Anda di halaman 1dari 4

2.3.

Fase Mudghah

Kata mudghah dalam bahasa Arab berarti gumpalan yang telah dikunyah, atau sesuatu
yang dikunyah. Ibnu hajar mengatakan bahwa mudghah adalah potongan (segumpal) daging.
Dinamakan mudghah karena bentuknya yang menyerupai gumpalan sesuatu. Pada minggu ke
empat atau setelah dua puluh hari masa pembuahan, terlihat permulaan munculnya anggota-
anggota tubuh terpenting. Embrio yang tumbuh berumur 40-42 hari dilengkapi dengan
pendengaran, penglihatan, kulit, otot dan tulang sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi
SAW dari Hudzaifah ibnu Asid:

"Ketika nuthfah telah lewat 42 malam dari penciptaan, Allah Ta`ala mengirim malaikat
untuk membentuknya dan menciptakan pendengaran, penglihatan, kulit, otot dan tulang.
Kemudian malaikat bertanya : Ya Allah, ini akan dijadikan laki-laki atau perempuan? Dan Allah
memutuskan apa yang dikehendakiNya." (HR. Muslim)

Oleh karena itu, ilmu kedokteran menyatakan bahwa minggu ini adalah awal
pembentukan anggota-anggota tubuh (Albar, 2004). Dalam ilmu kedokteran, mudghah dapat
dianalogikan pada fase gastrulasi (gastrulation), sel zigot mulai tumbuh dan berdiferensiasi,
menjadi jenis sel yang jelas berbeda satu sama lain. Hasil dari diferensiasi, yaitu endoderm yang
membentuk organ tubuh, mesoderm yang membentuk otot, tulang dan lain-lain, serta eksoderm
yang membentuk kulit. Setelah sampai pada formasi jaringan, organisme baru itu selanjutnya
diberi nama embrio. Pada saat embrio terus berdiferensiasi dan berkembang, lapisan tengahnya
(mesoderm) membentuk tulang, otot, jantung dan sistem peredaran darah. Ia juga membentuk
organ sistem pembuangan (ecretory system) dan sistem reproduktif (reproductive system)
(Sadler, 2000).

Setelah pembuahan, sel-sel tersebut berlipat ganda dengan membelah diri menjadi
berjuta-juta sel dengan teratur dan berkesinambungan. Pembelahan sel yang sangat banyak
menjadi suatu kesatuan yang padat, sehingga sel-sel tersebut dapat menyerupai sepotong daging
dalam masa pertumbuhannya. Sepotong daging tersebut dinamakan mudghah atau lahm. Kedua
istilah tersebut dapat dilihat perbedaannya setelah diteliti dengan sains modern, khususnya
embriologi. Dalam al-Qur’an, kata mudghah atau lahm dipakai dalam konteks yang berbeda
sehingga mempunyai makna yang berbeda pula. Allah berfirman dalam QS. al-Mu’minûn [23]:
14;

Dua tipe daging itu diberi nama yang berbeda dalam al-Qur’an. Maurice Bucaille
memberikan terjemahan yang berbeda dalam pembahasan ini. Pertama, mudghah bukan berarti
“segumpal daging”. Tetapi mudghah terjemahan yang tepat adalah “daging yang digulung-
gulung”. Kedua, kata lahm berarti daging yang utuh. Perbedaan dua kata tersebut sangat perlu
digaris bawahi. Embrio pada permulaannya merupakan daging yang digulung-gulung. Sistem
tulang berkembang pada daging yang digulung-gulung. Tulang yang sudah terbentuk dibungkus
dengan otot-otot yang disebut dengan lahm. Adapun prosesi mudghah sampai lahm akan
semakin jelas bila proses tersebut dilihat dari segi embriologi. Menurut embriologi, mudghah ini
dalam perkembangan selanjutnya selalu membelah diri menjadi sel-sel yang banyak sekali dan
merupakan kumpulan-kumpulan sel, sehingga menyerupai sepotong daging atau nampak seperti
daging yang digulung. Tiap-tiap kumpulan sel dalam sepotong daging yang digulunggulung akan
terlepas dari perkumpulan induknya, lantas menjadi bagianbagian tertentu dalam tubuh embrio.
Bagian luar dari mudghah itu menjadi kulit dan otot, sedangkan bagian dalamnya itu menjadi
perut, tulang dan urat. Ketika itu, janin masih berumur 40 hari atau lima minggu terhitung setelah
pembuahan dan kemudian terjadilah otot disamping tulangtulang, sebagaimana QS. al-Hajj [22]:
5.
Tulang-tulang sebagaimana perkembangan mudghah dalam kajian embriologi asal
mulanya sangat lunak dan bening. Inilah tulang muda yang mengindap dalam tubuh janin. Pada
bulan ke tiga atau bulan gigi tumbuhlah tempat-tempat pada kedua rahang di dalam mulut,
sekalipun masih lunak. Selanjutnya terjadilah tulang pelipis dan tulang hidung. Sementara itu,
seluruh sel-sel janin itu menjalankannya kegiatan di seluruh bagian mudghah. Kemudian
terjadilah alat-alat perlengkapan dan jaringan-jaringan tubuh yang memproduksi daging
pembungkus tulangtulang. Gading pembungkus tulang ini yang barangkali disebut dengan lahm
atau daging yang utuh, sebagaimana QS. al-Mu’minûn [23]: 14 tersebut. Pada proses inilah
akhirnya embrio berubah menjadi fetus (sudah menyerupai manusia). Fenomena-fenomena di
atas, bahwa proses mudghah sampai menjadi lahm berjalan seiring dan seimbang, sehingga
tampak suatu rangkaian yang ajaib. Inilah barang kali yang dimaksud dengan kata mukhallaqah
wa ghayr mukhallaqah pada QS. al-Hajj [22]: 5 tersebut. Kata tersebut sering diterjemahkan
sebagai “Suatu kesempurnaan dalam kejadian yang tidak sempurna dalam kejadiannya”. Maurice
Bucaille berpendapat bahwa kata tersebut dalam QS. al-Hajj [22]: 5 terjemahannya yang tepat,
yaitu “Dibentuk dengan proporsi seimbang dan yang dibentuk bukan dengan proporsi yang
seimbang”.

