Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mohammad Fauzan Akbar

NIM : 235090800111003
Kelompok ; 28
Prodi : Instrumentasi

Kesetaraan Gender dalam Perkuliahan Menurut Sejarah Indonesia dan Islam

Kesetaraan gender merupakan isu yang telah lama digaungkan oleh masyarakat dari
berbagai negara. Kesetaraan gender menuntut masayarakat dunia untuk mengakui hak-hak
kaum wanita dan laki-laki secara adil. Para wanita diberbagai dunia ingin diberi hak untuk
mendapatkan kewenangan yang sama dengan laki-laki terhadap sebuah pekerjaan dan
mengenyam pendidikan. Mereka ingin memperlihatkan bahwa bukan hanya kaum lelaki saja
yang dapat memimpin. Namun, juga dari golongan wanita.
Perjuangan isu kesetaraan gender di Indonesia telah lama digaungkan, bahkan sebelum
Indonesia merdeka. Pada zaman penjajahan belanda, R.A. Kartini telah memperjuangkan hak-
hak kaum wanita untuk mengenyam pendidikan. Saat itu wanita yang umumnya dilarang untuk
berpergian dari rumah untuk sekolah. Mereka dipaksa untuk tinggal dirumah dan belajar hal-
hal adat demi mempersiapkan diri untuk menikah. Namun, R.A. Kartini berani melanggar adat
tersebut dan mengenyam pendidikan formal hingga usia 12 tahun. Lalu, disaat Kartini dilarang
melanjutakan sekolah oleh keluarganya, ia tidak menyerah. Kartini saling bertukar surat dengan
sahabatnya untuk membuka pikirannya tentang pendidikan. Lalu, pada Juni 1903 Kartini
mendirikan sekolah untuk para gadis yang ia kelola bersama adiknya. Semua itu dilakukan
Kartini demi menyuarakan kesetaraan hak pendidikan antar pria dan Wanita.
Kesetaraan gender sejak lama diperhatikan oleh agama Islam. Salah satu dakwah yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW adalah tentang menaikkan kedudukan wanita. Pada
zaman arab kuno, kelahiran seorang bayi wanita dianggap menjadi suatu aib. Biasanya bayi
wanita akan dibunuh dengan cara dikubur hidup-hidup karena dianggap sebagai penambah
beban keluarga dan tidak dapat memberikan manfaat. Namun, sejak Islam datang derajat kaum
wanita pun diangkat. Islam menyetarakan hak wanita dan pria dalam ibadah dan pahala. Lalu,
derajat wanita juga diangkat dari yang dianggap rendah karena tidak memiliki manfaat hingga
menjadi mulia karena jasa-jasanya sebagai istri dan ibu yang baik. Para wanita juga mendapat
hak berpendapat dalam majelis ilmu.
Wanita memiliki kedudukan yang spesial dalam pandangan Islam. Dalam suatu hadits
ditegaskan bahwa menghormati seorang ibu itu sangat diutamakan:
‫ َمن أَ َحق النَّاس‬،‫سو َل هللا‬ُ ‫يَا َر‬: ‫سلَّ َم فَقَا َل‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَيه َو‬ َ ‫سول هللا‬ ُ ‫عنهُ قَا َل َجا َء َر ُجل إلَى َر‬ َ ‫عن أَبي ه َُري َرة َ َرض‬
َ ُ‫ي هللا‬ َ
َ ُ ُ ُ ُ ُ ُ
َ‫ قَا َل أبُوك‬،‫ قَا َل ث َّم َمن‬، َ‫ قَا َل ث َّم َمن؟ قَا َل أمك‬، َ‫ قَا َل ث َّم َمن؟ قَا َل أمك‬، َ‫ص َحابَتي؟ قَا َل أمك‬َ ‫ب ُحسن‬
Artinya: Dari Abu Hurairah R.A berkata: “Seorang pemuda datang kepada Rasulullah SAW
kemudian ia berkata: ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang lebih utama untuk aku berbakti
kepadanya ?’ Rasulullah menjawab: ‘Ibumu.’ kemudian Ia bertanya lagi: ‘Kemudian siapa lagi
?’ Rasulullah menjawab: ‘Ibumu.’ lalu ia bertanya lagi: ‘Kemudian siapa lagi ?’ Rasulullah
menjawab: ‘Ibumu.’ lalu ia bertanya lagi: ‘Kemudian siapa lagi ?’ Rasulullah menjawab:
‘Ayahmu.’” (H.R. Bukhari & Muslim).
Dari hadits diatas dapat kita lihat bahwa Islam sangat memuliakan seorang wanita. Islam
sangat memahami perjuangan seorang ibu dalam merawat dan mendidik anaknya hingga
namanya disebut tiga kali sebelum ayah. Hal ini tentunya berbeda dengan kebiasaan Arab kuno
yang cenderung menyepelekan serta memandang rendah derajat wanita.
Wanita dalam pandangan Islam memiliki kedudukan yang spesial. Tidak seperti
beberapa peradaban kuno yang menganggap bahwa wanita itu adalah aib. Islam justru
memuliakan para wanita dengan batasan tertentu. Dalam buku Fiqih At-Tadzhib Fii Adillati
Matni Al-Ghayah wa Taqrib memperlakukan wanita dengan khusus. Dalam kitab tersebut
terdapat bab khusus yang membahas tentang gejala yang hanya dialami wanita yaitu haid, nifas,
dan istihadhah dengan rinci. Bab ini menjelaskan hukum apa saja yang berlaku bagi wanita
yang mengalami gejala tersebut seperti apa yang dilarang dan boleh dilakukan saat haid, nifas,
dan istihadhah. Hal ini menunukkan bahwa Islam memperlakukan wanita dengan sangat baik
dibandingkan peradaban-peradaban kuno sebelumnya.
Pendidikan merupakan hal yang wajib didapatkan oleh seluruh anak bangsa. Pendidikan
tidak bisa dibatasi oleh permasalahan seperti perbedaan ras, suku, dan gender sekalipun. Dalam
dunia perkuliahan, kesetaraan gender merupakan hal yang sangat penting. Dengan memahami
kesetaraan gender, pembelajaran di bangku kuliah dapat berjalan lebih efektif karena diskusi
yang dilakukan tidak hanya berpusat pada pelajar laki-laki. Lalu, dengan saling menghormati
antara laki-laki dan perempuan dapat menimbukan suasana belajar yang kondusif sehingga baik
pelajar laki-laki maupun perempuan dapat saling berkolaborasi untuk mengembangkan ilmu
yang telah didapatkan dikelas agar bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Daftar Pustaka

Al-Bugho, Musthofa Dib. (1978). At-Tadzhib Fii Adillati Matni Al-Ghayah Wa Taqrib.
Damaskus, Suriah: Dar al-Musthofa.
Munawaroh, Ayu. (2012). Kesetaran Gender dalam Perspektif Islam (Studi Terhadap Peran
Politik Perempuan di Lembaga Legislatif Tahun 2009-20140). Master Thesis, Institut
Agama Islam Negeri Raden Fatah. Diakses dari http://repository.radenfatah.ac.id/6274/
Shadri, A., Umar, A.H., Abdullah, A., & Nur Yasin, M. (2011). 100 Hadits Populer untuk
Hafalan. Surabaya, Indonesia: Pustaka eLBA.
Wulandari, Trisna. (2022, April 20) . Hari Kartini: Kelahiran, Sejarah Singkat, dan Perjuangan
RA Kartini. Detik.com. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6042815/hari-kartini-
kelahiran-sejarah-singkat-dan-perjuangan-ra-kartini?single=1

Anda mungkin juga menyukai