Anda di halaman 1dari 12

A.

PENDAHULUAN
Arus globalisasi yang diikuti oleh perkemkembangan ekonomi, ilmu
pengetahuan dan teknologi menimbulkan dampak positif dan dampak
negatif. Dampak positif pesatnya perkembangan tersebut antara lain
terciptanya informasi yang diperoleh dan meningkatnya pendapatan
masyarakat. Sedangkan dampak negatif antara lain semakin meningkatnya
krisis nilai moral di masyarakat yang berpotensi meningkatnya jumlah orang
yang melakukan tindak pidana.
Semakin meningkatnya kriminalitas di Indonesia berakibat timbulnya
berbagai macam tindak pidana. Salah satunya adalah seperti pencabulan
anak. Tindak pencabulan adalah suatu tindak pidana yang bertentangan dan
melanggar kesopanan dan kesusilaan seseorang yang semuanya dalam
lingkungan nafsu birahi kelamin, misalnya seorang laki-laki meraba kelamin
perempuan1.
Disebutkan dalam sebuah data di Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) menunjukkan, dari analisis 19 surat kabar nasional yang
terbit di Jakarta selama tahun 2007, terdapat 455 kasus kekerasan terhadap
anak. Dari Kejaksaan Agung diperoleh data, selama tahun 2006 ada 600
kasus kekerasan terhadap anak (KTA) yang telah diputus kejaksaan.
Sebanyak 41% diantaranya terkait pencabulan dan pelecehan seksual,
sedangkan 41% lainnya terkait pemerkosaan. Sisanya, 7% tindak
penganiayaan, sisanya tidak di ketahui2.
Dari data diataspun, sudah cukup menimbulkan kekhawatiran yang
sangat besar ketika yang menjadi objek pada kasus-kasus tersebut adalah
seorang anak. Lalu mengapa mereka? Apa sebenarnya yang salah dalam

1
Leden Marpaung, Kejahatan terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), hlm. 64
2
Merry Magdalena, Melindungi Anak Dari Seks Bebas, ( Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,
2010 ), hlm. 40

1
tatanan social? Ada dampak yang akan mereka hadapi? Bagaimana cara
menanggulanggi hal tersebut?
Anak sangat potensial menjadi korban pencabulan karena posisinya
yang paling lemah dalam struktur keluarga. Hal inilah yang mengakibatkan
korban pencabulan menggejala dan menyebar luas frekuensi terjadinya
dalam masyarakat, seiring dengan itu sehingga menjadikan kesadaran
masyarakat pun semakin tinggi akan pentingnya penanganan tindak
pencabulan, dalam bentuk apapun itu.
Bahkan sekolah pun dianggap bukan tempat yang aman bagi anak-
anak. Data di KPAI menunjukkan, dari seluruh tindakan KTA, 11.3%
dilakukan oleh guru atau nomor dua setelah kekerasan yang dilakukan oleh
orang di sekitar anak, dan jumlahnya mencapai 18%. Fakta ini didukung
analisis data pemberitaan kekerasan anak oleh semua surat kabar3.
Dalam Islam, pelecehan seksual erat kaitannya dengan Zina. Zina
adalah perbuatan persetubuhan anatara laki-laki dan perempuan yang tidak
terikat oleh hubungan pernikahan dan perkawinan. Dalam Al-Qur’an Allah
telah melarang kita untuk melakukan Zina. Seperti disebutkan dalam ayat
berikut:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan buruk”4.
Ayat di atas sudah cukup menjelaskan bahwa, jangankan ingin
melakukan zina, mendekatinya pun Allah dengan tegas melarangnya. Tetapi
kebanyakan para pelaku pelecehan seksual ini tidak menghiraukan sama
sekali dengan apa yang telah ditegaskan oleh Allah dalam Fieman-Nya.

