengan demikan, yang dimaksud dengan anak berkubutuhan khusus
(ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda pada
umumnya karena memiliki hambatan belajar yang diakibatkan oleh adanya
hambatan perkembangan persepsi, hambatan perkembangan fisik, hambatan
perkembangan perilaku dan hambatan perkembangan
intelegensi/kecerdasan. Bahkan sebagian dari ABK ada pula yang memilki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Berkebutuhan khusus lebih
memandang pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi dan
mengembangkan kemampuannya secara optimal. Oleh karena itu, ABK
memerlukan bentuk layanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan
dan potensi mereka yakni Pendidikan Khusus bagi anak berkebutuhan.

C. Kategori Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)


Kategori anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi dua bagian, yaitu
berkebutuhan khusus temporer dan berkebutuhan khusus permanen.
Berkebutuhan permanen adalah kebutuhan khusus yang disebabkan oleh
kelainan tertentu. Dan berkebutuhan khusus temporer adalah mereka yang
mengalami hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi
dan situasi lingkungan. Contohnya, anak yang mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri akibat kerusuhan dan bencana alam, atau belum bisa
membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak yang mengalami hambatan
belajar dan perkembangan karena isolasi budaya dan karena kemiskinan
dsb. Ketika berkebutuhan khusus temporer tidak dapat ditangani dengan
baik maka akan menjadi berkebutuhan khusus permanen. Di sekolah
biasanya banyak sekali anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yang
bersifat temporer, dan oleh karena itu mereka memerlukan pendidikan yang
disesuaikan dengan kebutuhannya. Sebab hal inilah pentingnya Pendidikan
Khusus pada tingkat pendidikan dasar.
Berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anak-anak yang
mengalami hambatan perkembangan yang bersifat internal dan akibat
langsung dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak kehilangan fungsi
penglihatan, pendengaran, gangguan perkembangan kecerdasan dan kognisi,

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 3


gangguan gerak (motorik), gangguan interaksi-komunikasi, gangguan
emosi, sosial dan tingkah laku. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus
yang bersifat permanen sama artinya dengan anak penyandang cacat.
Istilah anak berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau
kata lain dari anak penyandang cacat, tetapi anak berkeubutuhan khusus
mencakup spectrum yang luas yaitu meliputi anak berkebutuhan khusus
temporer dan permanen. Oleh karena itu, apabila menyebut ABK selalu
harus diikuti pula dengan anak penyandang cacat. Jadi anak penyandang
cacat merupakan bagian atau anggota dari ABK. Oleh karena itu
konsekuensi logisnya adalah lingkup garapan pendidikan kebutuhan khusus
menjadi sangat luas, berbeda dengan lingkup garapan pendidikan khusus
yang hanya menyangkut anak penyandang cacat.
Sebab-sebab timbulnya kebutuhan khusus pada seorang anak yaitu :
1) Faktor internal pada diri anak, 2) Faktor eksternal dari lingkungan dan, 3)
Kombinasi faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah kondisi yang dimiliki oleh anak yang
bersangkutan. Seperti cacat sejak lahir, tidak bisa bicara dan mendengar
namun tidak mengalami kesulitan dalam penglihatan dan motoriknya.
Faktor eksternal adalah salah satu faktor luar dari diri anak yang
mengakibatkan anak memiliki hambatan perkembangan dan hambatan
belajar serta konsentrasi, sehingga mereka memiliki kebutuhan layanan
khusus dalam pendidikan. Seperti seorang anak yang mengalami tekanan
dari keluarga ataupun lingkungan sekitarnya sehingga anak merasa menarik
diri dan ketakutan, akhirnya anak tidak memiliki konsentrasi dalam belajar
selayaknya anak normal.
Kombinasi faktor internal dan eksternal menyebabkan anak menjadi
mempunyai kebutuhan khusus, karena pada diri anak tersebut telah
memiliki kebutuhan khusus, namun lingkungan sekitarnya (khususnya
keluarga) tidak mau menerimanya. Seperti anak yang mengalami down
syndrome namun keluarganya malu dan tidak mau menerima keadaan anak
ini. Anak seperti ini memiliki kebutuhan khusus akibat dari kondisi dirinya
dan akibat perlakuan keluarganya yang tidak tepat.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 4


D. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Menurut Hallahan dan Kauffman, Direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa dan Hadiyanto yang diklasifikasikan dengan ABK, yaitu: (a)
Tunanetra (anak dengan gangguan penglihatan), (b) Tunarungu (anak
dengan gangguan pendengaran), (c) Tunadaksa (anak dengan kelainan
anggotatubuh/gerakan), (d) Anak yang berbakat atau memiliki kemampuan
dan kecerdasan luar biasa, (e) Tunagrahita (anak dengan retardasi mental),
(f) Anak lamban belajar (slow learner), (g) Anak yang mengalami kesulitan
belajar spesifik (Attention Deficit Disorder (ADD)/Gangguan konsentrasi,
Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD)/Gangguan hiperaktif,
Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara,
Dyspraxia/Motorik), (h) Tunalaras (anak dengan gangguan emosi dan
perilaku), (i) Tunawicara (anak dengan gangguan dalam berbicara), (j)
Autisme, dan (k) Anak korban narkoba serta HIV/AIDS.
Sedangakan dalam mata kuliah Pendidikan khusus ini yang akan dibahas
sebagai berikut :
1. Tunanetra (anak dengan gangguan penglihatan)
a. Anak kurang awas (low vision)
b. Anak buta (blind)
2. Tunarungu/Tunawicara (anak dengan ganguan
pendengaran/wicara)
a. Anak kurang dengar (hard of hearing)
b. Anak tuli (deaf)
3. Tunadaksa (anak dengan kelaianan anggota tubuh/gerakan)
a. Anak layuh anggota gerak tubuh (polio)
b. Anak dengan gangguan fungsi syaraf otak (cerebral palcy)
4. Tunagrahita (anak dengan retardasi mental)
a. Anak tunagrahita ringan (IQ 50 – 70)
b. Anak tunagrahita sedang (IQ 25 – 49)
c. Anak tunagrahita berat (IQ 25 – ke bawah)

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 5


5. Anak yang berbakat atau memiliki kemampuan dan kecerdasan
luar biasa
a. Gifted dan Genius, yaitu anak yang memilki kecerdasan di atas
rata-rata.
b. Talented, yaitu anak yang memiliki keberbakatan khusus.
6. Anak lamban belajar (slow learner)
7. Anak Berkesulitan Belajar Spesifik (Dyslexia/Baca,
Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bahasa, dan
Dyspraksia/Tidak Terampil)
8. Tunalaras (anak dengan gangguan emosi dan perilaku)
a. Anak dengan gangguan perilaku dan emosi taraf ringan
b. Anak dengan gangguan perilaku dan emosi taraf sedang
c. Anak dengan gangguan perilaku dan emosi taraf berat

Dalam modul ini, kita akan mempelajari delapan anak berkebutuhan khusus
(ABK) tersebut. Sebab delapan ABK tersebut dapat digabungkan dengan
kelas anak normal dengan kapasitas kesepakan dengan tim ahli ABK. Guna
keseimbangan dalam proses pembelajaran di kelas anak normal.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 6


E. Pendalaman Materi
Jelaskanlah pertanyaan berikut pada kertas kerja anda!
1. Jelaskan Pendidikan Khusus menurut UU No 20 Tahun 2003?
2. Riko adalah siswa kelas 4 SD. Dia mempunyai kebiasaan berangkat
sekolah naik sepeda dengan kecepatan tinggi tanpa menghiraukan
keramaian jalan raya. Pada suatu hari, dia kurang berhati-hati dalam
menyeberang jalan raya karena tergesa-gesa takut terlambat Ulangan
Akhir Semester. Sehingga dia mengalami kecelakaan, keserempet
mobil dan kepalanya terbentur marka jalan. Akibat dari benturan
tersebut Riko mengalami kebutaan. Betapa terguncangnya Riko,
sehingga dia mengalami depresi yang berat atas kebutaanya. Disamping
itu keluarga juga memerlukan bimbingan psikologis, agar mampu
menerima kebutaan anaknya.
Dipandang dari pengkategorian anak berkebutuhan khusus, Riko
termasuk kategori apa? Jelaskan jawaban anda!
3. Gambarkan hubungan antara pengkategorian anak berkebutuhan khusus
(temporer dan permanen) dengan faktor yang menyebabkan timbulnya
kebutuhan khusus pada anak ?

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 7


BAB II
KARAKTERISTIK DAN
KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
TUNANETRA

A. Karakteristik Tunanetra (Anak dengan Gangguan Penglihatan)


Ilustrasi
Suatu sekolah, seorang guru mendapati seorang
siswanya yang senantiasa mendekatkan penglihatannya pada
saat membaca, dan terkadang mengarahkan telinganya pada
penjelasan guru atau sumber suara lainnya. Padahal anak
tersebut secara fisik tidak Nampak adanya kecacatan pada
matanya. Siswa tersebut ternyata berbeda dengan satu siswa
lainnya yang memang secara fisik Nampak adanya kelainan
pada kedua indera penglihatannya.

Sebagaimana ilustrasi diatas, siswa yang mengalami ke-tunanetra-an


adalah anak-anak yang mengalami kelainan atau gangguan fungsi
penglihatan yang memiliki tingkatan atau klasifikasi yang berbeda-beda,
sehingga memerlukan layanan atau pendidikan khusus di sekolah maupun
dikehidupannya.
Layanan khusus dalam pendidikan bagi mereka, adalah dalam hal membaca,
berhitung dan menulis dengan menggunakan huruf Braille bagi yang buta,
dan bagi yang sedikit dapat melihat memerlukan kaca pembesar atau huruf
cetak yang besar.
Terdapat karakteristik kelainan pada anak Tunanetra yaitu; (1)
Secara fisik adanya kelainan pada indera penglihatan; (2) secara
kemampuan akademik, tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya;
(3) secara motorik kurang dapat melakukan mobilitas secara umum sebab

