Anda di halaman 1dari 61

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN

A. Perkembangan Peradaban Islam

Peradaban Islam telah dimulai sejak masa Rasulullah, khulafaurrasyidin, dan terus berkembang pada
Dinasti Umayyah dan Abbasiyah.

1. Peradaban Islam pada Masa Dinasti Umayyah

Kemajuan Dinasti ini adalah sebagai berikut.

a. Ekonomi

Pada masa Khalifah Muawiyah, didirikan percetakan uang yang bertuliskan bahasa Arab yang
terbuat dari perunggu lalu disempurnakan oleh khalifah Abdul Malik bin Marwan dan
dikeluarkannya mata uang logam Arab (emas/dinar, perak/dirham, perunggu/fals/fuls) yang satu sisi
bertuliskan kalimat “Laailaha Illallah” dan sisi lainnya tertulis Qul huwallahu ahad serta di luar
lingkarannya ditulis Muhammad Rasulullah bil huda wa dinil haq sebagai mata uang resmi
pemerintah islam.

b. Sosial Budaya

Dalam bidang sosial budaya, khalifah pada masa Dinasti Umayyah banyak memberi kontribusi yang
cukup besar dengan dibangunnya rumah sakit (mustasyfayat) di setiap kota oleh Khalifah Walid bin
Abdul Malik serta dibangun rumah singgah bagi anak-anak yatim piatu yang ditinggal oleh orang tua
mereka akibat perang dan orang tua yang tidak mampu pun dirawat di rumah-rumah tersebut.

c.

d. Politik

Semasa Dinasti Umayyah berkuasa, banyak intuisi politik dibentuk, misalnya undang-undang
pemerintahan, dewan menteri, lembaga sekretariat negara, jawatan pos dan giro, serta penasihat
khusus di bidang politik. Politik pada masa ini mengalami kemajuan dari dinasti sebelumnya yakni
dibentuknya al-Kitabah (sekretariat negara), AL-Hijabah (ajudan), organisasi keuangan, organisasi
kehakiman, organisasi tata usaha negara serta mengalami kemajuan dalam bidang militer yakni
diberlakukannya undang-undang wajib militer (Nizhamut Tajnidil Ijbary) dan dibangunnya armada
laut dengan sempurna.

2.

B.

C.
tugas sekolah

Kamis, 12 November 2015


Agama Islam makalah masa kejayaan islam yang dinantikan kembali Kelas XI SMA

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menulis makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan tanpa ada
hambatan yang berarti. Shalawat serta salamnya semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarganya dan para sahabatnya, dan juga kepada kita semua selaku umatnya yang
insya Allah selalu mengikuti ajaran sunahnya.

Makalah ini merupakan hasil observasi dan merupakan salah satu persyaratan untuk
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran “ Pendidikan Agama Islam “ di SMA NEGERI 58 Jakarta.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, dan jauh dari
sempurna, itu di karenakan keterbatasan yang kami miliki, karena kami masih tahap belajar. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini
dapat menjadi lebih baik lagi. Akhirnya kepada ALLAH lah kami pasrahkan semua,karena kebenaran
hanyalah milik-Nya.

Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca sekalian
Terutama untuk kelas kami tercinta.

Jakarta, 9 November 2013


Penyusun Makalah

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………………….1

Daftar Isi ………………………………………………………………………………………...2

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….….3

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………….….3

1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………3


Bab II Pembahasan

2.1 Masa Kejayaan Islam yang Dinantikan Kembali……………………………………………...4

2.2 Periodisasi Sejarah Islam ……………………………………………………………………..4

2.2 Masa Kejayaan Islam …………………………………………………………………..……..6

2.3 Tokoh-Tokoh pada Masa Kejayaan Islam ……………………………………………………7

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………...……………9

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………9


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti perabadan lain, Islam juga mengalami beberapa periode dalam sejarah. Ada satu periode
dimana Islam bisa menunjukan eksistensinya di Eropa bahkan dunia. Periode tersebut terjadi pada
saat para filsuf, ilmuwan, dan insinyur muslim bisa memberikan banyak konstribusi terhadap
perkembangan teknologi dan kebudayaan. Mereka melakukannya baik dengan menjaga tradisi yang
telah ada maupun dengan menciptakan penemuan-penemuannya sendiri.

Sebaliknya, bangsa Eropa waktu itu justru sedang berada di zaman kegelapan (dark ages),
dimana dominasi gereja sangatlah besar sehingga setiap kebenaran (ilmu pengetahuan) harus sesuai
dengan paham gereja. Apabila ada yang menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan gereja,
maka akan mendapatkan hukuman bahkan sampai dibunuh. Hal tersebut menyebabkan
terisolasinya ilmu pengetahuan dari manusia. Padahal sekitar tahun 300 SM, peradaban Eropa sudah
dibangun sedemikian rupa oleh bangsa Yunani dan Romawi. Ilmuan-ilmuan Yunani mengembangkan
filsafat, sementara orang Romawi mengembangkan birokrat.

Ketika Eropa sedang berada dalam masa kegelapan, masyarakat Islam justru mengalami
kemajuan dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Mereka mengambil ilmu-ilmu
yang ada di Yunani dan Romawi kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arab. Selain itu,
perkembangan Islam juga dihubungkan dengan letak geografis. Sebelum Islam datang, kota Mekah
merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab, Nabi Muhammad SAW sendiri juga berasal dari
golongan pedagang. Tradisi Ziarah Mekah membuat kota itu menjadi pusat pertukaran gagasan dan
barang. Pengaruh yang dipegang oleh para pedagang muslim dalam jalur perdagangan Afrika-Arab
dan Asia-Arab sangat besar dan penting. Hal tersebut membuat peradaban Islam tumbuh,
berkembang dan meluas dengan berdasarkan perekonomian dagangnya.

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan Masalahnya meliputi :

a. Bagaimana peruses masa kejayaan islam?


b. Bagaimana cara Islam berkembang?
c. Siapa saja tokoh – tokoh pada masa kejayaan islam ?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini kami buat untuk memenuhi Tugas Agama Islam dimana yang Insya Allah akan
dipresentasikan untuk bahan diskusi menjelang semester ganjil 2014/2015. Ada pun tujuan dari
pembahasan makalah ini yaitu : Untuk mengingat kembali tentang bagaimana masa kejayaan Islam,
untuk mengetahui bagaimana masa kejayaan islam. Dan mengetahui sederetan tokoh-tokoh masa
kejayaan islam dsb.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masa Kejayaan Islam yang Dinantikan Kembali

Selama 500 tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan, dan
peradabannya yang tinggi (Jacques C. Reister).

Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses
regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’-nya, Barat
bukanlah apa-apa (Montgomery Watt). Peradaban berhutang besar pada Islam (Barack Obama).
Masa Kejayaan Islam yang Dinantikan Kembali Tajmahal Pernyataan tersebut menggambarkan
bahwa siapa pun sesungguhnya tak akan bisa mengelak untuk mengakui keagungan peradaban Islam
pada masa lalu dan sumbangsihnya bagi dunia, termasuk dunia Barat, yang denyutnya masih terasa
hingga hari ini. Meski banyak ditutup-tutupi, pengaruh peradaban Islam terhadap kemajuan Barat
saat ini tetaplah nyata.

Lalu, di manakah kejayaan itu saat ini? Islam masa lalu yang gemilang, yang telah banyak
memengaruhi peradaban umat manusia di dunia ini. Memang merupakan sebuah realitas sejarah.
Dengan “mengenang” kembali masa-masa kejayaan dulu, diharapkan umat Islam secara sadar dan
jujur akan mampu melihat kembali kebesaran peradaban Islam masa lalu sekaligus mengembalikan
potensi untuk hadir pada masa kini dan masa yang akan datang untuk yang kedua kalinya.

Karena itu, selain meretrospeksi keagungan peradaban Islam masa lalu, diharapkan ada
upaya untuk memproyeksi sekaligus merekonstruksi kembali masa depan perabadan Islam di
tengah-tengah hegemoni perabadan Barat sekuler saat ini. Peradaban sekuler itu sekarang
sesungguhnya mulai tampak kerapuhannya dan makin kelihatan tanda-tanda kemundurannya.

Waktu bergerak maju dan tidak pernah mundur. Begitu juga peristiwa sejarah. Kita sebagai
manusia yang diberi akal, pastinya harus mengingat, apa yang terjadi pada masa lalu dan bagaimana
kejadiannya. Akal bisa memprediksi kejadian yang akan datang dengan belajar dari masa lalu.

2.2 Periodisasi Sejarah Islam


Dikalangan ahli sejarah terdapat perbedaan tentang kapan dimulainya sejarah Islam yang
telah berusia lebih dari empat belas abad ini. Di satu pihak menyatakan bahwa sejarah Islam
(muslim) dimulai sejak Nabi Muhammad SAW. diangkat sebagai Rasul, dan berada di Makkah atau
tiga belas tahun sebelum hijrah ke Madinah. Di lain pihak menyatakan, bahwa sejarah Islam itu
dimulai sejak lahirnya negara Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Atau tepatnya
setelah Nabi Muhammad SAW. Berhijrah ke Madinah yang sebelumnya bernama Yatsrib.

Timbulnya perbedaan dari kedua belah pihak tersebut disebabkan karena perbedaan
tinjauan tentang unit sejarah. Pihak pertama melihat bahwa unit sejarah adalah masyarakat.
Masyarakat Muslim telah ada sejak Nabi Muhammad SAW. Menyampaikan seruannya. Malah
jumlah mereka sedikit atau banyak tidak menjadi soal. Disamping itu, meskipun mereka belum
berdaulat, tetapi sudah terikat dalam satu organisasi yang memiliki corak tersendiri. Sedangkan
pihak kedua melihat bahwa niat sejarah itu adalah Negara, sehingga sejarah Islam mulai dihitung
sejak lahirnya Negara Madinah.

Perbedaan pendapat tersebut akan tercermin pada pembagian periodisasi sejarah


(kebudayaan) Islam yang dikemukakan oleh para ahli, terutama dalam hal tahun permulaan sejarah
Islam pada periode pertama atau biasa disebut periode klasik, dan bahkan ada yang menyebutkan
sebagai periode praklasik guna mengisi babakan sejarah Islam yang belum disebutkan secara tegas
dalam periode klasik tersebut.

Hasjimy menyatakan bahwa para ahli sejarah kebudayaan telah membagi sejarah
kebudayaan Islam kepada sembilan (9) periode, sesuai dengan perubahan-perubahan politik,
ekonomi, dan social dalam masyarakat Islam selama masa-masa itu. Kesembilan periode itu adalah,
sebagai berikut:

1. Masa permulaan Islam, yang dimulai sejak lahirannya Islam pada tanggal 17 Ramadhan 12 tahun
sebelum hijrah sampai tahun 41 Hijriyah, atau 6 Agustus 610 sampai 661 M;

2. Masa Daulah Amawiyah: dari tahun 41-132 H. ( 661-750 M );

3. Masa Daulah Abbasiyah Islam: dari tahun 132-232 H. ( 750-847 M );

4. Masa Daulah Abbasiyah II: dari tahun 232-334 H. ( 847-946 M );

5. Masa Daulah Abbasiyah III: dari tahun 334-467 H. ( 946-1075 M );

6. Masa Daulah Abbasiyah IV: dari tahun 467-656 H. ( 1075-1261 M );

7. Masa Daulah Mungoliyah: dari tahun 656-925 H. ( 1261-1520 M );

8. Masa Daulah Utsmaniyah: dari tahun 925-1213 H. ( 1520-1801 M );

9. Masa Kebangkitan Baru: dari tahun 1213 H. (1801 M ) sampai awal abad 20.

Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa periode sejarah kebudayaan Islam dimulai
sejak Nabi Muhammad SAW. Diangkat menjadi Rasul, pada tahun 12/13 tahun sebelum hijrah. Hal
ini berarti mendukung pendapat pihak pertama sebagaimana uraian terdahulu.

Di lain pihak Harun Nasution juga telah membagi sejarah Islam secara garis besar ke dalam
tiga (3) periode besar, yaitu:

a. Periode klasik (650-1250 M);

Periode klasik merupakan kemajuan Islam dan dibagi ke dalam dua fase, yaitu pertama: fase
ekspansi, integrasi, dan puncak kemajuan (650-1000 M); kedua: fase disintegrasi,

b. periode pertengahan (1250-1800 M);

periode pertengahan juga dibagi ke dalam dua fase, yaitu; fase kemunduran (1250-1500 M) dan fase
ketiga kerajaan besar (1500-1800 M), yang dimulai dengan zaman kemajuan (1500-1700 M) dan
zaman kemunduran (1700-1800 M),

c. periode modern (1800-dan seterusnya).

Sedang periode modern merupakan zaman kebangkitan umat Islam.

2.2 Masa Kejayaan Islam


Masa kejayaan Islam terjadi pada sekitar tahun 650‒1250. Periode ini disebut Periode Klasik.
Pada kurun waktu itu, terdapat dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Umayyah atau sering disebut
Daulah Umayyah dan Kerajaan Abbasiyah yang sering disebut Daulah Abbasiyah.
Pada masa Bani Umayyah, perkembangan Islam ditandai dengan meluasnya wilayah kekuasaan
Islam dan berdirinya bangunan-bangunan sebagai pusat dakwah Islam. Kemajuan Islam pada masa
ini meliputi: bidang politik, keagamaan,ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur), sosial, dan bidang
militer.

Sementara perkembangan Islam pada masa Bani Abbasiyah ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi bidang ilmu pengetahuan,
ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur), sosial, dan bidang militer.
Tentu saja kemajuan umat Islam baik pada masa Bani Umayyah maupun Bani Abbasiyah terjadi tidak
secara tiba-tiba. Akan tetapi, ada penyebabnya, yaitu disebabkan oleh faktor internal dan faktor
eksternal.

Faktor internal antara lain:


1. konsistensi dan istiqamah umat Islam kepada ajaran Islam,
2. ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk maju,
3. Islam sebagai rahmat seluruh alam,
4. Islam sebagai agama dakwah sekaligus keseimbangan dalam menggapai kehidupan duniawi
dan ukhrawi.

Faktor eksternal antara lain seperti berikut.

1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami
perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting di bidang
pemerintahan. Selain itu, mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra.
Adapun pengaruh Yunani masuk melalui berbagai macam terjemah dalam banyak bidang ilmu,
terutama filsafat.

2. Gerakan Terjemah
Pada masa Periode Klasik, usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali.
Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam ilmu pengetahuan umum terutama di bidang
astronomi,kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah.

Selain faktor tersebut di atas, kejayaan Islam ini disebabkan pula oleh adanya gerakan ilmiah atau
etos keilmuan dari para ulama yang ada pada Periode Klasik tersebut antara lain seperti berikut.
1. Melaksanakan ajaran al-Qur’ān secara maksimal, di mana banyak ayat dalam al-Qur’ān yang
menyuruh agar kita menggunakan akal untuk berpikir.

2. Melaksnakan isi hadis, di mana banyak hadis yang menyuruh kita untuk terus-menerus menuntut
ilmu, meskipun harus ke negeri Cina. Bukan hanya ilmu agama yang dicari, tetapi ilmu-ilmu lain yang
berhubungan dengan kehidupan manusia di dunia ini.
3. Mengembangkan ilmu agama dengan berijtihad, ilmu pengetahuan umum dengan mempelajarai
ilmu filsafat Yunani. Maka, pada saat itu banyak bermunculan ulama fiqh, tauhid (kalam), tafsir,
hadis, ulama bidang sains (ilmu kedokteran, matematika, optik, kimia, fisika, geografi), dan lain-lain.
4. Ulama yang berdiri sendiri serta menolak untuk menjadi pegawai pemerintahan.

2.3

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Selama 500 tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan, dan
peradabannya yang tinggi. Periode tersebut terjadi pada saat para filsuf, ilmuwan, dan insinyur
muslim bisa memberikan banyak konstribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan.
Mereka melakukannya baik dengan menjaga tradisi yang telah ada maupun dengan menciptakan
penemuan-penemuannya sendiri.

Sekitar 750 M - sek. 1258 M adalah masa ketika para filsuf, ilmuwan, dan insinyur di Dunia
Islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan, baik
dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi
mereka sendiri. Banyak dari perkembangan dan pembelajaran ini dapat dihubungan dengan
geografi. Bahkan sebelum kehadiran Islam, kota Mekahmerupakan pusat perdagangan di Jazirah
Arab dan Muhammad sendiri merupakan seorang pedagang.

Banyak sekali tokoh Islam yang memiliki keahlian dalam berbagai bidang ilmu yaitu: Ibnu Rusyd, Al-
Ghazali, AI-Kindi, AI-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Sina.
DAFTAR PUSTAKA

Buku BSE Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

http://id.wikipedia.org/

http://www.google.com/

http://khoiruroji.blogspot.com/

http://pandidikan.blogspot.com/2010/12/periodesasi-sejarah-islam.html

Diposting oleh ningrum handayani di 20.12

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:

1.

Annisa Oktarina IX E24 November 2016 21.04

Terimaksih infonya Gan

Balas

Muat yang lain...

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ► 2017 (24)

 ▼ 2015 (12)
o ▼ November (12)
 Kerajaan Islam PAI Kelas IX
 LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM IPA TENTANG UJI MAKANAN I...
 Teori Atom IPA Kelas VIII SMP
 Perjalanan Belanda ke Indonesia IPS Kelas VIII SMP...
 Project Matematika Statistika Kelas XI SMA
 TEROPONG PANGGUNG Kelas X SMA
 Project Matematika Statistika Kelas XI SMA
 Makna Hak Warga Negara PPKn Kelas XI SMA
 Agama Islam makalah masa kejayaan islam yang dinan...
 KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA “ASAM DAN BASA” KEL...
 Ekonomi Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskla Kel...
 Ekonomi Inflasi SMA Kelas XI

 ► 2014 (14)

 ► 2013 (3)

Mengenai Saya

ningrum handayani

Lihat profil lengkapku

Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

pramitha shafika

Selasa, 17 Mei 2016


Makalah agama islam perkembangan islam pada masa kejayaan

Perkembangan peradaban
kata pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt karena berkat dan rahmat-Nya kami
bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul perkembangan peradaban islam pada
masa kejayaan.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jakarta, 2 september 2015

penyusun
Daftar isi
Bab 8 Perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
a. Menelaah perkembangan islam pada masa
kejayaan.......................................................................
b. Mendeskripsikan perkembangan islam pada masa
kejayaan.......................................................................
c. Hikmah dan perilaku yang diambil dari perkembangan islam
pada masa
kejayaan......................................................................
d. Kesimpulan.................................................................

Pembahasan
A. Menelaaah perkembangan islam pada masa kejayaan

1. Waktu perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan

Perkemabangan islam pada masa kejayaan terjadi pada tahun 750-1258 M. Lebih dari 500 taun umat
islam pernah berada pada masa kejayaan. Dikatakan masa kejayaan islam karena pada rentang
waktu tersebut, umat islam menguasai dunia dalam berbagai bidang seperti ekonomi, politik, dan
lain-lain.

2. Faktor-faktor yang mendorong perkembangan islam pada masa kejayaan

Masa kejayaan islam tidak terjaid dengan sendirinya . ada faktor pendorong yang mempengaruhi
kejayaan islam diantaranya

a. Dorongan semangat membaca (Iqra)


Umat islam pada masa kejayaan sangan memahami bahwa hanya dengan membaca, umat islam
melek dalam segala hal. Kesadaran ini tumbuh dan berkembang oleh pemahaman bahwa allah swt
meberikan wahyu oertama kali kepada nabi Muhammad saw, yakni Qs. Al-Alaq/96 :1-5
‫اقرَْْأ‬
ْ ‫م‬ ْ ِ‫ك ب‬
ِْ ‫اس‬ َْ َ‫خل‬
َْ ِّ ِ‫ق الْ ِذي َرب‬ َ ١

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

َ َ‫خل‬
ْ‫ق‬ َْ ‫س‬
َ ‫ان‬ ْْ ‫ َعلَقْ ِم‬٢
َ ‫ن اإل ْن‬

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

ْ‫اقر َْأ‬
ْ ‫ك‬َْ ُّ‫األكرَمْ َورَب‬
ْ ٣

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

َْ ‫م َعل‬
‫م ال ِذي‬ ْ ِ‫ ب‬٤
ِْ َ‫ال َقل‬

4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],


[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

َْ ‫س‬
َ ‫ان َعل‬
ْ‫م‬ ْْ َ‫م ل‬
َ ‫م مَا اإل ْن‬ ْْ َ‫ ي َْعل‬٥

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat tersebut mendorong umat islam untuk mebaca, sehingga membaca menjadi bagiajn drai udaya
islam . membaca teks berarti membaca dan memahami teks yang terdapat di teks. Dengan sikap
tekum membaca maka akan menjadi manusia yang cerdas dan tinggi derajatnya akan diangkat oleh
allah. Sesuai dengan firmah allah Qs Al – Mujadalah/58:11

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam
majelis-majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah Swt. akan memberi kelapangan untukmu. Apabila
dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah Swt. akan mengangkat (derajat) orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Swt.
Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Surah al-Muj±dalah/58: 11)

Dewasa ini minat baca umat islam terutama pelajar masih rendah, sehingga umat islam dalam
banyak hal kurang kontribusi ynag menggermbirakan terhadap kehidupan manusia didunia. Saat ini
banyak umat islam dibawah garis kemiskinan & kebodohan.

b. Ilmu berasaskan tauhid


Semua ilmu bersumber dari kitab suci al quran. Ilmu kitab suci alquran lahir melalui pemahaman
umat islam yang verdas dalam berpikir terhadap seruan alquran, ssehingga lahirlah berbagai macam
ilmu sesuai dengan masing-masing pribadi dalam merespon seruan ayat. Sehingga alquran induk &
sumber lahirnya berbagai ilmu.

Misi utama dakwah islam yang bersumber dari alquran adalah menyeru kepada manusia untuk
mnegesahkan allah swt, agar manusia dapat sukses dan selamat dan sukses dunia akhirat ketika
mengemban amanah sebagai khalifah allah swt dimuka bumi.

Demikian halnya dengan ilmu, semua ilmu harus membekali dan membimbng manusia untuk
mengesahkan allah swt. Sesuai dengan firman allah Qs Az Zariya/51 : 56

‫س ا ْل ِجنُ َخلَ ْقتُ َو َما‬


َُ ‫اْل ْن‬
ِ ْ ‫ون إَُِلُ َو‬
ُِ ‫ِليَ ْعبد‬
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”

Dengan demikian, semua ilmu harus berasaskan tauhid, artinya membimbing dan mendorong
manusia mengesahkan allah.

c. Panduan alquran & sunah


Alquran dan sunah merupakan sumber yang tidak pernah kering, sumber itu mencakup dalam segala
hal, termasuk ilmu pengetahuan. Orang yang menjadikan Alquran dan sunah sebagaipamduan hidup
maka akan selamat, aman, damai, bahagia dimanapun beraada. Sebaliknya, meninggalkan alquran &
sunah sebagai panduan hidup maka akan terbelakang, ketinggalan jaman & celaka dimanapun
berada.

d. Keterbukaan & kreativitas umat islam


Sebagai seorang pelajar maka kita hendakanya senantiasa memupuk sikap kreativitas, sehingga
terbiasa berfikir dan berperilaku yang mampu mendatangkan manfaatkepada banyak pihak. Firman
allah swt dalam Qs Ali Imran/3 :190-191

َِّ ‫ت خ َْل‬
(190)َّ‫ق فِي إِن‬ َّ ِ ‫ف َواأل َ ْر‬
َِّ ‫ض الس َم َاوا‬ ْ ‫ل َو‬
َِّ َ‫اختِال‬ َِّ ‫ب ِأل ُ ْولِي آليَاتَّ َوالن َه‬
َِّ ‫ار الل ْي‬ ْ ‫ا‬
َِّ ‫أللبَا‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan Bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”

َّ‫ِين‬ ََّ ‫للا يَ ْذ ُك ُر‬


َ ‫ون الذ‬ ََِّ ‫ى َوقُعُودًا قِيَا ًما‬
ََّ َ‫عل‬
َ ‫ون ُجنُوبِ ِه َّْم َو‬ َِّ ‫ت َّ ِّالس خ َْل‬
ََّ ‫ق فِي َويَتَفَك ُر‬ َّ ِ ‫َواأل َ ْر‬
َِّ ‫ض َم َاوا‬

ََّ ‫الً هَذا َخلَ ْق‬


(191)‫ت َما َربَّنَا‬ َّ ِ‫َك بَاط‬
ََّ ‫س ْب َحان‬ ََّ َ‫عذ‬
ُ ‫اب فَ ِقنَا‬ َ ‫ار‬
َِّ ‫الن‬

“Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk, dan dalam keadaan berbaring,
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sambil berkata: "Ya Tuhan kami,
Engkau tidak menciptakan ini dengan sia-sia! Maha Suci Engkau! Maka peliharalah kami dari siksa
neraka.”

e. Gerakan penerjemah
Salah satu lahirnya ilmuan islam pada masa kejayaan adalah gerakan penerjemah. Umat islam
berlomba-lomba untuk melakukan kegiatan penerjemah literatur asing kedalam bahasa arab,
sehingga umat islam dapat mengambil isi dan kandungan ilmu dari literatur tersebut.

Gerakan penerjemah ini terjadi secara semarak pada masa khalifah Al-Rasyid dan khalifah Al-
Makmun. khalifah Al-Rasyid dan khalifah Al-Makmun selalu mendorong umat islam agar selalu
melakukan kegiatan penerjemah dan kegiatan keilmuan lain dengan imbalan yang tinggi.

B. Mendeskripsikan perkembangan islam pada masa kejayaan

1. Kebijakan Khalifah

Kebijakan khalifah daulah abbasiyah lebih menekankan pada perluasaan wilayah, para khalifah lebih
memperioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan islam. Daulah Bani
Abbasiyah yang didirikan pada tahun 132 H / 750 M oleh Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali
bin Abdullah bin Abbas merupakan kelanjutan dari pemerintahan Daulah Umayyah yang telah
hancur di Damaskus. Gerakan bani Abbas pada waktu itu yang dipimpin oleh Ibrahim Al Imam
melakukan gerakan diam-diam atau rahasia yang berpusat di Khurasan. Dengan pimpinan panglima
perang yang bernama Abu Muslim Al Khusrasany, Bani Abbas dapat menguasai daerah Khurasan dan
Kufah. Setelah Kufah dapat dikuasai sepenuhnya, diangkatlah Abul Abbas menjadi Khalifah pertama
pada tahun 132 H / 750 M. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Daulah Bani Umayyah pada saat
itu. Dinamakan kekhalifahan Daulah Abbasiyah, karena para pendiri dan penguasa dinasti ini
merupakan keturunan Bani Abbas, paman Nabi Muhammad SAW.
Masa Kedaulatan Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang cukup
lama dalam sebuah peradaban. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para
sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode: (1) Periode
Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama; (2) Periode Kedua
(232 H/847 M-334 H/945 M), disebut pereode pengaruh Turki pertama; (3) Periode Ketiga (334
H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah.
Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua; (4) Periode Keempat (447 H/1055 M-590
H/l194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya
disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua; (5) Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M),
masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota
Bagdad.

Tidak seperti pada periode Umayyah, Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih memprioritaskan
pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Fakta
sejarah mencatat bahwa masa Kedaulatan Abbasiyah merupakan pencapaian cemerlang di dunia
Islam pada bidang sains, teknologi dan filsafat. Pada saat itu dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh
Kekhilafahan Islam.

Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulat Abbasiyah merupakan masa kejayaan (keemasan)
peradaban Islam, dimana Baghdad mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat. Secara
politis, para khalifah betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik
dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini
juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik,
meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.

Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan peradaban Islam terjadi pada
masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M). Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh ahli
ibadah; senang bershadaqah; sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama; senang dikritik
serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ‘ulama. Pada masa pemerintahannya dilakukan
sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari
golongan Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang
salah satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang
berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu
lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga
dapat membaca, menulis dan berdiskusi.

Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan
sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah
terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga
dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta
kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan
dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.

Terjadinya perkembangan lembaga pendidikan pada masa Harun Al Rasyid mencerminkan terjadinya
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan
bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah,
maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.

Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama juga lahir para imam mazhab hukum yang empat
hidup Imam Abu Hanifah (700-767 M); Imam Malik (713-795 M); Imam Syafi'i (767-820 M) dan Imam
Ahmad bin Hanbal (780-855 M).

Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tersebut tidak terlepas dari
adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap berbagai budaya dari bangsa-
bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan penterjemahan yang
dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775 M) hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia,
farmasi, biologi, fisika dan sejarah.

Menurut Demitri Gutas proses penterjemahan di zaman Abbasiyah didorong oleh motif sosial, politik
dan intelektual. Ini berarti bahwa para pihak baik dari unsur masyarakat, elit penguasa, pengusaha
dan cendekiawan terlibat dalam proses ini, sehingga dampaknya secara kultural sangat besar.

Gerakan penerjemahan pada zaman itu kemudian diikuti oleh suatu periode kreativitas besar,
karena generasi baru para ilmuwan dan ahli pikir muslim yang terpelajar itu kemudian membangun
dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya untuk mengkontribusikannya dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan.

Menurut Marshall, proses pengislaman tradisi-tradisi itu telah berbuat lebih jauh dari sekadar
mengintegrasikan dan memperbaiki, hal itu telah menghasilkan energi kreatif yang luar biasa.
Menurutnya, periode kekhalifahan dalam sejarah Islam merupakan periode pengembangan di
bidang ilmu, pengetahuan dan kebudayaan, dimana pada zaman itu telah melahirkan tokoh-tokoh
besar di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi. Berbagai
pusat pendidikan tempat menuntut ilmu dengan perpustakaan-perpustakaan besar bermunculan di
Cordova, Palermo, Nisyapur, Kairo, Baghdad, Damaskus, dan Bukhara, dimana pada saat yang sama
telah mengungguli Eropa yang tenggelam dalam kegelapan selama berabad-abad. Kehidupan
kebudayaan dan politik baik dari kalangan orang Islam maupun non-muslim pada zaman
kekhilafahan dilakukan dalam kerangka Islam dan bahasa Arab, walaupun terdapat perbedaan-
perbedaan agama dan suku yang plural.

Pada saat itu umat Islam telah berhasil melakukan sebuah akselerasi, jauh meninggalkan peradaban
yang ada pada saat itu. Hidupnya tradisi keilmuan, tradisi intelektual melalui gerakan penerjamahan
yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan penyelidikan yang didukung oleh kuatnya elaborasi dan
spirit pencarian, pengembangan ilmu pengetahuan yang berkembang secara pesat tersebut,
mengakibatkan terjadinya lompatan kemajuan di berbagai bidang keilmuan yang telah melahirkan
berbagai karya ilmiah yang luar biasa.
Menurut Oliver Leaman proses penterjemahan yang dilakukan ilmuwan muslim tidak hanya
menterjemahkan karya-karya Yunani secara ansich, tetapi juga mengkaji teks-teks itu, memberi
komentar, memodifikasi dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam. Proses asimilasi tersebut
menurut Thomas Brown terjadi ketika peradaban Islam telah kokoh. Sains, filsafat dan kedoketeran
Yunani diadapsi sehingga masuk kedalam lingkungan pandangan hidup Islam. Proses ini
menggambarkan betapa tingginya tingkat kreativitas ilmuwan muslim sehingga dari proses tersebut
telah melahirkan pemikiran baru yang berbeda sama sekali dari pemikiran Yunani dan bahkan boleh
jadi asing bagi pemikiran Yunani.

Pada masa-masa permulaan perkembangan kekuasaan, Islam telah memberikan kontribusi kepada
dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas), compass (kompas) and gunpowder (mesiu).
Penemuan alat cetak (movable types) di Tiongkok pada penghujung abad ke-8 M dan penemuan alat
cetak serupa di Barat pada pertengahan abad 15 oleh Johann Gutenberg, menurut buku Historians’
History of the World, akan tidak ada arti dan gunanya jika Bangsa Arab tidak menemukan lebih
dahulu cara-cara bagi pembuatan kertas.

Pencapaian prestasi yang gemilang sebagai implikasi dari gerakan terjemahan yang dilakukan pada
zaman Daulat Abbasiah sangat jelas terlihat pada lahirnya para ilmuwan muslim yang mashur dan
berkaliber internasional seperti : Al-Biruni (fisika, kedokteran); Jabir bin Hayyan (Geber) pada ilmu
kimia; Al-Khawarizmi (Algorism) pada ilmu matematika; Al-Kindi (filsafat); Al-Farazi, Al-Fargani, Al-
Bitruji (astronomi); Abu Ali Al-Hasan bin Haythami pada bidang teknik dan optik; Ibnu Sina
(Avicenna) yang dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran Modern; Ibnu Rusyd (Averroes) pada bidang
filsafat; Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi). Mereka telah meletakkan dasar pada berbagai bidang ilmu
pengetahuan.

Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat Abbasiyah yang karyanya diakui dunia
diantaranya:
• Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku,
140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur
adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya
penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa
hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan
measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya,
ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina;
• Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat
tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling
terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet
Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan;
• Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu
geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih
qui dicitur al-Ya’qubi historiae;
• Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika
(geometri dan trigonometri).

Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia
modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu
pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi
(pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong
munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa.

Melalui dunia Islam-lah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu
pengetahuan modern. Menurut George Barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak untuk
merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak
ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber-sumber Arab.

Sebelum Islam datang, menurut Gustav Le Bon, Eropa berada dalam kondisi kegelapan, tak satupun
bidang ilmu yang maju bahkan lebih percaya pada tahayul. Sebuah kisah menarik terjadi pada zaman
Daulat Abbasiah saat kepemimpinan Harun Al-Rasyid, tatkala beliau mengirimkan jam sebagai
hadiah pada Charlemagne seorang penguasa di Eropa. Penunjuk waktu yang setiap jamnya berbunyi
itu oleh pihak Uskup dan para Rahib disangka bahwa di dalam jam itu ada jinnya sehingga mereka
merasa ketakutan, karena dianggap sebagai benda sihir. Pada masa itu dan masa-masa berikutnya,
baik di belahan Timur Kristen maupun di belahan Barat Kristen masih mempergunakan jam pasir
sebagai penentuan waktu.

Bagaimana kondisi kegelapan Eropa pada zaman pertengahan (Abad 9 M) bukan hanya pada aspek
mental-dimana cenderung bersifat takhayul, demikian pula halnya dalam aspek fisik material. Hal ini
sebagaimana digambarkan oleh William Drapper:

“Pada zaman itu Ibu Kota pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota paling beradab di Eropa,
113.000 buah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakaan dan toko-toko buku, masjid-masjid dan istana
yang banyak. Cordova menjadi mashur di seluruh dunia, dimana jalan yang panjangnya bermil-mil
dan telah dikeraskan diterangi dengan lampu-lampu dari rumah-rumah di tepinya. Sementara
kondisi di London 7 abad sesudah itu (yakni abad 15 M), satu lampu umumpun tidak ada. Di Paris
berabad-abad sesudah zaman Cordova, orang yang melangkahi ambang pintunya pada saat hujan,
melangkah sampai mata kakinya ke dalam lumpur”.

Menurut Philip K. Hitti, jarak peradaban antara kaum muslimin di bawah kepemimpinan Harun Al-
Rasyid jauh melampaui peradaban yang ada pada orang-orang Kristen pimpinan Charlemagne.

2. Respon umat islam


Semua kebijakan para khalifah untuk membangun sebuah peradaban dan gerakan berpikir maju,
cepat direspon, oleh umat islam dengan respon yang sangat tinggi. Bentuk respon tersebut ditandai
dengan sikap semangat yang tinggi dari umat islam untuk belajar, membaca, mencoba, dan menulis.
Sehimgga pada masa daulah abbasiyah mampu melahirkan tokoh islam di berbagai bidang ilmu dan
akhirnya mampu menempatkan posisi umat islam sebagai umat terbaik di dunia. Manusia yang
mampu memberikan manfaat bagi manusia lain, atau mampu berperan dan bersifat rahmatan li
alamin.

1. Tokoh Islam di bidangTauhid

Ilmu tauhid ialah ilmu yang mempelajari tentang keimanan atau keyakinan atau akidah.Tokoh yang
terkenal di bidang ilmu tauhid adalah Abu Hasan Al-Asy’aridan Abu Mansyur Al-Maturidi.

No Nama Kelahiran dan kematian Pemikiran/Hasilkarya

1. Abu Hasan Al- - Lahir di Bashrahtahun - Bapak ilmu tauhid yang diikuti
Asy’ari 260 H/873 M pemikirannya oleh mayoritas umat islam
di dunia
- Wafat di Bagdad
padatahun 324 H/935 - Menemukan sifat wajib Allah SWT. Ada
M (berumur 64 tahun) 13 yaitu :wujud, qidam, baqa,
mukhalafatullilhawadis,
qiyamuhubinafsihi, wahdaniyah, qudrah,
iradah, ilmu, hayat, sama’, basaar,
dankalam, ditambahdengan 7
sifatmaknawiyahyaitu : qadiran,
muridan, aliman, hayyan, sami’an,
basiran, mutakalliman, sehinggamenjadi
20 sifatwajibbagi Allah SWT.

2. Abu Mansyur Al-- Lahir di - Pembawa aliran tauhid dalam paham


Maturidi SamarkanBashrah, Ahlu Sunnah walJama’ah
tahun 238 H/852 M
- Diantara pemikirannya adalah :wujud
- Wafatpadatahun 333 Allah dapat diketahui oleh akal manusia,
H/944 M dimakamkan setiap perbuatan Allah SWT. Memiliki
di Samarkan hikmah (tidak sia sia), Allah SWT. Dapat
dilihat oleh indra manusia kelak hari
kiamat, orang yang berdosa besar tidak
kekal di neraka, Al-Qur’an bersifat kekal.

2. Tokoh Islam di bidangFikih

Ilmu fikih adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara beribadah dan bermuamalah. Tokoh yang
paling terkenal di bidang ilmu fikih antara lain : Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam
Hambali. Ajaran mereka dikenal dengan sebutan MahzabHanafi, Mahzab Maliki, MahzabSyafi’i,
danMahzabHambali.

No Nama Kelahirandankematian Pemikiran/Hasilkarya

1. Abu Abdillah - Lahir di Madinahtahun - Penulis kitab Al-Muwatta (kitabhadis)


Malik bin Anas 93 H/716 M
- Dalam menetapan hokum fikih, beliau
(Imam Maliki) - Wafat179 H/800 M, berpedoman pada Al-Qur’an, hadis,
umur 86 tahun ijma’ sahabat dan kemaslahatan ‘urf
(adat penduduk Madinah

- Imam Malik adalah guru dari Imam


Syafi’i

2. Nuqman bin - Lahir diKuffah, Irak, - Didalam menyusun kitab fikir


Tsabit tahun 80 H/700 M pemikirannya didasarkan pada kesucian
(taharah), salat dan seterusnya
(Imam Hanafi) - Wafatpadatanggal 11
JumadilUla 150 H/14 - Didalam menetapkan hukum Islam
Juni 767 M (fikih) bersumber dari Al-Qur’an, hadis,
qiyas dan istihsan

- Menolak takliddanbid’ah yang tidak ada


dasarnya dalam Al-Qur’an dan hadis
3. Muhammad - Lahir di Ghaza, - Penyusun kitab Ar-Risalah tentang
IbnuIdris bin Palestina, tahun 150 ushulfikih
Abbas bin H/767 M
UsmanAsy- - Penyusun kitab Al-Umm yang berisi
Syafi’i - Wafat di Mesirtahun mazhab fikih yang baru
204 H/819 M
(Imam Syafi’i) - Dalam menetapkan hokum fikih, Imam
Syafi’i berpedoman pada Al-QUr’an,
hadis, ijma’ dan qiyas

4. Ahmad bin - Lahir di Baghdad tahun - Penulis kitab Al-Musnad (kitabhadis)


HambalAsy- 780 M
Syaibani - Penyusun kitab Al-Manasik, As-Sagir
- Wafattahun 855 M, dan Al-Kabir, kitabAz-Zuhud, kitabAr-
(Imam Hambali) berumur 75 tahun Radd ‘ala fahmiyahwaz Zinqidah
(Bantahan kepada Jahmiyah dan
Zindiqah)

- Di dalam menetapkan hukum Islam,


Imam Hambali berpedoman pada Al-
Qur’an, hadis, dan fatwa parasahabat

3. Tokoh Islam di bidangAkhlak (Tasawuf)

Tokoh di bidangakhlak (tasawuf) adalahtokoh yang


melahirkanilmuakhlak.Ilmuakhlakatautasawufadalahilmu yang
mempelajarirentangtatacarabersikapdalamkehidupanseharihari. Ilmuakhlakdibagi 2,
ilmuakhlakatautasawufklasikdanilmuakhlakatautasawufmoderat.

a. Tokohilmuakhlak (tasawuf) klasik


No Nama Kelahirandankematian Pemikiran/Hasilkarya

1. Abu Abdillah Al- - Lahir di Basrah (Irak) - Tokohsufisme yang memadukan antara
Haris bin Asad Al- tahun 165 H/718 M filsafat dengan teologi
Basri Al-Bagaldid
- Wafatdi Basrah (Irak) 243 - Gurunya Imam Al-Junaidi Al-Baghdadi
Al-Muhasibi
H/857 M
- Hasil karyanya berjudul Ri’ayahlihuquqillah
(Al-Muhasibi)
(praktik kehidupan spiritual)

2. Abdul Qadir Al- - Lahir di desaJilan Persia - Pendiri tariqat Qadriyah (sebagai tariqat
Jilani tahun 1077 M yang berdiri pertama kali dengan melalui
bimbingan guru tariqat yang disebut
- Wafattahun 1166 di Mursyid)
Baghdad Irak
- Hasil karayanya adalah FutuhulGaib
(menyingkap kegaiban)
3. Abu AL-Mugis Al- - Lahirdi Thus Persia (Iran) - Seorang sufi yang dituduh musyrik oleh
Husain ibn tahun 244 H/857 M khalifah Abbasiyah di Bagdad, sehingga
Mansur ibn dihukum mati, karena ekstasisnya “Ana Al-
Muhammad Al- - Wafattahun 857 H/932 M Haqq” (AkulahTuhan)
Baidawi
- Hingga sekarang, status kematian Al-Hallaj
(Al Hallaj) masih misteri antara pro dan kontra

b. tokoh islam di bidang tasawuf moderat

tasawuf muderat atau tasawuf sunni yaitu tasawuf yang benar-benar mengikuti Al-Qur’an dan
Sunah. Karakteristik tasawuf ini adalah terikat, bersumber, tidak keluar dari batasan-batasan Al-
Qur’an dan Hadis, mengontrol perilaku, lintasan hati serta pengetahuan denan neraca keduanya.
Sebagaimana ungkapan Abu Qosim Junaidi al-Bagdadi: “Mazhab kami ini (Tasawuf) terikat dengan
dasar-dasar Al-qur’an dan Sunnah”, perkataannya lagi: “Barang siapa yang tidak hafal (memahami)
Al-qur’an dan tidak menulis (memahami) Hadits maka orang itu tidak bisa dijadikan qudwah dalam
perkara (tarbiyah tasawuf) ini, karena ilmu kita ini terikat dengan Al-Qur’an dan Sunnah.”. Tasawuf
ini diperankan oleh kaum sufi yang mu’tadil (moderat) dalam pendapat-pendatnya, mereka
mengikat antara tasawuf mereka dan Al-qur’an serta Sunnah dengan bentuk yang jelas. Boleh dinilai
bahwa mereka adalah orang-orang yang senantiasa menimbang tasawuf mereka dengan neraca
Syari’ah.

Tasawuf ini berawal dari zuhud, kemudian tasawuf dan berakhir pada akhlak. Mereka adalah
sebagian sufi abad kedua, atau pertengahan abad kedua, dan setelahnya sampai abad keempat
hijriyah. Dan personal seperti Hasan Al-Bashri, Imam Abu Hanifa, al-Junaidi al-Bagdadi, al-Qusyairi,
as-Sarri as-Saqeti, al-Harowi, adalah merupakan tokoh-tokoh sufi utama abad ini yang berjalan
sesuai dengan tasawuf sunni. Kemudian pada pertengahan abad kelima hijriyah imam Ghozali
membentuknya ke dalam format atau konsep yang sempurna, kemudian diikuti oleh pembesar
syekh Toriqoh. Akhirnya menjadi salah satu metode tarbiyah ruhiyah Ahli Sunnah wal jamaah. Dan
tasawuf tersebut menjadi sebuah ilmu yang menimpali kaidah-kaidah praktis.

Tasawuf ini juga dinamakan tasawuf nazhori (teori), demikian, karena tasawuf Islam terbagi kepada
nazhari dan amali (praktek). Dan hal ini tidak berarti bahwa tasawuf nazhori ini kosong dari sisi
praktis. Istilah teori ini hanya melambangkan bahwa tasawuf belum menjadi bentuk thoreqoh
(tarbiyah kolekltif) secara terorganisir seperti toreqoh yang terjadi sekarang ini.

Tokoh – Tokoh Tasawuf Moderat :

A. Junaid Al-Baghdadi

Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim al-Junaidi bin Muhammad al-Kazza al-nihawandi. Dia lahir
dan tumbuh di Irak. Dia meninggal di Baghdad pada tahun 207/910 M. Beliau adalah putra pedagang
barang pecaah belah dan keponakan Surri al-Saqti yang sekaligus sebagai gurunya. Surri al-Saqti
memberikan amanat kepada Junaid al-Baghdadi untuk tampil dimuka umum.
Dia adalah seorang yang sangat faqih, sering memberi fatwa sesuai apa yang dianutnya, madzhab
abu sauri, serta teman akrab Imam Syafi’i. Beliau juga seorang sufi yang mempunyai wawasan yang
luas terhadap ajaran tasawuf, mampu membahas secara mendalam khusus tentang paham tauhid
dan fana’.

Pendapat-pendapatnya dalam masalah ini banyak diriwayatkan dalam kitab-kitab biografi para sufi
antara lain, yang diriwayatkan oleh al-Qusyairi : “Orang-orang yang mengesakan Allah adalah
mereka yang merealisasikan keesaan-Nya dalam arti sempurna, meyakini bahwa Dia adalah Yang
Maha Esa, dia tidak beranak dan diperanakkan.” Disini memberikan pengertian tauhid yang hakiki.
Menurutnya, adalah buah dari fana’ terhadap semua yang selain Allah. Dalam hal ini dia
menegaskan Al-Junaid juga menandaskan bahwa tasawuf berarti “Allah akan menyebabkan mati dari
dirimu sendiri dan hidup di dalam-Nya.” Junaid al-Baghdadi menganggap bahwa tasawuf merupakan
penyucian dan perjuangan kejiwaan yang tidak ada habis-habisnya.

B. Al-Qusyairi

Nama lenkapnya adalah Abdul Karim Al-Qusyairi an-Naisabury. Beliau lahir di Astawa pada bulan
Rabiul Awal tahun 376 H atau 986 M. Beliau berguru pada mertuanya, dan para ulama diantaranya,
beliau belajar fiqih dari Abu Abdurrahman Muhammad ibnu al-Husain dan belajar ilmu kalam dari
Abu Bakar Muhammad ibnu al-Husain ulama yang ahli ushul fiqih. Dan juga ilmu Ushuluddin pada
Abu Ishaq Ibrahim ibnu Muhammad. Al-Qusyairi cenderung mengembalikan tasawuf ke dalam
landasan Ahlusunnah Wal Jama’ah juga penentang keras doktrin-doktrin ajaran mu’tazilah,
Karamiyah, Mujassamah dan Syi’ah.

Al-Qusyairy juga mengkritik kebiasaan para sufi pada masanya yang selalu mengenakan pakaian
layaknya orang miskin. Ia menekankan kesehatan batin dengan perpegang pada Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul. Hal ini lebih disukainya daripada penampilan lahiriah yang memberi kesan zuhud, tapi
hatinya tidak demikian. (lihat, Dr. Abu al-Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani, Madkhal ilaa al-Tasawwuf al-
Islam, cetakan ke-IV. Terbitan Dar al-Tsaqofah li an-Nasyr wa al-Tauzi, Kairo, 1983)

Dari sini dapat dipahami, Al-Qusyairy tidak mengharamkan kesenangan dunia, selama hal itu tidak
memalingkan manusia dari mengingat Allah. Beliau tidak sependapat dengan para sufi yang
mengharamkan sesuatu yang sebenarnya tidak diharamkan agama. Karena itu Al-Qusyairy
menyatakan, penulisan karya monumentalnya Risalatul Qusyairiyah, termotinasi karena dirinya
merasa sedih melihat persoalan yang menimpah dunia Tasawwuf. Namun dia tidak bermaksud
menjelek-jelekkan seorang pun para sufi ketika itu.

Al-Qusyairi tutup usia di Naisabur pada pagi Hari ahad tanggal 16 Rabiul Awal 465H/1073 M, dalam
usia 87 tahun.

c. Al-Ghazali

Nama lengkapnya Zainuddin Hujjatul-Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali,
dilahirkan di Tous (Khurasan). Al-Ghazali dikenal luas sebagai peletak pilar ilmu Tasawuf Islam, dan
berhasil menempatkan disiplin ilmu Tasawuf sejajar dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Al-Ghazali
juga dikenal sebagai Faqih (ahli hukum), Mutakallim (ahli teologi), Filosof (ahli filsafat), di samping
juga memiliki pengetahuan yang bersifat ensiklopedik. Tidak dapat dipungkiri, tokoh ini sangat
produktif dalam menghasilkan tulisan. Dalam bidang filsafat bukunya yang sangat kritis terhadap
para difilosof berjudul “Tahafut al-Falasifah” (kerancuan para filosof). Karya spektakulernya adalah
Ihya Ulumuddin (kebangkitan ilmu-ilmu agama). Tulisan ini dapat dikategorikan sebagai pedoman
bagi mereka yang ingin mengetahui Tasawuf dan Eika Islam. Karya ini ditulis seusai masa
pengembaraan dalam mencari kebenaran, dan dengan proses penelusuran yang teliti, serta
penguasaan begitu banyak disiplin ilmu Islam.

Karena al-Ghozali begitu mendalam dalam menitikberatkan nilai spiritual Tasawuf Islam, dan
mengkritisi kaum filosof, maka tidak ada anggapan yang menilai bahwa al-Ghozali sebagai
penghambat utama munculnya filosof Islam dan pemikiran rasional di kalangan umat Islam. Bahka
satu hal yang tidak dapat disangkal bahwa kehadiran al-Ghozali dalam pentas pemikiran Islam telah
mempengaruhi peta pemikiran dunia Islam. Dalam hal ini al-Ghozali telah berhasil memantapkan
disiplin ilmu tasawuf beserta dan perkembangannya dalam dunia Islam.

Dari aspek teologi al-Ghozali menganut aliran sunni Asyariyah, yang didirikan oelh Abu al-Hasan al-
Asy’ari; dalam sisi hukum menganut mazhab Syafi’i yang didirikan oleh pendirinya Abu Idris al-Syafi’i
dan dalam tasawuf al-Ghazali memilih tasawuf sunni yang beraliran moderat yang dirintis oleh sufi-
sufi kenamaan seperti al-Harits al-Muhasiby, Abu al-Qasim al-Junaid, Abu Thalib alp-Makki, al-
Qusyairi.

Akhirnya berkat kepiawaian al-Ghozali dalam memaparkan disiplin ilmu tasawuf dalam kaitannya
dengan ajaran Islam, maka tokoh-tokoh tasawuf lainnya mulai dapat diterima oleh para fuqaha (ahli
hukum) yang selama ini mencurigai gerak dan sikap para sufi. Bahkan lebih jauh lagi dapat dikatakan
bahwa maraknya kelahiran tokoh-tokoh Tariqah (tarekat) seperti Sheikh Abdul Qadir al-Jailani, Abdul
Hasan al-Shazili, Ahmad al-Badawi, tidak terlepas dari pengaruh pandangan-pandangan tasawuf al-
Ghazali.

4. Tokoh dibidang Ilmu Pengetahuan

1. Al Farabi

Al farabi adalah tokoh cendekiawan muslim di bidang fisika dan filsafat. karya-karya tulis beliau

sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih saat ini, sehingga

buku-bukunya banyak diterjemahkan kedalam berbagai bahasa di seluruh penjuru dunia.

Al farabi nama lengkapnya adalah abu Nars Muhammad Al Farabi. Lahir di Wasij, salah satu desa di

Farab, (Transoxania) pada tahun 870M.Ia berasal dari Turki dan tinggal selama 20 tahun di Bagdad

(Irak), dalam rangka menuntut dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuannya. Pada tahun

950M beliau wafat dalam usia 80 tahun.

2. Ibnu Sina
Ibnu sina yang nama lengkapnya Abu Ali Husain bin Abdullah Ibnu Sina dilahirkan di suatu daerah

dekat Bukhara yaitu Afahan pada tahun 980M. Ssarjana-sarjana barat menyebutnya "Avicena".

Beliau adalah sarjana muslim yang ahli di bidang ilmu biologi, kedokteran dan filsafat.

Pada usia 20 tahun dia telah menulis sebuah esiklopedi tentang ilmu kedoteran yang dikenal dengan

nama The Canon. Buku-buku lain yang ditulisnya adalah : Any Syifa, An Najat, Al Qanun. Dalam

bahasa inggrisnya disebut Canon of Medicine.

Buku ini sampai akhir abad ke 17 dipakai sebagai standar oleh universitas-universitas di Eropa.

Ibnu sina wafat pada tahun 1037 namun walaupun beliau telah tiada, kehebatan dan keharuman

namanya masih menggema sampai saat ini.

3. Al Biruni (973-1048)

Dia adalah seorang cendekiawan muslim yang meletakkan dasar-dasar ilmu perbintangan modern

dan terbesar disepanjang sejarah.

Dia telah menentukan dengan teliti garis lintang dan garis bujur dan membicarakan kemungkinan

bumi berputar pada sumbunya. Diselidiki pula olehnya kecepatan yang tak terhingga dari suara dan

cahaya. dia tidak membatasi diri pada ilmu pasti dan ilmu perbintangan tapi juga berhasil

menentukan berat jenis 18 batu permata, logam dan lain sebagainya.

Dari gambaran singkat diatas, jelaslah bagi kita bahwa para cendikiawan muslim dalam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi telah memberikan warisan yang tak ternilai harganya bagi kehidupan

manusia modern sampai sekarang dan terus berkembang sampai akhir zaman.

Namun demikian saut hal yang perlu diingat bahwa ilmu pengetahuan dan tenologi hendaklah

dijadikan suatu mementum atau kesempatan untuk mempertebal keyakinan dan keimanan kita

tentang kebesaran Allah SWT.

4. IBNU RUSHD (AVERROES)

Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi).
Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri

adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu,

seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far

Harun dan Ibnu Baja.

Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik.

Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi" (hakim) dan fisikawan. Di

dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles

yang mempengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas

Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan

masalah hukum.Pemikiran Ibnu Rusyd

Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan,

ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa

Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.

Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada

abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya.

Karya :

·Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih)

·Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran)

·Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam dan menolak segala paham

yang bertentangan dengan filsafat).

5. Al-Khawarizmi

Nama Asli dari al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain itu beliau dikenali

sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Al-Khawarizmi dikenal di Barat sebagai al-

Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan

lagi. Beliau dilahirkan di Bukhara.Tahun 780-850M adalah zaman kegemilangan al-Khawarizmi. al-
Khawarizmi telah wafat antara tahun 220 dan 230M. Ada yang mengatakan al-Khawarizmi hidup

sekitar awal pertengahan abad ke-9M. Sumber lain menegaskan beliau hidup di Khawarism,

Usbekistan pada tahun 194H/780M dan meninggal tahun 266H/850M di Baghdad.

Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang

berpengetahuan luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat tapi di dalam

bidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia.

Al-Khawarizmi sebagai guru aljabar di Eropa

Beliau telah menciptakan pemakaian Secans dan Tangen dalam penyelidikan trigonometri dan

astronomi. Dalam usia muda beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di

Bayt al-Hikmah di Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah observatory yaitu tempat belajar

matematika dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin perpustakaan khalifah.

Beliau pernah memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia

Islam. Beliau juga merupakan seorang penulis Ensiklopedia dalam berbagai disiplin. Al-Khawarizmi

adalah seorang tokoh yang pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab. Banyak lagi ilmu

pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang matematika dan menghasilkan konsep-konsep

matematika yang begitu populer yang masih digunakan sampai sekarang.

C. HIKMAH DAN PERILAKU YANG DIAMBILDARI PERKEMBANGAN ISLAM MASA KEJAYAAN

1. Segala sesuatu yang dilakukan dengan kesunggguhan dan dengan penuh disiplin, akan mampu
mengantarkan pada kesuksesan besar. Karena umat islam memiliki landasan berpikir dengan dasar
kebenaran mutlak dari Al-Qur’an dan Hadis. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis yang mendorong
umat Islam untuk selalu bersikap sungguh-sungguh dan penuh disiplin dalam melakukan segala hal.

2. Dengan semangat membaca, menulis, mencoba dan melakukan kegiatan keilmuan secara
menyeluruh, akan mampu mengantarkan lahirnya umat Islam yang mahir, kuat dan terangkat
posisinya pada derajat yang terhirnat. Seruan Allah swt. Dalam surah Al-Mujadalah ayat 11 benar-
benar akan menjadi bukti nyata dalam kehidupan umat Islam.

3. Hanya dengan terwujudnya umat Islam yang mahir dibidang segala tingkat keilmuan, umat islam
akan menjadi umat yang kuat,sehingga keberadaannya tidak menjadi beban orang lain. Sebaliknya
akan mampu menyelamatkan diri sendiri dan orang lain dari ancaman berubahnya kidah dan sifat
ketergantungan dalam segala hal.
4. Agar umat Islam dapat mengambil kembali posisi kejayaan yang telah lama berpindah ke Negara
barat, maka umat Islam harus menyadari dan sanggup menumbuhkan kembali tradisi penyebab
kejayaan Islam masa lalu, melalu semangat mencintai ilmu, semangat melakukan kegiatan
penerjemahan, berdiskusi, melakukan penelitian dan kegiatan keilmuan lainnya dengan didukung
oleh kebijakan pemegang pemerintahan

No Nama Kelahiran dan kematian Pemikiran /Hasil karya

1 Abu Al-Qasim Al-junaid -Lahir: di Nihawan tahun -Karena kehebatannya,


bin Muhammad Al-Kazzaz 210H/823M Al-Juna
al-NIhawandi(JUnaid Al-
Baghdadi) -Wafat: di kota Baghdad
tahun 297H/910M

C. Hikmah dan perilaku yang diambil dari perkembangan islam masa kejayaan

1. Segala sesuatu yang dilakukan dengan kesungguhan dan dsiplin akan mampu mengantarkan pada
kesuksesan besar. Karena umat islam berpikir dengan landasan kebenaran Al-Quran dan Hadis.
Banyak ayat-ayat yang mendorong umat islam selalu berpikir sungguh-sunggu dan disiplin dalam
melakukan apapun

2. Dengan semangat membaca, menulis, mencoba, melakukan kegiatan keilmuan secara meneyluruh
maka mampu mengantarkan lahirnya umat islam yang mahir, kuat dan terangkat posisinya pada
derajat terhrmat.

3. Hanya dengan terwujudnya umat islam yang mahir segala bidang keilmuan, umat islam akan
menjadi umat yang kuat, sehingga keberadaan nya tidak menjadi beban orang lain.

4. Agar umat islam dapat mengambila kembali pposisi kejayaan yang telah lama berpindah kenegara
barat, maka umat islam harus menyadari dan sanggup menumbuhkan kembali tradisi penyebab
kejayaan islam masa lalu, melalui semangat cinta ilmu, semangat membaca, semangat melakukan
kegiatan penerjemah, berdiskusi, melakukan kegiatan penerjemah, dan kegiatan keilmuan lainnya
yang didukung oleh kebijakan pemegang pemerintahan.

C . KESIMPULAN

Perkembangan islam masa kejayaan sekitar tahun 750-1258 M. Faktor-faktor yang


mendorong islam mengalami masa kejayaan seperti: dorongan membaca iqra, ilmu berasaskan
tauhid, panduan Al-Quran dan sunah, keterbukaan dan kreativitas umat islam, gerakan penerjemah.

Hal yang berpengaruh pada pemebntukan dan pergerakan umat islam adalah kebijakan
khalifah, respon umat islam dan tokoh-tokoh islam yang berpengaruh dibidang tauhid, fikih, akhlak,
pengetahuan.
Dan juga hikmah yang dapat diambil umat islam pada masa kejayaan seperti: segala susatu yang
dilakukan disiplin akan menghantarkan kesuksesan besar,dengan semangat membaca, menulis, dan
lain-lain akan terangkat derajatnya, dan lain-lain

Diposting oleh Pramitha SW di 05.17

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2016 (3)
o ► September (1)
o ▼ Mei (2)
 contoh khutbah pendek: kunci kebahagiaan hidup
 Makalah agama islam perkembangan islam pada masa k...

 ► 2015 (7)

Mengenai Saya

Pramitha SW

Lihat profil lengkapku

Tema Tanda Air. Gambar tema oleh ArdenSt. Diberdayakan oleh Blogger.

Kumpulan Tugas

A great relation WordPress.com & Me

 About
Search for:

Rangkuman Sejarah Peradaban Islam

1. Jelaskan pengertian :

a) Sejarah

b) Kebudayaan /peradaban

c) Sejarah Peradaban Islam

a) Setiap manusia pasti memiliki masa lalu. Masa lalu yang pantas dikenang, baik yang
menyenangkan maupun yang membuat manusia sedih dalam hidupnya. Setiap detik, menit,
jam, hari, bulan, tahun dan seterusnya yang telah dilewati oleh manusia merupakan bagian
dari masa lalu. Masa lalu sering disebut dengan istilah Sejarah. Dengan demikian Sejarah
adalah peristiwa yang terjadi pada masa lalu manusia.
Dilihat dari asal usul kata, sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu Syajaratun yang artinya
pohon, Pada umumnya sejarah dikenal sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah
lampau. Sejarah memiliki dua dimensi yaitu dimensi (ruang) dan dimensi waktu.

Konsep waktu dalam sejarah meliputi waktu atau tempo yaitu proses kelangsungan suatu
peristiwa dan waktu merupakan kesatuan dari kelangsungan tiga dimensi yaitu masa lalu,
sekarang dan masa yang akan datang. Ada karakteristik didalam sejarah yaitu, Unik, artinya
peristiwa sejarah hanya terjadi sekali, dan tidak mungkin terulang peristiwa yang sama untuk
kedua kalinya.
Penting, artinya peristiwa sejarah yang ditulis adalah peristiwa-peristiwa yang dianggap
penting yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan manusia
Abadi, artinya peristiwa sejarah tidak berubah-ubah dan akan selalu dikenang sepanjang
masa.

b) Kata Peradaban seringkali diberi arti yang sama dengan kebudayaan. Peradaban adalah
kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan
dan ilmu pengetahuan. Adapun kebudayaan diartikan bersifat sosiologis di satu sisi dan
antropologis di sisi lain. Istilah kebudayan yang diartikan sebagai cara mengerjakan tanah,
memelihara tumbuh-tumbuhan, juga diartikan untuk melatih jiwa dan raga manusia. Dalam
latihan ini memerlukan proses dan mengembangkan cipta, karsa, dan rasa manusia.

c) Sejarah Peradaban Islam memiliki tiga pengertian yang berbeda. Pertama, kemajuan
dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam suatu periode kekuasaan Islam mulai dari
periode Nabi Muhammad Saw. sampai perkembangan kekuasaan sekarang, kedua, hasil-
hasil yang dicapai oleh umat Islam dalam lapangan kesasteraan, ilmu pengetahuan dan
kesenian, ketiga, kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi
pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan
bahasa, dan kebiasaan hidup kemasyarakatan.Sejarah sebagai catatan yang berhubungan
dengan kejadian-kejadian masa silam yang di abadikan dalam laporan-laporan tertulis dan
dalam ruang lingkup yang luas, dan pokok dari persoalan sejarah senantiasa akan sarat
dengan pengalaman-pengalaman penting yang menyangkut perkembangan keseluruhan
keadaan masyarakat. Berangkat dari pengetian sejarah sebagaimana yang dikemukakan di
atas, peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-Islamiyah.
“Kebudayaan” dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebgaimana juga di
Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata “kebudayaan” dan
“peradaban”.

1. Apa manfaat/tujuan mempelajari Sejarah Peradapan Islam.

 Manfaat dari mempelajari sejarah yaitu salah satunya kita bisa mengetahui peristiwa-
peristiwa penting masa lalu yang dapat kita pakai sebagai wawasan pengetahuan. Dan juga
keberadaan suatu ilmu yang ada di dunia ini tidak akan langgeng tanpa adanya kesadaran
akan manfaatnya bagi manusia. Demikian pula dengan pentingnya mempelajari ilmu sejarah.
Dalam hal ini ilmu tentang Sejarah Peradaban Islam sejarah terletak pada kenyataan, apa
yang terjadi pada masa lalu memberikan pelajaran bagi manusia yang telah melewatinya.
Guna edukatif berarti sejarah bisa memberikan kearifan dan kebijaksanaan bagi yang
mempelajarinya karena semangat sebenarnya dari kepentingan mempelajari sejarah adalah
nilai kemasakiniannya.

1. Jelaskan kondisi bangsa Arab sebelum islam (social, budaya dan keagamaan).

Haruslah kita ketahui walaupun sedikit tentang keadaan bangsa Arab sebelum datang agama
Islam, karena bangsa Arablah bangsa yang mula-mula menerima agama Islam. Sebelum
datang agama Islam, mereka telah mempunyai berbagai macam agama, adat istiadat, akhlak
dan peraturan-peraturan hidup. Agama baru ini pun datang membawa akhlak, hukum-hukum
dan peraturan-peraturan hidup. Jadinya agama baru ini datang kepada bangsa yang bukan
bangsa baru. Maka bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliah, peraturan-
peraturan Islam dengan peraturan-peraturan bangsa Arab sebelum Islam. Kemudian terjadilah
pertarungan yang banyak memakan waktu. Pertarungan-pertarungan ini baru dapat kita
dalami, kalau pada kita telah ada pengetahuan dan pengalaman sekedarnya, tentang
kehidupan bangsa Arab, sebelum datangnya agama Islam. Cara semacam ini perlu juga kita
pakai, bilamana kita hendak memperkatakan masuknya agama Islam ke Indonesia. Kita harus
mengetahui sekedarnya keadaan negeri ini sebelum datangnya agama Islam, karena
pengetahuan kita tentang hal itu akan menolong kita untuk mengenal dengan jelas,
bagaimana caranya negeri ini menyambut kedatangan agama Islam.

1. Apa perbedaan dakwah Nabi di Makah dan Madinah.

 Mengenai tentang perbedaan dakwah nabi di Makah dan madinah itu sangat signifikan, kita
sudah tahu bahwasanya ketika nabi Muhammad SAW dakwah di Makah beliau harus
sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui kaum Qurays dalam menyampaikan dakwah
kepada para sahabat, meskipun beberapa saat kemudian beliau memulai dakwah dengan
terang-terangan, karena kaum qurays yang terlebih para petingginya selalu mengancam
keselamatan nabi, mereka merasa terganggu akan dakwah nabi yang bisa menjatuhkan
ideologi mereka. Sedangkan di Madinah beliau tidak perlu sembunyi-sembunyi dalam
berdakwah karena masyarakat Madinah sudah banyak yang beriman.

1. Apa yang dilakukan Nabi setelah hijrah ke madinah.

 Perjuangan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw menghadapi banyak kesulitan Meskipun
perjuangan Rasul memperoleh pertolongan dari Allah Swt, tetap saja Rasul Saw dalam
perjuangannya tidak mengandalkan pertolongan Allah itu lalu beliau santai-santai saja, sama
sekali tidak. Tapi beliau justru membuat perencanaan yang matang tentang strategi
perjalanan hijrah agar kendala-kendala bisa dicegah menjadi sedikit mungkin. Setelah
sampai di Madinah Rasullullah meletakkan nilai-nilai dasar keagamaan pada penduduk
Madinah. Pada masa periode Madinah inilah Islam mengalami kejayaan dan memperluas
territorial wilayah kekuasaannya.
Untuk lebih mengikat persaudaraan antara kaum Muhajirin (Muslim yang berhijrah dari
Mekkah ke Madinah) dan Anshar (Penduduk Asli Madinah), Rasulullah melakukan beberapa
hal, yang diantaranya, (1) Persaudaraan Dalam Islam (Ukhuwah Islamiyah), (2) Sarana
pertemuan (Masjid), maka dibangunlah Masjid Nabawi untuk proses pengembangan Islam
dan tempat Ibadah, (3) Menjalin persahabatan dengan penduduk non-Muslim di Madinah.
Dengan berdirinya Negara Madinah, Islam bertambah kuat dan besar. Perkembangan Islam
yang begitu pesat di Madinah tentu saja membuat penduduk kota Mekkah menjadi risau
dan takut, kalau-kalau saja penduduk Madinah memperlakukan mereka seperti yang mereka
lakukan terhadap kaum muslimin saat masih berada di Mekkah, dan mereka juga khawatir
khafilah dagang mereka yang menuju Suriah akan diganggu oleh penduduk Madinah.

1. Jelaskan proses pemilihan Khalifah Abu Bakar dan apa saja yang dilakukannya pada masa
kekhalifahannya.

 Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, kaum Muslimin mengadakan


pertemuan di Saqifah bani Sa’idah. Mereka membicarakan siapakah sepatutnya yang
menggantikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memimpin kaum Muslimin dan
mengurusi persoalan umat. Setelah diskusi, pembahasan, dan pengajuan sejumlah usulan,
tercapailah kesepakatan bulat khalifah Rasulullah pertama setelah kematian beliau adalah
orang yang pernah menjadi khalifah (pengganti) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
mengimami kaum Muslimin pada saat beliau sakit. Itulah ash-Shiddiq sahabat beliau yang
terbesar dan pendamping beliau di dalam gua, Abu Bakar Rodhiyallahu ‘anhu.

Ali Rodhiyallahu ‘anhu tidak pernah menentang kesepakatan tersebut. Keterlambatan baiat
Ali kepada Abu Bakar karena urusan yang berkaitan dengan perbedaan pendapat yang terjadi
antara Abu Bakar Rodhiyallahu ‘anhu dan Fathimah Rodhiyallahu ‘anha mengenai masalah
warisan Fathimah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 Hal-Hal Penting Yang Dilakukan Abu Bakar Selama Menjadi Khalifah


o Memberangkatkan pasukan Usamah.

Setelah resmi menjadi khalifah, Abu Bakar segera memberangkatkan pasukan Usamah.
Pasukan itu tertahan setelah sampai di sebuah tempat dekat Madinah bernama Dzu Khasyab,
tempat ketika Usamah mendapat berita tentang sakitnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam. Abu Bakar tidak mempedulikan pendapat-pendapat yang mendesak agar pasukan
Usamah dibekukan mengingat tersebar luasnya kemurtadan di sebagian barisan. Sebagaimana
juga beliau tidak memedulikan pendapat-pendapat yang menghendaki penggantian Usamah
dengan orang lain.

Usamah kemudian bergerak bersama pasukannya. Setiap kali melewati suatu kabilah yang
para warganya banyak melakukan kemurtadan, Usamah berhasil mengembalikannya lagi
(kepada Islam). Orang-orang murtad itu merasa gentar karena mereka yakin seandainya kaum
Muslimin tidak dalam posisi yang amat kuat, niscaya mereka tidak akan keluar sekarang ini
dan dengan pasukan seperti ini untuk menghadapi orang-orang Romawi. Sesampainya di
negeri (jajahan) Romawi, tempat di mana ayahnya terbunuh, Usamah beserta pasukannya
menyerbu mereka hingga Allah memberikan kemenangan. Mereka kemudian kembali dengan
membawa kemenangan.