3
Merry Magdalena, Melindungi Anak Dari Seks Bebas, ( Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,
2010 ), hlm. 41
4
Q.S Al-Isra ayat 37

2
B. POTRET PENCABULAN DI INDONESIA
Diberitakan Minggu, 23 Oktober 2016 bahwa seorang guru SD berani
mencabuli 7 murid laki-lakinya hanya dikarenakan sifat nakal mereka.
Semua kejadian terjadi di Kupang , NTT. Hingga salah satu dari anak ini
melapor pada orang tua, barulah Polisi membekukkan pelaku . Yang lebih
miris adalah bahwa pelaku merupakan Kepala Sekolah dari SD tersebut5.
Dalam sebuah berita yang lain dikatan oleh pihak kepolisian bahwa
jumlah untuk pencabulan anak ini sudah mencapai 5.769 di Indonesia .
Sungguh sebuah angka yang sangat fantastis untuk ukuran sebuah Negara
yang dikatakan mayoritas Muslim ini6.
Maka dari berita diatas, muncul banyak kekhawatiran dan pertanyaan
di benak para orang tua juga masyarakat.
Adapun rekapitulasi data tindak kekerasan terhadap anak hasil
monitoring 3 surat kabar (Pikiran Rakyat, Galamedia, dan Metro) periode
Januari 2003-Oktober 2003 . Jenis Kelamin: Perempuan7.

Perempuan

Penganiayaan
Pemerkosaan
Pencabulan
Penculikan

5
Oleh Keda, Guru Bandel Cabuli 7 Siswa Laki-Laki, diposting pada 24 Oktober 2016. Di ambil dari
http://regional.liputan6.com/read/2633502/guru-bandel-cabuli-7-siswa-laki-laki . Tanggal
6
https://www.jurnalasia.com/nasional/5-769-anak-di-indonesia-korban-pencabulan/ . Tanggal
13 Oktober 2016
7
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, Cetakan I (Bandung: NUANSA CENDEKIA, 2012), hlm.
45

3
Adapun rekapitulasi data tindak kekerasan terhadap anak hasil
monitoring 3 surat kabar (Pikiran Rakyat, Galamedia, dan Metro) periode
Januari 2003-Oktober 2003 . Jenis Kelamin: Laki-laki8.

Laki-Laki

Penganiayaan
Sodomi
Pencabulan
Penculikan

Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) pun menyebutkan


bahwa pengaduan perihal kekerasan anak terus meningkat pada setiap
tahunnya9

Tabel 1. Kekerasan anak selama 5 tahun terakhir


( 2010-2015 )

TAHUN JUMLAH KETERANGAN


2010 2.046 42 % merupakan
kejahatn seksual
2011 2.467 52 % merupakan
kejahatan seksual
2012 2.637 62 % merupakan
kejahatan seksual

8
Ibid
9
http://news.liputan6.com/read/2396014/komnas-pa-2015-kekerasan-anak-tertinggi-selama-5-
tahun-terakhi r. Tanggal 13 Oktober 2016

4
2013 2.676 54 % merupakan
kejahatan seksual
2014 2.737 52 % merupakan
kekerasan seksual
2015 2.898 59,30 % merupakan
kejahatan seksual

Sungguh hal yang sangat mencengangkan ketika kita melihat dat-data


diatas. Dimana banyak sekali, bahkan hamper tiap tahunnya kekerasan
terhadap anak baik kekerasan seksual ataupun bukan semakin meningkat.
Dibalik semua ini pasti ada factor-faktor yang menyebabkan atau
melatarbelakangi semua masalah ini. Karna tidak mungkin sesuatu itu
terjadi, tanpa sebab. Menurut Suharto (1997: 366-367) bahwa factor yang
mempengaruhi padan umumnya disebabkan oleh factor eksternal dan factor
internal anak itu sendiri, seperti:
1. Anak mengalami cacat tubuh, reterdasi mental, gangguan tingkah
laku, autism, anak terlalu lugu, memiliki tempramen lemah,
ketidaktahuan anak dan hak-haknya, anak terlalu bergantung pada
orang dewasa.
2. Kemiskinan keluarga, orangtua, menganggur, penghasilan tidak
cukup, banyak anak.
3. Keluarga tunggal atau keluarga pecah (broken home
4. Kondisi lingkungan social yang buruk, permukimankumuh,
tergusurnya tempat bermain anak, sikap acuh tak acuh terhadap
tindakan eksploitasi, pandangan terhadap nilai anak yang terlalu
rendah, meningkatnya faham ekonomi upah, lemahnya perangkat
hukum, tidak adanya mekanisme control social yang stabil10.

