Anda di halaman 1dari 2

PERNIKAHAN DINI DALAM REALITAS ANAK-ANAK

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul disini dalam
keadaan sehat.

Hadirin sekalian, para guru, teman-teman terkasih.

Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan orasi singkat mengenai
isu perkawinan dini dalam realitas anak-anak. Perkawinan dini adalah suatu
bentuk hidup bersama atau perkawinan yang salah satu atau kedua belah pihak
masih dibawah umur 18 tahun atau masih bersekolah.

Data Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian


Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kabupaten Blitar mencatat,
sejak Januari hingga Mei 2023 sebanyak 108 anak meminta rekomendasi
menikah. Angka tersebut, rinciannya sebanyak 40 anak dengan status pendidikan
SD, 66 anak SMP dan dua anak SMA. Rentang usia mereka antara 12 sampai 16
tahun, dengan status pendidikan putus sekolah. Dengan demikian, perkawinan
dini berumur dibawah 18 tahun atau masih dibawah umur seringkali berdampak
negatif pada pendidikan anak.

Anak-anak yang menikah di usia muda cenderung menghentikan


pendidikan mereka, atau setidaknya menghadapi Kesulitan dalam
menyeimbangkan pernikahan dengan kehidupan sekolah. Ini dapat mengakibatkan
keterbatasan peluang mereka untuk meraih impian karier dan mendapatkan
pendidikan yang cukup.

Selain itu, pernikahan dini dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik


dan mental pada anak-anak. Tubuh mereka mungkin belum sepenuhnya
berkembang untuk menghadapi kehamilan dan persalinan. Selain itu, mereka
mungkin tidak siap secara emosional dan mental untuk menghadapi tekanan
pernikahan. Ini dapat mengakibatkan stres, depresi, dan masalah kesehatan
lainnya

Pernikahan Dini sering kali melibatkan pelanggaran hak-hak anak dalam


berbagai cara.

1. Hak untuk Hidup, Bertumbuh, dan Berkembang

2. Hak untuk Pendidikan

3. Hak untuk Kesehatan

4. Hak untuk Partisipasi


5. Hak Bebas dari Kekerasan

6. Hak Perlindungan dan Eksploitasi

Pernikahan dini juga dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak-


anak. Mereka mungkin terisolasi dari teman-teman sebaya dan kesempatan untuk
berkembang dalam lingkungan yang mendukung perkembangan sosial yang sehat.
Ini dapat mengakibatkan isolasi sosial dan kesulitan dalam berinteraksi dengan
masyarakat secara umum.

Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mengkampanyekan


pendidikan publik yang kuat tentang dampak negatif pernikahan dini, baik melalui
media massa, sekolah, atau program-program komunitas contohnya seperti
CEPAK "Cegah Perkawinan Anak". Kita juga perlu mempromosikan kesetaraan
gender dan memberdayakan perempuan untuk mengambil keputusan tentang
pernikahan mereka sendiri. Serta memberikan akses perempuan kepada
pendidikan, pelatihan, dan peluang pekerjaan sehingga dapat mendorong
kerjasama antara pemerintah dan organisasi non-pemerintah dalam mendukung
anak yang terkena dampak pernikahan dini.

Kita juga harus menuntut penegakan Hukum dalam Ketegasan penegakan


undang-undang yang melarang pernikahan anak di bawah umur. Hukuman yang
tegas harus diterapkan bagi pelanggar. Sehingga kita dapat mengurangi prevalensi
Pernikahan dini dan memberikan anak-anak peluang yang lebih baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan mereka

Demikianlah orasi yang dapat saya sampaikan. Semoga teman teman dapat
ikut serta dalam mendukung pencegahan pernikahan dini dalam realitas anak-anak
ini sehingga pertumbuhan mereka bisa berkembang dengan baik. Akhir kata, saya
ucapkan terimakasih

Wassalamualaikum wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai