Disusun oleh:
MELKI MANE
1445 H / 2023 M
MATERI SEJARAH PERJUANGAN HMI
ALOKASI WAKTU:
8 JAM
E. REFERENSI :
1. Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI (1974-1975), Bina Ilmu.
2. DR. Victor I. Tanja, HMI, Sejarah dan Kedudukannya Ditengah Gerakan
Muslim Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982.
3. Dr. H. Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, Yayasan Pusaka Riau
2013.
4. Dr. Din Muhammad Zakariya, Sejarah Peradaban Islam, Intrans Publishing –
Malang, 2018.
5. Ahmad Mansur Surya Negara, Api Sejarah, Surya Dinasti: Jakarta, 2015.
6. Drs. Agus Salim Sitompul, 44 indikator kemunduran HMI : suatu kritik dan
koreksi untuk kebangkitan kembali HMI. Miska Galiza, 2008
URAIAN MATERI
Pengertian sejarah secara etimologi berasal dari kata Arab syajarah artinya
“pohon”. Dalam bahasa Ingris peristilahan sejarah disebut history yang berarti
pengetahuan tentang gejala-gejala alam, khususnya manusia yang bersifat
kronologis. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa sejarah itu adalah aktivitas
manusia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang tersusun secara
kronologis. Pengertian Sejarah dapat diartikan suatu kebetulan terjadi di masa yang
telah lalu dan benar-benar terjadi, dan kebetulan pula dicatat, biasanya kebenaran
sejarah didukung bukti-bukti yang membenarkan peristiwa itu benar-benar terjadi.
Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang telah lampau
adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu, dan
dengan mempelajari maka dapat diambil hikmah/pelajaran dari peristiwa tersebut.
Pada peristiwa yang terjadi dapat dianalisis kelebihan dan kekurangan yang ada dari
peristiwa itu, dan pengetahuan tersebut dapat meningkatkan kehati-hatian dalam
mengambil keputusan pada masa saat ini dengan mempertimbangkan prinsip nilai
yang terjadi di masa lalu, karena pada dasarnya peristiwa masa lalu linear dengan
masa saat ini dan yang akan datang.
Masyarakat Arab pra Islam atau yang lebih dikenal dengan masyarakat
jahiliyah hidup dalam keterbelakangan, baik pengetahuan, sosial budaya maupun
peradaban. Masyarakat arab pra Islam tidak mengenal tulis dan baca, walaupun ada
yang dapat menulis dan membaca itu hanya sebagian kecil saja,
2. Fase Madinah
Kondisi umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI dapat
dikatakan ketinggalan dibandingkan masyarakat Eropa dengan Reinasance-nya. Ini
dapat dilihat dari penguasaan teknologi maupun pengetahuan, bahkan sebagain
besar umat Islam berada di bawah ketiak penindasan nekolim barat yang notabene
dimotori oleh kelompok Kristen. Umat Islam hanya terpaku, terlena oleh kejayaan
masa lampau atau pada zaman keemasan Islam. Umat Islam pada umumnya tidak
memahami ajaran Islam secara komprehensif, sehingga mereka hanya berkutat
seputar ubudiyah atau ritual semata tanpa memahami bahwa ajaran Islam adalah
ajaran paripurna yang tidak hanya mengajarkan hubungan manusia dengan Tuhan,
namun lebih jauh daripada itu menderivasikan hubungan transenden ke dalam
seluruh aspek kehidupan. Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang,
umat berada dalam keterbelakangan dan fenomena ini terjadi dapat dikatakan di
seluruh dunia. Hal tersebut mengakibatkan terpuruknya umat Islam yang dijanjikan
Allah untuk dipusakai alam semesta. Lebih ironis lagi ketika umat terbagi menjadi
berbagai golongan yang hanya berangkat dari masalah khilafiyah, yang bedampak
pada melemahnya kekuatan Islam.
Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu, umat Islam
berada dalam cengkaraman nekolim barat. Penjajah memperlakukan umat Islam
sebagai masyarakat kelas bawah dan diperlakukan tidak adil, serta hanya
menguntungkan kelompok mereka sendiri atau rakyat yang sudah seideologi
dengan mereka. Umat Islam Indonesia hanya mementingkan kehidupan akhirat
(katanya sich), dengan penonjolan simbolisasi Isalam dalam ubudiyah, sebagai
upaya kompensasi atas ketidakberdayaan untuk melawan nekolim, sehingga
pemahaman umat tidak secara benar dan kaffah. Bahkan ada sebagian ulama ang
menyatakan bahwa pintu ijtihad telah ditutup, hal ini menyebabkan umat hidup
dalam suasana taqlid dan jumud. Selain itu umat Islam Indonesia berada dalam
perpecahan berbagai macam aliran/firqah dan masing-masing golongan melakukan
truth claim, hal ini menyebabkan umat Islam Indonesia tidak kuat akibat kurang
persatuan di kalangan umat Islam di Indonesia.
HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam kondisi yang
memprihatinkan, yaitu terjadinya kesenjangan dan kejumudan pengetahuan,
pemahaman, penghayatan ajaran Islam sehingga tidak tercermin dalam kehidupan
nyata. Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi kemahasiswaan, yaitu
Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), namun PMY didominasi oleh partai
sosialis yang berpaham komunis. Akibat didominasi oleh partai sosialis maka PMY
tidak independen untuk memperjuangkan aspirasi mahasiswa, maka banyak
mahasiswa yang tidak sepakat dan tidak bisa membiarkan mahasiswa terlbat dalam
polarisasi politik. Sebagai realisasi dari keinginan tersebut maka di Yogyakarta
pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Pebruari 1947
sebuah organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
sebagai organisasi independen dan sebagai anak umat dan anak bangsa.
Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan sosial budaya
yang ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia guna
mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih. Untuk menegakkan dan
mengembangkan ajaran Islam pun harus dipelajari kondisi sosial budaya gara tidak
terjadi benturan kultur. Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami
ajaran Islam sebatas ritual harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial budaya
yang telah mengakar ini tidak dapat diubah serta merta, tetapi melalui proses
panjang dan bertahap.
Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan kebangsaan
yang bersatu secara integral sebagai dasar perjuangan HMI yang dirumuskan dalam
tujuan HMI yaitu :