10
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, Cetakan I (Bandung: NUANSA CENDEKIA, 2012), hlm.
49

5
Adapun Rusmil (2004:60) menjelaskan bahwa yang menjadi penyebab
atau factor yang mempengaruhi pencabulan itu dibagi kedalam tiga factor,
yaitu: factor orangtua/keluarga, factor lingkungan social/komunitas, dan
factor anak sendiri11.
Walaupun begitu, dapat kita simpulkan bahwa factor terbesar hingga
terjadinya tindak pidana pencabulan atau kekerasan seksual dari anak adalah
kurangnya perhatian dari pihak keluarga. Baik dalam bentuk materil ataupun
yang bersifat batiniyah. Karna tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga
merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh seorang anak. Dimana
mereka mulai membangun karakter driri dan pemahaman mengenai
lingkungan-lingkungan yang lain.
Selain itu, keluarga-keluarga dimana baik suami atau istri
mendominasi di dalam membuat keputusan penting, seperti: dimana
bertempat tinggal, pekerjaan apa yang mau diambil, bilamana mempunyai
anak dan berapa banyak uang yang dibelanjakan untuk makan dan
perumahan mempunyai tingkat kekerasan terhadap anak yang lebih tinggi
dibandingkan dengan keluarga-keluarga yang suami-istri sama-sama
bertanggung jawab atas keputusan-keputusan tersebut12.
Melihat factor-faktor diatas, ternyata kita bisa mengatakan bahwa akan
ada banyak perubahan dalam diri si anak, setelah mengalami pelecehan
seksual atau pencabulan tersebut. Baik dalam bentuk apapun, ini adalah
dampak yang sering bahkan pasti terjadi pada setiap korbannya.
Diantaranya seperti mengalami mimpi buruk, ketakutan yang berlebih
terhadap orang lain, fobia terhadap hubungan seks, mengalami luka internal
atau pendarahan yang khususnya terjadi pada organ vital , serta anak akan
mengalami pengucilan dari lingkungan sekitarnya13
11
Ibid, hlm.50
12
Ibid, hlm.54
13
Dampak Pelecehan Seksual Pada Anak, di posting tanggal 24 November 2015 . Di ambil dari
http://guetau.com/cinta/integritas-tubuh/4-dampak-pelecehan-seksual-pada-anak. html , tanggal 18

6
Betapa tidak adilnya, kebahagiaan seorang anak direnggut hanya
karena sebuah nafsu birahi seseorang. Masa depannya pun di renggut dari
genggamannya. Maka ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk
mencegah atau memperkecil kemungkinan akan terjadinya tindak pidana
pencabulan atau pelecehan seksual pada anak:
1. Setiap anggota masyarakat harus diingatkan, dan mengetahui
betapa berbahaya nya sebuah tindak pidana pencabulan atau
kekerasan seksual lainnya.
2. Ajarkan tentang ilmu agama kepada anak, dimana dalam agama
mampu menjadi salah satu benteng bagi anak untuk menjadi
‘pelaku’ ataupun ‘korban’.
3. Pengawasan yang jauh lebih baik dari orang tua atas pergaulan
yang dilakukan oleh anaknya.
4. Sebisa mungkin orangtua melarang anak, untuk dapat melihat film,
video, game yang berbau seks jika memang belum memasuki usia
yang seharusnya.
5. Adanya sosialisasi dari pemerintah setempat akan hukuman-
hukuman bagi para pelaku pencabulan atau pelecehan seksual
lainnya 14.

C. HUKUM PENCABULAN ANAK DI INDONESIA


Di Indonesia mengenai masalah pencabulan terdapat dalam KHUP
yang pada masing-masingnya memiliki kriteria tersendiri terhadap apa yang
dikatakan sebagai ‘Pencabulan’ atau ‘kekerasan seksual’.
Seperti dalam pasal 289 mengenai perbuatan yang menyerang
kehormatan kesusilaan yang selengkapnya berbunyi: “Barangsiapa dengan

Oktober 2016
14
Di ambil dari http://makalah-perpustakaan.blogspot.co.id/2015/04/solusi-pencegahan-dan-
mengurangi .html . Tanggal 18 Oktober 2016

