Anda di halaman 1dari 21

ISLAM SEBAGAI

RAHMATAN
LILALAMIN
Q.S AL Anbiya : 107

َ ‫ك إِالَّ َرحْ َمةً ِل ْلعالَ ِم‬


‫ين‬ َ ‫َوما أَرْ َس ْلنا‬

“Tiadalah Kami utus engkau wahai


Muhammad, kecuali hanya sebagai rahmat bagi
semesta alam”

Dari Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw.


bersabda: “Tiadalah aku diutus kecuali hanya untuk
menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad)
Rahmah
Secara linguistik, kata rahmah bermakna
kelemahlembutan dan kepedulian (al-riqqah wa
al- ta’atuf wa al-marhamah). Selain itu, rahmah
juga dimaknai dengan al-magfirah atau ampunan
dan rezeki.
Satu asal kata dengan al-Rahman dan al-Rahim
Dari Lisan al-‘Arab, kata rahmah ada kaitannya dengan
rahim yang berfungsi sebagai tempat berkembangnya
janin dalam perut
Al - Alamin
Berasal dari kata ‘alam.
Gunung disebut dengan ‘alam
Manusia juga ‘alam
Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah adalah
• ‘alam.
Dengan demikian, yang disebut dengan ’alam adalah
segala sesuatu selain Allah SWT.
Rahmat Nabi Muhammad dan
Islam
Dengan demikian, pada ranah ini, maka meyakini
bahwa sifat rahmahnya Nabi harus berlaku pada
seluruh ’alam, baik itu berakal maupun tidak,
mu’min atau non mu’min.

Allah menekankan agar Muhammad berprilaku sebaik


mungkin pada siapa saja dan apa saja, seolah-olah
mereka semua adalah satu rahim dan satu kerabat
dengan Rasul
Kisah Nabi dan Aisyah
• Pada suatu saat ada sekelompok orang Yahudi yang
mengucapkan salam kepada Nabi. Tapi salam tersebut berisi
kecaman. ”Laknat dan kematian bagimu wahai Muhammad”.
Lalu Siti ’Aisyah, istri tercinta Nabi langsung menjawab balik
dengan nada emosi: ”Laknat dan kematian bagi kamu semua”.
Nabi kemudian menegur Siti ’Aisyah: ”Pelan-pelan wahai ’Aisyah.
Hendaknya kamu bersikap lemah lembut dalam menanggapi
masalah”.

• Dalam hadis lain disebutkan, bahwa Rasul saw berpesan,


”Hindarilah kekerasan dan perbuatan kasar”. Kemudian Rasul
menjawab salam tadi dengan salam perdamaian
Hubungan Dakwah Dengan
Rahmatan lilalamin
• Pertama-tama yang harus diketahui dalam memahami Islam sebagai
agama rahmatan lil alamin adalah pemahaman terhadap Islam
sebagai agama yang damai dan penebar kasih sayang. Pemahaman
tersebut merupakan hal yang sangat fundamental dan merupakan
paradigma dan world view dalam melakukan segala tindakan. Sebab,
dengan menjadikannya sebagai suatu paradigma, umat Islam dalam
melakukan segala sesuatu, terutama yang berhubungan dengan
masalah sosial-keagamaan, akan selalu menghadirkan Islam dengan
wajahnya yang damai dan toleran serta jauh dari sikap anarkisme,
radikal dan intoleran.
Berdasarkan pemahaman terhadap surat al-Anbiya’: 107

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)