 Memberangkatkan pasukan untuk memerangi orang-orang yang murtad dan tidak mau
membayar zakat. Pasukan ini dibaginya menjadi sepuluh panji; masing-masing pemegang
panji diperintahkan untuk menuju ke suatu daerah. Sementara itu, Abu Bakar sendiri telah
siap berangkat memimpin satu pasukan ke Dzil Qishshah.

 Memberangkatkan pasukan Khalid bin Walid ke Irak bersama Mutsni bin Haritsah asy-
Syaibani yang kemudian berhasil menaklukkan banyak negeri dan kembali dengan
membawa kemenangan dan barang rampasan.

 Abu Bakar memberikan gagasan dan memprakarsai penyerangan negeri-negeri Romawi.


Setelah para sahabat dikumpulkan dan dimintai pendapat mereka tentang gagasan ini,
akhirnya mereka menyetujuinya.

Abu Bakar kemudian mengumpulkan orang-orang dan menyampaikan khotbahnya kepada


mereka. Dalam khotbahnya, ia memobilisasi masyarakat untuk berangkat jihad. Beliau juga
menulis sejumlah surat pada para gubernurnya, memerintahkan mereka agar hadir. Setelah
berkumpul sejumlah komandan, Abu Bakar memerintahkan mereka agar berangkat ke Syam,
pasukan demi pasukan.
Akhirnya terjadilah beberapa kali pertempuran sengit antara kaum Muslimin dan orang-orang
Romawi yang akhirnya dimenangkan oleh kaum Muslimin. Orang-orang Romawi yang
terbunuh tidak terhitung banyaknya, sebagaimana jumlah mereka yang ditawan.
Di tengah berkecamuknya pertempuran ini, Khalid bin Walid mendapat surat yang
memberitahukan bahwa Abu Bakar telah wafat dan digantikan oleh Umar Rodhiyallahu
‘anhu. Surat itu juga menyatakan pemecatan Khalid bin Walid sebagai komandan pasukan
dan diganti (kembali) oleh Abu Ubaidah. Berita ini oleh Khalid dirahasiakan agar tidak
terjadi keguncangan di kalangan barisan kaum Muslimin. Ketika Abu Ubaidah menerima
berita tersebut, ia juga merahasiakannya karena pertimbangan yang sama.

1. Jelaskan perluasan wilayah Islam pada masa Khalifah Umar Ibn al-Khattab.

 Di samping ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya Umar Ibnul Khattab r.a. terkenal
sebagai orang yg bertabiat keras tegas terus terang dan jujur. Sama halnya seperti Abu Bakar
Ash Shiddiq r.a. sejak memeluk Islam ia menyerahkan seluruh hidupnya utk kepentingan
Islam dan muslimin. Baginya tak ada kepentingan yg lbh tinggi dan harus dilaksanakan selain
perintah Allah dan Rasul-Nya.

Di bawah pemerintahannya wilayah kaum muslimin bertambah luas dgn kecepatan luar biasa.
Seluruh Persia jatuh ke tangan kaum muslimin. Sedangkan daerah-daerah kekuasaan By-
zantium seluruh daerah Syam dan Mesir satu persatu bernaung di bawah bendera tauhid.
Penduduk di daerah-daerah luar Semenanjung Arabia berbondong-bondong memeluk agama
Islam. Dengan demikian lslam bukan lagi hanya dipeluk bangsa Arab saja tetapi sudah
rnenjadi agama berbagai bangsa.

Sukses gilang-gemilang yg tercapai tak dapat dipisahkan dari peranan Khalifah Umar Ibnul
Khattab r.a. sebagai pemimpin. Ia banyak mengambil prakarsa dalam mengatur administrasi
pemerintahan sesuai dgn tuntutan keadaan yg sudah berkembang. Demikian pula di bidang
hukum. Dengan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip ajaran Islam dan dgn memanfaatkan
ilmu-ilmu yg dimiliki para sahabat Nabi Muhammad s.a.w. khususnya Imam Ali r.a. sebagai
Khalifah ia berhasil menfatwakan bermacam-macam jenis hukum pidana dan perdata
disamping hukum-hukum yg bersangkutan dgn pelaksanaan peribadatan.

1. Sebut dan jelaskan inovasi-inovasi yang dilakukan Khalifah Umar pada masa
pemerintahannya.

 Dengan kekhalifahannya. itu Umar Ibnul Khattab r.a. telah menanamkan kesan yg sangat
mendalam di kalangan kaum muslimin. Ia dikenang sebagai seorang pemimpin yg patut
dicontoh dalam mengembangkan keadilan. Ia sanggup dan rela menempuh cara hidup yg tak
ada bedanya dgn cara hidup rakyat jelata. Waktu terjadi paceklik berat sehingga rakyat
hanya makan roti kering ia menolak diberi samin oleh seorang yg tidak tega melihatnya
makan roti tanpa disertai apa-apa.
Kepemimpinan Khalifah Umar Ibnul Khattab r.a. atas ummat Islam benar-benar memberikan
ciri khusus kepada pertumbuhan Islam.

Beliau memberikan contoh menjadi seorang pemimpin yang sangat dekat dengan rakyatnya
Di bawah pemerintahannya wilayah kaum muslimin bertambah luas dgn kecepatan luar biasa.
Sudah banyak Negara-negara lain berbondong-bondong memeluk agama Islam.

1. Jelaskan faktor-faktor yang membuat perluasan islam sedemikian cepat.

 Sukses yg tercapai tak dapat dipisahkan dari peranan Khalifah Umar Ibnul Khattab r.a.
sebagai pemimpin. Ia banyak mengambil prakarsa dalam mengatur administrasi
pemerintahan sesuai dengan tuntutan keadaan yg sudah berkembang. Demikian pula di
bidang hukum. Dengan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip ajaran Islam dan dgn
memanfaatkan ilmu-ilmu yg dimiliki para sahabat Nabi Muhammad s.a.w.
 Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah:

1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga
agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.

2. Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-
ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Disamping itu, suku-suku bangsa Arab
gemar berperang. Semangat dakwah dan kegemaran berperang tersebut membentuk satu
kesatuan yang padu dalam diri umat Islam.

3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai
memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara
keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.

4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan


beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang
dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan
melawan Persia.

5. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak
memaksa rakyat untuk mengubah agamanya untuk masuk Islam.

6. Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab
lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.

7. Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa
Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.

10. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekacauan dan konflik politik pada
zaman Khalifah Utsman Ibn ‘Affan.
 Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kekacauan politik pada masa ini. Pada saat
menerima tugas dan tanggung jawab sebagai Khalifah Utsman bin Affan sudah lanjut usia.
Kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh tokoh-tokoh Bani Umayyah yg ada di
sekelilingnya. Dalam hal ini yg paling menonjol peranannya ialah Marwan bin Al Hakam
misanannya yg menjadi pembantu utama paling dipercaya. Demikian juga Muawiyyah bin
Abi Sufyan seorang Gubernur atau Kepala Daerah Syam daerah yg sangat makmur dan subur
di sebelah utara jazirah Arab. Kedua tokoh Bani Umayyah itu mempergunakan peluang se-
cara maksimal ketika usia Khalifah Utsman r.a. makin lanjut dan tidak lagi aktif sepenuhnya
mengatur kehidupan negara pemerintahan dan ummat. Secara pandai orang-orang itu
merebut hati Khalifah menanamkan pengaruh dan memperkuat posisi mereka di bidang
kekuasaan.
 Gejala individualisme mementingkan diri sendiri dan golongan yg pada masa Khalifah Umar
r.a. berhasil dipangkas tunas-tunasnya ternyata tumbuh kembali dgn suburnya terutama
pada masa-masa terakhir Khalifah Utsman r.a. Sistem pemerintahan yg sangat demokratis yg
telah dirintis oleh Rasul Allah s.a.w. Khalifah Abu Bakar r.a. dan Khalifah Umar r.a. setapak
demi setapak digantikan dgn sistem oligarki oleh para pembantu Khalifah Utsman r.a. Harta
Baitul Mal yg seharusnya digunakan utk kemaslahatan ummat Islam mulai banyak
disalahgunakan. Muncullah penguasa-penguasa hartawan yg mempunyai ratusan ekor unta
kuda dan hamba sahaya serta rumah-rumah indah di Bashrah Kufah dan Iskandariyah.
 Cara hidup yg mementingkan kesenangan duniawi di kalangan para penguasa pemerintahan
Khalifah dan sistem kekuasaan yg berdasarkan kerabat dan keluarga telah membangkitkan
rasa tidak puas yg semakin merata di kalangan ummat Islam khususnya di kalangan qabilah-
qabilah tertentu yg hidup merana.

1. Jelaskan persoalan-persoalan (politik) berikut dampaknya yang terjadi pada masa ke


Khalifahan Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib.

 Sebagai khalifah ia mewarisi pemerintahan yang sangat kacau. Juga ketegangan politik
akibat pembunuhan Utsman. Keluarga Umayah menguasai hampir semua kursi
pemerintahan. Dari 20 gubernur yang ada, hanya Gubernur Irak -Abu Musa Al-Asyari-yang
bukan keluarga Umayah. Mereka menuntut Ali untuk mengadili pembunuh Utsman.
Tuntutan demikian juga banyak diajukan tokoh netral seperti janda Rasulullah -Aisyah, juga
Zubair dan Thalhah -dua orang pertama yang masuk Islam seperti Ali. Perkara pertama
beliau lakukan selepas dilantik menjadi khalifah ialah mencari pembunuh saidina Uthman
mengikut saluran undang-undang Islam. dengan menghapuskan pemberontakan yang
hendak dibuat oleh golongan Rafidhah yang menghasut para sahabat. Isteri Rasulullah iaitu
Ummul Mukminin Saidatina Aisyah, dan dua orang sahabat Nabi iaitu Talhah Ibn Ubaidillah
dan Zubair Ibn Awwam telah terlibat sama. Pemberontakan itu berjaya ditumpaskan oleh
Saidina Ali dalam Perang jamal (juga dikenali sebagai Perang Unta). Dalam peperangan ini,
Talhah dan Zubair terkorban akibat dibunuh oleh golongan Rafidhah yang mengaku sebagai
pengikut Saidina Ali. Manakala Saidatina Aisyah dikembalikan ke Madinah oleh Saidina Ali.
Beliau menjalankan satu misi dengan mengarahkan 100 orang wanita menyamar lelaki dan
menutup muka, lalu menarik unta Ummul Mukminin Aisyah kembali ke Madinah.

1. Jelaskan dengan singkat dan padat tentang dinasti umayyah di Damsyik.


 Sekitar tahun 661-680 M, Muawiyah berkuasa sebagai khalifah dan sekaligus mendirikan
kekhalifahan dinasti (berdasarkan kerturunan) Umayyah, dan memindahkan Ibukota
kekhalifahan dari Madinah ke Damaskus. Sepeninggal Muawiyah 680 M, kekuasaan
kekhalifahan di lanjutkan oleh putranya Yazid bin Muawiyah, dia berkuasa selam 3 tahun
(680-683M).

1. Jelaskan apa dampak negatife dan positif fanatisme Arab yang dikembangkan oleh dinasti
Umayyah.

 Dampak negatife, Sejarah Dinasti Umayyah mengalami banyak distorsi karena penulisan
sejarah yang kurang berpihak. Subyektifitas dalam penulisan sejarah Islam pada masa klasik
lebih menguntungkan lawan-lawan politik Dinasti Umayyah, sehingga sampai sekarangpun
terasa ada keberpihakan yang menjadikan dinasti ini kurang memperoleh simpati dari umat
Islam, dibanding Dinasti Abbasiyah. Banyak faktor yang disengaja atau tidak telah
merendahkan posisi dan kapabilitas Dinasti Umayyah.Pasalnya, mereka dianggap sebagai
kelompok terdepan yang memusuhi Islam pada awal pertumbuhannya lantaran mereka
terlambat masuk Islam. Mereka juga dituduh sebagai biang keladi perpecahan umat Islam
karena tragedi padang Karbala dan pemerintahannya yang berbau ashobiyah [Arabia
Sentris].

Dampak positif,. Mereka juga dituduh sebagai biang keladi perpecahan umat Islam karena
tragedi padang Karbala dan pemerintahannya yang berbau ashobiyah [Arabia Sentris].
Padahal jika diteliti lebih detail, tidak semua khalifah Dinasti Umayyah tergolong korup.
Bahkan banyak diantara mereka yang berprestasi baik dalam bidang pengembangan wilayah,
perkembangan ilmu pengetahuan, pembangunan perekonomian..

1. Sebut dan jelaskan teori-teori kejatuhan Daulat Bani Umayyah dan bangkitnya Daulat Bani
Abbasiyah.

 Jatuhnya Daulat Bani Umayyah :


Bani Umayyah mengalami keruntuhan oleh banyak hal, diantaranya adalah terbaginya
kekuasaan Daulah Bani Umayyah ke dalam dua wilayah. Kholifah Marwan bin Muhammad
berkuasa di wilayah Semenanjung Tanah Arab, dan Kholifah Yazid bin Umar berkuasa di
wilayah Wasit. Namun yang paling kuat di antara kedua wilayah tersebut adalah yang
berpusat di Semenanjung Tanah Arab. Sehingga para pendiri kerajaan Daulah Bani
Abbasiyah terus menerus mengatur strateginya untuk menumbangkan Kholifah Marwan
dengan cara apapun, termasuk menghabisi nyawanya.

 Bangkitnya Daulat Bani Abbasiyah :

Sebagai sebuah dinasti, kekhalifahan Bani Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad,
telah banyak memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban Islam. Dari sekitar 37 orang khalifah yang pernah berkuasa, terdapat beberapa
orang khalifah yang benar-benar memliki kepedulian untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan peradaban Islam, serta berbagai bidang lainnya, seperti bidang-bidang sosial
dan budaya.
Diantara kemjuan dalam bidang sosila budaya adalah terjadinya proses akulturasi dan
asimilasi masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu membawa dampak
positif dalam perkembangan dan kemajuan peradaban Islam pada masa ini. Karna dengan
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dapat dipergunakan untuk
memajukan bidang-bidang sosial budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi
kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan lainnya. Diantara kemajuan ilmu
pengetahuan sosial budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasi Abbasiyah adalah seni
bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan lain
sebagainya. Seni asitektur yang dipakai dalam pembanguanan istana dan kota-kota, seperti
pada istana Qashrul dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara banguan kota seperti
pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lain-lainnya.

Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada mas inilah lahir
seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al
Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih dapat
dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh terkenan dalam bidang
musik yang kini karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin Ahmad,
pencipta teori musik Islam, Al farabi dan lain-lainnya.

Selain bidang –bidang tersebut diatas, terjadi juga kemajuan dalam bidang pendidikan. Pada
masa-maa awal pemerinath Dinasti Abbasiyah, telah banyak diushakan oleh para khalifah
untuk mengembangakan dan memajukan pendidikan. Karna itu mereka kemudian mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingakat tinggi.

KEMAJUAN DALAM BIDANG POLITIK DAN MILITER

Di antara perbedaan karakteristik yang sangat mancolok anatara pemerinatah Dinasti Bani
Umayyah dengan Dinasti Bani Abbasiyah, terletak pada orientasi kebijakan yang
dikeluarkannya. Pemerinath Dinasti Bani Umayyah orientasi kebijakan yang dikeluarkannya
selalu pada upaya perluasan wilayah kekuasaanya. Sementara pemerinath Dinasti Bani
Abbasiyah, lebih menfokuskan diri pada upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban Islam, sehingga masa pemerintahan ini dikenal sebagai masa keemasan peradaban
Islam. Meskipun begitu, usaha untuk mempertahankan wilayah kekuasaan tetap merupakan
hal penting yang harus dilakukan. Untuk itu, pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah
memperbaharui sistem politik pemerintahan dan tatanan kemiliteran

Agar semua kebijakan militer terkoordinasi dan berjalan dengan baik, maka pemerintah
Dinasti Abbasiyah membentuk departemen pertahanan dan keamanan, yang disebut diwanul
jundi. Departemen inilah yamg mengatur semua yang berkaiatan dengan kemiliteran dan
pertahanan keamanan.Pembentuka lembaga ini didasari atas kenyataan polotik militer bahwa
pada masa pemertintahan Dinasti Abbasiyah, banayak terjadi pemebrontakan dan bahkan
beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari pemerintahan Dinasyi Abbasiyah

KEMAJUAN DALAM BIDANG ILMU PENGETAHUAN

Keberahasilan umat Islam pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dalam pengembangan
ilmu pengetahuan sains dan peradaban Islam secara menyeluruh, tidak terlepas dari berbagai
faktor yang mendukung. Di anataranya adalah kebijakan politik pemerintah Bani Abbasiyah
terhadap masyarakat non Arab ( Mawali ), yang memiliki tradisi intelektual dan budaya riset
yang sudah lama melingkupi kehidupan mereka. Meraka diberikan fasilitas berupa materi
atau finansial dan tempat untuk terus melakukan berbagai kajian ilmu pengetahuan malalui
bahan-bahan rujukan yang pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat sebelumnya. Kebijakan
tersebut ternyata membawa dampak yang sangat positif bagi perkembangan dan kemajuan
ilmu pengetahuan dan sains yang membawa harum dinasyi ini.
Dengan demikian, banyak bermunculan banyak ahli dalam bidang ilmu pengetahaun, seperti
Filsafat, filosuf yang terkenal saat itu antara lain adalah Al Kindi ( 185-260 H/ 801-873 M ).
Abu Nasr al-faraby, ( 258-339 H / 870-950 M ) dan lain-lain.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban islam juga terjadi pada bidang ilmu sejarah, ilmu
bumi, astronomi dan sebagainya. Dianatar sejarawan muslim yang pertama yang terkenal
yang hidup pada masa ini adalah Muhammad bin Ishaq ( w. 152 H / 768 M ).