7
kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang atau melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan
perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara
paling lama Sembilan tahun”15.
Lalu dalam pasal 290 mengenai kejahatan perbuatan cabul pada orang
pingsan atau tidak berdaya, dan umurnya belum mencapai 15 tahun maka
diancam pidana penjara paling lama tujuh tahun 16. Begitupun dalam 292
mengenai perbuatan cabul sesama kelamin (homo seksual) yang dirumuskan
sebagai berikut: “Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan
orang lain sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus
diduganya dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun”17.
Kemudian dalam pasal 293 KHUP rumusannya sebagai berikut:
“Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang,
menyalahgunakan pembawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau
dengan penyesatan sengaja menggerakkan seseorang belum dewasa dan baik
tingkah lakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan
cabul dengan dia, padahal tentang belum kedewasaanya, diketahui atau
selayaknya harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun”18.
Dari pasal-pasal diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa di Indonesia
hukuman bagi para pelaku pencabulan atau pelecehan seksual disesuaikan
dengan kriteria pencabulan atau pelecahan itu sendiri, dari proses awal
sampai pencabulan itu sendiri.

15
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual Advokasi
Atas Hak Asasi Perempuan, Cetakan I, (Bandung: Refika Aditama, 2001), hlm.72
16
Ibid, hlm. 81
17
Ibid, hlm. 88
18
Ibid, hlm. 91

8
D. PENCABULAN ANAK DALAM HUKUM ISLAM
Pencabulan anak atau kekerasan seksual pada anak dapet kita
kategorikan sebagai pemerkosaan.
Pemerkosaan dalam bahasa Arab al-wahth’u bi al-ikrah (hubungan
seksual dengan paksaan). Menurut hukum pidana Islam bahwa pemerkosaan
dapat dikatakan sebagai suatu tindakan atau pemaksaan oleh pelaku terhadap
korban melakukan persetubuhan, dengan alas an melampiaskan hasrat
sexnya dan memperoleh nikmat semata. Pemerkosaan juga termasuk dalam
perzinaan, namun pemerkosaan ada unsur paksa didalamnya.
Kata paksa (Ikrah) biasa dilakukan pada suatu perkara yang tidak
dikehendaki atau tidak diiinginkan oleh subyek19. Paksa adalah perlakuan
yang ditimpahkan kepada orang lain bersifat berbahaya dan menyakiti.
Wahbah az-Zuhaily sedikit memberikan pengertian yang berbeda
tentang “paksa” dengan sebutan darurah yang berasal dari kata ad-darrar 20.
Asal katanya adalah darra-yadarru-dararan yang berarti “bahaya”, secara
etimologi diartikan sebagai “menimbulkan bahaya baik pada diri sendiri
maupun orang lain”21.
Sedangkan pemerkosaan yang diambil dari Wikipedia.com adalah
suatu tindak criminal berwatak seksual yang terjadi ketika seseorang
manusia (atau lebih) memaksa manusia lain untuk melakukan hubungan
seksual dalam bentuk penertasi vagina atau anus dengan penis, anggota
tubuh lainnya seperti tangan, ataupun dengan benda-benda tertentu secara
paksa baik dengan kekerasan atau ancaman kekerasan 22.

19
. Halimah, Hukum Pidana Syari’at Islam Menurut Ajaran Ahlu Sunnah, (Jakarta: Bulan Bintang, t t)
,hlm. 174.
20
Al-Junari, At-Ta’rifah, (Kairo: Maktabah Mustafa al-Babi wa al-Halab, 1357 H/1928 M), hlm.
120.
21
. Yusdani, Kepentingan Umum Dalam Reaktualisasi Hukum: Kajian Konsep Hukum Islam
(Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 26
22
Pemerkosaan, diposting tanggal 28 Desember 2013 dari http://www.wikipedia.com

9
Dalam Islam tidak mengenal istilah pemerkosaan, melainkan
perzinaan. Secara bahasa zina bahasa Arab: ‫الزنا‬, adalah perbuatan
persetubuhan antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat pernikahan
dan perkawinan 23
. Perkosaan diidentikan dengan perzinaan yang disertai
dengan pemaksaan, pemerkosaan masuk dalam kategori takzir karena tidak
ada nash yang menjelaskan tentang hukuman bagi pelaku pemerkosaan.
Menurut Abdullah bin Ubay bahwa juga menjelaskan bahwa pemerkosaan
termasuk dalam jarimah takzir karena Allah SWT, menjelaskan dalam
Firman-Nya:
“Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga
kesucian (dirinya), sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka
dengan karunia-Nya. Dan jika hamba sahay yang kamu miliki menginginkan
perjanjian (kebebasan), hendaklah kamu buat perjanjian kepada mereka, jika
kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka
sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah
kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran,
sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari
keuntungan kehidupan duniawi. Barang siapa memaksa mereka, ,maka
sungguh Allah Maha Pengmapun, Maha Penyayang (kepada mereka) setelah
dipaksa” 24.
Ayat diatas menjelaskan tentang larangan melakukan pemerkosaan
terhadap perpempuan yang menjaga kesuciannya. Namun ayat ini tidak
menjelaskan bentuk hukuman yang pantas bagi pelaku melainkan hukuman
di akhirat.
Perkosaan dengan perzinaan berbeda kategorinya, perzinaan masuk
dalam hukuman had sebagaimana Allah SWT, menjelaskan dalam Firman-
Nya :