rahmat bagi semesta alam. “

Ayat di atas dipahami sebagai ayat menerangkan bahwa Islam yang


dibawa oleh Nabi Muhammad ditujukan untuk menebar rahmat
(kasih sayang) diantara sesama manusia dan sesama makhluq
Tuhan, dengan itu kita yakin bahwa islam dilakukan dengan cara
yang baik dan benar, tidak dengan kekerasan, maka ia dengan
sendirinya akan mendatangkan rahmat bagi seluruh alam.
• Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad menyebarkan Islam tidak dengan
menggunakan kekerasan, tetapi dengan kasih sayang, kebijakan dan
kedamaian. Banyak dari kaum Qurays, Yahudi dan Nasrani terpaut hatinya
untuk memeluk Islam lantaran terkagum-kagum dengan perilaku dan sifat
Nabi yang sangat mulia. Nabi tidak memaksakan dakwahnya, sebab Allah
melarang untuk memaksa orang lain untuk memeluk agama-Nya (laa
ikraha fi al-din). Jihad dilakukan bukan untuk menyerang (ofensif), tetapi
untuk membela diri (difensif). Di Madinah, Nabi tidak mengusir orang-
orang Yahudi dan Nasrani, tetapi justru beliau menjamin kebebasan dan
haknya serta mengajak mereka bersama-sama membangun tatanan sosial,
yang dikenal dengan piagam madinah (mitsaq al-madinah). Di
Makkahpun, ketika terjadi peristiwa fathu makkah, masyarakat non-
muslim tidak dibantai dan dipenjara, malah Nabi mengampuni mereka
Model dakwah yang berlandaskan kepada hadis tentang
kewajiban amar ma’ruf nahi munkar (menserukan kepada
kebaikan dan mencegah kerusakan), sebagaimana berikut:

“Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, hendaklah


ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. jika tidak
mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak
mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah
selemah-lemah iman.” (HR. Muslim).
• Namun, sebagai umat islam tidak memahami hadis di atas
sebagai alat legitimasi dalam mengimplementasikan amr ma’ruf
nahi munkar dengan menggunakan kekerasan. Menyerukan
kepada kebaikan dan mencegah hal-hal yang destruktif
merupakan salah satu tugas para dai, tetapi harus
diimplementasikan dalam bingkai Islam sebagai agama rahmatan
lil alabmin, yakni dengan menggunakan pendekatan model Wali
Songo dan juga dijelaskan dalam surat al-Nahl: 125.
Berdakwah dengan Hikmah, Berdakwah dengan al-Mau’idzah al-
hasana ( pelajaran yang baik ), Berdakwah dengan bantahan yang
baik
• Pernyataan  bahwa Islam adalah agamanya yang rahmatan lil
‘alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari firman Allah
Ta’ala,
َ ‫ك إِالَّ َرحْ َمةً ِل ْلعالَ ِم‬
• ‫ين‬ َ ‫َوما أَرْ َس ْلنا‬

“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan


sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
• Para Ahli tafsir berpendapat sebagaimana riwayat Ibnu Abbas. Yaitu
Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam
sebagai rahmat bagi seluruh manusia, baik mu’min maupun kafir.
Rahmat bagi orang mu’min yaitu Allah memberinya petunjuk
dengan sebab diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
Beliau Shallallahu ‘alaihi Wa sallam memasukkan orang-orang
beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka terhadap
ajaran Allah. Sedangkan rahmat bagi orang kafir, berupa tidak
disegerakannya bencana yang menimpa umat-umat terdahulu yang
mengingkari ajaran Allah” (diterjemahkan secara ringkas).
Permasalahan muncul ketika orang-orang menafsirkan ayat ini
secara sembarangan. Diantaranya pemahaman tersebut adalah :

1. Berkasih sayang dengan orang kafir


2. Berkasih sayang dalam kemungkaran
3. Berkasih sayang dalam penyimpangan beragama
4. Menyepelekan permasalahan aqidah
1. Berkasih sayang dengan orang kafir

Sebagian orang mengajak untuk berkasih sayang kepada orang kafir,


tidak perlu membenci mereka, mengikuti acara-acara mereka, enggan
menyebut mereka kafir, atau bahkan menyerukan bahwa semua
agama sama dan benar.
Allah Ta’ala menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia,
namun bentuk rahmat bagi orang kafir bukanlah dengan berkasih
sayang kepada merekabahwa bentuk rahmat bagi mereka adalah
dengan tidak ditimpa musibah besar yang menimpa umat terdahulu.
Inilah bentuk kasih sayang Allah terhadap orang kafir, dari penjelasan
sahabat Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu
2. Berkasih Sayang dengan Kemungkaran