KEMAJUAN DALAM ILMU AGAMA ISLAM

Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang berlangsung lebih kurang lima abad ( 750-1258
M ), dicatat sebagai masa-masa kejayaan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan peradaban Islam ini, khususnya kemajuan dalam bidang ilmu agama,
tidak lepas dariperan serta para ulama dan pemerintah yang memberi dukungan kuat, baik
dukungan moral, material dan finansia, kepada para ulama. Perhatian yang serius dari
pemeruntah ini membuat para ulama yang ingin mengembangkan ilmu ini mendapat motivasi
yang kuat, sehingga mereka berusaha keras untuk mengembangkan dan memajukan ilmu
pengetahuan dan perdaban Islam. Dianata ilmu pengetahuan agama Islam yang berkembang
dan maju adalah ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih dan tasawuf.

1. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara Dinasti Umayyah dengan Dinasti Abbasiyah.

Pemerintahan daulah Bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan daulah Bani
Umayyah yang telah hancur di Damaskus. Meskipun demikian, terdapat perbedaan antara
kekuasaan dinasti Bani Abbasiyah dengan kekuasaan dinasti Bani Umayyah, diantaranya
adalah:

a. Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab Oriented, artinya dalam segala hal para pejabatnya
berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula corak peradaban yang dihasilkan pada dinasti
ini.

b. Dinasti Abbasiyah, disamping bersifat Arab murni, juga sedikit banyak telah terpengaruh
dengan corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan sebagainya.

Pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah, luas wilayah kekuasaan Islam semakin
bertambah, meliputi wilayah yang telah dikuasai Bani Umayyah, antara lain Hijaz, Yaman
Utara dan Selatan, Oman, Kuwait, Irak, Iran (Persia), Yordania, Palestina, Lebanon, Mesir,
Tunisia, Al-Jazair, Maroko, Spanyol, Afganistan dan Pakistan, dan meluas sampai ke Turki,
Cina dan juga India.

1. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan ilmu pengetahuan dan sains berkembang pesat
pada zaman Dinasti Abbasiyah.

Keberahasilan umat Islam pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dalam pengembangan
ilmu pengetahuan sains dan peradaban Islam secara menyeluruh, tidak terlepas dari berbagai
faktor yang mendukung. Di anataranya adalah kebijakan politik pemerintah Bani Abbasiyah
terhadap masyarakat non Arab ( Mawali ), yang memiliki tradisi intelektual dan budaya riset
yang sudah lama melingkupi kehidupan mereka. Meraka diberikan fasilitas berupa materi
atau finansial dan tempat untuk terus melakukan berbagai kajian ilmu pengetahuan malalui
bahan-bahan rujukan yang pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat sebelumnya. Kebijakan
tersebut ternyata membawa dampak yang sangat positif bagi perkembangan dan kemajuan
ilmu pengetahuan dan sains yang membawa harum dinasti ini.

Dengan demikian, banyak bermunculan banyak ahli dalam bidang ilmu pengetahaun, seperti
Filsafat, filosuf yang terkenal saat itu antara lain adalah Al Kindi ( 185-260 H/ 801-873 M ).
Abu Nasr al-faraby, ( 258-339 H / 870-950 M ) dan lain-lain.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban islam juga terjadi pada bidang ilmu sejarah, ilmu
bumi, astronomi dan sebagainya. Dianatar sejarawan muslim yang pertama yang terkenal
yang hidup pada masa ini adalah Muhammad bin Ishaq ( w. 152 H / 768 M ).

1. Apa konsep anda tentang kebangkitan kembali peradaban Islam sebagaimana pada zaman
keemasan Islam.

 Konsep kebangkitan kembali peradaban Islam di antaranya adalah :

konsep ini merupakan suatu penglihatan dari dalam, suatu cara pandang dalam mana kaum
muslimin melihat derasnya dampak agama di kalangan pemeluknya. Hal ini menyiratkan
kesan bahwa Islam menjadi penting kembali. Artinya, Islam memperoleh kembali prestise
dan kehormatan dirinya. “kebangkitan kembali” mengisyaratkan bahwa keadaan tersebut
telah terjadi sebelumnya. Maka dalam gerak kebangkitan kembali ini terdapat keterkaitan
dengan masa lalu, bahwa kejayaan Islam pada masa lalu itu (jejak hidup Nabi Muhammad
saw, dan para pengikutnya) memberi pengaruh besar terhadap pemikiran orang-orang yang
menaruh perhatian pada “jalan hidup” Islam pada masa lalu.

1. Jelaskan daerah kekuasaan Islam dan pusat pemerintahan (ibu kota) pada : a) Zaman Nabi,
b) Khulafa Al Rasyidun, c) Bani Umayyah, d) Bani Abbasiyah.

a) Zaman Nabi

Pada Periode Madinah, Rasulullah adalah pemimipin spiritual dan kepemerintahan kota
tersebut, dan Rasullullah meletakkan nilai-nilai dasar keagamaan pada penduduk Madinah.
Pada masa periode Madinah inilah Islam mengalami kejayaan dan memperluas territorial
wilayah kekuasaannya.

Untuk lebih mengikat persaudaraan antara kaum Muhajirin (Muslim yang berhijrah dari
Mekkah ke Madinah) dan Anshar (Penduduk Asli Madinah), Rasulullah melakukan beberapa
hal, yang diantaranya ; (1) Persaudaraan Dalam Islam (Ukhuwah Islamiyah); (2) Sarana
pertemuan (Masjid), maka dibangunlah Masjid Nabawi untuk proses pengembangan Islam
dan tempat Ibadah; (3) Menjalin persahabatan dengan penduduk non-Muslim di Madinah.

1. Jelaskan tentang perkembangan Islam di Andalusia (spanyol).

Selama delapan abad, Islam berjaya di bumi Eropa (Andalusia), maka pada saatnya Islam
yang pernah membangun peradaban yang cukup gemilang itu harus runtuh dan tersungkur di
tanah Eropa. Peradaban Islam yang telah di bangun dengan suasah payah dan kerja keras
kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas begitu saja karena kelemahan-kelemahan
yang terjadi di kalangan kaum Muslimin sendiri, dan karena kegigihan bangsa barat / Eropa
untuk merebut dan meruntuhkan peradaban Islam.

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya Kerajaan Islam
terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih
dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi
menjadi enam periode, yaitu :

1. Periode Pertama.

Periode pertama, berlangsung sekitar tahun 711 – 755 M. Periode ini, menghantarkan
Andalusia menjadi sebuah provinsi yang tunduk kepada pemerintahan pusat di Damaskus.
Pada tahap ini, stabilitas sosial politik dan ekonomi Andalusia belum sempurna, namun relatif
aman dan tetap berkembang. Gangguan dan ancaman terhadap proses pembangunan negeri,
masih datang silih berganti, baik datang dari luar maupun dari dalam. Pada tahap ini pula,
peradaban dan kebudayaan Islam belum mencapai puncaknya, kecuali setelah datangnya
Abdurrahman Al-Dakhil pada tahun 138 H / 755 M.
2. Periode Kedua.

Periode kedua, berlangsung sekitar tahun 755 – 912 M. Andalusia pada periode ini dipimpin
oleh seorang wali (gubernur) yang menyatakan diri tidak tunduk kepada pemerintahan pusat
yang berada di Baghdad. Orang pertama yang memimpin Andalusia yang berdaulat dan
berdiri sendiri adalah Abdurrahman Al-Dakhil.

Pada masa ini, umat Islam mulai mengalami kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan.
Maka peradaban Islam pun mulai tumbuh dan berkembang. Abdurrahman Al-Dakhil segera
membangun Mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di berbagai kota besar di Spanyol. Hikam I
berjasa dalam membangun dan menegakkan hukum dan perundang-undangan, Hakam I
dikenal sebagai reformis dan pembaharu, dan Abdurrahman Al-Aushat dikenal sebagai
ilmuan dan filosof. Ilmu pengetahuan dan seni budaya pada masa ini, sudah mulai semarak
berkembang dan menuju kepada kemajuan.

3. Periode Ketiga.

Pada periode ini, umat Islam mengalami kemajuan yang luar biasa, baik di bidang ilmu
pengetahuan maupun sosial budaya. Peride ini berlangsung sekitar tahun 912 – 1013 M. yang
diawali dengan kepemimpinan Abdurrahman III dan diakhiri dengan munculnya kerajaan-
kerajaan kecil, yang disebut Muluku Al-Thawaif.

Peradaban Islam di Eropa semakin tampak bersinar, sebab periode ini, banyak mengandung
kemajuan yang cukup berarti. Abdurrahman III segera mendirikan pusat berkembangnya
ilmu pengetahuan, yakni Universitas Cordova. Perpustakaan yang terdapat di Universitas itu,
memiliki ribuan buku yang memuat berbagai ilmu pengetahuan. Apalagi setelah Hakam II
memimpin Andalusia, umat Islam semakin merasakan betapa pesatnya ilmu pengetahuan
berkembang, yang pada saatnya menghantarkan dan membentuk suatu peradaban Islam yang
sempurna dan berkualitas tinggi.

4. Periode Keempat.

Peride keempat, berlangsung sekitar tahun 1013 – 1086 M. pada tahap ini Andalusia sebagai
suatu kerajaan yang berdaulat yang utuh mengalami disintegrasi. Kota-kota besar di wilayah
Andalusia, merasa kuat dan mampu mendirikan kerajaan sendiri. Periode ini merupakan awal
kehancuran umat Islam di Andalusia, sebab mereka saling bertengkar dan berperang sesama
Muslim untuk merebutkan wilayah kekuasaan.

Pertikaian intern itu, tentu saja terbaca oleh kaum Nasrani sebagai kelemahan bagi umat
Islam. Mereka berusaha menyusun kekuatan untuk segera dapat menghancurkan umat Islam.
Namun demikian, perkembangan ilmu pengetahuan dan kreativitas intelektual pada masa ini
masih tetap berjalan, meskipun tidak sehebat masa-masa sebelumnya.

5. Periode Kelima.
Periode kelima, berlangsung sekitar tahun 1086 – 1248 M. yang dipimpin oleh dua dinasti
yang menonjol ketika itu, yaitu dinasti Murabithun (1086 – 1143 M) dan dinasti Muwahidun
(1146 – 1253 M). Kedua dinasti ini sebenarnya berasal dari Afrika Utara, yang datang ke
Andalusia atas undangan raja-raja Islam untuk membantu melawan serangan kaum Katolik
Barat. Untuk beberapa dekade, serangan dan pertahanan kedua dinast itu cukup kuat,
sehingga Islam masih tetap berkibar untuk sementara di tanah Spanyol. Namun akhirnya,
kaum Katolik dengan pasukannya yang besar dan kuat dapat menghancurkan mereka, yang
memaksa kedua pemimpin dinasti itu pindah kembali ke Afrika.

Kaum Katolik sejak tahun 1212 mengalami kemenangan yang luar biasa, sehingga kota-kota
besar Islam satu-persatu jatuh ke tangan mereka. Kota Cordova jatuh ke tangan penguasa
Katolik pada tahun 1238 M. sepuluh tahun kemudian menyusul kota Seville jatuh pada tahun
1248 M. Bahkan seluruh wilayah Andalusia jatuh ke tangan Katolik, kecuali Granada yang
masih dikuasai Bani Ahmar.

6. Periode Keenam.

Periode keenam, berlangsung sekitar tahun 1248 – 1492 M.yang sebenarnya merupakan akhir
dari kekuasaan Islam di tanah Spanyol. Namun demikian di bawah kekuasaan Bani Ahmar
(1252 – 1492 M) peradaban Islam mulai mengalami kemajuan yang cukup berarti. Namun
kejayaan Islam itu tidak bertahan lama akibat konflik intern yang terjadi di kalangan istana.

Pangeran Abu Abdullah Muhammad tidak setuju atas keputusan ayahnya yang mengangkat
adiknya sebagai putera mahkota. Dia melakukan perlawanan dengan meminta bantuan
pasukan Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkan kekuasaan sang ayah, akhirnya ayahnya
terbunuh dan adiknya naik tahta menjadi raja. Perlawanan terus dilakukan, dan adiknya pun
terbunuh juga. Akhirnya ia pun naik tahta, namun segera dirongrong oleh penguasa Kristen
yang pernah membantunya. Tak lama menduduki kerajaan, akhirnya Abu Abdullah
Muhammad digulingkan oleh kedua penguasa Kristen, Ferdinand dan Isabella, pada tahun
1492 M. Maka sejak itulah, seakan lenyap dari bumi Andalusia.

1. Jelaskan tentang pengaruh (Islam Andalusia) terhadap renaissance di Eropa.

Kekuatan Islam berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan selama itu pula orang-orang
Eropa mulai menyusun kekuatannya untuk menghancurkan Islam. Pada saat kekuasaan Islam
mulai melemah, mereka segera menyusun kekuatan baru yang luar biasa. Serangan demi
seranganpun dilancarkan terhadap kekuasaan Islam, tetapi pada mulanya masih dapat
digagalkan.

Pada masa pemerintahan Bani Ahmar (1232- 1492), khususnya pada masa pemerintahan
Abdurrahman Al-Nasir, kekuatan umat Islam dapat dipulihkan kembali. Akan tetapi
menjelang akhir hayatnya, ia mewariskan kekuasaan itu kepada adik kandungnya. Akibatnya
Abu Abdullah Muhammad sebagai anaknya merasa kecewa, dan menuntut balas terhadap
ayahnya. Dia mengadakan pemberontakan yang menewaskan sang ayah, tetapi kursi kerajaan
tetap pada pamannya. Abu Abdullah kembali menyusun rencana pemberontakan dengan
meminta bantuan penguasa Kristen Ferdinand dan Isabella. Permintaan itu dikabulkan dan
pamannya tewas terbunuh. Setelah itu, segudang hadiah yang terdiri dari emas berlian,
diserahkan kepada Ferdinand dan Isabella.
Tetapi para penguasa Kristen itu, tidak merasa puas dengan hadiah. Bahkan mereka ingin
merebut kekuasaan Abu Abdullah dan mengenyahkan kekuasaan Islam dari tanah Spanyol.
Rencana penyerangan pun disusun, dan pada saat pasukan Abu Abdullah dikepung selama
beberapa hari, akhirnya Abu Abdullah menyerah tanpa syarat dan bersedia hengkang dari
bumi Spanyol pada tahun 1492 M. Dengan demikian, tamatlah sudah riwayat perjuangan
umat Islam di Andalusia. Pada saat yang bersamaan, penguasa Eropa Kristen dengan leluasa
menancapkan kakinya di bumi Andalusia setelah selama delapan abad berada di tangan kaum
Muslimin.

1. Apa yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Islam di Andalusia.

Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia pada tahun 1492 M berdampak negatif bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Para Ilmuwan dilanda kelesuan,
mereka tidak semangat lagi menggali dan mengkaji ilmu pengetahuan. Mereka seakan
berputus asa ketika melihat serangan yang bertubi-tubi dilancarkan kepada umat Islam,
terutama lagi tindakan penguasa Kristen itu terhadap peradaban Islam. Mereka menyaksikan
banyak pusat-pusat peradaban di hancurkan, bahkan para ilmuwan sendiri, tidak sedikit yang
tewas di bunuh tentara Kristen di Spanyol. Peristiwa yang tragis dan sangat mengenaskan itu,
amat membekas di lubuk hati para ilmuwan, sehingga mereka banyak yang lari
menyelamatkan diri ke Afrika Utara.

Peristiwa pahit yang terjadi pada tahun 1492 M itu, membawa dampak psikologis bagi para
ilmuwan muslim. Mereka tidak lagi mempunyai gairah untuk bangkit kembali dan
memajukan peradaban Islam, melalui ide-ide cemerlang dan usaha kreatif mereka selama ini
yang telah memberikan andil besar bagi kemajuan peradaban Islam. Dampak yang lebih jauh
dari sikap para ilmuwan muslim yang demikian itu, adalah terjadinya kemandegan
peradaban. Peradaban Islam mengalami masa-masa suram dan penurunan kualitas intelektual
umat Islam. Akhirnya harapan dan keinginan umat Islam yang mendambakan agar bangkit
kembali membangun peradaban Islam, yang pernah jaya di masa lalu tak pernah terwujud.

1. Sebut dan jelaskan tiga kerajaan/dinasti besar pada zaman pertengahan.

1. Dinasti Qing

Dinasti Qing (1644 – 1911), dikenal juga sebagai Dinasti Manchu dan adalah satu dari dua
dinasti asing yang memerintah di Cina setelah dinasti Yuan Mongol dan juga adalah dinasti
yang terakhir di Cina. Asing dalam arti adalah sebuah dinasti pemerintahan non-Han yang
dianggap sebagai entitas Cina di zaman dulu. Dinasti ini didirikan oleh orang Manchuria dari
klan Aisin Gioro (Hanyu Pinyin: Aixinjueluo), kemudian mengadopsi tata cara pemerintahan
dinasti sebelumnya serta meleburkan diri ke dalam entitas Cina itu sendiri.

Dinasti Qing terkenal dengan kebijakannya yang tidak populer di kalangan bangsa Han
dengan memaksa mereka menuruti cara berpakaian dan gaya rambut bangsa Manchu. Gaya
rambut bangsa Manchu yang mencukur rambut bagian depan dan mengepang rambut bagian
belakang dianggap penghinaan oleh bangsa Han, yang menganggap rambut adalah turunan
yang didapatkan dari leluhur. Di zaman tersebut, bagi orang Han yang tidak mematuhi
peraturan ini akan menghadapi hukuman penggal. Satu istilah yang populer di zaman tersebut
adalah ingin kepala, potong rambut; ingin rambut, potong kepala. Di bidang pemerintahan,
dinasti Qing mengadopsi cara-cara dari dinasti Ming terutama anutan Konghucu. Walaupun
pada awalnya pembauran antara bangsa Han dan Man dilarang demi untuk mempertahankan
budaya dan ciri bangsa Manchu, pada akhir abad ke 19 bangsa Manchu sudah sangat
membaur dengan bangsa Han dan kehilangan banyak identitas mereka, contohnya bahasa
Manchu yang lama kelamaan digantikan hampir sepenuhnya dengan bahasa Mandarin,
bahkan dalam lingkungan keluarga kerajaan.

Pada masa Dinasti Qing, pemerintah tetap menjunjung kebijakan pengembangan pertanian
sebagai kebijakan pokoknya, tapi dalam hubungan dengan luar negeri, Dinasti Qing sangat
terisolasi karena cenderung menutup diri.