23
https://id.wikipedia.org/wiki/Zina . Tanggal 13 Oktober 2016
24
Q.S An-Nur: 33

10
“Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari
keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu
beriman kepada Allah dan hari Kemudian: dan hendaklah (pelaksanaan)
hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman” 25
Pada ayat di atas sudah dikatakan dengan jelas, hukuman bagi seorang
pezinah adalah cambukan sebanyak seratus kali. Maka otomatis, hukuman
bagi seorang pemerkosan atau pencabulan jauh diatas bahkan lebih banyak
di bandingkan hukuman bagi seorang pezina. Dimana mereka bukan hanya
melakukan sebuah tindak pidana, melainkan menghilangkan sebuah harga
diri dan kehormatan seorang perempuan.
Jadi pelaku permerkosaan masuk dalam kategorijarimah takzir karena
tidak ada nash secara khusus, kasus ini diberikan sepenuhnya pada hakim.
Namun hakim bisa memakai dalil nash tentang zina yang terdapat dalam
jarimah hudud, sebagaimana Abdul Qadir Awdah mengatakan bahwa
apabila jarimah hudud dan kisas diat mengandung unsur syubhat atau tidak
memenuhi syarat dan dianggap perbuatan maksiat, maka masuk dalam
kaetgori takzir 26.
Perempuan yang diperkosa tidak dijatuhi hukuman zina (had zina),
baik hukuman cambuk 100 kali maupun hukuman rajam, karena perempuan
tersebut dipaksa27. Rasulullah SAW, bersabda:
“Tidak dibebankan kepada umatku yang keliru, lupa dan yang di
paksa”.
Bahkan pada masa nabi, pernah terjadi pemerkosaan seorang
perempuan. Dalam kasus ini Rasulullah tidak menjatuhkan had atas
perempuan itu. Malik dan Syafi’I mengatakan wajib bagi laki-laki yang
25
Q.S An-Nur: 2
26
Mustafa Hasan dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam ( Fikih Jinayat ), Cetakan I,
( Bandung: CV PUSTAKA, SETIA, 2013), hlm. 77
27
Awdah, at-Tasyri’ al-Jina’I al-Islami, II: 364

11
memperkosa memberi maskawin kepada perempuan yang diperkosanya.
Menjadi permasalahan adalah bahwa maskawin itu sebagai ganti vagina atau
sebagai pemberian mahar. Ulama berpendapat bahwa maskawin sebagai
pengganti vagina. Sedangkan ulama lain mengatakan bahwa mahar hanya
khusus diberikan kepada isteri, tidak diwajibkan maskawin untuk perempuan
yang diperkosa, hal ini karena diperkosa bukanperempuan yang
dinikahinya28.

E. PENUTUP
Tindak pidana pencabulan, pemerkosaan, atau dalam bentuk apapun
yang berkenaan dengan kekerasan seksual pada anak bukanlah perbuatan
yang dibenarkan dalam hukum di Indonesia maupun dalam Islam. Keduanya
sudah sangat jelas mengatur segala norma, akhlak, dan hukum bagi semua
tatanan social juga pelanggarannya. Maka, tanggung jawab kita semua untuk
menyeimbangkan dan meluruskan segala yang telah di atur dalam hukum di
Indonesia maupun dalam Islam.
Bukan hal yang bijak, bahkan pantas perbuatan-perbuatan keji tersebut
dilakukan pada seorang anak. Yang merupakan aset bagi bangsa dan
begitupun bagi Islam.

28
Ibid, hlm. 325

12

Anda mungkin juga menyukai