Fase Madinah
Fase Madinah dimulai sejak hijrahnya Muhammad s.a.w dari Makkah ke Madinah,
karena Madinah dianggap baik untuk pembenihan Islam. Kaum muslimin yang berada di
Madinah terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Anshar (kaum muslimin tuan rumah)
dan Muhajirin (kaum muslimin pendatang dari Makkah), maka langkah pertama yang
dilakukan adalah mempertalikan hubungan kekeluargaan atau hubungan persaudaraan antara
kaum Anshar dan Muhajirin, karena hanya dengan persatuanlah, maka umat Islam akan kuat.
Selanjutnya dilakukan lobi-lobi politik atau perjanjian dengan kelompok di luar Islam yang
ada di Madinah, karena pada saat itu telah ada kelompok lain yang tinggal di sana, antara lain
Yahudi.
Di Madinahlah Muhammad s.a.w. melakukan pembinaan masyarakat Islam. Pembinaan
masyarakat ini tidak hanya di bidang aqidah, tetapi juga menyangkut masalah politik,
ekonomi, dan sosial budaya. Di Madinah perkembangan ajaran Islam maju dengan pesat,
pada fase ini ajaran lebih ditekankan pada hukum kemasyarakatan atau lebih
kepada muamalah.
Dengan semakin besarnya kaum muslimin, dianggap merupakan ancaman bagi
kelompok lain, maka semakin benci pula orang-orang Quraisy kepada Muhammad s.a.w. dan
para pendukungnya. Konstelasi kebencian makin meningkat sehingga mengakibatkan
timbulnya peperangan, antara lain Badr, Uhud, Ahzab, Khandaq, dan beberapa perang
lainnya. Pada prinsipnya bagi kaum muslimin peperangan ini adalah upaya defensif dan
dalam rangka menegakkan kalimah tauhid.
Muhammad s.a.w. wafat dan dimakamkan di Madinah di usia 63 tahun, pada tanggal 12
Rabiul Awal 11 H, bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632.