Setelah masa pertengahan, berbagai kontradiksi masyarakat Dinasti Qing mulai meruncing,
sementara itu perjuangan pemberontakan juga kerap kali terjadi, di antaranya pemberontakan
Balianjiao mengakhiri masa emas pemerintahan Dinasti Qing.

2. Dinasti Joseon

Dinasti Joseon Juli 1392 – Agustus 1910), adalah sebuah negara berdaulat yang didirikan
oleh Yi Seong-gye yang pada saat ini menjadi Korea. Dinasti Joseon bertahan selama 5 abad
lebih. Pendirian Joseon terjadi setelah lengsernya Dinasti Goryeo yang beribukotakan di
Gaeseong dan kemudian berpindah ke Hanyang. Wilayah Dinasti Joseon diperluas sampai
batas Sungai Yalu dan Duman di paling utara setelah berhasil menaklukkan bangsa Jurchen.
Joseon merupakan dinasti Konfusius yang terlama memerintah di dunia. Setelah
pendeklarasian Kekaisaran Korea tahun 1894, masa kekuasaan dinasti ini berakhir saat
dimulainya penjajahan Jepang tahun 1910.

Pendiri Joseon adalah Yi Seong-gye yang diangkat jadi Raja Taejo. Ia adalah seorang
anggota klan Yi dari Jeonju yang melakukan kudeta terhadap Raja Woo dari Goryeo. Yi
Seong-gye terkenal sebagai ahli militer cerdik dalam memimpin perang terhadap bajak laut
Jepang yang mengganggu perairan Korea. Ia memindahkan ibukota dari Gaegyeong (kini
Gaeseong) ke Hanseong dan mendirikan istana Gyeongbok tahun 1394. Suksesi secara
patrilineal dari Raja Taejo tidak pernah terputus sampai zaman modern. Penguasa terakhir,
Sunjong, atau Kaisar Yungheui yang diturunkan secara paksa oleh militer Jepang sebagai
kepala negara pada tahun 1910. Penerus garis keturunan raja dari Dinasti Joseon pada saat ini
hanyalah keturunan dari Yeongchinwang (Putra Mahkota Uimin) dan Uichinwang (Pangeran
Uihwa) yang merupakan adik Sunjong.

Selama rezimnya, Joseon memimpin penuh Korea, menganut paham Konfusianisme dan
menerapkannya dalam masyarakat, mengimpor dan mengadopsi kebudayaan Tionghoa. Pada
saat inilah Korea mencapai kegemilangan dalam bidang budaya, literature, dan ilmu
pengetahuan. Namun demikian Joseon mengalami kemunduran serius di akhir abad ke-16
sampai awal abad ke-17 akibat invasi Jepang dan invasi Dinasti Qing. Hal itu menyebabkan
Joseon mulai menjalani kebijakan isolasi terhadap dunia luar sehingga dikenal sebagai
Kerajaan Pertapa. Joseon perlahan membuka diri pada abad ke-18, namun menghadapi
perselisihan internal, tekanan asing, serta pemberontakan dalam negeri sehingga menjelang
akhir abad ke-19, Joseon mulai kehilangan kecakapannya. Pada tahun 1895, Joseon dipaksa
menandatangani dokumen kemerdekaan dari Dinasti Qing setelah kemenangan Jepang dalam
Perang Sino-Jepang Pertama serta Perjanjian Damai Shimonoseki. Pada tahun 1897-1910,
Joseon secara umum dikenal sebagai Kekaisaran Korea untuk menandakan bahwa Joseon
tidak lagi berada dalam kekuasaan Dinasti Qing. Kekaisaran Jepang mengakhiri era Dinasti
Joseon pada tahun 1910 saat Raja Gojong dipaksa menandatangani Perjanjian Aneksasi
Jepang – Korea.

Masa Dinasti Joseon telah meninggalkan warisan yang sangat berpengaruh bagi wajah Korea
modern; etiket dan norma-norma budaya, perilaku bermasyarakat, dan juga bahasa Korea
modern dan dialeknya berakar dari pola pemikiran tradisional periode ini.

3. Dinasti Rama

Dinasti Rama berkuasa di bagian Utara India-Pakistan-Tibet hingga Asia Tengah pada tahun
30000 SM hingga 15000 SM. Beberapa naskah Wedha dan Jain yang antara lain mengenai
Ramayana dan Mahabharata ternyata memuat bukti historis maupun gambaran teknologi dari
Dinasti Rama yang diyakini pernah mengalami zaman keemasan dengan tujuh kota utamanya
‘Seven Rishi City’ yg salah satunya adalah Mohenjo Daroo (Pakistan Utara).

# Dinasti Rama pernah mengalami masa keemasan (Golden Age) pada saat yang bersamaan
(30000-15000 BC).

# Sudah menguasai teknologi nuklir.

# Memiliki teknologi dirgantara dan aeronautika yang canggih hingga memiliki pesawat
berkemampuan dan berbentuk seperti UFO (berdasarkan beberapa catatan) yang disebut
Vimana (Rama).

# Dinasti Rama memiliki tujuh kota besar (Seven Rishi’s City) dengan ibukota Ayodhya
dimana salah satu kota yang berhasil ditemukan adalah Mohenjo-Daroo.

# Dalam sebuah seloka mengenai Mahabharata, diceritakan dengan kiasan sebuah senjata
penghancur massal yang akibatnya mirip sekali dengan senjata nuklir masa kini.

# Beberapa Seloka dalam kitab Wedha dan Jain secara eksplisit dan lengkap menggambarkan
bentuk dari ‘wahana terbang’ yang disebut ‘Vimana’ yang ciri-cirinya mirip piring terbang
masa kini.

Sebagian besar bukti tertulis justru berada di India dalam bentuk naskah sastra, sedangkan
bukti fisik justru berada di belahan dunia barat yaitu Piramid di Mesir dan Amerika Selatan.

Singkatnya segala penyelidikan diatas berusaha menyatakan bahwa umat manusia pernah
maju dalam peradaban Atlantis dan Rama. Bahkan jauh sebelum 4000SM manusia pernah
memasuki abad antariksa dan teknologi nuklir. Akan tetapi zaman keemasan tersebut
berakhir akibat perang nuklir yang dahsyat hingga pada masa sesudahnya, manusia sempat
kembali ke zaman primitif hingga munculnya peradaban Sumeria sekitar 4000 SM atau 6000
tahun yang lalu.

1. Kenapa pertumbuhan dan perkembangan peradaban (ilmu pengetahuan) Islam pada zaman
tiga kerajaan/dinasti tersebut tidak segemilang pada zaman Dinasti Abbasiyah.

Karena pada zaman tiga dinasti diatas tidak banyak lahir ilmuwan/pemikir tapi pada zaman
tersebut yang lebih menonjol mengalami kejayaan di bidang tekhnologi dan budaya. Pada
zaman Dinasti Abbasiyah dan Umayyah banyak bermunculan banyak ahli dalam bidang ilmu
pengetahaun, seperti Filsafat, filosuf yang terkenal saat itu antara lain adalah Al Kindi ( 185-
260 H/ 801-873 M ). Abu Nasr al-faraby, ( 258-339 H / 870-950 M ) dan lain-lain.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban islam juga terjadi pada bidang ilmu sejarah, ilmu
bumi, astronomi dan sebagainya. Dianatar sejarawan muslim yang pertama yang terkenal
yang hidup pada masa ini adalah Muhammad bin Ishaq ( w. 152 H / 768 M ).

1. Jelaskan tentang Islam di Indonesia ( Proses Islamisasi dan pengaruhnya terhadap peradaban
di Indonesia).

Sejarah awal penyebaran Islam di sejumlah daerah yang sekarang dikenal sebagai Indonesia
sangatlah beragam. Penyebaran Islam di tanah Jawa sebagian besar dilakukan oleh walisongo
(sembilan wali). Berikut ini adalah informasi singkat mengenai walisongo.

“Walisongo” berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan
Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan
Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan.
Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam
hubungan guru-murid.

Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik
Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu
Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga
merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga.
Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain,
kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga
wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di
Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi
pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru:
mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan
hingga pemerintahan.

Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu.
Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan
Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri,
Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa
hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk
digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia.
Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka
yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap
kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali”
ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai
dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu
Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan
Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami
masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha

1. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembaharuan dalam Islam.

Secara umum terdapat tiga kelompok sikap keberagamaan Islam di Indonesia. Pertama,
mereka yang menjadikan Islam sebagai ajaran dan doktrin yang universal; yang mengatasi
sejarah; yang tetap; dan yang self-sufficient; sehingga tidak diperlukan lagi sebuah
pembaharuan. Islam bagi kelompok ini sudah menjawab semua persoalan keduniaan–apalagi
persoalan akhirat, sebagaimana termuat pada kata perkata Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang
dapat dipercaya keasliannya (Hadits As-Shahihah). Kemunduran Islam bagi kelompok ini,
lebih disebabkan karena umat Islam sudah menyimpang dari teks-teks kitab sucinya. Maka,
jawaban kemajuan bagi Islam masa depan ialah memahami kitab suci secara tekstual-literal
dan mengamalkannya tanpa reserve. Kelompok ini kerap disebut sebagai fundamentalis
Islam.

Kedua, mereka yang menjalankan ajaran dan doktrin Islam dengan tanpa melepaskan nilai-
nilai juga sistem tradisi darimana mereka berasal. Keterlemparan manusia menjadi suku,
bangsa, berbahasa, berwarna kulit, serta dengan adat kebiasaan tertentu tidak menghalangi
seseorang berislam menurut caranya tersendiri, yaitu keberagamaan yang disarati berbagai
muatan darimana seseorang berasal. Ini bukanlah penyimpangan, namun hanya upaya
mengakomodasi budaya tertentu bagi pemaknaan Islam. Masih dalam alur ini pula mereka
yang menjadikan tradisi Islam sejak Nabi sampai kini sebagai referensi utama dalam
menjalankan agama Islam yang diyakininya. Kelompok inilah yang dikenal dengan
tradisionalis Islam.

Sedang kelompok terakhir ialah mereka yang menempatkan Islam hanya sebagai model ideal,
di mana aplikasi terhadapnya disesuaikan dengan kehidupan manusia yang meruang dan
mewaktu. Maka, menjalankan Islam sebagaimana masa lampau hendak ditinjau ulang.
Mereka mempertimbangkan kemodernan (kekinian) dalam menjalankan agama, dan
menjadikannya bagian tak terpisahkan bagi jalan kehidupan (way of life). Dari itu nilai-nilai
dan sistem Islam yang lama dianggap usang dan perlu diperbaharui. Agama dianggap tidak
bermakna apa-apa, jika pemahaman atasnya tidak diberangkatkan pada yang kontekstual
(menyejarah). Bahkan pada taraf tertentu agama dibedakan dari praktik pergulatan antar
manusia (sekularisasi). Mereka inilah yang menyandang sebagai kelompok pembaharuan
Islam (modernis Islam atau neo-modernis Islam). Pembaharuan Islam yang digulirkan
kelompok ini kerap memunculkan kontroversi di kalangan umat Islam.
Ketiga kelompok di atas berbeda dalam menyikapi Islam. Namun, Islam dalam arti apakah
yang mereka selisih paham itu? Dan berkenaan dengan kehidupan kekinian, perlukah
sebenarnya pembaharuan Islam? Kalau perlu, manakah sebenarnya yang harus diperbaharui?

Pertanyaan-pertanyaan di atas perlu klarifikasi, juga jawaban. Dan salah seorang yang telah
melakukan hal ini ialah Ahmad Wahib, meskipun apa yang dilakukannya baru sebatas insight
tanpa teoritisasi dan metodologi lebih jauh. Namun, selanjutnya akan dikemukakan
bagaimana pemikiran keagamaan Ahmad Wahib dalam menjawab persoalan ini.

Ahmad Wahib yang lahir 9 November 1942, merupakan salah seorang modernis Islam yang
oleh Greg Barton dikatakan sebagai pengerek liberal Islam, bersama Nurcholish Madjid,
Djohan Effendi, dan Abdurrahman Wahid. Namun sejauh manakah Ahmad Wahib dikatakan
liberal seperti dikatakan Greg Barton? Pada akhirnya, mau tak mau kita harus melihat buku
hariannya yang dibukukan: “Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan Harian Ahmad Wahib”
(Djohan Effendi dan Ismet Natsir [peny.]: 1995,cet.V), sebagai satu-satunya cara untuk
merekonstruksi pemikiran-pemikirannya dalam masalah ini.

Menurut Ahmad Wahib, Islam sebagai agama merupakan sesuatu yang statis (tidak berubah),
ia abadi dan universal. Islam dalam artian ini ialah Islam das Sollen atau Islam yang
seharusnya (h.19). Islam pada taraf ini adalah Islam yang sempurna, Islam yang shalih likulli
al-zaman wa al-makan, Islam yang memadai di mana dan kapanpun. Kesempurnaan Islam
yang dimaksud Ahmad Wahib ini, adalah Islam yang menjadi sumber moral yang mampu
menggugah dan menerangi jiwa manusia. Islam dalam pengertian ini bukanlah Islam barang
jadi tinggal pakai, bukan Islam yang secara rinci mengatur tingkah laku dan mengatur
hukum-hukum kehidupan. Ia hanya merupakan titik tolak bagi munculnya berbagai perilaku
dan hukum yang terbentuk menurut historical setting suatu masyarakat pada waktu dan
tempat tertentu (h.120).

Berpijak pada keyakinan seperti ini, Ahmad Wahib meyangsikan bahwa manusia akan
menemukan Islam sebenar-benar Islam dalam pengertian ini, yaitu Islam menurut
pembuatnya sendiri, menurut Allah. (h. 27). Sebab bagaimanapun manusia merupakan
makhluk yang profan, meruang dan mewaktu, sedangkan Tuhan juga kalam-Nya merupakan
suatu hal yang transendental. Dengan demikian dalam dunia, manusia hanya mampu
mendekati Tuhan dan mendekati Islam yang sejati itu, bukan meraihnya. Bentuk finalitas
Islam dalam Alquran dan Hadis bukanlah Islam itu sendiri, sebab Alquran dan Hadis secara
material merupakan hal yang profan juga, hasil sintesa problem kemasyarakatan dan respon
umat saat itu. Namun demikian dalam Alquran dan Hadis termuat nilai-nilai tertinggi
(ultimate values) yang abadi sepanjang jaman dan tempat. Karenanya apa yang kita anut
selama ini bukanlah Islam dalam pengertian Islam menurut Tuhan, tapi merupakan Islam
yang menyejarah, Islam versi kita. Ketidak mungkinan manusia meraih Islam yang
sesungguhnya disebabkan keterbatasan manusia dalam segala hal.

Namun begitu, apa yang transenden dan yang ideal bukannya lantas tidak terus-menerus
didekati. Ia harus didekati, karena itu harus dipikirkan juga cara bagaimana mendekatinya.
Memikirkan dan berusaha terus-menerus mendekati yang transenden itu merupakan tugas
kemanusiaan sesuai fitrahnya, apalagi oleh sebab tidak diketahuinya mana-mana batas
pikiran manusia dalam mendekati itu (h.46). Karena batasnya tidak diketahui, maka akal
dituntut untuk berpikir sebebas-bebasnya dalam menafsirkan apa yang ideal dan transenden
itu, untuk memungkinkan kontektualisasinya di lapangan, di alam profan. Pada lapangan
penafsiran inilah manusia mendapat bagian. Keterpanggilan untuk menterjemahkan segala
maksud Tuhan yang termuat dalam dalam Alquran dan Hadis, merupakan keniscayaan. Dan
maksud Tuhan itu tentu saja bukan yang tercetak dalam arti huruf-hurufnya itu, namun
makna dibalik semua yang tercetak disitu. Sebab, manusia bukan hanya berinteraksi dengan
teks Alqur’an dan Hadis saja. Manusia juga berhubungan dengan semesta alam semesta
secara keseluruhan (ayat-ayat kauniyah), yang juga tanda-tanda Tuhan (ayat-ayat ilahiyah).
Alam semesta, Alquran dan Hadis ini saling jalin-menjalin, yang pada ujungnya
mempengaruhi pemahaman manusia terhadap pemaknaaan Alquran dan Hadis sesuai konteks
yang ada, juga pada saat yang sama pemahaman manusia itu digunakan untuk memahami dan
merubah realitas. Jadi ada gerak sirkular yang tak pernah berhenti disini.

Dari pemikiran Ahmad Wahib yang seperti ini jelaslah bahwa ia hendak melakukan
penegasan bahwa ada perbedaan antara agama dan konseptualisasi terhadapnya, ada
perbedaan antara Islam dan pemikiran-pemikiran terhadapnya. Kesadaran seperti inilah yang
tidak dimiliki oleh kebanyakan kaum muslimin. Sehingga mereka cenderung menganggap
bahwa apa yang mereka pahami, itulah pemahaman menurut Tuhan.

Kalau memakai teorinya Abdolkarim Soroush, Ahmad Wahib sebenarnya ingin membedakan
antara apa yang dianggap agama dan ilmu agama. Apa yang kita anut selama ini merupakan
hal yang kedua, yaitu pemelukan yang berdasarkan pemahaman kita terhadap wahyu Tuhan
yang kita pahami berdasarkan atas relativitas diri kita sebagai manusia, meskipun hal itu
harus kita yakini sebagai agama kita yang berupaya mendekati agama yang sesungguhnya
yang memang tidak dapat disentuh manusia.

Namun dualitas ini tidak dikehendaki Ahmad Wahib sebagaimana pemahaman dikotomis
Kantian, di mana fenomena merupakan derivasi dari nomena, sehingga menganggap nomena
lebih unggul, sehingga realitas menjadi tidak usefull.

Penulis ingin membaca Ahmad Wahib dalam teori Abdolkarim Souroush yang mendedahkan
bahwa hubungan antara agama dan ilmu agama adalah hubungan kembang kempis, yaitu
fleksibilitas agama dalam menampung dan mengekslusi apa yang bukan menjadi ide
utamanya. Pada Ahmad Wahib pandangan ini mewujud dalam sikap pemikirannya yang
berdiri antara dua paham ekstrim terhadap agama. Pertama, mereka yang melibatkan agama
secara total dalam setiap segi kehidupan, sampai pada hukum legis mendetail (perspektif
fikih secara holistik) secara konsumtif. Kedua, mereka yang mengeksklusi agama untuk
berperan dalam perubahan sosial.

