Muhammad, kecuali hanya sebagai rahmat bagi semesta alam”
Dari Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw.
bersabda: “Tiadalah aku diutus kecuali hanya untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad) Rahmah Secara linguistik, kata rahmah bermakna kelemahlembutan dan kepedulian (al-riqqah wa al- ta’atuf wa al-marhamah). Selain itu, rahmah juga dimaknai dengan al-magfirah atau ampunan dan rezeki. Satu asal kata dengan al-Rahman dan al-Rahim Dari Lisan al-‘Arab, kata rahmah ada kaitannya dengan rahim yang berfungsi sebagai tempat berkembangnya janin dalam perut Al - Alamin Berasal dari kata ‘alam. Gunung disebut dengan ‘alam Manusia juga ‘alam Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah adalah • ‘alam. Dengan demikian, yang disebut dengan ’alam adalah segala sesuatu selain Allah SWT. Rahmat Nabi Muhammad dan Islam Dengan demikian, pada ranah ini, maka meyakini bahwa sifat rahmahnya Nabi harus berlaku pada seluruh ’alam, baik itu berakal maupun tidak, mu’min atau non mu’min.
Allah menekankan agar Muhammad berprilaku sebaik
mungkin pada siapa saja dan apa saja, seolah-olah mereka semua adalah satu rahim dan satu kerabat dengan Rasul Kisah Nabi dan Aisyah • Pada suatu saat ada sekelompok orang Yahudi yang mengucapkan salam kepada Nabi. Tapi salam tersebut berisi kecaman. ”Laknat dan kematian bagimu wahai Muhammad”. Lalu Siti ’Aisyah, istri tercinta Nabi langsung menjawab balik dengan nada emosi: ”Laknat dan kematian bagi kamu semua”. Nabi kemudian menegur Siti ’Aisyah: ”Pelan-pelan wahai ’Aisyah. Hendaknya kamu bersikap lemah lembut dalam menanggapi masalah”.
• Dalam hadis lain disebutkan, bahwa Rasul saw berpesan,
”Hindarilah kekerasan dan perbuatan kasar”. Kemudian Rasul menjawab salam tadi dengan salam perdamaian Hubungan Dakwah Dengan Rahmatan lilalamin • Pertama-tama yang harus diketahui dalam memahami Islam sebagai agama rahmatan lil alamin adalah pemahaman terhadap Islam sebagai agama yang damai dan penebar kasih sayang. Pemahaman tersebut merupakan hal yang sangat fundamental dan merupakan paradigma dan world view dalam melakukan segala tindakan. Sebab, dengan menjadikannya sebagai suatu paradigma, umat Islam dalam melakukan segala sesuatu, terutama yang berhubungan dengan masalah sosial-keagamaan, akan selalu menghadirkan Islam dengan wajahnya yang damai dan toleran serta jauh dari sikap anarkisme, radikal dan intoleran. Berdasarkan pemahaman terhadap surat al-Anbiya’: 107
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam. “
Ayat di atas dipahami sebagai ayat menerangkan bahwa Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad ditujukan untuk menebar rahmat (kasih sayang) diantara sesama manusia dan sesama makhluq Tuhan, dengan itu kita yakin bahwa islam dilakukan dengan cara yang baik dan benar, tidak dengan kekerasan, maka ia dengan sendirinya akan mendatangkan rahmat bagi seluruh alam. • Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad menyebarkan Islam tidak dengan menggunakan kekerasan, tetapi dengan kasih sayang, kebijakan dan kedamaian. Banyak dari kaum Qurays, Yahudi dan Nasrani terpaut hatinya untuk memeluk Islam lantaran terkagum-kagum dengan perilaku dan sifat Nabi yang sangat mulia. Nabi tidak memaksakan dakwahnya, sebab Allah melarang untuk memaksa orang lain untuk memeluk agama-Nya (laa ikraha fi al-din). Jihad dilakukan bukan untuk menyerang (ofensif), tetapi untuk membela diri (difensif). Di Madinah, Nabi tidak mengusir orang- orang Yahudi dan Nasrani, tetapi justru beliau menjamin kebebasan dan haknya serta mengajak mereka bersama-sama membangun tatanan sosial, yang dikenal dengan piagam madinah (mitsaq al-madinah). Di Makkahpun, ketika terjadi peristiwa fathu makkah, masyarakat non- muslim tidak dibantai dan dipenjara, malah Nabi mengampuni mereka Model dakwah yang berlandaskan kepada hadis tentang kewajiban amar ma’ruf nahi munkar (menserukan kepada kebaikan dan mencegah kerusakan), sebagaimana berikut:
“Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, hendaklah
ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim). • Namun, sebagai umat islam tidak memahami hadis di atas sebagai alat legitimasi dalam mengimplementasikan amr ma’ruf nahi munkar dengan menggunakan kekerasan. Menyerukan kepada kebaikan dan mencegah hal-hal yang destruktif merupakan salah satu tugas para dai, tetapi harus diimplementasikan dalam bingkai Islam sebagai agama rahmatan lil alabmin, yakni dengan menggunakan pendekatan model Wali Songo dan juga dijelaskan dalam surat al-Nahl: 125. Berdakwah dengan Hikmah, Berdakwah dengan al-Mau’idzah al- hasana ( pelajaran yang baik ), Berdakwah dengan bantahan yang baik • Pernyataan bahwa Islam adalah agamanya yang rahmatan lil ‘alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari firman Allah Ta’ala, َ ك إِالَّ َرحْ َمةً ِل ْلعالَ ِم • ين َ َوما أَرْ َس ْلنا
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan
sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107) • Para Ahli tafsir berpendapat sebagaimana riwayat Ibnu Abbas. Yaitu Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, baik mu’min maupun kafir. Rahmat bagi orang mu’min yaitu Allah memberinya petunjuk dengan sebab diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi Wa sallam memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka terhadap ajaran Allah. Sedangkan rahmat bagi orang kafir, berupa tidak disegerakannya bencana yang menimpa umat-umat terdahulu yang mengingkari ajaran Allah” (diterjemahkan secara ringkas). Permasalahan muncul ketika orang-orang menafsirkan ayat ini secara sembarangan. Diantaranya pemahaman tersebut adalah :