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 8


ke-tunanetraannya; (4) secara sosil – emosional mudah tersinggung dan
bersifat verbalism yaitu dapat bicara tetapi tidak tahu nyatanya.
Media yang dipergunakan adalah media yang dapat diraba, didengar
ataupun diperbesar. Di samping itu diperlukan latihan orientasi dan
mobilitas.
Ciri – ciri anak yang mengalami Tunanetra, sebagai berikut :
1. Kurang melihat (kabur), tidak mampu mengenali orang pada jarak 6
meter.
2. Kesulitan mengambil benda kecil didekatnya.
3. Tidak dapat menulis mengikuti garis lurus.
4. Sering meraba – raba dan tersandung saat berjalan.
5. Bagian bole mata yang hitam berwarna keruh/bersisik kering.
6. Tidak mampu melihat.
7. Peradangan hebat pada kedua bola mata.
8. Mata bergoyang terus.
Berdasarkan tingkatan ketunanetraan, dapat diklasifikasi sebagai berikut :
1. Berdasarkan Tingkat Ketajaman Penglihatan
Seseorang yang dikatakan penglihatannya normal, apabila hasil tes
Snellen menunjukkan ketajaman penglihatannya 20/20 atau 6/6 meter
atau dapat melihat dengan jarak 70 feet atau 21 meter. Sehingga anak
tunanetra berdasarkan ketajaman penglihatannya dapat dibagi menjadi
dua, sebagai berikut :
a. Anak kurang awas (low vision)
Mampu melihat dengan ketajaman penglihatan (acuity) 20/70
adalah anak tunanetra yang dapat melihat dari jarak 20 feet (6
meter). Karakteristik anak yang memiliki keterbatasan penglihatan
(low vision), sebagai berikut:
Menghitung jari daru berbagai jarak
Tidak mengenal tangan yang digerakkan
Mengenal bentuk atau objek dari berbagai jarak.
b. Anak buta (blind)

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 9


Mampu membaca huruf paling besar di Snellen chart dari jarak 20
feet (acuity 20/200-legal blind) dikategorikan tunanetra total. Hal
ini menunjukkan bahwa anak tunanetra jika melihat huruf E dari
jarak 6 meter, sedangkan anak normal dari jarak 60 meter.
Kelompok yang mengalami keterbatasan penglihatan berat atau
blind atau tunanetra total dapat dibagi menjadi; (1) mempunyai
persepsi cahaya (light perception), dan (2) tidak memiliki persepsi
cahaya (no light perception).
2. Berdasarkan Adapatasi Pedagogis
Menurut Krik, SA (1989) mengkalsifikasikan tunanetra berdasarkan
kemampuan penyesuaiannya dalam pemberian layanan pendidikan
khusus yang diperlukan. Klasifikasi tersebut adalah:
a. Kemampuan melihat sedang (moderate visual disability), dimana
pada taraf ini mereka masih dapat melaksanakan tugas – tugas
visual yang dilakukan orang normal dengan menggunkana laat
abantu khsus serta dengan banbtuan cahaya yang cukup.
b. Ketidakmampuan melihat pada taraf berat ( servere visual
disability). Pada taraf ini, mereka memiliki penglihatan yang
kurang baik, atau kurang akurat meskipun dengan menggunakna
alat bantu visual dana modifikasi, sehingga mereka membutuhkan
banyak bantuan dan tenaga dalam mengerjakn tugas – tugas
visualnya.
c. Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound visual
disability). Pada taraf ini mereka mengalami kesulitan dalam
melakukan tugas – tugas visual yang lebih detail seperti membaca
dan menulis. Untuk itu mereka sudah tidak dapat memanfaatkan
penglihatannya dalam pendidikan, dan mengandalkan indra
perabaan dan pendenganran dalam menempuh pendidikan.
3. Berdasarkan perspektif pendidikan khusus, (sehingga siswa ini dapat
digabungkan dengan siswa normal) Tunanetra dikelompokkan menjadi
sebagai berikut:
a. Siswa tunanetra yang mampu membaca huruf cetak standar.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 10


b. Siswa tunanetra yang mampu membaca huruf cetak standar, tetapi
dengan bantuan kaca pembesar.
c. Siswa tunanetra yang mampu membaca huruf cetak dalam ukuran
besar (ukuran font huruf 18).
d. Siswa tunanetra yang mampu membaca huruf cetak secara
kombinasi, cetakan regular, dan cetakan besar.
e. Dan siswa tunanetra yang menggunakan huruf Braille namun masih
bisa melihat cahaya (light perception).

Seorang anak ataupun siswa yang mengalami gangguan penglihatan


(tunanetra) memiliki beberapa keterbatasan yaitu keterbatasan dalam konsep
dan pengalaman baru, keterbatasan dalam berinteraksi dalam lingkungan,
serta keterbatasan dalam mobilitas.

B. KEBUTUHAN PEMBELAJARAN TUNANETRA


Menurut Anastasia Widjajanti dan Imanuel Hitipeuw (1995)
manyatakan bahwa kebutuhan pembelajaran bagi anak tunanetra meliputi
sebagai berikut:
1. Penguasaan Braille
Penguasaan braille yang dimaksud adalah kemampuan untuk menulis
dan membaca braille. Keterampilan menulis berkaitan dengan
penggunaan alat tulis braille, yaitu reglet, mesik ketik braille; penulisan
huruf, angka, kombinasi angka dan huruf, dan komputer braille,
sedangkan membaca lebih berkaitan dengan keterampilan membaca
dari berbagai media tulisan.
2. Latihan orientasi dan mobilitas
Latihan orientasi dan mobilitas adalah jalan dengan pendamping awas,
latihan jalan mandiri, latihan jalan dengan menggunakan alat bantu
jalan (tongkat dan sign guide). Selain itu juga perlu penguasaan latihan
bantu diri di kamar mandi dan WC, di kamar makan, di kamar tidur, di
dapur,di kamar tamu, sampai mampu mandiri ke sekolah dan tempat
yang lain.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 11


3. Penggunaan alat bantu dalam pembeljaran berhitung dan matematika,
meliputi cubaritma, papan taylor frame, abacus (sempoa) dalam operasi
penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan beberapa konsep
matematika barille.
4. Pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak tunanetra.
Pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak tuna netra menggunakan
pendidikan jasmani adaftif. Adaftasi yang dilakukan berkaitan dengan
jenis kecacatan anak, kemampuan fisik anak, dan memodifikasisarana
dan prasarana olah raga meliputi ukuran lapangan/lintasan, alat yang
digunakan dalam olah raga, dan aturan yang dipakai.

5. Dalam pembelajaran IPA sedapat mungkin menggunakan model yang


dapat diamati dan diraba oleh anak.
Dari hal diatas, sebenarnya dapat ditarik kesimpulan bahwa anak tunanetra
dengan keterbatasannya memerlukan pembelajaran yang mengacu pada
prinsip – prinsip sebagai berikut :
1. Kebutuhan akan pengalaman konkrit (real learning)
2. Kebutuhan akan pengalaman yang terintegrasi (integrated learning)
3. Kebutuhan dalam melakukan tugasnya dan bekerja dalam belajar
(project learning)
Dengan mengetahui kebutuhan dalam belajar bagi anak tunanetra, ada
beberapa media pembelajaran yang dapat membantu dalam proses
pembelajaran. Media tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Kelompok tunanetra total dengan media baca tulis huruf Braille.
2. Kelompok low vision dengan media baca tulis biasa yang diperbesar,
contohnya huruf diperbesar dan menggunakan alat pembesar.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 12


C. Pendalaman Materi
Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling tepat, pada setiap item
berikut ini;
1. Berdasarkan klasifikasinya, tunanetra adalah seseorang yang
mengalami kelainan fungsi penglihatan taraf ….
A. Low vision
B. The blind
C. Sangat berat
D. Ringan sampai sangat berat

2. Anak tunanetra dikategorikan low vision, apabila yang bersangkutan


memiliki ketajaman penglihatan ....
A. 6/20m-6/60m
B. Kurang dari 6/20m
C. 6/6m – 6/16m
D. Visus 0

3. Sebenarnya anak tunanetra yang dikategorikan buta atau the blind,


masih ada kemungkinan melihat ....
A. Jarak jauh
B. Tulisan yang diperbesar
C. Jarak dekat
D. Membedakan terang dan gelap

4. Tunanetra sering menggerak-gerakan anggota tubuhnya, kebiasaan ini


disebut ....
A. verbalism
B. Blindism
C. iritable
D. tempertantrum

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 13


5. Tunanetra memiliki kemampuan akademik ....
A. Di atas rerata normal
B. Mengalami keterbelakangan mental
C. Tidak berbeda dengan anak normal
D. Selalu di bawah normal

6. Dalam bersosialisasi tunanetra menunjukkan ....


A. Kemandirian
B. Lebih bergantung dengan orang lain
C. Merasa rendah diri
D. semuanya benar

7. Latihan orientasi dan mobilitas merupakan layanan khusus bagi anak....


A. tunanetra
B. tunalaras
C. tunadaksa
D. tunarungu

8. Cubaritma merupakan alat bantu layanan khusus pada anak....


A. tunalaras
B. tunarungu
C. tunanetra
D. tunagrahita

9. Tulisan yang digunakan untuk anak tunanetra adalah....


A. steno
B. morse
C. braille
D. lambang

10. Laser canemerupakan alat untuk membantu anak tunanetra dalam....


A. berhitung

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 14


B. menulis
C. membaca
D. berjalan

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Bandingkanlah jawaban saudara dengan kunci jawaban yang
terdapat pada akhir bab ini. Untuk mengetahui tingkat penguasaan saudara
terhadap materi ini, hitunglah dengan menggunakan rumus:

Jumlah jawaban yang benar


Tingkat penguasaaan = x 100
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :


90 – 100 = baik sekali
80 – 89 = baik
70 – 79 = cukup
< 70 = kurang

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 15


Kunci Jawaban
1. D
2. A
3. D
4. B
5. C
6. B
7. A
8. C
9. C
10. D

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 16


BAB III
KARAKTERISTIK DAN
KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
TUNARUNGU ATAU
TUNAWICARA

A. Karakteristik Tunarungu/Tunawicara (Anak Dengan Ganguan


Pendengaran/Wicara)
Ilustrasi
Dedi adalah seorang anak yang dinyatakan oleh dokter
mengalami ketulian, tetapi di sekolah ternyata masih dapat
mengikuti penjelasan guru dengan suara-suara yang keras.
Padahal menurut sepengetahuan guru tersebut, yang
namanya anak tuli atau tunarungu itu pastilah mereka tidak
dapat mendengarkan suara-suara yang dating padanya,
sehingga guru tersebut menjadi ragu tentang kemampuan
atau ketidakmampuan seorang anak tunarungu dalam
merespon suara yang datang padanya.

Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi


ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seseorang anak. Kondisi ini
menyebabkan mereka mengalami hambatan atau keterbatasan dalam
merespon bunyi bunyi yang ada di sekitarnya.

Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian


daya pendengarannya sehingga mengalami gangguan berkomunikasi
secara verbal. Walaupun telah diberikan pertolongan denganalat bantu
dengar, mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan khusus.
Beberapa karakteristik anak tunarungu, di antaranya adalah :

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 17


1. Segi Fisik
a. Cara berjalannya kaku dan agakmembungkuk. Akibat terjadinya
permasalahan pada organ keseimbangan pada telinga,
menyebabkan anak-anak tunarungu mengalami
kekurangseimbangan dalam aktivitas fisiknya.
b. Pernapasannya pendek, dan tidak teratur. Anak-anak tunarungu
tidak pernah mendengarkan suara-suara dalam kehidupan sehari-
hari, bagaimana bersuara atau mengucapkan kata-kata dengan
intonasi yang baik, sehingga mereka juga tidak terbiasa mengatur
pernapasannya dengan baik, khususnya dalam berbicara.
c. Cara melihatnya agak beringas. Penglihatan merupakan salah satu
indra yang paling dominan bagi anak-anak penyandang tunarungu,
dimana sebagian besar pengalamanannya diperoleh melalui
penglihatan. Oleh karena itu anak-anak tunarungu jugadikenal
sebagai anak visual, sehingga cara melihatpun selalu menunjukkan
keingintahuan yang besar dan terlihat beringas.
2. Segi Bahasa
a. Miskin akan kosa kata
b. Sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan, atau
c. Idiomatic
d. Tatabahasanya kurang teratur
3. Intelektual
a. Kemampuan intelektual anak tunarungu normal. Pada dasarnya
anak-anak tunarungu tidak mengalami permasalahan dalam segi
intelektual. Tetapi memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi dan
berbahasa, perkembangan intelektual menjadi lamban.
b. Perkembangan akademiknya lamban akibat keterbatasan bahasa.
Seiring terjadinya kelambanan dalam perkembangan intelektualnya
akibat adanya hambatan dalam berkomunikasi, maka dalam segi
akademiknya juga mengalami keterlambatan.
4. Sosial – emosional

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 18


Sering merasa curiga dan syak wasangka. Sikap seperti ini terjadi
akibat adanya kelainan fungsi pendengarannya. Mereka tidak dapat
memahami apa yang dibicarakan oranglain, sehingga anak-anak
tunarungu menjadi mudah merasa curiga. Dan Sering bersikap agresif

Selain empat karakteristik tersebut, adapun cirri – ciri anak tunarungu


sebagai berikut :
a. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar.
b. Banyak perhatian terhadap getaran.
c. Terlambat dalam perkembangan bahasa
d. Tidak ada reaksi terhadap bunyi atau suara,
e. Terlambat perkembangan bahasa,
f. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,
g. Kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara,
h. Ucapan kata tidak jelas, kualitas suara aneh/monoton,

Tunarungu terdiri atasbeberapa tingkatan kemampuan mendengar, yang


umum dan khusus. Ada beberapa klasifikasi anak tunarungu secara umum,
sebagai berikut :
1. Klasifikasi umum
a. The deaf, atau tuli, yaitu penyandang tunarungu berat dan sangat
berat dengan tingkat ketulian di atas 90 dB.
b. Hard of Hearing, atau kurang dengar, yaitu penyandang tunarungu
ringan atau sedang, dengan derajat ketulian 20 – 90 dB.
2. Klasifikasi khusus
a. Tunarungu ringan, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami
tingkat ketulian 25– 45 dB.
Yaitu sesorang yang mengalami ketunarunguan taaf ringan, dimana
ia mengalami kesulitan untuk merespon suara-suara yang
datangnya agak jauh. Pada kondisi yang demikian, seseorang anak
secara pedagogis sudah memerlukan perhatian khusus dalam
belajarnya di sekolah, misalnya dengan menempatkan tempat
duduk di bagian depan, yang dekat dengan guru.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 19


b. Tunarungu sedang, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami
tingkat ketulian 46 – 70 dB.
Yaitu seseorang yang mengalami ketunarunguan taraf sedang,
dimana ia hanya dapat mengerti percakapanpada jara 3-5 feet
secara berhadapan, tetapi tidak dapt mengikuti diskusi-diskusi di
kelas. Untuk anak yang mengalami ketunarunguan taraf ini
memerlukan adanya alat bantu dengar (hearing aid), dan
memerlukan pembinaan komunikasi, persepsi bunyi dan irama.

c. Tunarungu berat, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami


tingkat ketulian 71 – 90 dB.
Sesorang yang mengalami ketunarunguan taraf berat, hanya dapat
merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang sangat dekat dan
diperkeras. Siswa dengan kategori ini juga memerlukan alat bantu
dengar dalam mengikuti pendidikannya di sekolah. Siswa juga
sangat memerlukan adanya pembinaan atau latihan-latihan
komunikasi dan pengembangan bicaranya.

d. Tunarungu sangat berat (profound), yaitu penyandang tunarungu


yang mengalami tingkat ketulian 90 dB ke atas.
Pada taraf ini, mungkin seseorang sudah tidak dapat merespon
suara sama sekali, tetapi mungkin masih bisa merespon melalui
getarangetaran suara yang ada. Untuk kegiatan pendidikan dan
aktivitas lainnya, penyandang tunarungu kategori ini lebih
mengandalkan kemampuan visual atau penglihatannya.

B. Kebutuhan Pembelajaran Tunarungu/Tunawicara


Kebutuhan pembelajaran anak tunarungu/tunawicara, secara umum
tida berbeda dengan anak pada ummnya. Yang dispesifikkan pada
pengembangan persepsi bunyi dan komunikasi. Ada beberapa metode dalam
mengembangkan kemampuan komunikasi anak tunarungu, sebagai berikut :
1. Metode oral, yaitu cara melatih anak tunarungu dapat berkomunikasi
secara lisan (verbal) dengan lingkungan orang mendengar. Dalam hal

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 20


ini perlu partisipasi lingkungan anak tunarungu untuk berbahasa secara
verbal.
2. Membaca ujaran. Dalam dunia pendidikan membaca ujaran sering
disebut juga dengan membaca bibir (lip reading). Membaca ujaran
yaitu suatu kegiatan yang mencakup pengamatan visual dari bentuk dan
gerak bibir lawan bicara sewaktu dalam prosesbicara. Membaca ujaran
mencakup pengertian atau pemberian makna padaapa yang diucapkan
lawan bicara di mana ekspresi muka dan pengetahuan bahasa turut
berperan. Ada beberapa kelemahan dalam menerapkan membaca
ujaran, yaitu (1) tidak semua bunyi bahasa dapat terlihat pada bibir, (2)
ada persamaan antara berbagai bentuk bunyi bahasa, misalnya bahasa
bilabial (p,b,m), dental (t,d,n) akan terlihat mempunyai bentuk yang
sama pada bibir, (3) lawan bicara harus berhadapan dan tidak terlalu
jauh, (4) pengucapan harus pelan dan lugas.
3. Metode manual. Metode manual yaitu cara mengajar atau melatih anak
tunarungu berkomunikasi dengan isyarat atau ejaan jari. Bahasa manual
atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau gerakan tangan yang
ditangkap melalui penglihatan atau suatu bahasa yang menggunakan
modalitas gesti-visual. Bahasa isyarat mempunyai beberapa komponen,
yaitu (1) ungkapan badaniah; (2) bahasa isyarat lokal;dan (3) bahasa
isyarat formal. Ungkapan badaniah meliputi keseluruhan ekspresi badan
seperti sikap badan tentang ekspresi muka (mimik), pantomimik, dan
sugesti yang dilakukan orang secara wajar dan alamiah. Ungkapan
badaniah tidak dapat digolongkan sebagai suatu bahasa dalam arti
sesungguhnya. Walaupun lambang atau isyaratnya dapat berfungsi
sebagai media komunikasi. Bahasa isyarat lokal yaitu suatu ungkapan
manual dalam bentuk isyarat konvensional berfungsi sebagai pengganti
kata. Bahasa isyarat lokal berkembang di antara para tunarungu melalui
konvensi (kesepakatan). Bahasa isyarat formal adalah bahasa nasional
dalam isyarat yang biasanya menggunakan kosa kata isyarat dan dengan
struktur bahasa yang sama persis dengan bahasa lisan. Di Indonesia
dikenal sebagai Isyando.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 21


4. Ejaan jari. Ejaan jari adalah penunjang bahasaisyarat dengan
menggunakan ejaan jari. Ejaan jari secara garis besar dapat
dikelompokan dalam tiga jenis, yaitu (1) ejaan jari dengan satu tangan
(one handed), (2) ejaaan jari dengan kedua tangan (two handed), dan
(3) ejaan jari campuran dengan menggunakan satu tangan atau dua
tangan.
5. Komunikasi total. Komunikasi total merupakan upaya perbaikan dalam
mengajarkan komunikasi bagi anak tunarungu. Istilah komunikasi total
pertama hali dicetuskan oleh Holcomb (1968) dan dikembangkan lebih
lanjut oleh Denton (1970) dalam Permanarian Somad dan Tatti
Hernawati (1996). Komunikasi total merupakan cara berkomunikasi
dengan menggunakan salah satu modus atau semua cara komunikasi
yaitu penggunaan sistem isyarat, ejaan jari, bicara, baca ujaran,
amplifikasi, sugesti, pantomimik, menggambar dan menulis serta
pemanfaatan sisa pendengaran sesuai kebutuhan dan kemampuan
seseorang.

Penggunaan salah satu, atau pun gabungan antar metode diatas dapat
dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal di bawah ini dalam kegiatan
belajar pembelajaran terhadap anak tunarungu, sebagai berikut :
1. Tidak mengajak anak untuk berbicara dengan cara
membelakanginya
2. Anak hendaknya didudukkan paling depan, sehingga memiliki
peluang untuk mudah membaca bibir guru.
3. Perhatikan postur anak yang sering memiringkan kepala untuk
mendengarkan.
4. Dorong anak untuk selalu memperhatikan wajah guru, bicaralah dengan
anak dengan posisi berhadapan dan bila memungkinkan kepala guru
sejajar dengan kepala anak.
5. Guru bicara dengan volume biasa tetapi dengan gerakan bibirnya
yang harus jelas.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 22


C. Pendalaman Materi
Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling tepat, pada setiap item
berikut ini;

1. Kemampuan akademis anak-anak tunarungu menunjukkan ....


A. Lebih rendah dari anak normal
B. Memiliki kemampuan di atas rerata normal
C. Tidak berbeda dengan anak normal
D. Disertai keterbelakangan mental

2. Dalam pergaulan atau bersosialisasi tunarungu sering menunjukkan


sikap ....
A. Curiga
B. Minder
C. Mudah marah
D. Agresif

3. Hilangnya indera pendengaran secara mekanis akan mengakibatkan


anak tunarungu dalam menghadapi sesuatu menunjukkan sikap ....
A. Mudah terkejut
B. Selalu terikat oleh waktu
C. Lamban bereaksi
D. Tidak peduli

4. Hilangnya pendengaran mengakibatkan anak tunarungu tidak pernah


menerima bunyi bahasa sehingga tunarungu selalu berkaitan dengan ....
A. Gangguan emosi
B. Kemampuan akademik
C. Gangguan wicara
D. Gangguan motorik

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 23


5. Tunarungu adalah seseorang yang mengami kelainan fungsi pendengan
pada taraf ....
A. Ringan sampai berat
B. Berat
C. Sedang
D. Ringan