Dalam tahap ini sudah berlaku pembentukan otak, saraf tunjang, telinga dan anggota-
anggota yang lain. Selain itu sistem pernafasan bayi sudah terbentuk. Jantung bayi pula mula
berdengup, darah mulai mengalir dengan lebih banyak membekalkan oksigen dan pemakanan
yang secukupnya . Menjelang tujuh minggu sistem pernafasan bayi mula berfungsi sendiri. Pada
hari ke 20-21 mulai terlihat bentuk tubuh pada alaqah berupa tonjolan dan lekukan yang salah
satunya nanti akan menjadi tulang punggung. Dengan munculnya bentuk tubuh alaqah memasuki
fase mudghah (embrio). Proses pembentukan ini terus berlangsung sampai hari ke 30 sampai
akhir minggu keempat kita belum dapat mengenal angota tubuh tertentu. Kemudian pada awal
minggu ke 5 mulailah proses pembentukan. Proses ini berakhir pada bulan ketiga. Inilah yang
dinamakan fase mudghah yang sempurna kejadiannya, akan tetapi jika Allah tidak menghendaki
Ia tercipta maka ia akan tetap menjadi segumpal daging yang tidak sempurna kejadiannya, lalu
rahim akan mengeluarkannya. Dan jika Allah menghendaki untuk menciptakannya maka janin
tersebut akan terus berkembang menjadi tulang belulang yang kemudian tulang belulang tersebut
dibungkus dengan daging, dan telah ditetapkan taqdirnya oleh Allah, selanjutnya Allah
meniupkan ruh ciptaan-Nya ke dalam jasad tersebut. Terkait ini Nabi Saw, dalam salah satu
hadist yang diriwayatkan Imam Muslim, bersabda:

“Penciptaan setiap kamu dikumpulkan dalam empat puluh hari, dan dia menjadikan
alaqah kemudian mudqhah untuk waktu yang sama. Malaikat dikirim kepadanya dan malaikat
mencatat empat hal mata pencahariannya, umurnya, kelakukannya, dan apakah dia akan susah
atau senang. Kemudian ruh ditiupkan kepadanya”. (H.R. Muslim).

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Ali Albar. 2004. Penciptaan Manusia Kaitan Ayat-ayat Al-quran dan Hadist
Dengan Ilmu Kedokteran. Yogyakarta: Mitra Pustaka, hal. 79.

Muhammad Izzuddin Taufiq. 2006. Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi (Ayat-ayat
Penciptaan Manusia). Solo : Tiga Serangkai, hal. 69.

Departemen Agama Republic Indonesia. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: PT


Mizan Pustaka, hlm. 476.

Ahmad Warson Munawir. 2002. Al Munawir Kamus Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka
Progresif, hlm. 1342.

T.W Sadler. 2000. Embriologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hlm. 76

Fakhr al-Din al-Razi. 2000. Mafatih al-Gaib, jld XI. Beirut: Dar al-Kutub al‘Ilmiyah, 354.

Usman, M Ali. 1970. Manusia Menurut Islam. Bandung: Mawar.

Anda mungkin juga menyukai