Sebagian kaum muslimin membiarkan orang-orang meninggalkan


shalat, bahkan membiarkan praktek-praktek kemusyrikan dan enggan
menasehati mereka karena khawatir para pelaku maksiat tersinggung
hatinya .Tetapi bentuk kasih sayang Allah terhadap orang mu’min
adalah dengan memberi mereka petunjuk untuk menjalankan perinta-
perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah, sehingga
mereka menggapai jannah. Dengan kata lain, jika kita juga merasa
cinta dan sayang kepada saudara kita yang melakukan maksiat,
sepatutnya kita menasehatinya dan mengingkari maksiat yang
dilakukannya dan mengarahkannya untuk melakukan amal kebaikan.
3. Berkasih Sayang Dalam Penyimpangan Beragam
Adalagi yang menggunakan ayat ini untuk melegalkan berbagai bentuk
bid’ah, syirik dan khurafat. Karena mereka menganggap bentuk-bentuk
penyimpangan tersebut adalah perbedaan pendapat yang harus ditoleransi
sehingga merekapun berkata: “Biarkanlah kami dengan pemahaman kami,
jangan mengusik kami, bukankah Islam rahmatan lil’alamin?”.
Pernyataan ‘biarkanlah kami dengan pemahaman kami, jangan mengusik
kami’ hanya berlaku kepada orang kafir. Sebagaimana dinyatakan dalam
surat Al Kaafirun:
“Lakum dinukum Waliyadin”
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku‘”
Sedangkan kepada sesama muslim, tidak boleh demikian. Bahkan wajib
menasehati bila saudaranya terjerumus dalam kesalahan.
4. Menyepelekan permasalahan aqidah

Dengan menggunakan ayat ini, sebagian orang menyepelekan dan


enggan mendakwahkan aqidah yang benar. Karena mereka
menganggap mendakwahkan aqidah hanya akan memecah-belah
ummat dan menimbulkan kebencian sehingga tidak sesuai dengan
prinsip bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.
seruan untuk beraqidah yang benar adalah bentuk rahmat dari Allah
Ta’ala. Karena dakwah tauhid yang dibawa oleh Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah rahmat Allah, maka bagaimana
mungkin menjadi sebab perpecahan ummat? Justru kesyirikanlah yang
sebenarnya menjadi sebab perpecahan ummat.
Pemahaman Yang Benar

• Di utusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam sebagai


Rasul Allah adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh
manusia.
• Seluruh manusia di muka bumi diwajibkan memeluk agama Islam.
• Hukum-hukum syariat dan aturan-aturan dalam Islam adalah
bentuk kasih sayang Allah Ta’ala kepada makhluk-Nya.
• Seluruh manusia mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam
• Rahmat yang sempurna hanya didapatkan oleh orang yang
beriman kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi Wa sallam
• Seluruh manusia mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
• Orang yang beriman kepada ajaran Nabi SAW akan mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
• Orang kafir yang memerangi Islam juga mendapat rahmat dengan
diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, yaitu
dengan diwajibkannya perang melawan mereka. Karena
kehidupan mereka didunia lebih lama hanya akan menambah
kepedihan siksa neraka di akhirat kelak.
• Orang kafir yang terikat perjanjian dengan kaum muslimin juga
mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi Wa sallam. Yaitu dengan dilarangnya membunuh dan
merampas harta mereka.
• Secara umum, orang kafir mendapat rahmat dengan diutusnya
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam berupa dihindari
dari adzab yang menimpa umat-umat terdahulu yang menentang
Allah. Sehingga setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi Wa sallam, tidak akan ada kaum kafir yang diazab dengan
cara ditenggelamkan seluruhnya atau dibenamkan ke dalam bumi
seluruhnya atau diubah menjadi binatang seluruhnya.
• Orang munafik yang mengaku beriman di lisan namun ingkar di
dalam hati juga mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Mereka mendapat
manfaat berupa terjaganya darah, harta, keluarga dan kehormatan
mereka. Mereka pun diperlakukan sebagaimana kaum muslimin
yang lain dalam hukum waris dan hukum yang lain. Namun di akhirat
kelak Allah akan menempatkan mereka di dasar neraka Jahannam.
• Pengutusan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam menjadi
rahmat karena beliau telah memberikan pencerahan kepada
manusia yang awalnya dalam kejahilan dan memberikan hidayah
kepada manusia yang awalnya berada dalam kesesatan berupa
peribadatan kepada selain Allah.
• Sebagian ulama berpendapat, rahmat dalam ayat ini diberikan juga
kepada orang kafir namun mereka menolaknya. Sehingga hanya
orang mu’min saja yang mendapatkannya.
• Sebagain ulama berpendapat, rahmat dalam ayat ini hanya diberikan
orang mu’min.

Anda mungkin juga menyukai