6. Anak tunarungu dikategorikan kurang dengar atau hard of hearing,


apabila yang bersangkutan memiliki tingkat pendengaran ....
A. Lebih dari 90 dB
B. Kurang dari 90 dB
C. 46 – 70 dB
D. 71 – 90 dB

7. Sedang anak tunarungu yang dikategorikan tuli total atau the deaf,
apabila yang bersangkutan memiliki tingkat pendengaran taraf....
A. Lebih dari 90 dB
B. Kurang dari 90 dB
C. 46 – 70 dB
D. 71 – 90 dB

8. Isyando merupakan bahasa isyarat....


A. lokal
B. mimik
C. ungkapan badaniah
D. formal

9. Audiometer merupakan alat untuk....


A. mengukur pendengaran
B. membantu mendengarkan
C. mempergakan pendengaran
D. memaknai pendengaran

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 24


10. Alat di bawah ini yang paling tepat untuk membenahi artikulasi anak
adalah....
A. audiometer
B. spatel
C. cermin
D. garutala

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Bandingkanlah jawaban saudara dengan kunci jawaban yang
terdapat pada akhir bab ini. Untuk mengetahui tingkat penguasaan saudara
terhadap materi ini, hitunglah dengan menggunakan rumus:

Jumlah jawaban yang benar


Tingkat penguasaaan = x 100
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :


90 – 100 = baik sekali
80 – 89 = baik
70 – 79 = cukup
< 70 = kurang

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 25


Kunci Jawaban
1. C
2. D
3. A
4. C
5. A
6. B
7. A
8. D
9. A
10. B

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 26


BAB IV
KARAKTERISTIK DAN
KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
TUNADAKSA
A. Karakteristik Tunadaksa (Anak Dengan Kelainan Anggota Tubuh
atau Gerakan)
Ilustrasi

Pada suatu kesempatan, beberapa orang guru dari sekolah


umum mengunjungi lembaga yang anak-anak cacat. Di sana
mereka melihat adanya berbagai macam kelainan yang dialami
oleh anak, ada yang anggota tubuhnya tidak lengkap, ada yang
lumpuh, ada cara berjalannya tidak sempurna, atau ada pula
yang hanya bisa berguling-guling. Merekapun berfikir, apa
sebenarnya yang membedakan mereka.

Tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik, atau


cacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang
mengalami kelainan gerak dan kelumpuhan (tulang, sendi, otot). Anak
tunadaksa mengalami ganguan gerak karena kelayuan otot, atau gangguan
fungsi syaraf otak, yang sering disebut sebagai cerebral palsy (CP).
Karakteristik anak tunadaksa terdiri dari segi fisik, kemampuan
akademik, Motorik, dan Sosial – emosional, yang dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Segi fisik, jelas menampakkan adanya kelumpuhan atau kelainan
baik fisik maupun motoriknya. Peristilahan dalam kelumpuhan
dibagi menurut daerah kelumpuhannya. Kelumpuhan sebelah badan
disebut hemiparalise, kelumpuhan kedua anggota gerak bawah
disebut paraparalise.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 27


b. Segi kemampuan akademik, untuk tunadaksa ringan tidak berbeda
dengan anak-anak normal pada umumnya. Sedangkan untuk
tunadaksa berat terutama bagai anak yang mengalami gangguan
neuro-muscular sering disertai dengan keterbelakangan mental.
Menurut Hardman (1990) dalam Suparno menyatakan bahwa sekitar
45% anak tunadaksa mengalami keterbelakangan mental, dan 35% -
nya lagi mempunyai tingkat kecerdasan normal dan diatas rata-rata.
Sedangkan sisanya cenderung dibawah rata-rata.
c. Segi motorik pada anak tunadaksa dilihat dari tingkatannya. Untuk
tunadaksa berat, banyak yang mengalami gangguan bicara
disebabkan oleh kelainan motorik otot – otot wicara terutama pada
organ artikulasi seperti lidah, bibir, dan rahang bawah.
d. Sosial – emosional. Respon dan sikap masyarakat terhadap kelainan
pada anak tunadaksa, mempengaruhi pembentukan pribadi anak
secara umum. Sikap atau penerimaan masyarakat terhadap anak
tunadaksa dapat memunculkan keadaan anak yang merasa rendah
diri atau kepercayaan dirinya kurang, mudah tersinggung, dan suka
menyendiri, serta kurang dapat menyesuaiakan diri dan bergaul
dengan lingkungan.

Ciri – ciri anak tunadaksa meliputi beberapa hal, sebagai berikut; (1)
Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam; (2) Terdapat bagian
anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa;
(3) Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak
terkendali, bergetar); (4) Terdapat cacat pada anggota gerak; (5) Anggota
gerak layu, kaku, lemah/lumpuh.
Menurut tingkat kelainannya, anak tunadaksa dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, sebagai berikut :
1. Cerebral palsy (CP), yang terbagi menjadi beberapa kategori yakni :
a. Ringan, dapat berjalan tanpa alat bantu, mampu berbicara dan
dapat menolong dirinya sendiri.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 28


b. Sedang, memerlukan bantuan untuk berjalan, latihan berbicara, dan
mengurus diri sendiri.
c. Berat, memerlukan perawatan tetap dalam ambulansi, berbicara,
dan menolong diri sendiri.
2. Berdasarkan letak kelumpuhan atau kelainan pada anak tunadaksa,
sebagai berikut :
a. Spastic, kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya.
b. Dyskenisia, gerakannya tak terkontrol (athetosis), serta terjadinya
kekakuan pada seluruh tubuh yang sulit digerakkan (rigid).
c. Ataxia, gangguan keseimbangan, koordinasi mata dan tangan tidak
berfungsi, dan cara berjalannya gontai.
d. Campuran, yang mengalami kelainan ganda
3. Polio yang terbagi menjadi empat tipe, sebagai berikut :
a. Tipe spinal, kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan
dan kaki
b. Tipe bulbair, kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih saraf
tepi yang menyebabkan adanya gangguan pernapasan.
c. Tipe bulbispinalis, gangguan antara tipe spinal dan bulbair.
d. Encephalitis, yang umumnya ditandai dengan adanya demam,
kesadaran menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang.

B. Kebutuhan Pembelajaran Tunadaksa


Sebelum membahas tentang kebutuhan pembelajaran pada anak
tunadaksa. Guru harus memperhatikan beberapa hal yaitu; (1) segi
kesehatan anak tunadaksa (apakah memiliki kelainan khusus selain ke-
tunadaksaan yang dimiliki?); (2) kemampuan gerak dan mobilitasnya saat
melakukan kegiatan sehari-hari guna menunjang proses pembelajaran, (3)
kemampuan komunikasi anak tunadaksa dengan menggunakan alat
komunikasi yang digunakannya baik lisan, tulisan, ataupun isyarat; (4)
kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari – hari, contohnya berpakaian,
makan, mandi, dll.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 29


Kebutuhan pembelajaran pada anak tunadaksa secara spesifik adalah
pada bina gerak. Menurut Mangunsong dkk (1998) (dalam Suparno (2007))
menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran tunadaksa
perlu memperhatikan tiga hal, sebagai berikut: (1) Pendekatan
multidisipliner dalam programrehabilitasi anak tunadaksa; (2) Program
pendidikan sekolah; dan (3) Layanan bimbingan dan konseling.
Pendekatan multidisipliner merupakan pembelajaran yang
melibatkan berbagai ahli terkait secara terpadu dan integrated dalam rangka
mengoptimalkan memampuan yang dimiliki oleh anak tunadaksa. Beberapa
ahli terkait memberikan layanan rehabilitasi adalah ahli medis (dokter),
dokter tulang, dokter syaraf, ahli pendidikan, psikolog, pekerja sosial,
konselor, ahli fisioterapi, ahli terapi okupasi, dan ahli pendidikan khusus.
Untuk mempersiapkan anak tunadaksa, apakah mampu atau tidak dalam
mengikuti program pendidikan yang berkelanjutan.
Program pendidikan sekolah bagi mereka yang tidak mengalami
kelainan mental sehingga relatif sama dengan anak normal. Hanya bina
gerak masih terus dikembangkan melalui fisioterapi dan terapi okupasi,
utamanya untuk perbaikan motoriknya. Orientasi pembelajaran juga lebih
bersifat individu, walaupun dapat juga secara klasikal. Bagi anak cerebral
palcy, bina gerak masih terus diupayakan agar anak memperoleh
perkembangan yang optimal.
Layanan bimbingan dan konseling diarahkan untuk mengembangkan
“self respect” (menghargai diri sendiri). Sunarya Kartadinata, (dalam
Suparno (2007)) menyatakan bahwa anak tunadaksa perlu mengembangkan
self-respect, yaitu menghargai diri sendiri dengan cara menerima diri sesuai
dengan apa adanya, sehingga anak merasa bahwa dirinya adalah sebagai
seorang pribadi yang berharga.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 30


C. Pendalaman Materi
Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling tepat, pada setiap item
berikut ini;

1. Berdasarkan letak kelainan anak tunadaksa pada hakekatnya


diklasifikasikan sebagai berikut, kecuali....
A. Spastic
B. bulbair
C. Dyskenesia
D. Ataxia

2. Anak tunadaksa yang termasuk kategori cerebral palcy (CP) taraf


sedang, dalam aktivitasnya ....
A. Tidak membutuhkan bantuan
B. Masih bisa berjalan dengan baik
C. Memerlukan bantuan dalam berjalan
D. Tidak dapat berjalan
3. Pada hakikatnya anak tunadaksa yang termasuk kategori polio, tipe
spinal mengalami kelumpuhan pada ....
A. Fungsi motoriknya
B. Tangan dan kaki
C. Saraf tepi
D. Tremor
4. Gangguan atau kelainan neuro-muscular terjadi pada anak tunadaksa
jenis ....
A. Polio
B. Cerebral palsy
C. Amputasi
D. Terbelakang mental

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 31


5. Tunadaksa yang sering disertai denganketerbelakangan mental adalah
….
A. Cerebral palsy
B. Tunadaksa ringan
C. Polio
D. Amputasi

6. Karakteristik emosi-sosial tunadaksa menunjukkan ....


A. Mudah tersinggung
B. Mudah curiga
C. Minder (kurang percya diri)
D. Mudah marah

7. Layanan binagerak dan aksesibilitas lebih diutamakan bagi anak....


A. tunadaksa
B. tunarungu
C. tunanetra
D. tunawicara

8. Layanan sensomotorik dan mengurus diri sendiri lebih diutamakan bagi


anak....
A. tunarungu
B. tunalaras
C. tunagrahita
D. tunadaksa

9. Manik-manik, benang crayon, wash, lotion merupakan alat untuk


pembelajaran....
A. artikulasi
B. motorik kasar
C. sensomotorik
D. terapi

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 32


10. Bola kecil, bola besar, dan alat keseimbangan merupakan fasilitas untuk
pembelajaran....
A. artikulasi
B. motorik kasar
C. sensomotorik
D. motorik halus

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Bandingkanlah jawaban saudara dengan kunci jawaban yang
terdapat pada akhir bab ini. Untuk mengetahui tingkat penguasaan saudara
terhadap materi ini, hitunglah dengan menggunakan rumus:

Jumlah jawaban yang benar


Tingkat penguasaaan = x 100
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :


90 – 100 = baik sekali
80 – 89 = baik
70 – 79 = cukup
< 70 = kurang

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 33


Kunci Jawaban
1. B Bulbair
2. C Memerlukan bantuan dalam berjalan
3. B Tangan dan kaki
4. B Cerebral palsy
5. A Cerebral palsy
6. C Minder (kurang percya diri)
7. A Tunadaksa
8. D Tunadaksa
9. C sensomotorik
10. B motorik kasar

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 34


BAB V
KARAKTERISTIK DAN
KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
TUNAGRAHITA
A. Karakteristik Tunagrahita (Anak Dengan Retardasi Mental)
Ilustrasi
Nani seorang siswa kelas 1 SD, dia berpenampilan rapi seperti
teman-teman lainnya, tetapi jarang terlihat bermain bersama
teman-temannya pada saat istirahat, dia lebih banyak diam.
Pada saat pelajaran di dalam kelas Nani lebih banyak terdiam
pasive, seperti orang yang bingung. Jika diberi tugas oleh guru
dia lebih tidak tahu perintah apa yang harus dikerjakan,
apalagi jika beberapa tugas diberikan dalam satu instruksi
sekaligus. Dalam pelajaran bidang akademik Nanik baik
membaca, menulis maupun berhitung dia tidak mampu
mengerjakan, pada buku catatannya hanya terlihat coret-coret
gambar yang tidak jelas maksudnya. Setelah gurunya curiga
terhadap perilaku Nani, maka dia dikonsultasikan pada ahli
perkembangan anak dan ternyata dinyatakan tunagrahita
karena berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis Nani memiliki
kapasitas intelektual IQ 65.

Tunagrahita adalah seorang anak yang mengalami hambatan dan


keterbelakangan mental – intelektual sehingga memiliki kapasitas IQ di
bawah 70, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya.
Seseorang didiagnosa tunagrahita, jika memiliki tiga indikator atau
karakteristik sebagai berikut: (1) keterlambatan fungsi kecerdasan secara
umum atau IQ dibawah 70, (2) ketidakmampuan dalam beradaptasi dengan

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 35


lingkungan sosial, (3) terdapat hambatan perilaku sosial/adaptif yang teejadi
pada usia perkembangan yaitu sampai dengan usia 18 tahun.
Anak tungrahita berdsarkan tingkat kecerdsan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut menurut AAMD (Amin, 1995:22-24) :
a. Tunagrahita ringan memiliki IQ 70-55
Anak tunagrahita ini dalam penyesuaian sosial maupun bergaul, mampu
menyesuaikan diri pada lingkungan sosial yang lebih luas dan mampu
melakukan pekerjaan setingkat semi terampil.

b. Tunagrahita sedang memiliki IQ 55-40


Anak tunagrahita ini mampu melakukan keterampilan mengurus diri
sendiri (self-helf); mampu mengadakan adaptasi sosial di lingkungan
terdekat; dan mampu mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu
pengawasan.

c. Tunagrahita berat memiliki IQ 40-25


Anak tunagrahita ini sepanjang kehidupannya selalu tergantung bantuan
dan perawatan orang lain. Masih mampu dilatih mengurus sendiri dan
berkomunikasi secara sederhana dalam batas tertentu.

d. Tunagrahita berat sekali memiliki IQ <25


Anak tunagrahita ini sepanjang kehidupannya selalu tergantung bantuan
dan perawatan orang lain. Belum mampu mengurus sendiri dan sedikit
berkomunikasi secara sederhana dalam batas tertentu. Mereka memiliki
tingkat kecerdasan (IQ) kurang dari 25.

Contoh perbedaan kemampuan belajar dan penyelesaian tugas


anak tunagrahita berdasarkan ekuivalensi usia kalender (CA) dengan
Usia Mental (MA) sebagai berikut:

Nama Umur IQ Umur Kemampuan mempelajari dan Keterangan


(CA) kecerdasan mengerjakan tugas
(MA)
Si A 10 th 100 10 tahun Ia tidak kesulitan mempelajari Normal

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 36


kemampuan tugas-tugas
seumurnya karena CA-nya,
sama dengan MA-nya
Si B 10 th 70–55 7–5,5 Ia dapat mempelajari materi Tunagrahita
tahun pembelajaran/tugas anak usia ringan
5,5 tahun sampai dengan 7
tahun
Si C 10 th 55-40 5,5 - 4 Ia dapat mempelajari materi Tunagrahita
tahun pembelajaran/tugas anak usia sedang
4 tahun sampai dengan 5,5
tahun
Si D 10 th 40-25 4 - 2,5 Ia dapat mempelajari materi Tunagrahita
tahun pembelajaran/tugas anat usia 4 berat
tahun sampai 2,5 tahun
Si E 10 th < 25 < 2,5 Ia dapat mempelajari materi Tunagrahita
tahun pembelajaran/tugas anak usia berat sekali
2,5 tahun ke bawah

Klasifikasi anak tungrahita berdasarkan pandangan pendidikan dapat


dikelompokkan menjadi Educable mentally retarded, Trainable mentally
retarded dan Totally / costudial dependent yang diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia menjadi mampu didik, mampu latih, dan perlu rawat.
Mampu didik, dimana anak ini setingkat mild, Borderline, Marginally
dependent, moron, dan debil. IQ mereka berkisar 50/55-70/75 atau setara
dengan tingkat tunagrahita ringan. Mampu latih setingkat dengan
Morderate, semi dependent, imbesil, dan memiliki tingkat kecerdasan IQ
berkisar 20/25-50/55 atau setara dengan tingkat tunagrahita sedang dan
berat. Perlu rawat, mereka termasuk Totally dependent or profoundly
mentally retarded, severe, idiot, down syndrome dan tingkat kecerdasannya
0/5-20/25 setara dengan tingkat tunagrahita berat sekali.
Di bawah ini adalah beberapa ciri – ciri fisik anak tunagrahita, sebagai
berikut :
1. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar
2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia
3. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan
4. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 37


B. Kebutuhan Pembelajaran Tunagrahita
Pendekatan dalam pembelajaran bagi anak tunagrahita lebih
diarahkan pada pendekatan pembelajaran indivudual dan pendekatan
pembelajaran remidiatif. Pendekatan pembelajaran individual didasarkan
pada asesment kemampuan anak untuk mengembangkan sisa potensi yang
ada dalam dirinya. Tujuan utama pembelajaran bagi anak tunagrahita adalah
penguasaan kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari dalam mengelola
diri sendiri. Untuk mencapai itu perlu pembelajaran mengurus diri sendiri
dan pengembangan keterampilan vocational terbatas sesuai dengan
kemampuannnya dan tingkat kecerdasan (IQ).
Pendidikan khusus bagi anak tunagrahita meliputi latihan senso
motorik, terapi bermain dan okupasi, dan latihan mengurus diri sendiri.
Pendekatan pembelajaran dilakukan secara individual dan remidiatif.
Perkembangan kemampuan anak berdasarkan tingkat kemampuan
kognitifnya. Anak yang ber IQ 55 – 70 berbeda dengan yang ber IQ 35 – 55.
dalam sebaran IQ tersebut juga berbeda dalam pembelajaran masing-
masing.
Pembelajaran pada anak tunagrahita perlu juga memperhatikan
tentang tingkat kemahiran anak tungrahita dalam memecahkan masalah,
cara anak tunagrahita dalam melakukan generalisasi dan transfer sesuatu
yang baru, serta memperhatikan minat dan perhatian anak tungrahita
terhadap penyelesaian tugas.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 38


C. Pendalaman Materi
Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling tepat, pada setiap item
berikut ini;

1. Secara umum anak tunagrahita, dikelompokkan menjadi beberapa


kategori berikut ini, kecuali ....
A. Ringan (mild)
B. Sangat ringan (slow learner)
C. Sedang (moderate)
D. Berat (severe)

2. Anak tunagrahita yang dikategorikan sebagai anak mampulatih


(imbecil) apabila yang bersangkutan memikili tingkat kecerdasan ....
A. lebih dari 70
B. Antara 51 - 70
C. Antara 31 - 50
D. Kurang dari 30

3. Sedangkan anak tunagrahita yang dikategorikan sebagai anak


mampudidik (debil) apabila yang bersangkutan memikili tingkat
kecerdasan ....
A. lebih dari 70
B. Antara 51 - 70
C. Antara 31 - 50
D. Kurang dari 30

4. Anak-anak tunagrahita kategori berat atau sangat berat, pada umumnya


secara pedagogis dikatakan sebagai anak ....
A. lambat belajar
B. Mampu didik
C. mampu latih
D. mampu rawat

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 39


5. Anak – anak tunagrahita yang dikategorikan sebagai downs syndrom,
ditunjukkan adanya ciri-ciri ....
A. kepala besar
B. Kepala kecil
C. Kepala berair
D. Mata sipit

6. Anak tunagrhita ringan memiliki kapasitas inteligensi (IQ) ....


A. >70
B. <90
C. >70
D. Antara 50 – 70

7. Istilah lain dari tunagrahita adalah, kecuali ....


A. Slow learners
B. Terbelakang mental
C. Tunamental
D. Moron

8. Anak mampulatih memiliki kapasitas inteligensi (IQ) ....


A. 50 -70
B. 70 – 90
C. 30 – 50
D. Kurang dari 30

9. Ada seorang anak diketahui tunagrahita, yang memiliki ciri mata sipit,
bibir tebal, sulit bicara, tubuh pendek kelit agak kasar, anak ini dikenal
dengan tipe klinis ....

A. Hidro cephalus
B. Micro cephalus
C. Down’s syndrome

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 40


D. Debil

10. Anak tunagrahita yang sudah tidak mampu dididik dan dilatih dikenal
dengan istilah ....
A. Debil
B. Imbesil
C. Moron
D. Idiot

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Bandingkanlah jawaban saudara dengan kunci jawaban yang
terdapat pada akhir bab ini. Untuk mengetahui tingkat penguasaan saudara
terhadap materi ini, hitunglah dengan menggunakan rumus:

Jumlah jawaban yang benar


Tingkat penguasaaan = x 100
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :


90 – 100 = baik sekali
80 – 89 = baik
70 – 79 = cukup
< 70 = kurang

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 41


Kunci Jawaban
1. B Sangat ringan (slow learner)
2. C Antara 31 – 50
3. B Antara 51 – 70
4. D Mampu rawat
5. D Mata sipit
6. D Antara 50 – 70
7. A Slow learner
8. C 30 – 50
9. C Down syndrome
10. D Idiot

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 42


BAB VI
KARAKTERISTIK DAN
KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
ANAK BERBAKAT &
KECERDASAN LUAR BIASA

A. Karakteristik Anak yang Berbakat atau Memiliki Kemampuan dan


Kecerdasan Luar Biasa
Ilustrasi
Edo adalah seorang anak kelas 3 sebuah SD, dia termasuk anak yang
rajin dan disiplin dalam segala hal. Dalam pergaulan dengan tema-
temannya Edo terlihat menonjol, dia sering terlihat memimpin teman-
temannya dalam permainan, dan dia juga terlihat sangat disenangi
oleh teman-temannya dalam pergaulan. Pada bidang akademik
ternyata Edo memiliki prestasi yang sangat baik semua mata
pelajaran prestasi belajarnya ada di atas rerata kelas Edo adalah
bintang di kelasnya. Para guru sangat senang dengan perilaku Edo
karena setiap diberikan tugas dia selalu berusaha menyelesaikan
sesuai dengan perintah atau tugas yang dibebankan kepadanya,
selain itu dia juga sering mencoba sesuatu yang baru. Setelah
diadakan pemeriksaan psikologis di sekolah ternya Edo memang
memiliki kapasitasd intelektual atau IQ yang lebih di bandingkan
dengan teman-temannya yaitu 132, ini salah satu kriteria anak
berbakat.

Anak yang memiliki kecerdasan luar biasa (gifted) dan anak yang
berbakat (talented) adalah anak yangn memiliki potensi intelegensi, inovasi,
kreativitas dan tanggung jawab pada tugasnya (task commitment) di atas
anak – anak seusianya. Menurut Semiawan (1997) menyatakan bahwa

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 43


diperkirakan satu persen dari populasi total penduduk Indonesia yang
rentangan IQ sekitar 137 ke atas, merupakan manusia berbakat tinggi
(highly gifted), sedangkan mereka yang rentangannya berkisar 120-137
yaitu yang mencakup rentangan 10 persen di bawah yang satu persen itu
disebut moderately gifted.Mereka semua memiliki talen akademik
(academic talented).
Karakteristik yang Nampak dari anak – anak gifted and talented
menurut Kirby dan Kitato dalam Suparno dan Heri Purwanto (2007),
sebagai berikut :
1. Karakteristik Intelektual
a. Proses belajarnya sangat cepat
b. Tekun dan rasa ingin tahu yang besar
c. Rajin membaca
d. Memiliki perhatian yang lama dalam suatu bidang khusus
e. Memiliki pemahaman yang sangat majau terhadap suatu konsep
f. Memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik
2. Karakteristik Sosial-emosional
a. Mudah diterima teman-teman sebaya dan orang dewasa
b. Melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial, dan memberikan
sumbangan pemikiran yang konstruktif
c. Kecenderungan sebagai pemisah dalam suatu pertengkaran
d. Memiliki kepercayaan tentang persamaan derajat semua orang, dan
jujur
e. Perilakunya tidak defensif, dan memiliki tenggang rasa
f. Bebas dari tekanan emosi, dan mampu mengontrol emosinya sesuai
situasi, dan merangsang perilaku produktif bagi oranglain.
g. Memiliki kapasitas yang luar biasa dalam menanggulangi masalah
sosial.
3. Karakteristik Fisik-kesehatan
a. Berpenampilan rapi dan menarik
b. Kesehatannya berada lebih baik di atas rata-rata

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 44


Dengan adanya jabaran karakteristik anak gifted and talented diatas, kita
dapat menarik beberapa ciri – ciri anak dengan kecerdasan luar biasa dan
anak berbakat (talented). Beberapa ciri – ciri anak kecerdasan luar biasa
(gifted), sebagai berikut :
a. Membaca pada usia lebih muda, lebih cepat, dan memiliki
perbendaharaan kata yang luas
b. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat, minat yang cukup tinggi
c. Mempunyai inisiatif, kreatif dan original dalam menunjukkan
d. Mampu memberikan jawaban-jawaban atau alasan yang logis,
sistimatis dan kritis
e. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
f. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama
terhadap tugas atau bidang yang diminati
g. Senang mencoba hal-hal baru
h. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang
tinggi, Mempunyai daya imajinasi dan ingatan yang kuat
i. Senang terhadap kegiaan intelektual dan pemecahan-pemecahan
masalah
j. Cepat menangkap hubungan sebab akibat
k. Tidak cepat puas atas prestasi yang dicapainya
l. Lebih senang bergaul dengan anak yang lebih tua usianya
m. Dapat menguasai dengan cepat materi pelajaran

Sedangkan ciri – ciri anak berbakat (talented) adalah yang memiliki


kemampuan tinggi dalam bidang tertentu. Misalnya memiliki kemampuan
tinggi dalam bidang IPA, matematika, bahasa, kepemimpinan,
psikomotorik, dan seni.
Klasifikasi yang menonjol bagi anak – anak gifted/genius and
talented adalah tingkat intelegensinya yang berdasarkan standart Stanford
Binet, yaitu:
1. Kelompok Kategori rata-rata tinggi, dengan tingkat intentelektual (IQ):
110 – 119

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 45


2. Kelompok kategori superior, dengan tingkat intelektual (IQ) :120 – 139,
dan
3. Kelompok kategori sangat superior, dengan tingkat intelektual (IQ)
:140 – 169

B. Kebutuhan Pembelajaran Anak Gifted dan Talented


Menurut Kartadinata, dkk (1998/1999) menyatakan bahwa
pembelajaran bagi anak berbakat di sekolah dasar dilakukan melalui dua
tahap, yaitu tahap penjaringan (screening) dan an tahap seleksi
(identifikasi). Dalam tahap penjaringan dilakukan oleh guru dengan
menganalisis hasil belajar anak dan menganalisis hasil observasi komitmen
anak akan tugas dan kreativitasnya. Mereka yang mempunyai kreativitas
tinggi, komitmen akan tugas yang tinggi, dan prestasi belajar di atas rata-
rata dipromosikan sebagai anak berbakat. Langkah selanjutnya adalah
kerjasama dengan psikolog dan konselor untuk menentukan IQ dan bakat
anak.
Setelah kita mengetahui keberbakatan anak, langkah selanjutnya
menentukan pembalajaran bagi mereka. Ada beberapa macam layanan
pembelajaran bagi anak berbakat dan luar biasa, yaitu :
1 Program pengayaan horisontal, yaitu:
a. mengembangkan kemampuan eksplorasi.
b. mengembangkan pengayaan dalam arti memperdalam
dan memperluas hal-hal yang ada di luar kurikulum biasa
c. excekutif intensive dalam arti memberikan kesempatan
untuk mengikuti program intensif bidang tertentu yang
diminati secara tuntas dan mendalam dalam waktu
tertentu
2 Program pengayaan vertikal, yaitu:
a. Acceleration, percepatan/maju berkelanjutan dalam
mengikuti program yang sesuai dengan kemampuannya,

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 46


dan jangan dibatasi oleh jumlah waktu, atau tingkatan
kelas.
b. Independent study, memberikan seluas-luasnya kepada
anak untuk belajar dan menjelajahi sendiri bidang yang
diminati.
c. Mentorship, memadukan antara yang diminati anak
gifted dan tallented dengan para ahli yang ada di
masyarakat.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 47


C. Pendalaman Materi
Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling tepat, pada setiap item
berikut ini;

1 Anak-anak berbakat, pada hakekatnya anak-anak berkebutuhan khusus


yang memiliki kecerdasan ....
A. Rata-rata normal
B. Satu tingkat di atas rata-rata
C. Dua tingkat di atas rata-rata
D. Di atas rata-rata normal

2 Anak-anak berbakat yang dikategorikan sebagai superior menurut


stanfor Binet, apabila yang bersangkutan memiliki tingkat kecerdasan
....
A. 110 – 119
B. 120 – 139
C. 140 – 169
D. Di atas 169

3 Anak-anak berbakat yang dikategorikan sebagai superior menurut


stanfor Binet, apabila yang bersangkutan memiliki tingkat kecerdasan
....
A. 110 – 119
B. 120 – 139
C. 140 – 169
D. Di atas 169

4 Pada dasarnya klasifikasi anak-anak berbakat itu, secara pedagogis cara


pengelompokkannya ....
A. Sama dengan anak-anak lainnya
B. Berbeda dengan anak-anak lainnya
C. Sebagian besar sama dengan anak lainnya

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 48


D. Sebagian besar berbeda dengan anak lainnya

5 Secara umum anak-anak berbakat, sebagaimana yang dituangkan dalam


aturan perundang-undangan, mengacu pada ....

A. Intelektual umum dan akademik


B. Berfikir kreatif dan produktif
C. Kecerdasan spiritual
D. Kecerdasan emosional

6 Jika ada seorang anak dia memiliki prestasi belajar tinggi di atas rata-
rata kelas, dan ternyata memang memiliki kapasitas intelektual (IQ) 130
maka anak ini termasuk anak ....
A. Genius
B. Pandai
C. Cepat belajar
D. Berbakat

7 Salah satu ciri emosi sosialanak berbakat adalah ....


A. Mudah tersinggung
B. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru
C. Suka menghindar dari permasalahan
D. Kurang dapat menerima teman

8 Anak usia 4 tahun duduk di TK, dia selalu bertanya terlihat seakan-akan
memiliki rasa ingin tahun yang cukup tinggi, dia sulit sekali untuk
duduk diam berkonsentrasi seperti teman-temanya, melihat gejala ini
maka anak tersebut termasuk anak ....
A. Normal
B. Berbakat
C. Hiperaktive
D. Gangguan emosi

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 49


9 Anak yang terlihat memiliki prestasi cukup baik, tetapi selalu
menghindar jika akan diadakan kompetisi dengan berbagai alasan,
maka anak tersebut sebanarnya adalah anak ....
A. Berbakat
B. Normal
C. Gifted
D. Gangguan emosi

10 Di bawah ini adalah karakteristik anak berbakat kecuali ....


A. Kreative
B. Mudah Bergaul
C. Toleran
D. Egois

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Bandingkanlah jawaban saudara dengan kunci jawaban yang
terdapat pada akhir bab ini. Untuk mengetahui tingkat penguasaan saudara
terhadap materi ini, hitunglah dengan menggunakan rumus:

Jumlah jawaban yang benar


Tingkat penguasaaan = x 100
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :


90 – 100 = baik sekali
80 – 89 = baik
70 – 79 = cukup
< 70 = kurang

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 50


Kunci Jawaban
1. D Diatas rata – rata normal
2. B 120 – 139
3. B 120 – 139
4. C Sebagian besar sama dengan anak lainnya
5. D Kecerdasan emosional
6. D Berbakat
7. B Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru
8. C Hiperaktive
9. B Normal
10. D Egois

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 51


BAB VII
KARAKTERISTIK DAN
KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
ANAK BERKESULITAN BELAJAR
SPESIFIK

A. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Spesifik


Ilustrasi
Ada beberapa anak yang seringkali mendapatkan nilai yang
jelek, tidak dapat menguasai materi pelajaran dengan baik,
bahkan untuk materi-materi yang mendasar seperti membaca,
menulis, berhitung. Ada anak yang samasekali tidak dapat
membedakan bentuk tulisan atau bunyi ucapan, hanya saja
mereka terkadang tidak mengalami hambatan dalam hal-hal
yang lainnya. Ada pula anak yang mengali kesulitan matematika
penalaran, padahal soal hitungan mereka tidak mengalami
permasalahan sama sekali. Anak-anak tersebut ternyata
memiliki permasalah yang berbeda-beda.