Dalam pemikiran pembaharuan Ahmad Wahib, dua hal di atas jatuh pada kekeliruan yang
sama. Yang pertama keliru memahami bahwa wahyu turun berdasarkan historical setting-nya.
Artinya, faksi ini salah membaca elan vital wahyu sesungguhnya, sebab hanya menerima
wahyu secara mentah-mentah tanpa interpretasi lebih lanjut. Sedang yang kedua jatuh pada
menafikan peran agama, padahal agama pada mulanya bertujuan untuk menjelaskan realitas
dan mengarahkan, setidaknya menjadi perwakilan moral.

Sebab itu, pembaharuan nampaknya hanya mungkin dilakukan terhadap manusianya, bukan
pada agama Islam itu sendiri (dalam arti das sollen). Pemahaman umat Islam terhadap
agamalah yang harus diperbaharui. Persoalannya, pembaharuan Islam yang selama ini terjadi
lebih didasarkan pada cara pandang yang sangat mengedepankan reformasi terhadap agama.
Masyarakat ketika itu tidak dilibatkan dalam mengidentifikasi kesadarannya sendiri. Yang
terjadi, kaum reformis Islam cenderung menjadikan masyarakat sebagai objek, di mana
mereka tidak diberikan ruang untuk mendialogkan proses distorsi keyakinan yang mereka
anut. Dalam keadaan inilah, agaknya perlu juga dipertimbangkan pikiran Habermas mengenai
perubahan sosial. Dengan aroma kritisnya, Habermas meyakini bahwa perubahan sosial tidak
memisahkan masyarakat sebagai objek kajian. Alih-alih menjadikan masyarakat hanya
sebagai objek yang diupayakan untuk diubah, mereka malah dilibatkan untuk menemukan
sampai sejauh mana terjadinya proses distortif dalam masyarakat, sehingga bukan
pemahaman seperti itu yang dianut tapi pemahaman ini. Masyarakat diupayakan untuk
mendapatkan kesadarannya secara emansipatoris, bukan sebagai eksternalisasi yang boleh
jadi dianggap asing, sehingga memunculkan resistensi. Wahib pun pernah menyatakan bahwa
pembaharuan Islam hendaknya tidak malah membuat masyarakat semakin bingung, namun
menunjukkan jalan yang lurus hendak ke mana mereka menuju.

1. Jelaskan dua pembaharu yang paling anda kuasai berikut pemikiran-pemikirannya (gerakan-
gerakannya) dari masing-masing kawasan timur tengah (termasuk turki), asia selatan dan
asia tenggara (termask Indonesia ).

1. Hasan Al-Banna

Nama Hasan Al-Banna sudah sangat tidak asing bagi sebahagian umat Islam. Jejak
perjuangannya, membuat namanya cukup tersohor di dunia Islam.

Nama lengkapnya adalah Hasan Ahmad Abdurrahman Al-Banna. Ia adalah seorang mujahid
dakwah, peletak dasar-dasar gerakan Islam sekali gus pendiri dan pimpinan tertinggi
Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Islam). Oleh kerana peranannya itu, dia mendapat julukan
sebagai pembaharu Islam abad ke-20.

Hasan Al-Banna berusaha berjuang dan menyiarkan dakwah Islam, sebagaimana tuntutan al-
quran dan sunah Rasulullah SAW. Perhatiannya sangat besar terhadap upaya meluruskan
pemahaman Islam dan mengembalikan nilai-nilai ajaran Islam yang telah dibuang oleh umat
Islam sendiri.

Menurut Al-Banna, sebahagian besar umat Islam hanya menginginkan akidah tanpa syariah,
agama tanpa negara, kebenaran tanpa kekuatan, dan perdamaian tanpa perjuangan. Tetapi,
Al-Banna menginginkan Islam sebagai akidah dan syariah, agama dan negara, kebenaran dan
kekuatan, perdamaian dan perjuangan.Suatu ketika dia ditanya oleh seseorang dan si penanya
mengharapkan Hasan Al-Banna menjelaskan tabiat dirinya. Imam Hasan Al-Banna berkata,
‘Saya adalah seperti seorang pelancong (pengembara) yang sedang mencari kebenaran, orang
yang mencari jati diri yang sebenarnya, warga negara yang mendambakan kemuliaan,
kemerdekaan, ketenteraman, dan kehidupan yang mudah di bawah naungan agama Islam
yang lurus. Saya berusaha untuk menerapkan Islam yang sebenarnya..’

‘Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah untuk Tuhan alam semesta
yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Inilah diri saya yang sebenarnya, sekarang siapa diri Anda
yang sebenarnya?’ tegasnya.

Hasan Al-Banna, dikenal sebagai seorang tokoh yang paling gigih memberikan penjelasan
kepada umat Islam tentang erti penting keterlibatan umat Islam dalam politik. Menurutnya,
politik adalah bahagian dari Islam dan sesungguhnya kemerdekaan adalah salah satu
kewajipannya.
Selain itu, Al-Banna juga memberikan perhatian yang besar dalam pembentukan generasi
muda Muslim yang istiqamah terhadap diri sendiri dan menjadikan Allah sebagai tujuannya,
Islam jalannya dan Muhammad sebagai teladannya.

Untuk itu, menurut Al-Banna, para generasi muda Islam haruslah memahami Islam secara
mendalam, memiliki iman yang kuat, menjalin hubungan yang erat satu sama lain,
mengamalkan ajaran itu dalam dirinya sendiri, bekerja dan berjuang untuk mencapai
kebangkitan Islam serta berusaha mewujudkan kehidupan yang Islami dalam masyarakatnya.

Bagi mencapai tujuan tersebut, kata Al-Banna, umat Islam tidak boleh terpecah belah. Sebab,
perpecahan itu akan melemahkan kekuatan Islam. Dalam pandangannya, umat Islam harus
disatukan dalam satu landasan Islam yang universal. Islam itu harus bersatu agar semakin
kuat dan jaya.

Keinginan Al-Banna yang besar ini sudah muncul sejak dia masih muda. Dari sini pula, dia
mendirikan perkumpulan atau organisasi Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Islam), bersama
enam orang temannya, pada tahun 1938.

Tujuan dari pendirian organisasi tersebut adalah untuk memberi pemahaman Islam yang
benar. Menurutnya, Islam adalah merupakan akidah, seruan untuk beribadah, tanah air,
kewarganegaraan, kelapangan, kekuatan, akhlak, alat untuk mencari material, kebudayaan
dan perundangan. Beberapa tokoh yang tergabung di dalamnya, antara lain Sayyid Quthb dan
Yusuf Al-Qaradhawi.

Keberadaan organisasi Ikhwanul Muslimin ini mampu memberikan semangat baru bagi
generasi muda Islam untuk bangkit dan bersama-sama memperjuangkan Islam, sesuai dengan
tuntunan al-quran dan sunah Nabi SAW.

Menurut Almuzammil Yusuf, dalam bukunya tentang Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin,
kelahiran organisasi ini disebabkan adanya fakta sejarah yang menunjukkan keimanan umat
Islam sudah mulai bercampur dengan sesuatu yang tidak diajarkan dalam al-quran mahupun
hadis Rasulullah SAW.

Selain itu, kemunculan organisasi ini disebabkan adanya fenomena perang Salib, keragaman
pendapat dan gagasan tokoh Muslim seperti Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh.
Di samping itu, kemunculannya juga disebabkan adanya pengaruh sufi dan tarekat serta
gerakan ideologi politik.

2. Kh Ahmad Dahlan

Beliau tak hanya dikenal sebagai seorang pahlawan nasional,tapi juga tokoh ilmuwan muslim
Indonesia.

Nama kecilnya adalah Muhammad Darwisy. Saat usianya 15 tahun,beliau pergi menunaikan
ibadah haji dan tinggal di Mekkah selama 5 tahun. Pada periode ini beliau mulai berinteraksi
dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam. Seperti Muhammad Abduh, Al-
Afghani, Rasyid Ridha, dan Ibnu Thaimiyah.
Ketika pulang kembali ke kampungnya pada tahun 1888,beliau berganti nama menjadi
Ahmad Dahlan.

Di samping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang dakwah Islam,ia juga tidak lupa
akan tugasnya menjadi pribadi yang mempunyai tanggung jawab kepada keluarganya. Selain
itu,beliau juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang
batik yang saat itu merupakan profesi enterpreneurship yang cukup menggejala di
masyarakat.

Pada tahun 1912 Ahmad Dahlan mendirikan sebuah organisasi keagamaan untuk
melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi nusantara. Ia ingin mengadakan suatu
pembaharuan dalam cara berfikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Ia ingin
mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntuna Al-Qur’an dan Al-
Hadits. Namun usaha ini tidak berjalan dengan mulus. Berbagai fitnahan,tuduhan dan juga
hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. Namun rintangan-rintangan tersebut dihadapinya
dengan sabar. Keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan
Islam di tanah air telah mengantarkannya menjadi sosok yang berperan penting dalam sejarah
Islam Indonesia.

1. Apa yang anda ketahui tentang NU dan Muhammadiyah.

1. Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama adalah organisasi sosial keagamaan {jam’iyah diniyah islamiah} yg


berhaluan Ahli Sunnah wal-Jamaah . Organisasi ini didirikan pada tanggal 31 Januari 1926
oleh K.H. Hasyim Asy’ari beserta para tokoh ulama tradisional dan usahawan di Jawa Timur.
Sejak awal K.H. Hasyim Asy’ari duduk sebagai pimpinan dan tokoh agama terkemuka di
dalam NU. Tetapi tidak diragukan bahwa penggerak di balik berdirinya organisasi NU adl
Kiai Wahab Chasbullah putra Kiai Chasbullah dari Tambakberas Jombang. Pada tahun 1924
Kiai Wahab Chasbullah mendesak gurunya K.H. Hasyim Asy’ari agar mendirikan sebuah
organisasi yg mewakili kepentingan-kepentingan dunia pesantren. Namun ketika itu pendiri
pondok pesantren Tebu Ireng ini K.H. Hasyim Asy’ari tidak menyetujuinya. Beliau menilai
bahwa utk mendirikan organisasi semacam itu belum diperlukan. Baru setelah adanya
peristiwa penyerbuan Ibn Sa’ud atas Mekah beliau berubah pikiran dan menyetujui perlunya
dibentuk sebuah organisasi baru. Semangat utk merdeka dari penjajahan Belanda pada waktu
itu dan sebagai reaksi defensif maraknya gerakan kaum modernis {Muhammadiyah dan
kelompok modernis moderat yg aktif dalam kegiatan politik Sarekat Islam} di kalangan umat
Islam yg mengancam kelangsungan tradisi ritual keagamaan khas umat islam tradisional adl
yg melatarbelakangi berdirinya NU. Rapat pembentukan NU diadakan di kediaman Kiai
Wahab dan dipimpin oleh Kiai Hasyim. September 1926 diadakanlah muktamar NU yg untuk
pertama kalinya yg diikuti oleh beberapa tokoh. Muktamar kedua 1927 dihadiri oleh 36
cabang. Kaum muslim reformis dan modernis berlawanan dgn praktik keagamaan kaum
tradisional yg kental dgn budaya lokal. Kaum puritan yg lbh ketat di antara mereka
mengerahkan segala daya dan upaya utk memberantas praktik ibadah yang dicampur dgn
kebudayaan lokal atau yg lbh dikenal dgn praktik ibadah yg bid’ah. Kaum reformis
mempertanyakan relevansinya bertaklid kepada kitab-kitab fiqh klasik salah satu mazhab.
Kaum reformis menolak taklid dan menganjurkan kembali kepada sumber yg aslinya yaitu
Alquran dan hadis yaitu dgn ijtihad para ulama yg memenuhi syarat dan sesuai dgn
perkembangan zaman. Kaum reformis juga menolak konsep-konsep akidah dan tasawuf
tradisional yg dalam formatnya dipengaruhi oleh filsafat Yunani pemikiran agama dan
kepercayaan lainnya. Bagi banyak kalangan ulama tradisional kritikan dan serangan dari
kaum reformis itu tampaknya dipandang sebagai serangan terhadap inti ajaran Islam.
Pembelaan kalangan ulama tradisional terhadap tradisi-tradisi menjadi semakin ketat sebagai
sebuah ciri kepribadian. Mazhab Imam Syafii merupakan inti dari tradisionalisme ini . Ulama
tradisional memilih salah satu mazhab dan mewajibkan kepada pengikutnya krn di zaman
sekarang ini tidak ada orang yg mampu menerjemahkan dan menafsirkan ajaran-ajaran yg
terkandung di dalam Alquran dan sunah secara menyeluruh. Di sisi lain berdirinya NU dapat
dikatakan sebagai ujung perjalanan dari perkembangan gagasan-gagasan yg muncul di
kalangan ulama di perempat abad ke-20. Berdirinya NU diawali dgn lahirnya Nahdlatul
Tujjar yg muncul sebagai lambing gerakan ekonomi pedesaan disusul dgn munculnya
Taswirul Afkar sebagai gerakan keilmuan dan kebudayaan dan Nahdlatul Wathon sebagai
gerakan politik dalam bentuk pendidikan. Dengan demikian bangunan NU didukung oleh tiga
pilar utama yg bertumpu pada kesadaran keagamaan. Tiga pilar pilar tersebut adl wawasan
ekonomi kerakyatan; wawasan keilmuan dan sosial budaya; dan wawasan kebangsaan. NU
menarik massa dgn sangat cepat bertambah banyak. Kedekatan antara kiai panutan umat dgn
masyarakatnya dan tetap memelihara tradisi di dalam masyarakat inilah yg membuat
organisasi ini berkembang sangat cepat lbh cepat daripada organisasi-organisasi keagamaan
yg ada di Indonesia. Setiap kiai membawa pengikutnya masing-masing yg terdiri dari
keluarga-keluarga para santrinya dan penduduk desa yg biasa didatangi utk berbagai kegiatan
keagamaan. Dan para santri yg telah kembali pulang ke desanya setelah belajar agama di
pondok pesantren juga memiliki andil besar dalam perkembangan organisasi ini atau paling
tidak memiliki andil di dalam penyebaran dakwah Islam dgn pemahaman khas NU. Pada
tahun 1938 organisasi ini sudah mencapai 99 cabang di berbagai daerah. Pada tahun 1930-an
anggota Nu sudah mencapai ke wilayah Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan dan Sumatra
Selatan. Kini organisasi NU menjadi organisasi terbesar di Indonesia yg tersebar di seluruh
Provinsi bahkan sekarang telah berdiri cabang-cabang NU di negara-negara lain. Hubungan
dgn kaum pembaru yg sangat tegang pada tahun-tahun awal berdirinya NU secara bertahap
diperbaiki. Sekitar tahun 1930-an berkali-kali terlihat tanda-tanda kemauan baik dari kedua
belah pihak. Pada muktamar ke-11 di Banjarmasin Kiai Hasyim Asy’ari mengajak umat
Islam Indonesia agar menahan diri dari saling melontarkan kritik sektarian dan mengingatkan
bahwa satu-satunya perbedaan yg sebenarnya hanyalah antara mereka yg beriman dan yg
kafir.

2. Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan yang merupakan “Gerakan Islam”.

Maksud gerakannya ialah “da’wah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar”, yang ditujukan
pada dua bidang: perseorangan dan masyarakat.
Da’wah dan amar ma’ruf nahi munkar pada bidang pertama terbagi pada dua golongan,
yakni:

 kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran-
ajaran yang asli-murni.
 kepada yang belum Islam merupakan seruan dan ajakan untuk memeluk ajaran Islam.
Adapun da’wah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar bidang kedua adalah kepada
masyarakat, bersifat bimbingan, ajakan,dan peringatan.

Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan musyawarah atas dasar taqwa dan mengharap
keridlaan Allah semata-mata. Dengan melaksanakan da’wah Islam amar ma’ruf nahi munkar
dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammaddiyah menggerakkan masyarakat
menuju tujuannya, ialah “Mewujudkan masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridlai
Allah Subhanahu Wata’ala”.

Dasar Perjuangan Muhammadiyah

Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan
makmur yang diridhai Allah SWT, yang dicerminkan oleh kesejahteraan, kebaikan dan
kebahagiaan yang luas dan merata, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak amal
usahanya atas prinsip yang tersimpul dalam muqaddimah Anggaran Dasar, yaitu:

1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah.
2. Hidup manusia bermasyarakat.
1. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan keyakinan bahwa Islam itu satu-
satunya landasan dan ketertiban untuk kebahagiaan dunia akherat.
2. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah
kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada manusia.
3. “Ittiba” kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad SAW.
4. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.

Advertisements

Share this:

 Twitter
 Facebook
 Google

Posted in Uncategorized and tagged syari'ah on January 13, 2014. Leave a comment

Post navigation
← Aliran positivisme

Filosofi Tarbiyah Ulul al-Bab →

Leave a Reply
Search for:

New Post

 Ushul Fiqh-Qiyas
 Tasawuf-Definisi Tasawuf
 Studi al-Qur’an-Abu Aswad ad-Dawly
 Studi Hadits-KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN KUALITASNYA
 Studi Hadits-Orientalis

Recent Comments

Tugas-Tugas A.S
Tugas-Tugas A.S

Makalah
Makalah

Arsip
Uncategorized

Tanggalan
January 2014

M T W T F S S

1 2 3 4 5

6 7 8 9 10 11 12

13 14 15 16 17 18 19

20 21 22 23 24 25 26

27 28 29 30 31

Meta

 Register
 Log in
 Entries RSS
 Comments RSS
 WordPress.com

Search for:
New Post

 Ushul Fiqh-Qiyas
 Tasawuf-Definisi Tasawuf
 Studi al-Qur’an-Abu Aswad ad-Dawly
 Studi Hadits-KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN KUALITASNYA
 Studi Hadits-Orientalis

Recent Comments

Tugas-Tugas A.S
Tugas-Tugas A.S

Makalah
Makalah

Meta

 Register
 Log in
 Entries RSS
 Comments RSS
 WordPress.com

Blog at WordPress.com.

 Follow

Anda mungkin juga menyukai