1. Berkasih sayang dengan orang kafir
2. Berkasih sayang dalam kemungkaran 3. Berkasih sayang dalam penyimpangan beragama 4. Menyepelekan permasalahan aqidah 1. Berkasih sayang dengan orang kafir
Sebagian orang mengajak untuk berkasih sayang kepada orang kafir,
tidak perlu membenci mereka, mengikuti acara-acara mereka, enggan menyebut mereka kafir, atau bahkan menyerukan bahwa semua agama sama dan benar. Allah Ta’ala menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, namun bentuk rahmat bagi orang kafir bukanlah dengan berkasih sayang kepada merekabahwa bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah besar yang menimpa umat terdahulu. Inilah bentuk kasih sayang Allah terhadap orang kafir, dari penjelasan sahabat Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu 2. Berkasih Sayang dengan Kemungkaran
Sebagian kaum muslimin membiarkan orang-orang meninggalkan
shalat, bahkan membiarkan praktek-praktek kemusyrikan dan enggan menasehati mereka karena khawatir para pelaku maksiat tersinggung hatinya .Tetapi bentuk kasih sayang Allah terhadap orang mu’min adalah dengan memberi mereka petunjuk untuk menjalankan perinta- perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah, sehingga mereka menggapai jannah. Dengan kata lain, jika kita juga merasa cinta dan sayang kepada saudara kita yang melakukan maksiat, sepatutnya kita menasehatinya dan mengingkari maksiat yang dilakukannya dan mengarahkannya untuk melakukan amal kebaikan. 3. Berkasih Sayang Dalam Penyimpangan Beragam Adalagi yang menggunakan ayat ini untuk melegalkan berbagai bentuk bid’ah, syirik dan khurafat. Karena mereka menganggap bentuk-bentuk penyimpangan tersebut adalah perbedaan pendapat yang harus ditoleransi sehingga merekapun berkata: “Biarkanlah kami dengan pemahaman kami, jangan mengusik kami, bukankah Islam rahmatan lil’alamin?”. Pernyataan ‘biarkanlah kami dengan pemahaman kami, jangan mengusik kami’ hanya berlaku kepada orang kafir. Sebagaimana dinyatakan dalam surat Al Kaafirun: “Lakum dinukum Waliyadin” “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku‘” Sedangkan kepada sesama muslim, tidak boleh demikian. Bahkan wajib menasehati bila saudaranya terjerumus dalam kesalahan. 4. Menyepelekan permasalahan aqidah
Dengan menggunakan ayat ini, sebagian orang menyepelekan dan
enggan mendakwahkan aqidah yang benar. Karena mereka menganggap mendakwahkan aqidah hanya akan memecah-belah ummat dan menimbulkan kebencian sehingga tidak sesuai dengan prinsip bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘alamin. seruan untuk beraqidah yang benar adalah bentuk rahmat dari Allah Ta’ala. Karena dakwah tauhid yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah rahmat Allah, maka bagaimana mungkin menjadi sebab perpecahan ummat? Justru kesyirikanlah yang sebenarnya menjadi sebab perpecahan ummat. Pemahaman Yang Benar
• Di utusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam sebagai
Rasul Allah adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia. • Seluruh manusia di muka bumi diwajibkan memeluk agama Islam. • Hukum-hukum syariat dan aturan-aturan dalam Islam adalah bentuk kasih sayang Allah Ta’ala kepada makhluk-Nya. • Seluruh manusia mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam • Rahmat yang sempurna hanya didapatkan oleh orang yang beriman kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam • Seluruh manusia mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. • Orang yang beriman kepada ajaran Nabi SAW akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. • Orang kafir yang memerangi Islam juga mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, yaitu dengan diwajibkannya perang melawan mereka. Karena kehidupan mereka didunia lebih lama hanya akan menambah kepedihan siksa neraka di akhirat kelak. • Orang kafir yang terikat perjanjian dengan kaum muslimin juga mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Yaitu dengan dilarangnya membunuh dan merampas harta mereka. • Secara umum, orang kafir mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam berupa dihindari dari adzab yang menimpa umat-umat terdahulu yang menentang Allah. Sehingga setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, tidak akan ada kaum kafir yang diazab dengan cara ditenggelamkan seluruhnya atau dibenamkan ke dalam bumi seluruhnya atau diubah menjadi binatang seluruhnya. • Orang munafik yang mengaku beriman di lisan namun ingkar di dalam hati juga mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Mereka mendapat manfaat berupa terjaganya darah, harta, keluarga dan kehormatan mereka. Mereka pun diperlakukan sebagaimana kaum muslimin yang lain dalam hukum waris dan hukum yang lain. Namun di akhirat kelak Allah akan menempatkan mereka di dasar neraka Jahannam. • Pengutusan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam menjadi rahmat karena beliau telah memberikan pencerahan kepada manusia yang awalnya dalam kejahilan dan memberikan hidayah kepada manusia yang awalnya berada dalam kesesatan berupa peribadatan kepada selain Allah. • Sebagian ulama berpendapat, rahmat dalam ayat ini diberikan juga kepada orang kafir namun mereka menolaknya. Sehingga hanya orang mu’min saja yang mendapatkannya. • Sebagain ulama berpendapat, rahmat dalam ayat ini hanya diberikan orang mu’min.