Anak berkesulitan belajar adalah salah satu jenis anak berkebutuhan khusus
yang memliki kesulitan untuk mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Learning disability adalah suatu istilah untuk berbagai jenis
kesulitan yang dialam anak yang berkaitan dengan masalah akademik.
Contoh ilustrasi di bawah ini menandakan adanya anak berkesulitan belajar
spesifik.
Dodi seorang anak kelas 2 SD, dalam pergaulan dengan
teman-temannya dia menunjukan aktivitas yang cukup baik.
Pada bidang akademik di kelas, sebenarnya dia termasuk anak
yang rajin dan aktive. Prestasi belajar yang dicapai juga cukup

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 52


baik bahkan beberapa mata pelajaran seperti menulis,
berhitung, dan lain-lainnya prestasinya berada di atas rerata
kelas, jadi sebenarnya Dodi termasuk anak yang cerdas, tetapi
pada mata pelajaran membaca dia mengalami kesulitan yang
cukup mendasar yaitu sulit untuk mengabunggkan atau
merangkai beberapa suku kata menjadi kata dan kalimat,
sehingga pada bidang membaca Dodi selalu mengikuti program
remidial yang diselenggarakan sekolah, tetapi selalu saja dia
gagal mencapai prestasi membaca yang dipersyaratkan. Dalam
pemeriksaan psikologis dia termasuk anak yang superior dalam
kapasitas kemampuan intelektualnya atau IQ, tetapi pada
bidang sintesis dan abstraksi ternyata dia jauh dibawah rerata
normal, maka dia dikatakan sebagai anak yang berkesulitan
belajar spesifik.

Sebagian besar berkesulitan belajar spesifik merupakan anak yang


mengalami gangguan pada satu atau lebih dari proses psikologi dasar
termasuk pemahaman dalam menggunakan bahasa lisan/tertulis yang
dimanifestasikan dalam bentuk ketidak sempurnaan mendengar, berfikir,
wicara, membaca, mengeja atau mengerjakan hitungan matematika. Konsep
ini merupakan hasil dari gangguan persepsi, disfungsi minimal otak,
disleksia, dan disphasia, kesulitan belajar ini tidak termasuk masalah
belajar, yang disebabkan secara langsung oleh adanya gangguan
penglihatan, pendengaran, motorik, emosi, keterbelakangan mental, atau
faktor lingkungan, budaya, maupun keadaan ekonomi serta kesalahan
metode mengajar yang dilakukan oleh guru. Kesulitan belajar dapat
dialami oleh siapa saja, mulai dari siswa yang berkecerdasan rata-rata,
sampai yang berinteligensi tinggi.
Dalam memahami anak berkesulitan belajar spesifik memang harus
mengenal karakteristik atau ciri-ciri khusus yang muncul pada anak-anak
berkesulitan belajar, yang umumnya baru terdeteksi setelah anak usia 8 – 9

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 53


tahun atau kelas 3 – 4 SD masuk pada kelompok kesulitan belajar akademik,
hal ini dikarenakan sulitnya mengenal karakteristik anak sejak dini. Adapun
karakteristik yang dapat diamati adalahadanya kesenjangan (discrepancy)
antara potensi anak dengan prestasi(akademik) dan perkembangan yang
dicapai, kesenjangan ini minimal 2 level akademik atau 2 tahun
perkembangan. Memiliki kesulitan pada satu bidang akademik atau
perkembangan yang tertinggal dibandingkan dengan bidang akademik atau
perkembangan lain yang dimiliki anak (perbedaan intra individual).
Kesulitan belajar yang dialaminya bukanlah sesuatu yang
menetap, sebab intervensi dini dan pendekatan profesional secara
terpadu dapat menangani kesulitan belajar yang mereka hadapi. Dalam hal
ini peran guru menduduki posisi strategis dalam membantu siswanya yang
berkesulitan belajar selain program pembelajaran individual (PIP) yang
dirancang oleh pihak sekolah dengan tim pendidikan khusus dan ahli
psikologi.
Adapun klasifikasi anak berkesulitan belajar spesifik menurut prestasi
akademiknya, yaitu :
1. Dispraksia, merupakan gangguan pada keterampilan motorik, anak
terlihat kurang terampil dalam melakukan aktivitas motorik. Seperti
sering menjatuhkan benda yang dipegang, sering memecahkan gelas
kalau minum.
2. Disgraphia, kesulitan dalam menulis ada yang memang karena gangguan
pada motoris sehingga tulisanya sulit untuk dibaca orang lain, ada yang
sangat lambat aktibitas motoriknya, dan juga adanya hambatan pada
ideo motorik sehingga sering salah atau tidak sesuai apa yang dikatakan
dengan yang ditulis. Ciri – ciri anak disgraphia, sebagai berikut :
a) Sangat lamban dalam menyalin tulisan
b) Sering salah menulis hurup b dengan p, p dengan q, v dengan u,
2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya
c) Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca
d) Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris
e) Menulis huruf dengan posisi terbalik (p ditulis q atau b)

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 54


3. Diskalkulia, adalah kesulitan dalam menghitung dan matematika hal ini
sering dikarenakan adanya gangguan pada memori dan logika. Ciri – ciri
anak diskalkulia, sebagai berikut :
a) Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
b) Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan
c) Sering salah membilang secara berurutan
d) Sulit membedakan bangun-bangun geometriSering salah
membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3
dengan 8, dan sebagainya
4. Disleksia, merupakan kesulitan membaca baik membaca permulaan
maupun pemahaman. Ciri – ciri anak disleksia, sebagai berikut :
a) Kesulitan membedakan bentuk
b) Kemampuan memahami isi bacaan rendah
c) Sering melakukan kesalahan dalam membaca
5. Disphasia, kesulitan berbahasa dimana anak sering melakukan kesalahan
dalam berkomunikasi baik menggunakan tulis maupun lisan.

B. Kebutuhan Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar Spesifik


Kebutuhan pembelajaran anak berkesulitan belajar spesifik terdapat
tiga macam, yaitu: Pembelajaran remedial, kompensasi, dan prevensi.
Pembelajaran remedial, terfokus pada upaya mengatasi kesulitan yang
dialami anak melalui beberapa teknik remedial dalam modifikasi perilaku,
diantaranya dengan pemberian penguatan, tabungan kepingan, atau teknik
lain yangsesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran Kompensasi,
diberikan pada anak, bagaimana cara menciptakan lingkungan belajar
khusus di luar lingkungan belajar yang normal, sehingga memungkinkan
anak memperoleh kemajuan dalam pembentukan perceptual dan bahasa.
Pembelajaran Prevensi, adalah pembelajaran yang diberikan sebelum anak
mengalami berkesulitan belajar spesifik di sekolah. Pembelajaran ini diawali
dengan melakukan identifikasi terhadap aspek-aspek yang dimungkinkan
menimbulkan atau menyebabkan ketunacakapan belajar. Langkah yang

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 55


dilakukan dalam layanan ini diawali dengan memberikan tes kemampuan
dasar anak dalam membaca, menulis, berhitung, dan melakukan koordinasi
gerak. Langkah selanjutnya dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan
terhadap aspek – aspek pribadi anak, di antaranya pemeriksaaan
kesehatan,perkembangan, penglihatan dan pendengaran, keterampilan dan
perseptual.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 56


C. Pendalaman Materi
Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling tepat, pada setiap item
berikut ini;

1. Jika ada seorang anak dia memiliki rata-rata prestasi belajar baik tetapi
ada satu mata pelajaran yang memiliki nilai sangat jelek jauh di bawah
rata-rata kelas, maka anak ini termasuk anak ....
A. Bodoh
B. Malas
C. pandai
D. Kesulitan belajar

2. Anak yang kesulitan membaca disebut dengan istilah ....


A. Disleksia
B. Disgraphia
C. Diskalkulia
D. Dispraksia

3. Anak usia 4 tahun dia baru dapat bicara dengan susunan 2 kata
patahpatah, maka dia termasuk anak ...
A. Normal
B. Bodoh
C. Kesulitan akademik
D. Kesulitan perkembangan

4. Anak berkesulitan belajar spesifik memiliki karakteristik yang


heterogin, sehingga sekolah yang sesuai adalah ....
A. Sekolah umum
B. Sekolah khusus
C. SLB
D. Sekolah inklusi dan sekolah umum

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 57


5. Di bawah ini adalah karakteristik anak berkesulitan belajar spesifik
kecuali....
A. Adanya kesenjangan antara IQ dan Prestasi
B. Inteligensi Normal
C. Kapasitas intelektual (IQ) di bawah normal
D. Kesulitan pada bidang tertentu

6. Anak-anak berkebutuhan khusus, yang mengalami kesulitan belajar


secara umum diklasifikasikan secara ....
A. akamik
B. perkembangan
C. akademik dan perkembangan
D. usia anak

7. Seseorang yang mengalami kesulitan belajar karena faktor kematangan,


termasuk pada kategori kesulitan ....
A. Akademik
B. Perkembangan
C. Pertumbuhan
D. Mental

8. Anak-anak berkesulitan belajar spesifik, umumnya adalah mereka yang


dikategorikan mengalami kesulitan berikut, kecuali ....
A. membaca
B. menggambar
C. menulis
D. berhitung

9. Disleksia merupakan salah kategori anak berkesulitan belajar,


khususnya dalam hal ....
A. Menghitung
B. Menulis

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 58


C. Menghafal
D. Membaca

10. Anak-anak berkesulitan belajar khusus, yang mengalami kesulitan


motoriknya, dikenal pula sebagai ....
A. Disleksia
B. Dispraksia
C. Disgraphia
D. Diskalkulia

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Bandingkanlah jawaban saudara dengan kunci jawaban yang
terdapat pada akhir bab ini. Untuk mengetahui tingkat penguasaan saudara
terhadap materi ini, hitunglah dengan menggunakan rumus:

Jumlah jawaban yang benar


Tingkat penguasaaan = x 100
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :


90 – 100 = baik sekali
80 – 89 = baik
70 – 79 = cukup
< 70 = kurang

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 59


Kunci Jawaban
1. D Kesulitan belajar
2. A Disleksia
3. D Kesulitan perkembangan
4. D Sekolah inklusi dan sekolah umum
5. C Kapasitas intelektual (IQ) di bawah normal
6. C Akademik dan perkembangan
7. B Perkembangan
8. B Menggambar
9. D Membaca
10. B Dispraksia

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 60


BAB VII
KARAKTERISTIK DAN
KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
TUNALARAS
A. Karakteristik Tunalaras (Anak Dengan Ganguan Emosi dan
Perilaku)
Ilustrasi
Pak Tono adalah seorang guru pada suatu sekolah tertentu
yang seringkali dibuat pusing oleh perilaku beberapa orang
siswanya. Anak-anak tersebut sering kali membandel,
melanggar peraturan, dan jarang mengerjakan tugas sekolah.
Selain itu ada pula siswanya yang hiperaktif, suka membolos
dan membentuk gang atau kelompok-kelompok berbuat
keonaran. Mereka itu ternyata perilakunya bermacam-macam,
dari yang ringan sampai berat.

Anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan


perilaku, yang ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di
sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya. Pada hakekatnya, anak-anak
tunalaras memiliki kemampuan intelektual yang normal, atau tidak berada di
bawah rata-rata. Kelainan lebih banyak banyak terjadi pada perilaku
sosialnya.
klasifikasi yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan khusus yang
mengalami kelainanperilaku sosial ini adalah:
1. Berdasarkan perilakunya
a. Beresiko tinggi; hiperaktif sukaberkelahi, memukul, menyerang,
merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit konsentrasi,
tidak mau bekerjasama, sok aksi, ingin menguasai oranglain,

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 61


mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya,
suka mencuri, mengejek, dan sebagainya.
b. Beresiko rendah; autism, kawatir, cemas, ketakutan, merasa
tertekan, tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri,
bimbang, sering menangis, malu, dan sebagainya.
c. Kurang dewasa; suka berfantasi, berangan-anagan, mudah
dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan, dan
sebagainya
d. Agresif; memiliki gang jahat, suka mencuri dengan kelompoknya,
loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering
pulang larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.
2. Berdasarkan Kepribadian
a. Kekacauan perilaku
b. Menarik diri (withdrawll)
c. Ketidakmatangan (immaturity)
d. Agresif sosial

Berdasarkan klasifikasi anak tunalaras diatas, maka dapat ditarik beberapa


ciri – ciri ke-tunalaras-an, sebagai berikut :
a. Cenderung membangkang
b. Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
c. Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu
d. Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum
e. Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah sering bolos
jarang masuk sekolah

B. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunalaras


Fasilitas pembelajaran untuk anak tunalaras relatif sama dengan
fasilitas pembelajaran untuk anak normal pada umumnya. Fasilitas ruangan
kelas tidak menggunakan benda-benda kecil yang terbuat dari bahan yang
keras, sehingga mempermudah mereka untuk mengambil dan melemparnya.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 62


Fasilitas lain lebih berkaitan dengan ruangan terapi dan sarana terapi.
Terapi tersebut meliputi:
a. Ruangan fisioterapi dan peralatannya. Peralatan fisioterapi lebih
diarahkan pada upaya peregangan otot dan sendi, dan pembentukan
otot. Misalnya: barbel, box tinju, wash.
b. Ruangan terapi bermain dan peralatannya. Peralatan terapi bermain
lebih diarahkan pada model terapi sublimasi dan latihan
pengendalian diri. Misalnya puzzle, boneka.
c. Ruangan terapi okupasi dan peralatannya. Peralatan terapi okupasi
lebih diarahkan pada pembentukan keterampilan kerja dan pengisian
pengisian waktu luang sesuai dengan kondisi anak.
Selain fasilitas pembelajaran, guru juga harus memperhatikan beberapa hal,
sebagai berikut :
a. Perlu adanya penataan lingkungan yang kondusif
(menyenangkan) bagi setiap anak.
b. Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan hambatan danmasalah
yang dihadapi oleh setiap anak.
c. Adanya kegiatan yang bersifat kompensatoris sesuai dengan
bakat dan minat anak.
d. Perlu adanya pengembangan akhlak atau mental melalui kegiatan
sehari-hari, dan contoh dari lingkungan.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 63


C. Pendalaman Materi
Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling tepat, pada setiap item
berikut ini;

1. Barbel, box tinju, merupakan fasilitas pendukung pendidikan pada


anak....
A. tunagrahita
B. tunadaksa
C. tunanetra
D. tunalaras

2. Anak tunalaras yang berperilaku menyerang dan merusak dikenal


dengan:
A. Hiperaktive
B. Agresive
C. Tempertantrum
D. Hipoaktive

3. Anak tunalaras sering ditemukan tidak naik kelas, hal ini dikarenakan
....
A. Kapasitas intektualnya rendah
B. Terbelakang mental
C. Adanya gangguan perilaku
D. memiliki IQ di bawah normal

4. Perilaku tunalaras yang sering melanggar norma atau tidak dapat


menyesuaiakan diri dengan lingkungan dikenal dengan ....
A. Kriminal
B. Maladjusted
C. Agrsive
D. Distruktive

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 64


5. Tunalaras memiliki karakteristik suka ketakutan tanpa alasan, ini
merupakan manifestasi dari adanya ....
A. Kecemasan
B. Gangguan jiwa
C. Hiperaktive
D. Distruktive

6. Tunalaras yang menunjukkan prestasibelajar rendah karena gangguan


perhatian disebut dengan istilah ....
A. Debil
B. Anxietas
C. Distruktive
D. Atention deficit disorders (ADD)

7. Berdasarkan perilakunya anak-anak tunalaras mencakup perilaku


berikut, kecuali....
A. Beresiko tinggi

B. Beresiko rendah

C. Agresif

D. Ketidak matangan

8. Anak-anak tunalaras yang perilaku sosialnya termasuk berisiko tinggi,


umumnya berperilaku ....
A. Sering membolos
B. Hiperaktif
C. Kecemasan
D. Kurang percaya diri

9. Anak-anak tunalaras yang perilaku sosialnya termasuk agresif,


umumnya berperilaku, ini tercermin pada perilaku:
A. Suka menyerang

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 65


B. Suka berkelai
C. Suka mengancam
D. Memiliki rasa jahat

10. Sedangkan anak-anak tunalaras yang perilaku sosialnya termasuk


berisiko rendah, tercermin padaperilaku berikut, kecuali:
A. Merasa tertekan
B. Menarik diri
C. tidak mau bergaul
D. ketakutan

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Bandingkanlah jawaban saudara dengan kunci jawaban yang
terdapat pada akhir bab ini. Untuk mengetahui tingkat penguasaan saudara
terhadap materi ini, hitunglah dengan menggunakan rumus:

Jumlah jawaban yang benar


Tingkat penguasaaan = x 100
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :


90 – 100 = baik sekali
80 – 89 = baik
70 – 79 = cukup
< 70 = kurang

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 66


Kunci Jawaban
1. D Tunalaras
2. B Agresive
3. C Adanya gangguan perilaku
4. B Maladjusted
5. A Kecemasan
6. D ADD
7. D Ketidakmatangan
8. B Hiperaktif
9. D Memiliki rasa jahat
10. B Menarik diri

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 67


BAB VIII
KARAKTERISTIK DAN
KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
ANAK LAMBAN BELAJAR (SLOW
LEARNER)
A. Karakteristik Anak Lamban Belajar (Slow Learner)
Slow Learner adalah anak yang memiliki potensi intelektual
sedikit di bawah anak normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita
(biasanya memiliki IQ sekitar 80-85). Dalam beberapa hal anak ini
mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan
dan kemampuan untuk beradaptasi, tetapi lebih baik dibanding dengan
yang tunagrahita. Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama
dibanding dengan sebayanya. Sehingga mereka memerlukan layanan
pendidikan khusus.

Ciri-ciri yang dapat diamati pada anak lamban belajar:


a. Rata-rata prestasi belajarnya rendah (kurang dari 6),
b. Menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan
teman-teman seusianya,
c. Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,
d. Pernah tidak naik kelas.

Anak lamban belajar membutuhkan pembelajaran khusus antara lain:


a. Waktu yang lebih lama dibanding anak pada umumnya
b. Ketelatenan dan kesabaran guru untuk tidak terlalu cepat dalam
memberikan penjelasan
c. Memperbanyak latihan dari pada hapalan dan pemahaman
d. Waktu yang lebih lama dibanding anak pada umumnya
e. Ketelatenan dan kesabaran guru untuk tidak terlalu cepat dalam
memberikan penjelasan
f. Memperbanyak latihan dari pada hapalan dan pemahaman

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 68


Kebutuhan pembelajaran Slow Learner hamper disamakan dengan
anak berkesulitan belajar spesifik yakni dengan adanya Pembelajaran
remedial, kompensasi, dan prevensi. Tiga Pembelajaran tersebut juga harus
didampingi oleh ahli psikologi guna menghindari kesalahan metode
mengajar yang mengakibatkan kerusakan otak anak.

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 69


DAFTAR PUSTAKA

Jamaris, Martini. 2010. Model Pendidikan Dan Pembelajaran Bagi


Penyandang Disabilitas Intellegensia. Makalah Disampaikan Pada
Semiloka Pemberdayaan Anak Penyandang Disabilitas Intellegensi,
1 Mei 2010.

Kartadinata, Sunarya, Dkk. 1998. Bimbingan Di Sekolah Dasar. Jakarta:


Dekdikbud, Dirjendikti, Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Sardjono. 2005. Terapi Wicara. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Somad, Permanarian Dan Hernawati, Tati. 1995. Ortopedagogik Anak


Tunarungu. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Somantri, Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika


Aditama.

Suparno dan Heri Purwanto. 2007. Karakteristik Anak Berkebutuhan


Khusus. https://scholar.google.co.id/scholar?um=1&ie=UTF-
8&lr&q=related:XQX0uRA0kk8qxM:scholar.google.com/

Suparno. 2007. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.


http://educloud.fkip.unila.ac.id/index.php?dir=Ilmu%20Pendidikan/P
endidikan%20Guru%20Sekolah%20Dasar/Pendidikan%20Anak%20
Berkebutuhan%20Khusus/&file=Pendidikan%20Anak%20Kebutuha
n%20Khusus%20UNIT%203.pdf

Widjajanti, Anastasia Dan Htipeuw, Imanuel. 1995. Ortopedagogik Anak


Tunanetra. Jakarta: Dekdikbud, Dirjendikti, Proyek Pendidikan
Tenaga Guru.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/1962112111
84031-DUDI_GUNAWAN/IDENTIFIKASI_ABK-
REVISI_FINAL.pdf

Pendidikan Khusus Ratna Novita Punggeti, M.Pd. 70

Anda mungkin juga menyukai